• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK USIA DINI : Penelitian Korelasi Pada Guru Taman Kanak-kanak Di Kota Cimahi Selatan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK USIA DINI : Penelitian Korelasi Pada Guru Taman Kanak-kanak Di Kota Cimahi Selatan."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR

ANAK USIA DINI

(Penelitian Korelasi Pada Guru Taman Kanak-kanak Di Kota Cimahi Selatan)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh:

Azmi Noor Ramdhayani 1106580

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEPARTEMEN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

(Penelitian Korelasi Pada Guru Taman Kanak-kanak Di Kota Cimahi Selatan)

Oleh:

Azmi Noor Ramdhayani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

©Azmi Noor Ramdhayani 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2015

Hak Cipya dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN BELAJAR

DENGAN MOTIVASI BELAJAR ANAK USIA DINI

(Penelitian Korelasi terhadap guru Taman Kanak-Kanak di Kota Cimahi

Selatan)

AZMI NOOR RAMDHAYANI 1106580

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dengan motivasi belajar anak usia dini. penelitian ini menggunakan metode korelasional. Subjek penelitian berjumlah 13 orang guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu melalui angket yang berisi kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan angket mengenai motivasi belajar anak. teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data deskriptif kuantitatif dengan beberapa tahapan diantaranya adalah proses validasi, reliabilitas, analisis korelasi, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan 100% kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dalam kategori baik, dan 100% motivasi belajar anak usia dini dalam kategori baik. Besarnya korelasi keduanya yaitu sebesar 0,854 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang positif antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dengan motivasi belajar anak. Rekomendasi yang diberikan untuk guru yaitu guru diharapkan lebih meningkatkan lagi kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar karena secara tidak langsung kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar ikut mempengaruhi terciptanya motivasi belajar anak.

Kata Kunci: kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan

(5)

iv Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE ABILITY OF TEACHERS IN MANAGING THE LEARNING ENVIRONMENT TO EARLY

CHILDHOOD LEARNING MOTIVATION

(Correlation Study on Kindegarten Teachers in The Southem City Cimahi)

AZMI NOOR RAMDHAYANI 1106580

This study aims to determine the relationship between the ability of teachers in managing the learning environment to early childhood learning motivation. This research using correlational. The study subjects were 13 teachers. Data collection techniques in this research thorough a questionnaire containing the ability of techers in managing the laerning environment and a questionnaire about the child’s learning motivation. The data analisys technique used quantitative desciptive data analysis with several stages including the validation peocess, realibilitas, correlation analysis and conclusion. The results showed a 100% ability of techers in managing the learning environment in both categories. Both the magnitude of correlation 0,584 so it can be concluded there is a positive relationship between the ability of teachers in managing the learning environment to the children’s learning motivation. Recommendations given to teachers, teachers are expected to further enhance their ability to manage the learning environment because it is not directly the ability of techers in managing the learning environment influence the creation of early childhood’s learning motivation.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B.Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

E.Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN TEORI... 8

A.Kemampuan Guru ... 8

1. Definisi Kemampuan Guru ... 8

2. Profesionalisme Guru Dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 8

B.Pengelolaan Lingkungan Belajar... ... 12

1. Definisi Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 12

2. Tujuan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 13

C.Prinsip-prinsip Pengelolaan Lingkungan Belajar Di Tk ... 14

1. Prinsip Mereflesikan Selera Anak (Child Tastess) ... 14

2. Prinsip berorientasi pada optimalisasi ... 15

3. Prinsip-prinsip Berpijak pada efisiensi pembelajaran ... 15

D.Lingkungan Belajar Di Taman Kanak-kanak ... 17

a. Lingkungan Belajar Indoor... 17

b. Lingkungan Belajar Outdoor ... 18

E. Motivasi Belajar Anak Usia Dini... 19

1. Definisi Motivasi Belajar ... 19

2. Sifat Motivasi Belajar ... 21

a. Motivasi Intrinsik ... 21

b. Motivasi Ekstrinsik ... 22

3. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar Pada Anak ... 24

1. Anak Merasa Kompeten (mampu melakukan sesuatu) ... 24

2. Anak Mempunyai Pilihan Dan Dapat Mengendalikan Apa yang Ia Pelajari ... 24

3. Anak Yakin Kemampuan Dirinya Dan Merasa/ Mendapatkan Dukungan Dari Orangtuanya ... 25

(7)

viii Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A.Metode dan Desain Penelitian... 26

