(Penelitian Grounded Theory pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri)
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan
Program Studi Pendidikan Umum
Oleh
DEVI IRENA
NIM. 1201506
SEKOLAH PASCASARJANA
Promotor Merangkap Ketua
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. NIP: 196203161988031003
Kopromotor Merangkap Sekretaris
Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. NIP: 19660601 199103 1 005
Anggota
Dr. Ir. Mubiar Purwasasmita NIP: 19511227197802001
Mengetahui;
Ketua Program Studi Pendidikan Umum
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi yang berjudul “ Pendidikan
Karakter melalui Pengasuhan untuk Membentuk Manusia Seutuhnya
(Penelitian Grounded Theory di Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Jatinangor )” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri.
Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak
sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila dikemudian hari
ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya tulis saya ini.
Bandung, September 2015 Yang membuat pernyataan,
Nama : Devi Irena
Tempat/Tgl. Lahir : Kerinci/11 Juni 1970
Pekerjaan : PNS, Dosen IPDN Jatinangor
NIP : 19700611 199803 2001
Alamat Rumah : Komplek IPDN Blok D No. 03
Jln. Raya Sumedang Km 21 Jatinangor Sumedang. HP. 081394790912
Orang tua :
Ayah : H.Irfan, BA Ibu : Hj. Riwana Amri
Keluarga :
Suami : Dr. H. Ali Hanafiah Muhi, SP.MP Pekerjaan : PNS, Dosen IPDN
Anak : Santri Alviyanti Umairoh, S.Ked Winda Alvioni
Pendidikan
1. SD Negeri 2 Bangko, Jambi (1977-1983) 2. SMP Negeri7 Kotamadya Jambi (1983-1986) 3. SMA Negeri 1 Kotamadya Jambi (1986-1989)
4. Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian (1989-1995)
5. S2 Administrasi Pemerintah Daerah (MAPD) Institut Pemerintahan Dalam Negeri (2003-2005)
6. S3 Program studi Pendidikan umum/nilai, konsentrasi Pendidikan nilai/karakter di Universitas Pendidikan Indonesia (2012-2015)
Pengalaman Kerja :
1 Guru di SMK Pertanian Jambi (1995-1996) 2 Dosen Fakultas Pertanian Univ. Batanghari Jambi (1995-1998) 3 Staf kantor camat kecamatan Telanaipura Jambi (1998-1999)
4 PLT kasubsi Produksi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kota Jambi (1999-2000)
5 Pelatih di IPDN (2000-2003) 6 Pengasuh di IPDN (2003-20010)
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Devi Irena (1201506). Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan untuk Membentuk Manusia Seutuhnya (Penelitian Grounded Theory di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor)
Pendidikan di Indonesia cenderung menyiapkan anak cerdas secara intelektual. Akibatnya banyak orang pintar yang tidak benar perilakunya. Hal ini mengindikasikan pendidikan belum mampu mengembangkan aspek afektif secara optimal, sehingga harapan untuk mewujudkan manusia yang seutuhnya melalui pendidikan masih perlu mendapat perhatian khusus, dengan menerapkan pendidikan karakter. IPDN merupakan perguruan tinggi yang menerapkan pendidikan melalui pendekatan tritunggal terpusat (pengajaran, pelatihan dan pengasuhan), dimana fokus pendidikan karakter dilakukan melalui pengasuhan.
Penelitian ini bertujuan mengungkap dan merumuskan konsep manusia utuh melalui pendidikan karakter berbasis pengasuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory dan menggunakan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Data dikumpulkan dengan cara observasi partisipatif, wawancara mendalam dan kajian dokumentasi.
Temuan penelitian meliputi (1) profil IPDN, yang dikaji dari sejarah IPDN, visi misi, lambang, fasilitas kampus, dan sistem pendidikan yang diterapkan, mengindikasikan bahwa IPDN adalah lembaga pendidikan yang berkarakter; (2) pola pendidikan karakter melalui pengasuhan meliputi: metode, tahapan, kurikulum, dan petadupra; (3) aktivitas pengasuhan untuk ketakwaan, etika, komunikasi, penalaran, dan fisik; (4) nilai yang terbentuk melalui pengasuhan mencakup nilai skala individu dan skala komunitas serta pembobotan nilai. Penulis berhasil mengkonstruksi konsep manusia utuh: terkait dimensi ruang, waktu, fenomena, unsur, nilai skala individu dan komunitas serta bobot nilai. Pendidikan karakter melalui pengasuhan diharapkan menjadi penguatan dan keseksamaan yang diandalkan untuk pendidikan dalam rangka membentuk manusia seutuhnya.