B.Populasi Dan Sampel Penelitian ... 27

C.Definisi Operasional ... 28

1. Kemampuan Guru Dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 28

2. Motivasi Belajar Anak Usia Dini ... 28

D.Teknik Pengeumpulan Data ... 30

1. Variabel Yang Di Teliti ... 30

2. Sumber Data Penelitian ... 30

3. Teknik Pengkuruan Variabel... 30

E.Instrumen Penelitian ... 31

1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 31

F.Uji Coba Instrumen ... 34

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 39

G.Teknik Analisis Data... 41

1. Uji statistik ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A.Hasil Penelitian ... 47

1. Profil Kemampuan Guru Dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 47

2. Profil Motivasi Belajar Anak Usia Dini ... 49

3. Hubungan Antara Kemampuan Guru Dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 51

B.Pembahasan ... 54

1. Profil Kemampuan Guru Dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar ... 55

2. Profil Motivasi Belajar Anak Usia Dini ... 56

3. Profil Motivasi Belajar Anak Usia Dini ... 57

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 59

A.Simpulan ... 59

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Periode usia TK adalah masa peka. Anak sensitif untuk menerima segala

rangsangan, yaitu pada masa fungsi-fungsi fisik dan psikis telah siap merespon segala

rangsangan (stimulus) yang diberikan oleh lingkungan. Dengan demikian, lingkungan

sebagai unsur yang mensuplai atau menyediakan sejumlah rangsangan perlu

mendapat perhatian sungguh-sungguh. Diperlukan perencanaan dan seleksi khusus

agar dapat menyediakan lingkungan yang cocok dan diperlukan anak. ketepatan

lingkungan yang disediakan akan memberi pengaruh pada proses dan hasil perilaku

anak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kejadian-kejadian pada lingkungan akan sangat berpengaruh pada hasil

belajar anak. Lingkungan merupakan salah satu faktor penentu kunci keberhasilan

dalam membangun kemampuan dan prilaku anak. implikasinya adalah bahwa

penyediaan lingkungan bagi anak hendaknya mendapat prioritas, apalagi jika

lingkungan tersebut merupakan lingkungan belajar. Peran guru sebagai fasilitator

dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan

kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam

lingkungannya. Seperti diketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan

sikap antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang

serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang

yang kuat. Pengenalan terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman

yang positif untuk mengmbangkan minat keilmuan anak usia dini.

Merujuk pada pendapat Sujiono, Y.N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut.

(9)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.

Merujuk pada pendapat Vora, Adelia (2011) Metode Mengajar Anak Dalam Kelas, lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak. Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi. Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan.

Dalam proses pembelajaran bahwa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan rill adalah merupakan tujuan pendidikan. Tetapi dalam proses pembelajaran dalam kelas bagaiamana siswa dapat menguasai dan memahami bahan ajar secara tuntas masih merupakan masalah yang sulit. Hal tersebut dikarenakan bahwa dalam satu kelas para siswa adalah merupakan makhluk sosial yang mempunyai latar belakang yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari aspek kecerdasan, pisikologis, biologis. Dari perbedaan tersebut maka dapat menimbulkan beragamnya sikap dan anak didik di dalam kelas.

(10)

tetapi proses pembelajaran yang baik akan dipengaruhi pula oleh iklim belajar ya ngkondusif atau maksimal berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang. Banyaknya keluhan guru karena sukarnya mengelola kelas sehingga tujuan pembelajaran sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi apabila ada usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif dan maksimal. Misalnya penataan ruang kelas berupa pengaturan/ penataan tempat duduk yang sesuai dengan kegiatan yang sedang berlangsung.

Merujuk pada pendapat Vora, Adelia (2011) Metode Mengajar Anak Dalam Kelas, Pengertian Menata Lingkungan Belajar Menata lingkungan belajar pada hakekatnya melakukan pengelolaan lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam menata lingkungan belajar lebih terkonsentrasi pada pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dalam melakukan penataan lingkungan belajar dikelas tiada lain melakukan aktivitas pengelolaan kelas atau manajemen kelas (classroom management). pengelolaan kelas merupakan upaya pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar serta memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Optimalisasi proses pembelajaran menunjukan bahwa keterlaksanaan serangkaian kegiatan pembelajaran (instructional activities) yang sengaja direkayasa oleh pendidik dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam memfasilitasi peserta didik sampai dapat meraih hasil belajar sesuai harapan. Hal ini dimungkinkan, karena berbagai macam bentuk interaksi yang terbangun memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar (learning experiences) dalam rangka menumbuh-kembangkan kemampuannya (kompetensi - competency), yaitu spiritual, mental: intelektual, emosional, sosial, dan fisik (indera) atau kognitif, afektif, dan psikomotorik.

(11)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

karena itu dapat ditegaskan lebih lanjut bahwa secara fisik lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih, tempat duduk di tata sedemikia rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas. Dinding kelas di cat berwarna sejuk, terpampang gambar-gambar atau foto yang mendukung kegiatan belajar seperti gambar pahlawan, lambang negara, presiden dan wakil presiden, kebersihan lingkungan, famlet narkoba, dan sebagainya.

Merujuk pendapat dari Fadlillah, Muhammad (2014) Desain Pembelajaran PAUD, Pengelolaan lingkungan belajar yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan tujuan pembelajaran.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang dapat memperkuat perbuatan belajar. Untuk seorang guru perlu memahami suasana itu, agar ia dapat membantu siswanya dalam memilih faktor-faktor atau keadaan yang ada di dalam lingkungan siswa sebagai bahan penguat belajar.