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
Devi Irena (1201506). Character Education Based of Nurture for Forming Intact Person (Grounded Theory Research in Institute of Public Administration Jatinangor)
Education in Indonesia in general tend to prepare the child for smart intellectually. As a result, a lot of smart people who are not right in his behavior. This indicates that education has not been able to develop an optimal affective aspect, so the hopes to forming intact person through education still needs special attention by implementing character education. IPDN is the official college that apply character education through a unified trinity approach (teaching, training and nurturing), where the focus of the character education is done through nurturing.
This research aims to uncover and formulate the concept of character education through nurturing to form a intact person. This study used a qualitative approach with grounded theory methods and use data collection techniques from Miles and Huberman namely : data reduction, data presentation and conclusion. Data collected by participatory observation, interview and documentation Study.
The research findings include (1) IPDN profile of the history, vision, mission, emblem, campus facilities, and an education system that is applied indicates that IPDN is a character educational institutions; (2) the patterns of character education through nurturing in IPDN include : methods, the stages, the curriculum, and the life regulations of praja; (3) nurturing activities for piety, ethics, communication, reasoning, and physical; (4) value that created through nurturing include individual scale and community scale and the weighting value. The author succeeded in formulating the intact concept : related dimensions of space, time, phenomenon, element, individual and community scale value and weight value. Character education through nurturing hopely can be a strengthening and precision that are relied for education in order to form the intact human beings.
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang
berjudul “Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan untuk Membentuk Manusia Seutuhnya.” Disertasi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari syarat dalam memperoleh gelar Doktor Ilmu Pendidikan pada Progam Studi Pendidikan Umum
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini
dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa pendidikan di Indonesia cenderung
menyiapkan anak untuk cerdas secara intelektual saja. Akibatnya banyak orang
pintar yang tidak benar dalam perilakunya, dimana terjadinya degradasi moral di
kalangan masyarakat seperti korupsi, tawuran, narkoba, begal, susila dll.
Terindikasi bahwa pendidikan belum mampu untuk mengembangkan
aspek afektif secara optimal, sehingga harapan untuk mewujudkan manusia yang
seutuhnya melalui pendidikan masih perlu mendapat perhatian khusus. Sejumlah
perguruan tinggi di Indonesia telah mengembangkan strategi-strategi pelaksanaan
pendidikan karakter. Demikian juga dengan IPDN yang merupakan salah satu
perguruan tinggi kedinasan menerapkan pendidikan dengan sistem tritunggal
terpadu (pengajaran, pelatihan dan pengasuhan), dimana sebagai fokus pendidikan
karakternya adalah dengan pendekatan pengasuhan.
Penulis menyadari, sekalipun melalui proses pendampingan, pengarahan
secara intensif dari para pembimbing selama penyusunan, akan tetapi karena
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembimbing ke dalam tulisan ini maka disertasi yang dihasilkan masih jauh dari
sempurna. Sekaitan dengan itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya konstruktif guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhirnya, besar
harapan penulis hasil penelitian ini mempunyai nilai manfaat bagi pembaca,
khususnya dalam rangka pengembangan keilmuan Pendidikan Umum.
Bandung, September 2015
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Maha suci Allah yang telah melimpahkan taufik dan hidayah serta
kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan disertasi ini sebagai
salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia. Disertasi ini tidak akan tersusun dengan baik
tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karena itu, penulis ucapkan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya
kepada :
1. Prof. Furqon, Ph.D. selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia.
2. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia.
3. Dr. Kama Abdul Hakam, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Umum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia .
4. Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si. selaku Ketua Tim Promotor yang
selalu membimbing dan memberikan berbagai pengetahuan, wawasan, saran
bahkan kritik yang sifatnya konstruktif kepada penulis.
5. Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. selaku Ko-Promotor yang senantiasa
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Dr. Ir. Mubiar Purwasamita, selaku Anggota Promotor yang dengan tulus
ikhlas memberikan masukkan dan arahan kepada penulis guna menghasilkan
suatu kajian akademik yang utuh menyeluruh.
7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan segudang ilmu dan
pengalaman kepada penulis.
8. Seluruh narasumber yang telah memberikan berbagai informasi berkaitan
dengan kajian penelitian.