Selain motivasi dalam hal ini juga menekankan bahwa kompetensi guru sangat diperlukan. Kompetensi meliputi seluruh kemampuan guru yang berfungsi sebagai penunjang dalam proses pembeajaran sehingga mampu memberikan dampak positif terhadap peserta didik. Melalui kompetensi-kompetensi yang dimiliki ini yang dimiliki ini, seorang guru dapat dikatakan sebagi guru profesional yang mampu memberikan pengajaran kepada anak secara baik dan dapat menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.

(12)

mereka akan ikuti. Oleh karenanya, seorang guru harus memiliki kompetensi yang mempuni di segala bidang sehingga anak mampu mengambil pembelajaran berharga dari dirinya.

Merujuk hasil dari penelitian yang di lakukan peneliti di beberapa TK di Cimahi selatan, peneliti menemukan bahwa terdapat motivasi dan minat belajar para siswa yang tinggi di beberapa TK yang pengajarnya mampu mengelola lingkungan belajar dengan baik, dan juga ditemukan bahwa tidak semua guru TK dapat melakukan hal itu di beberapa TK di cimahi selatan, oleh karena itu sangatlah penting kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar agar iklim belajar dan motivasi belajar menajdi lebih optimal.

Sejak dini guru perlu memikirkan bagaimana menarik perhatian dan mendorong motivasi belajar siswa di dalam pembelajaran yang diberikan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kepedulian, ketertarikan, kesenangan, minat, gairah, dan lain sebagainya dalam diri siswa untuk menjalankan proses belajarnya. Perilaku pembelajaran guru yang kurang mendorong perhatian dan motivasi siswa cenderung kurang menyenangkan dan membosankan, sehingga langsung, maupun tidak langsung berpengaruh terhadap hasil belajar yang kurang memuaskan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti melakukan kajian apakah terdapat hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar anak usia dini. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka berikut rumusan masalah yang akan saya teliti :

1. Bagaimana profil kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar di Kota Cimahi Selatan?

2. Bagaimana profil motivasi belajar anak usia dini di Kota Cimahi Selatan?

(13)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar anak usia dini. secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana profil kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar di Kota Cimahi Selatan 2. Untuk mengetahui bagaimana profil motivasi belajar anak usia dini di

Kota Cimahi selatan

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dengan motivasi belajar anak usia dini di Kota Cimahi Selatan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar anak usia dini di kota Cimahi selatan.

2. Manfaat Praktis

Membantu anak untuk mengembangkan motivasi belajar agar dapat melakukan aktifitas belajar secara efektif. Memberikan pedoman kepada guru dan orangtua dalam menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong dan memberi motivasi belajar pada anak usia dini. E. Sistematika

Agar dalam penelitian ini lebih sistematis, maka perlu peneliti sajikan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum laporan penelitian. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

Bab I, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

(14)

melakukan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar anak usia dini.

Bab III, berisi tentang hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar terhadap motivasi belajar anak usia dini di kota cimahi selatan.

(15)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Penelitian kuantitatif merupakan definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan presentasi tanggapan mereka.

Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model sistematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukurannya adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif, karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamat empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana penelitian deskriptif merupakan penelitian yang tertuju pada pemecahan maslah yang ada pada masa sekarang dan tidak terbatas hanya sampai pengumpulan data tetapi dilanjutkan dengan penganalisaan yang diperolehnya melalui data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah yang berasal dari sampel orang-orang/penduduk yang diminta menjawab untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka, dihitung dengan menggunakan rumusan untuk menentukan seberapa besar ukuran sampel yang di perlukan dari suatu populasi untuk mencapai hasil dengan tingkat akurasi yang dapat di terima.

(16)

teknik statistc parametrie yang menggunakan data interval atau rasio, data berdistribusi normal, jumlah data (sampel) lebih besar dari 30 (Santoso,2001) , adapun melalui survei berupa pertanyaan tertulis dan tes, untuk mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan menentukan persepsi, dan pendapat dari responden survei, yaitu guru TK di kota Cimahi selatan, dan akan di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variabel dan indikator.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitianya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau studi sensu (Sabar,2007) sedangkan menurut Sugiyono pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemuadian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003), generalisasi dapat di hasilkan melalui perkiraan dan estimasi berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya dalam penelitian kuantitatif untuk diprediksikan ke tingkat realitas. Populasi dalam penelitian ini sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut data,yaitu Guru Taman Kanak-Kanak yang berada di wilayah Kota Cimahi Selatan yaitu sebanyak 13 orang.

2. Sampel Penelitian

(17)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

itu, kesimpulan yang akan diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul refresentative (Sugiyono, 2011).

C. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan untuk memberikan pengertian yang operasional dalam penelitian. Definisi ini digunakan sebagai landasan dalam mencari kisi-kisi dalam instrumen penelitian. Definisi operasional digunakan untuk menyamakan kemungkinan pengertian yang beragam antara peneliti dengan orang yang membaca penelitiannya. Berikut akan diuraikan beberapa definisi variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :1. Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar dapat dikatakan sebagai kemampuan guru yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar yang efektif dalam mencapai tujuan belajar anak, melakukan penataan ruangan belajar, memelihara kebersihan lingkungan belajar, dan menyiapkan perlengkaan aktifitas belajar yang berfungsi sebagai wadah atau lapangan terlaksananya proses pembelajaran. Kemampuan mengelola lingkungan belajar yang harus di lakukan oleh seorang guru, seperti halnya menciptakan atau menyediakan iklim belajar mengajar yang serasi, tata ruang yang aman dan nyaman dalam proses belajar mengajar.

Adapun sub variabel Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar meliputi :

a. Mewujudkan suasana belajar yang efektif

Pembelajaran efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan hanya menekankan pada hasil yang di capai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahamn yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu, serta dapat memberikan perubahan perilaku dan mengaplikasikanya dalam kehidupan anak didik.

b. Penataan ruangan belajar

(18)

bermutu harus dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang menjadi tujuan sentra yaitu dapat membangun seluruh domain perkembangan berpikir anak, membangun 7 kecerdasan dasar (multiple intelegent).

c. Pemeliharaan kebersihan lingkungan belajar

Lingkungan yang bersih merupakan awal hidup yang sehat, untuk mendapatkan derajat kesehatan dan kenyamanan, selain itu lingkungan yang bersih juga dapat melahirkan kreatifitas, ide-ide cemerlang, dan konsentrasi pun tetap terjaga

d. Mempersiapkan perlengkapan aktifitas belajar

Perencanaan pembelajaran adalah suatu proses pembuatan rencana, model, bentuk, pola, konstruksi yang melibatkan guru, peserta didik, serta fasilitas lain yang dibutuhkan dan tersusun secara sistematis agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

1. Motivasi Belajar Anak Usia Dini

Motivasi belajar merupakan dorongan yang ada untuk mempelajari sesuatu. Motivasi belajar adalah hal yang perlu dilakukan di dalam kegiatan belajar, memotivasi anak untuk tetap mau belajar dan mengikuti pembelajaran akan dapat dicapai dengan menciptakan lingkungan (iklim belajar) yang mendukung, penting bagi guru untuk mengenal anak didiknya agar guru bisa memotivasi anak secara tepat dan dapat menarik perhatian anak untuk terlibat dalam proses pembelajaran, menurut Winkels (1987) motivasi belajar merupakan motivasi yang di berikan dalam kegiatan belajar pada anak, agar kegiatan belajar berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan. D. Teknik Pengumpulan Data

1. Variabel yang diteliti

(19)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan motivasi belajar anak usia dini.

2. Sumber Data Penelitian

Untuk mmengumpulkan variabel yang diteliti, guru taman kanak-kanak dijadikan responden untuk memperoleh gambaran yang akurat tentang variabel-variabel yang diteliti

3. Teknik Pengukuran Variabel

Untuk mengumpulkan masing-masing variabel yang diteliti, penulis telah menyusun format instrumen penelitian. Format A digunakan untuk mengukur variabel kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan format B digunakan untuk motivasi belajar anak usia dini.

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data tersebut adalah teknik angket. Angket adalah sekumpulan pertanyaan atau pernyataan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan yang harus dilengkapi oleh responden dengan memilih jawaban atau menjawab pertanyaan melalui jawaban yang telah disediakan atau melengkapi kalimat dengan mengisi. (Ruseffendi : 1994). Angket yang disusun berbentuk gutment. Setiap pernyataan memiliki pilihan jawaban Ya atau Tidak. Pemberian skor pada jawaban sampel penelitian diberi bobot nilai 0 hingga 1 yang disesuaikan dengan kriteria penskoran yang ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Kriteria skor instrumen Pilihan

Jawaban

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

Ya 1 0

(20)

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen menggunakan angket yang mengukur kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan motivasi belajar anak usia dini

a. Instrumen Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar (format A)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar

Sub Variabel Indikator Deskriptor No item

Mewujudkan suasana belajar yang efektif

-Mengetahui dan memahami lingkungan belajar yang baik

-Memiliki wawasan pendidikan tentang pengelolaan lingkungan belajar yang baik untuk anak usia dini

1,2,3,4

- Mengetahui persiapan sebelum memulai kegiatan

-Mempunyai persiapan yang matang dan menguasai materi pembelajaran dengan baik

5,6,7,8

-Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik yang mengganggu

-Melakukan pendekatan kepada anak sesuai dengan karakteristik dan tugas-tugas perkembangan anak