9. Ibunda Hj. Riwana Amri, Ayahanda H. Irfan, BA, yang senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya dengan penuh kesabaran dan tulus ikhlas
memberikan do’a, bimbingan, serta dorongan baik secara moril maupun
materil untuk keberhasilan penulis.
10.Suamiku Dr. H. Ali Hanafiah Muhi,SP.MP yang selalu sabar, tawakkal dalam
memberikan perhatian, pengertian, dukungan dan selalu menjadi motivator
serta inspirator bagi penulis untuk selalu lebih maju.
11.Buah hatiku Santri Alviyanti S.Ked dan Winda Alvioni yangselalu mendoakan
dan menjadi penyemangat untuk segera menyelesaikan disertasi ini.
12.Adik-adikku ( Ir. Eva Rianti, S.pd dan Andri Fariko, SE) serta keluarga semua
yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.
13.Rekan-rekan seperjuangan pada Prodi Pendidikan Umum yang senantiasa
saling memberi dukungan untuk kesuksesan bersama.
14.Rekan-rekan civitas Akademika IPDN
15.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan semuanya disini.
Penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang tak terhingga teriring doa
jazakumullah khairan katsiran , semoga segala kebaikannya menjadi catatan amal
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ... 11
1.3. Tujuan Penelitian ... 13
1.4. Manfaat Penelitian ... 13
1.5. Struktur Organisasi Disertasi ... 14
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER, PENGASUHAN, MANUSIA UTUH……… 15
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2.2. Makna Karakter ... 18
2.3. Konsep Pendidikan Karakter... 26
2.4. Konsep Pengasuhan ... 36
2.5. Konsep Manusia Seutuhnya ... 46
2.6. Penelitian yang Relevan ... 56
BAB III METODE PENELITIAN ... 59
3.1. Desain Penelitian ... 59
3.2. Partisipan dan tempat penelitian ... 63
3.3. Pengumpulan Data ... 63
3.4. Analisis Data ... 68
3.5. Defenisi Operasional ... 69
3.6. Validasi Data ... 71
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 76
4.1. Temuan Penelitian ... 76
4.1.1. Gambaran Umum Profil IPDN ... 76
4.1.2. Pola Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan ………. 83
4.1.3. Upaya Pembentukan Manusia Utuh dari Aktivitas Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan ……… 95
4.1.4. Nilai Kemanusiaan yang terbentuk dari Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan………... 123
4.2. Pembahasan …. ... ... 137
4.2.1. Profil IPDN Mencerminkan Lembaga Pendidikan Berkarakter 137
4.2.2. Konstruksi Konsep Manusia Utuh dari Pola Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan……… 143
4.2.3. Konstruksi Konsep Manusia Utuh dari Aktivitas Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan ……… 155
4.2.4. Konstruksi Konsep Manusi Utuh dari Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Terbentuk melalui Pengasuhan untuk Keseksama Nilai… 168
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 187
5.1. Simpulan .. ... …. 187
5.2. Implikasi ... …. 193
5.3. Rekomendasi………. ... …. 194
DAFTAR PUSTAKA ……… 196
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Konfigurasi Karakter dalam Konteks Totalitas
Proses Psiko-sosial……… 26 Gambar 2.2 Skema Transformasi Sosial Pendidikan Karakter………. 33 Gambar 3.1 Komponen Analisis Data ... 68
Gambar 3.2 Proses Analisis Penelitian ... 69
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.3 Konstrusi Konsep Utuh dalam Keterkaita Ruang………... 148
Gambar 4.4 Relevansi Tahap Pembentukan Karakter Praja dengan The Stage of Meaning... 150
Gambar 4.5 Pembentukan Nilai Manusia Utuh………... 174
Gambar 4.6 Proses Pembiasaan Karakter……… .. 175
Gambar 4.7 Keterkaitan antar Komponen Karakter…………... 176
DAFTAR TABEL Nomor Tabel Halaman Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter Kemendiknas 2010………. 23
Tabel 2.2 Skema Unsur Kemanusiaan menurut Upaya dan Urutan Nilai 54
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... .. 67
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.2 Beberapa Aspek Terkait Pola Pengasuhan IPDN……… 94
Tabel 4.3 Jadwal Aktivitas Rutin Harian Praja……….. 113
Tabel 4.4 Identifikasi Aktivitas Pengasuhan Membentuk Manusia utuh 122
Tabel 4.5 Nilai-Nilai dari Unsur Ketakwaan……… 125
Tabel 4.6 Nilai-Nilai dari Unsur Etika………….……… 128
Tabel 4.7 Nilai-Nilai dari Unsur Komunikasi ……….. 130
Tabel 4.8 Nilai-Nilai dari Unsur Penalaran ………. 132
Tabel 4.9 Nilai-Nilai dari Unsur Fisik/Kebadanan………….. ………… 134
Tabel 4.10 Konstruksi Konsep Utuh dalam Dimensi Waktu………. 151
Tabel 4.11 Korelasi Kurikulum Pengasuhan Terkait Unsur Manusia Utuh 153
Tabel 4.12 Kategorisasi Pelanggaran Praja………. 154
Tabel 4.13 Kontruksi Konsep Manusia Utuh dari Aktivitas Pengasuhan .. 165
Tabel 4.14 Pembobotan Upaya dan Manfaat Nilai ………. 171
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
BAB II PENDIDIKAN KARAKTER, PENGASUHAN, MANUSIA UTUH……… 15
4.1.3. Upaya Pembentukan Manusia Utuh dari Aktivitas Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan ……… 95
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4.2. Pembahasan …. ... ... 137
4.2.1. Profil IPDN Mencerminkan Lembaga Pendidikan Berkarakter 137
4.2.2. Konstruksi Konsep Manusia Utuh dari Pola Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan……… 143
4.2.3. Konstruksi Konsep Manusia Utuh dari Aktivitas Pendidikan Karakter melalui Pengasuhan ……… 155
4.2.4. Konstruksi Konsep Manusi Utuh dari Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Terbentuk melalui Pengasuhan untuk Keseksama Nilai… 168
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 187
5.1. Simpulan .. ... …. 187
5.2. Implikasi ... …. 193
5.3. Rekomendasi………. ... …. 194
DAFTAR PUSTAKA ……… 196
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Konfigurasi Karakter dalam Konteks Totalitas
Proses Psiko-sosial……… 26
Gambar 2.2 Skema Transformasi Sosial Pendidikan Karakter………. 33
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data ... 68
Gambar 3.2 Proses Analisis Penelitian ... 69
Gambar 4.1 Makna Lambang Institut Pemerintahan Dalam Negeri…. 80
Gambar 4.2 Sinergisitas Triple Educators (Dosen, Pelatih, Pengasuh) 142
Gambar 4.3 Konstrusi Konsep Utuh dalam Keterkaita Ruang………... 148
Gambar 4.4 Relevansi Tahap Pembentukan Karakter Praja dengan The Stage of Meaning... 150
Gambar 4.5 Pembentukan Nilai Manusia Utuh………... 174
Gambar 4.6 Proses Pembiasaan Karakter……… .. 175
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Nilai-Nilai Karakter Kemendiknas 2010………. 23
Tabel 2.2 Skema Unsur Kemanusiaan menurut Upaya dan Urutan Nilai 54
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... .. 67
Tabel 4.1 Tahap-Tahap Pembinaan Karakter Praja IPDN……….. 86
Tabel 4.2 Beberapa Aspek Terkait Pola Pengasuhan IPDN……… 94
Tabel 4.3 Jadwal Aktivitas Rutin Harian Praja……….. 113
Tabel 4.4 Identifikasi Aktivitas Pengasuhan Membentuk Manusia utuh 122
Tabel 4.5 Nilai-Nilai dari Unsur Ketakwaan……… 125
Tabel 4.6 Nilai-Nilai dari Unsur Etika………….……… 128
Tabel 4.7 Nilai-Nilai dari Unsur Komunikasi ……….. 130
Tabel 4.8 Nilai-Nilai dari Unsur Penalaran ………. 132
Tabel 4.9 Nilai-Nilai dari Unsur Fisik/Kebadanan………….. ………… 134
Tabel 4.10 Konstruksi Konsep Utuh dalam Dimensi Waktu………. 151
Tabel 4.11 Korelasi Kurikulum Pengasuhan Terkait Unsur Manusia Utuh 153
Tabel 4.12 Kategorisasi Pelanggaran Praja………. 154
Tabel 4.13 Kontruksi Konsep Manusia Utuh dari Aktivitas Pengasuhan .. 165
Tabel 4.14 Pembobotan Upaya dan Manfaat Nilai ………. 171
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan Nasional di bidang pengembangan sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas melalui pendidikan merupakan upaya yang
sungguh-sungguh dan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 dan secara historis dalam beberapa GBHN. Di dalam Undang-undang No. 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tercantum fungsi dan tujuan
pendidikan nasional yang juga mencerminkan konsep dan tujuan pendidikan umum.