9,10,11,12

-Menyusun rancangan kegiatan pengembangan yang mendidik, baik kegiatan

outdoor maupun indoor

-Mampu merencanakan kegiatan harian

(21)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

-Menciptakan suasana bermain sambil belajar

-Menciptakan suasana sosio-emosional yang

menyenangkan

19,20,21,22, 23

-Mengembalikan kondisi belajar mengajar yang tidak menentu ke kondisi belajar yang efektif

-Mampu menguasai keadaan lingkungan

24,25,26

Penataan ruangan belajar

Memperhatikan ukuran ruangan yang akan digunakan

-Perhitungan luas ruangan sesuai dengan jumlah anak

27,28,29,30, 31,32

-Menghias dinding ruangan

-Mampu berkreasi untuk menghias dinding ruangan

33,34,35,36, 37

-Memperhatikan

lingkungan belajar yang akan di tempati oleh anak

-Menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang nyaman dan memadai

38,39,40,41, 42,43

-Memperhatiakan cat dinding

-Mampu memilah warna yang menarik dan sesuai untuk anak

44,45,46

-Memperhatikan posisi duduk anak

-Posisi duduk anak

diperhatikan sesuai dengan kebutuhan 47,48,49 Pemeliharaan kebersihan lingkungan belajar

Memahami penataan dalam memisahkan dan menempatkan area di tempat yang cocok

Memiliki pemahaman tentang area dalam kurikulum PAUD

50,51,52

Menjaga lingkungan yang bebas dari faktor yang menimbulkan penyakit

-Mengatur dan memelihara ruangan yang sehat, bersih, dan aman

53,54,55,56

(22)

perlengkapan aktifitas belajar

macam fasilitas dan media untuk kegiatan belajar

fasilitas sebagai alat bantu belajar mengajar

-Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan anak

-Menyediakan alat permainan edukatif, dan menyediakan alat tulis

61,62,63,64, 65

b. Instrumen Motivasi Belajar Anak Usia Dini (Format B) Tebel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Anak Usia Dini

Sub variabel Indikator Deskriptor No item

Faktor sosial -Mengenmbangkan kemampuan yang dimiliki anak

-Melakukan pendekatan untuk mengetahui minat anak

1,2,3,4

-Memberi kesempatan pada anak untuk memperlihatkan kemampuanya

-Meningkatkan rasa percaya diri pada anak

5,6,7,8

-Memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi dengan temannya

-Membuat permainan kelompok

9,10,11,12,1 3,14

-Memberi pengertian hidup bersosialisai

-Bercerita tentang hidup sosial,membutuhkan orang lain,

memberi,bekerjasama,dll

15,16,17

Faktor linkungan

-Menciptakan lingkungan belajar yang

menyenangkan

-Menata lingkungan kelas untuk memberi stimulus terhadap anak

(23)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

-Memiliki ide-ide kreatif dalam melakukan proses pembelajaran agar tidak membosankan

-Improvisasi pada saat kegiatan belajar mengajar dengan cara berkomunikasi dengan anak

22,23,24

Faktor keluarga

-Memberi Reward -Memberikan pujian dan bintang kepada setiap anak yang telah berhasil

menyelesaikan suatu kegiatan

25,26,27

-Memberi perhatian -Mampu memberikan perhatian lebih agar anak merasa nyaman dan terbuka

28,29,30,31, 32

-Memberi pengetahuan -Memberikan pengarahan kepada anak agar dapat membedakan hal yang benar dan salah

33,34,35,36

-Mengetahui emosi anak Mampu membangkitkan gairah belajar anak saat sedang malas belajar

37,38,39

c. Uji Coba instrumen

Didalam sebuah penelitian, uji coba instrumen dilakukan untuk mengukur sejauh mana validasi dan realibitas dari intrumen yang digunakan. Ui coba intrumen dilakukan terhadap 13 guru Taman Kanak-kanak yang ada di Kota Cimahi Selatan dan kemudian data diolah untuk dilakukan uji validasi dam realibitasnya.

1) Uji Validitas

(24)

demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak diukur.

Uji validasi dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap uji validasi konstruksi dan tahap uji validasi isi. Untuk menguji validasi konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli (judgement experts).

Sedangkan uji validasi konstruk dilakukan untuk melihat sejauh mana instrumen tersebut mengungkap suatu konstruksi teoritik yang hendak diukur. Uji validitas berguna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut dengan menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total, memakai rumus korelasi product moment, sebagai berikut:

2) Menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung ( ), dengan menggunakan ruus seperti berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(Arikunto, 2002:72) Keterangan :

= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y = Jumlah responden

= Item soal yang dicari validasinya = Skor total yang diperoleh sampel

Item intrumen dianggap valid jika lebih besar dari 0,3 atau bisa juga dengan membandingkannya dengan r tabel. Jika r hitung > r

tabel maka valid.