Secara lengkap fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam pasal 3
UU No. 20 tahun 2003 adalah sebagai berikut :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas
manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Rumusan tujuan pendidikan nasional ini menjadi dasar dalam pengembangan
pendidikan karakter bangsa.Tujuan tersebut bukan hanya untuk sekelompok orang
peserta didik tertentu yang meggeluti suatu bidang spesialisasi tertentu, melainkan
untuk semua peserta didik. Tujuan ini tidak dapat dicapai oleh pendidikan yang hanya
menekankan aspek intelektual atau keterampilan tertentu saja karena tujuan tersebut
menggambarkan keterpaduan dari berbagai ranah, bahkan ranah afektif. Oleh karena
itu tujuan pendidikan seperti itu hanya dapat dicapai oleh suatu pendidikan yang
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya diharapkan dapat dicapai oleh
tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan umum yaitu
membina warga Negara Indonesia yang memiliki kepribadian yang baik, terpadu, dan
terdidik, yang disebut sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Manusia Indonesia
seutuhnya itu secara singkat dapat digambarkan sebagai manusia yang memiliki
kepribadian terpadu (kognitif, psikomotorik dan afektif) dengan penekanan yang
lebih besar pada aspek afektifnya serta terpadu jasmani dan rohaninya (Maftuh, 2009.
Hlm.15). Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, perlu di pahami aspek
potensi manusia yang penting untuk dikembangkan sebagai upaya pembentukan
manusia berkepribadian utuh melalui proses knowing the good, loving the good,
feeling the good, acting the good, sama-sama melibatkan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik (Megawangi, 2004, hlm. 105).
Pendidikan yang berkualitas akan menentukan mutu kehidupan pribadi,
masyarakat, dan bangsa dalam rangka mengantisipasi, mengatasi persoalan dan
tantangan yang terjadi dalam masyarakat pada masa kini dan masa depan
sebagaimana yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi, agar melakukan revolusi
mental. Maka diperlukan pendidikan yang dapat membentuk sumber daya manusia
Indonesia yang handal, berdaya saing dan berkarakter kuat dan baik. Individu yang
berkarakter kuat dan baik adalah mereka yang memiliki akhlak, moral dan budi
pekerti yang baik. Alternatif caranya, dengan menerapkan pendidikan karakter
sebagai pendidikan yang mernyempurnakan budi pekerti atau perilaku manusia sesuai
dengan hakikatnya, dimana kita berproses dalam karakter kita, seiring suatu nilai
menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin yang dapat diandalkan untuk
menanggapi situasi dengan cara yang menurut moral itu baik.
Pendidikan karakter dilakukan dengan mengembangkan seluruh potensi dan
dimensi secara utuh, yang meliputi aspek kognitif, emosi, sosial, spiritual, motorik
dan kreativitas dalam suasana kondusif yang penuh kasih sayang, agamis dan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sayang dan kedamaian (Jareonsettasin, 2000). Karakter yang terasa demikian
memiliki tiga bagian yang saling berhubungan, yaitu : pengetahuan moral (moral
knowing), perasaan moral (moral feeling) dan perilaku moral (moral behavior), atau
kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati dan kebiasaan dalam tindakan
(Lickona, 1991, hlm. 81-82).
Pendidikan karakter adalah suatu proses yang ditularkan, diteladani,
dibiasakan dan pada akhirnya akan tampak sebagai karakter yang selalu diterapkan.
Jika peserta didik sebagai pembelajar telah dibiasakan untuk melihat dan meneladani
nilai-nilai positif itu saat mereka dididik di sekolah, maka mereka akan menjadi
generasi bangsa dengan segala karakter positif. Bukan generasi yang korup, bukan
generasi yang selalu saling sikut demi kekuasaan dan jabatan, bukan generasi yang
mudah menanggalkan identitasnya sebagai manusia bertaqwa kepada Tuhan YME
dan berjiwa Pancasila. Selayaknya menjadi pribadi dengan jiwa konstruktif, inovatif,
dan solutif yang siap mengikis dan menyelesaikan segala kemelut bangsa yang
tengah sekarat dengan carut-marut ini, dan generasi yang siap mencopot segala krisis
multidimensi. Pendidikan karakter yang digulirkan bertujuan untuk membantu
peserta didik memahami, memperhatikan dan melakukan nilai-nilai kebaikan atau
etika, hingga peserta didik pelan-pelan akan terbentuk menjadi pribadi yang memiliki
sifat kejujuran, pantang menyerah, memiliki etos kerja, mau tertib patuh pada aturan,
punya kepedulian pada sesama, dan sebagainya.
Pendidikan karakter diharapkan dapat mencegah tumbuhnya sifat-sifat buruk
yang dapat menutupi fitrah manusia, serta melatih peserta didik untuk terus
melakukan perbuatan baik sehingga mengakar kuat dalam diri yang tercermin dalam
tindakannya yang senantiasa melakukan kebajikan. Begitu banyak manusia yang tahu
perilakunya yang buruk tapi tidak tahu cara mengubahnya. Oleh karena itu diperlukan
pendidikan karakter yang eksplisit, yang mencakup bukan saja pengetahuan baik dan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana meningkatkan kemampuan afektif untuk menumbuhkan cinta kepada
kebajikan dan melatih secara terus menerus perbuatan baik dalam tindakan nyata.
Tujuan pendidikan karakter adalah membentuk pribadi peserta didik, agar
menjadi manusia yang seutuhnya. Karakter utuh ini padat muatan moral dan harus
diajarkan sekolah dan perguruan tinggi dalam suasana demokrasi. Sekolah
memerlukan konsep karakter dan komitmen untuk mengembangkan konsep tersebut
dalam diri peserta didiknya (Lickona, 2012, hlm. 79). Oleh karena itu, hakikat dari
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai
(Wibowo, 2013, hlm 39), yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
agama dan budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian
generasi muda agar menjadi manusia yang seutuhnya (paripurna). Usaha untuk
pembentukan dan pengembangan karakter seseorang tidaklah mudah, memerlukan
pendekatan yang komprehensif yang dilakukan secara eksplisit, sistematis dan
berkesinambungan. Pendidikan karakter dapat memberi pengetahuan mana yang baik
dan mana yang buruk serta membuat sifat-sifat baik mengakar di dalam diri peserta
didik yang membuatnya menjadi manusia utuh (Insan kamil).
Semakin kuatnya tedensi yang ada dalam pendidikan di Indonesia yang lebih
memfokuskan diri pada aspek kognitif-intelektual dan aspek psikomotorik keahlian
(skill), cenderung tidak memperhatikan aspek afektif. Akibatnya banyak kita temui
generasi muda yang cenderung tidak mampu mengendalikan emosi, jiwanya gersang,
tingkat spritualitasnya dan daya juang serta rasa peduli terhadap lingkungan yang
masih rendah, sehingga muncul berbagai peristiwa yang diakibatkan rendahnya nilai
moral dan karakter bangsa. Banyaknya kasus-kasus seperti perkelahian masal,
meningkatnya kenakalan remaja seperti kasus-kasus begal yang pada umumnya
dilakukan oleh anak-anak muda, kekerasan terhadap anak, perilaku amoral, berbagai
kasus dekadensi moral. Gejala tersebut bahkan di tempat-tempat tertentu telah sampai
pada taraf yang sangat meresahkan tata kehidupan, dan tidak mencerminkan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Maraknya perilaku menyimpang itu umumnya menunjuk pada kesadaran
akhlak dan moral yang merosot. Pendidikan di Indonesia cenderung menyiapkan
anak untuk cerdas secara intelektual, mengaktifkan otak kiri dan mengabaikan
potensi otak kanan. Akibatnya banyak orang pintar yang tidak benar dalam
perilakunya. Kecerdasan yang dimiliki tidak dimanfaatkan di jalan yang lurus yang
Allah ridhoi. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan belum mampu untuk
mengembangkan aspek afektif secara optimal, sehingga harapan untuk mewujudkan
manusia yang seutuhnya melalui pendidikan masih perlu mendapat perhatian khusus,
maka solusinya adalah menerapkan pendidikan karakter.
Seluruh upaya pendidikan diarahkan pada pembinaan karakter yang melalui
olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, olah raga (Kemendiknas, 2010, hlm. 10).
Banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan
karakter pada lembaga pendidikan formal (persekolahan dan perguruan tinggi).
Sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda, lembaga pendidikan diharapkan
dapat meningkatkan peranannya dalam pengembangan mental spritual peserta didik
melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Pendidik harus
menjadi model dari karakteristik yang diinginkan pada diri peserta didik, nilai-nlai
yang diinginkan juga harus menjadi bagian terintegrasi dari olah raga dan kegiatan
ekstrakurikuler (Na-Ayudya, 2008, hlm. 7).