(25)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

mengelola lingkungan belajar (variabel X) dan motivasi belajar anak (variabel Y).

Tabel 3.4

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas

Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar (Variabel X)

No

r

Hitung r Tabel

(26)
(27)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

Berdasarkan tabel 3.4 didapat bahwa dari 65 item pernyataan tentang kemampuan guru dalam pengelolaan lingkungan belajar yaitu semua item valid. Selanjutnya berikut disajikan hasil uji validitas motivasi belajar anak (variabel Y)

Tabel 3.5

Hasil Rekapitulasi Uji Validitas

Motivasi Belajar Anak Usia Dini (Variabel Y)

No

r

(28)

28 0,664 0,514 Valid 29 0,662 0,514 Valid 30 0,658 0,514 Valid 31 0,668 0,514 Valid 32 0,655 0,514 Valid 33 0,668 0,514 Valid 34 0,64 0,514 Valid 35 0,662 0,514 Valid 36 0,651 0,514 Valid 37 0,664 0,514 Valid 38 0,668 0,514 Valid 39 0,64 0,514 Valid

Berdasarkan tabel 3.5 didapat bahwa dari 39 item pernyataan tentang motivasi belajar anak yaitu semua item valid. 1. Uji Reliabilitas

Setelah diuji setiap item selanjutnya alat pengumpul data tersebut diuji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan alat atau konsistensi tes. Reliabilitas tes berarti bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena intrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang dipercaya atau reliable akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapakalipun diambil tetap akan sama. Dalam pengujian reliabilitas instrumen, penulis menggunakan bantuan penghitungan program Ms, Excel 2007 dengan rumus statistika Cronbach Alpha dan tahapannya sebagai berikut :

Cronbach Alpha sebagai berikut ;

Keterangan :

(29)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

= Banyaknya total

Sedangkan rumus untuk mencari varian adalah :

Keterangan : ∑ = Jumlah skor

∑ = Jumlah kuadrat skor = Banyaknya sampel

Selanjutnya setelah selesai di validasi adalah menguji apakah butir soal tersebut reliabel, untuk mengetahuinya peneliti menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan diperoleh hasil sebagai berikut: Titik tolak ukur koefisien reliabilitas digunakan pedoman koefisien korelasi dari sugiyono (2008 : 184) yang disajikan pada tabel berikut.

Tabel 3.6

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi

(30)

Reiabilitas kemampuan guru dalam mengelola lingkungan belajar (variabel X)

Jumlah varian = 42,561 Varian Total = 1,000 Realibilitas = 0,715 (Tinggi)

Realibilitas motivasi belajar anak (Variabel Y) Jumlah varian 12,026

Varian Total =1,000 Realibilitas = 0,667 (Tinggi) d. Teknik Analisis Data

1) Penentuan skala profil kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar

Langkah langkah menentukan profil kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar adalah sebagai berikut : 2) Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel :

Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi No Sub Variabel Skor Maksimal Ideal

1. Keseluruhan 65 x 1 =65

2. Sub Variabel 1 26 x 1 = 26 3. Sub Variabel 2 23 x 1 = 30 4. Sub Variabel 3 7 x 1 = 7 5. Sub Variabel 4 9 x 1 =9

3) Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel : Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

No Sub Variabel Skor Minimal Ideal

(31)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

2. Sub Variabel 1 26 x 0 = 0

3. Sub Variabel 2 23 x 0 = 0

4. Sub Variabel 3 7 x 0 = 0

5. Sub Variabel 4 9 x 0 = 0

4) Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel : Rentang skor = skor maksimal – skor minimal ideal No Sub Variabel Rentang Skor 1. Keseluruhan 65 – 0 = 65 2. Sub Variabel 1 26 – 0 = 26 3. Sub Variabel 2 23 – 0 = 23 4. Sub Variabel 3 7 – 0 = 7 5. Sub Variabel 4 9 – 0 = 9

5) Mencari interval skor :

Interval skor = rentang skor / 3

No Sub Variabel Interval Skor 1. Keseluruhan 65 / 3 = 21,66 2. Sub Variabel 1 26 / 3 = 8,66 3. Sub Variabel 2 23 / 3 = 7,66 4. Sub Variabel 3 7 / 3 = 2,33 5. Sub Variabel 4 9 / 3 = 3

[image:31.596.160.492.84.171.2]

Dari langkah- langkah diatas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut : Tabel 3.7

Kriteria Profil Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar

No Sub variabel Kriteria Interval

(32)

1. Keseluruhan Cukup 22 – 43

Kurang 0 – 21

2. Sub Variabel 1

Baik 18 – 26

Cukup 9 – 17

Kurang 0 – 8

3. Sub Variabel 2

Baik 16 -23

Cukup 8 – 15

Kurang 0 – 7

4. Sub Variabel 3

Baik 6 – 7

Cukup 3 – 5

Kurang 0 – 2

5. Sub Variabel 4

Baik 8 – 9

Cukup 4 – 7

Kurang 0 – 3

1. Penentuan skala profil motivasi belajar anak usia dini

Langkah langkah menentukan profil motivasi belajar anakusia dini adalah sebagai berikut :

a. Menentukan skor maksimal ideal yang diperoleh sampel : Skor maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi

No Sub Variabel Skor Maksimal Ideal

1. Keseluruhan 39 x 1 = 39

2. Sub Variabel 1 17 x 1 = 17

3. Sub Variabel 2 7 x 1 = 7

4. Sub Variabel 3 15x 1 = 15

.

b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel : Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah

No Sub Variabel Skor Minimal Ideal

1. Keseluruhan 39 x 0 = 0

(33)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

3. Sub Variabel 2 7 x 0 = 0

4. Sub Variabel 3 15x 0 = 0

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel : Rentang skor = skor maksimal – skor minimal ideal

No Sub Variabel Rentang Skor

1. Keseluruhan 39 - 0 = 39

2. Sub Variabel 1 17 - 0 = 17

3. Sub Variabel 2 7 - 0 = 7

4. Sub Variabel 3 15- 0 = 15

d. Mencari interval skor :

Interval skor = rentang skor / 3

No Sub Variabel Interval Skor

1. Keseluruhan 39 / 3 = 13

2. Sub Variabel 1 17 / 3 = 5,66

3. Sub Variabel 2 7 / 3 = 2,33

4. Sub Variabel 3 15 / 3 = 5

[image:33.596.147.516.92.455.2]

Dari langkah- langkah diatas, kemudian didapat kriteria sebagai berikut : Tabel 3.8

Kriteria Profil Motivasi Belajar Anak Usia Dini

No Sub variabel Kriteria Interval

1.

Keseluruhan

Baik 26 – 39

Cukup 13 -25

Kurang 0 – 12

2. Sub Variabel 1

Baik 12 – 17

Cukup 6 – 11

Kurang 0 – 5

(34)

3. Sub Variabel 2 Cukup 3 – 5

Kurang 0 – 2

4. Sub Variabel 3

Baik 12 – 15

Cukup 6 – 11

Kurang 0 – 5

1 Uji Statistik

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Teknik analisis data penelitian ini dilihat berdasarkan hasil ujinnormalitas. Jika hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data berdistribusi normal maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik parametrik. Jika hasil uji normal menunjukkan data tidak berdistribusi normal maka teknik statistik yang digunakan adalah teknik statistik non parametrik.

a. Uji Normalitas

Sebelum data hasil hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar drngan motivasi belajar anak usia dini di wilayah Cimahi Selatan diolah lebih lanjut, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan software SPSS versi 20.0.

b. Uji Korelasi

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji person correlation.tahapan uji korelasi antara kemampuan guru dalam mengelola lingkungan belajar drngan motivasi belajar anak adalah sebagai berikut :

1) Menghitung Korelasi antara kemampuan guru dalam mengelola lingkungan belajar drngan motivasi belajar anak dengan rumus sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }

(Arikunto, 2002:72) Keterangan:

(35)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

= Item soal yang dicari validitasnya = Skor total yang diperoleh sampel 2) Menguji Hipotesis

: Tidak ada hubungan (Korelasi) antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan motivasi belajar anak usia dini

: Ada hubungan (Korelasi) antara kemampuan guru dalam melakukanpengelolaan lingkungan belajar dan motivasi belajar anak usia dini

3) Dasar pengambilan keputusan

Jika nilai sig > 0,05 maka diterima Jika nilai sig < 0,05 maka ditolak 4) Pengambilan keputusan

Keputusan diterima atau ditolak.

5) Analisis Koefisien Determinasi antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dan motivasi belajar anak usia dini

KD = x 100%

(36)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan antara kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dengan motivasi belajar anak usia dini di Kota Cimahi Selatan, ditarik simpulan sebagai berikut :

Kemampuan Guru dalam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar di Kota Cimahi Selatan dapat dikatan baik, dimana implementasi kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar telah terlaksana dengan baik karena para pengajar yang profesional dan di dukung oleh sarana dan prasarana serta fasilitas belajar yang memadai di tiap taman kanak kanak di Cimahi Selatan,tetapi perlu di sempurkan, baik di lingkungan sosial dan lingkungan sekolah.

Motivasi Belajar Anak Usia Dini di Kota Cimahi Selatan juga berbanding lurus dengan Kemampuan Guru Dalam melakukan pengelolaan belajar di Kota Cimahi Selatan, karena terdapat korelasi yang signifikan antara Kemampuan Guru Dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar dengan Motivasi Belajar Anak Usia Dini, dan akan lebih baik lagi apabila faktor lingkungan, baik di sekolah dan di rumah, terutama dukungan dari orangtua, yang akan sangat mempengaruhi motivasi anak dalam belajar.

Nilai sig = 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Disimpulkan bahwa terdapat hubungan (korelasi)

(37)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

memberikan kontribusi sebesar 72,93 % terhadap motivasi belajar anak usia dini, sedangkan 27,07% motivasi belajar anak usia dini dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti oleh penulis.

B. Rekomendasi

Berdasarkan simpulan di atas, ada beberapa hal yang menjadi catatan sebagai bahan rekomendasi, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

Guru diharapkan lebih memperhatikan lagi kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar seperti membuat suasana lingkungan belajar yang nyaman dan menyenangkan, melakukan pendekatan kepada anak agar dapat mengetahui minat anak, apa yang anak butuhkan, meningkatkan rasa percaya diri anak, memberi motivasi belajar anak dengan memberikan pujian atau reward karena secara tidak langsung kemampuan guru dalam melakukan pengelolaan lingkungan belajar ikut mempengaruhi terciptanya motivasi belajar anak.

2. Bagi Sekolah

a. Sekolah diharpakan memberikan sarana dan prasarana yang layak serta fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh guru dan anak untuk menunjang proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan sehingga motivasi belajar anak dapat lebih ditingkatkan.

b. Sekolah diharapkan memberikan pelatihan dan gambaran kepada guru mengenai cara pengelolaan lingkungan belajar yang baik untuk menunjang motivasi belajar anak.

3. Bagi Orang Tua

a. Orang tua diharapkan memberikan perhatian lebih kepada anaknya dan mengetahui apa yang diminati oleh anak, memberikan pujian agar anak merasa senang dan merasa di hargai atas prestasinya, hal tersebut dapat menjadi motivasi yang signifikan bagi anak.

4. Bagi peneliti selanjutnya

(38)

melakukan pengelolaan lingkungn belajar dengan motivasi belajar anak usia dini.

(39)

Azmi Noor Ramdhayani, 2015

Hubungan Antara Kemampuan Guru D alam Melakukan Pengelolaan Lingkungan Belajar D engan Motivasi Belajar Anak Usia D ini

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar (2010) Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru. Jakarta : Erlangga

Dananjaya, Utomo (2010) Media Pembelajaran Aktif. Jakarta : Erlangga Daryanto, (2011) Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional. Yogyakarta : Gava Media

Fadlillah, Muhammad (2014) Desain Pembelajaran PAUD, Yogyakarta : ARUZZ-MEDIA

Hamalik, Oemar, (2010), Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Haryiyanto & Warsono, (2010) Pembelajaran Aktif. Jakarta : ROSDA Idris M & Marno, (2014) Strategi. Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta : ARUZZ-MEDIA

Nurfuadi, (2012) Profesionalisme Guru. Purwokerto : Stain

Purwanto, M, Ngalim (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung. : PT Remaja Rosdakarya

Rahmawati, Yeni, Mariyana, Rita & Nugraha, Ali (2010) Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakarta : Prenada Media

Sagala, (2011), Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta

Santosa, Singgih. (2012). Panduan Lengkap SPSS Versi 20. Jakarta : Elex Media Komputindo

Siregar, S. (2014). Staistika deskriptif untuk penelitian. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada

(40)

Sugiyono. (1997). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sugiyono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sujiono, Y.N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. Indeks.

Suryadi, (2014). Manajemen PAUD. Yogyakarta : PUSTAKA PELAJAR Suryosubroto. (2002), Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka

Uno, Hamzah B, (2006), Teori Motivas & Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi Aksara

Vora, Adelia (2011) Metode Mengajar Anak Dalam Kelas. Jakarta : Erlangga

Gambar

Tabel 3.1 Kriteria skor instrumen
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Hasil Rekapitulasi Uji Validitas
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pada pihak pemasar atau perusahaan mengenai dampak dari pilihan misi strategi dalam meningkatkan pengaruh pilihan

Indeed, our results seem to suggest that tariff reductions have induced positive income effects and reduced poverty, eventually leading to a reduction in rural child labor..

Modul Pemerkasaan Kendiri Remaja yang direka khas untuk remaja berisiko yang terjebak dengan gejala ‘Mat Rempit’ ini dilihat memberikan impak yang positif kepada

Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penambahan analog cairan ionic dan katalis asam dalam proses degradasi selulosa menggunakan

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inkuiri,.. mengumpulkan data

Untuk membuat biobriket, bungkil dan sludge jarak dicampurkan dengan bahan tambahan berupa arang sekam, arang jerami atau jerami dan bahan perekat berupa

*) sesuai dengan PENERIMAAN PINJAMAN pada tabel RENCANA ARUS KAS untuk tahun pertama Bab 8.3 Rencana Arus Kas (Cash – Flow).. TOTAL NILAI KEBUTUHAN MODAL INVESTASI *).. *)

Karakter siswa yang tidak aktif dengan menggunakan LKS berbasis masalah ini siswa akan terlibat aktif untuk menyelesaikan masalah dengan langkah- langkah yang ada