Pendidik dituntut untuk dapat membantu peserta didiknya dalam
mengembangkan dan mengamalkan kualitas keutamaan dan mencegah anak didik
kita menjadi kandidat-kandidat warga negara yang berwatak negatif atau tidak
terpuji. Anak-anak didik harus mendahulukan otak daripada otot. Kita perlu berupaya
mencegah peserta didik calon-calon individu yang tidak jujur, tidak sabar, tidak
toleran, tidak adil, tidak bertanggung jawab, tidak rajin, tidak disiplin, tidak tabah dan
tidak ramah. Kita harus mencegah generasi muda kita yang mendahulukan emosi,
keserakahan dan kekerasan diatas nalar, martabat dan kedamaian umat manusia
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk pembentukan karakter sangat dipengaruhi oleh lingkungan, Djohar
(dalam Wibowo, 2013. Hlm. 121) mengidentifikasi tiga faktor yang mempengaruhi
terbentuknya karakter seseorang, (1) modal budaya yang dibawa sejak kecil, (2)
dampak lingkungannya, (3) kekuatan individu merespon dampak lingkungannya.
Menciptakan lingkungan yang kondusif dan mendukung menjadi sangat penting
dalam menumbuh kembangkan karakter seorang mahasiswa. Untuk keberhasilan
pendidikan karakter dalam konteks perguruan tinggi, ditentukan oleh lingkungan
kampus, baik ekosistem dan akademiknya serta strategi implementasi, seharusnya
semua itu disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan karakter dapat berjalan
dengan baik dan mendukung pengembangan karakter mulia mahasiswa (Wibowo,
2013.122).
Pemerintah telah membuat dan menetapkan Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025, yang tujuannya membina dan
mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan masyarakat
ber-Ketuhanan yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa
persatuan Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia (Pemerintah Republik Indonesia, 2010 : 4). Kebijakan Nasional
Pembangunan Karakter bangsa memiliki tiga fungsi utama, yaitu :
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikir baik, dan berperilaku baik;
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik ; dan
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila. (Wibowo, 2013. Hlm. 123)
Satuan pendidikan formal dari SD sampai perguruan tinggi sangat sentral
posisi dan perannya dalam mengembangkan karakter. Menurut Budimansyah (2010,
hlm. 11) pendidikan karakter diperguruan tinggi merupakan tahapan pembentukan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan menengah karena merupakan tindak lanjut dari pendidikan karakter di sekolah.
Untuk lingkup satuan perguruan tinggi dilaksanakan melalui tridharma perguruan
tinggi , budaya organisasi, kegiatan kemahasiswaan dan kegiatan keseharian (Tim
Pendidikan Karakter Ditjen Dikti, 2010).
Sejumlah perguruan tinggi di Indonesia telah mengembagkan strategi
pelaksanaan pendidikan karakter. Model pendidikan karakter UPI Bandung
dikembangkan melalui tiga cara, yaitu : (a) melalui penguatan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn); (b) mengoptimalkan layanan bimbingan konseling kepada
para mahasiswa; dan (c) menyelenggarakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik
(Budimansyah, dkk. 2010. Hlm. v). Pendidikan karakter Universitas Indonesia
dikembangkan dan diimplementasikan melalui dua kegiatan utama, yaitu Orientasi
Belajar Mahasiswa (OBM) dan Program Dasar Pendidikan Tinggi (PDPT).
IPDN yang merupakan salah satu perguruan tinggi kedinasan menerapkan
pendidikan karakter melalui pendekatan tritunggal terpadu (pengajaran, pelatihan dan
pengasuhan). Pengajaran untuk membentuk kecerdasan intelektual dan pelatihan
untuk membentuk kecerdasan psikomotorik dan pengasuhan untuk membentuk
kecerdasan afektif. Keunikan pendidikan di IPDN justru dengan adanya pendidikan
karakter dilakukan melalui pendekatan pengasuhan. Pengasuhan IPDN sebagai
strategi pendidikan karakter yang dirancang khusus lengkap dengan kurikulum
pengasuhannya.
Menurut Engel (1997), pengasuhan erat kaitannya dengan kemampuan suatu
keluarga atau komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan
untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial anak-anak yang sedang dalam
masa pertumbuhan . Dalam kamus bahasa Indonesia pengasuhan yaitu :
“cara mengasuh”, merupakan sikap dalam upaya mendidik anak dengan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bagaimana membimbing dan mendidik anak secara psikis menuju kedewasaan (tersedia dalamhttp://library.walisongo.ac.id/ digilib/download. php?id=2175 diakses tanggal 17 April 2015).
Sebagaimana pengasuhan di IPDN sangat diperlukan, karena peserta didik di
IPDN selama masa pendidikan yaitu empat tahun ditempatkan di asrama. Kehidupan
di asrama selama 24 jam dalam sehari semalam dengan peserta didik berasal dari
berbagai daerah di Indonesia dengan beragam suku bangsa dan agama, maka
diperlukan pengaturan secara seksama. Keberadaan pengasuhan berfungsi
membentuk karakter keprofesionalannya. Bahkan dari sisi ruang dan waktu, porsi
terbesarnya pada pegasuhan selama 24 jam dalam sehari semalam.
Implementasi dari pendidikan karakter melalui pengasuhan ditentukan oleh
sempurnanya keterkaitan fenomena nilainya, sementara orang merasa perlu adanya
mata pelajaran etika atau budi pekerti. Seolah-olah semua ingin dijadikan mata kuliah
tersendiri dan dimasukkan kedalam kurikulum pengajaran. Padahal tidak semua yang
diperlukan dimasukkan kedalam kurikulum yang menjadi mata pelajaran, melainkan
bisa dimasukkan kedalam konsep pengasuhan.
Pendidikan perilaku keterkaitannya lebih banyak kepada kesepakatan dan hal
itu dibangun di dalam pola asuhan, bukan dihafalin, dan tataran implementasi
ilmunya adalah ilmu bersepakat seperti dalam cara berkomunikasi dan melihat nilai.
Sangat bisa diasumsikan bahwa pola pengasuhan penting bagi perguruan tinggi
lainnya karena pendidikan karakter itu bisa melalui pendidikan formal dalam kelas,
melalui kegiatan ekstrakurikuler atau melalui pengasuhan sebagai pengganti
keluarga. Peran keluarga dalam komunitas terkecil dalam suatu bangsa harus
berkelanjutan.
Saat anak sekolah dari SD sampai SMA, mereka diasuh oleh keluarganya atau
orang tuanya. Sedangkan pada saat mereka memasuki jenjang perguruan tinggi,
akademiknya tetap berkelanjutan sedangkan pengasuhannya terputus atau diserahkan
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan oleh orang tua sejak dini, tidak selayaknya ketika masuk perguruan tinggi
terlepas dari orang tua dan tidak ada penggantinya, maka terjadi konsep pengasuhan
yang tidak berkesinambungan, masalahnya bisa lebih gawat daripada
ketidaksinambungan pendidikan kurikuler di kelas.
Saat ini kita memerlukan pendidikan karakter untuk membina anak bangsa
agar menjadi manusia seutuhnya, diantaranya melalui pengasuhan, sehingga
menemukan identitas diri, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan
masyarakat, lingkungan alam dan nilai-nilai spiritual (Lennox, 2009,hlm.15).
Pembinaan karakter bertujuan untuk pengembangan nilai-nilai karakter peserta didik
yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku manusia secara utuh
yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah (Kesuma dkk,
2012, hlm. 5), maka diupayakan strukturisasi keseimbangan antara dunia lahiriah dan
dunia bathiniah atau keseimbangan perilaku jasmani dan perilaku rohani (Amin,
2011, hlm. 113).
Kita perlu menghidupkan kembali pendidikan yang diarahkan pada aspek
afektif untuk pembentukan manusia menuju kesempurnaan ideal jiwa dan badan,
membentuk budaya intelektual dan spiritual. Hal ini sejalan dengan dua deskripsi
kemanusiaan yang saling melengkapi yaitu deskripsi upaya fisik yang berangkat dari
sumber fenomena kealaman dan deskripsi nilai yang berangkat dari sumber fenomena
ketuhanan (gaib) yang membuka peluang manfaat, maka dari kedua fenomena
tersebut yaitu fenomena kealaman dan fenomena Ilahiyah maka diturunkan konsep
manusia seutuhnya yang merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang esensinya
terletak pada kemandirian manusia dengan keutuhan unsur-unsurnya yaitu takwa,
etika, komunikasi, nalar dan fisik (Purwasasmita, 2012, hlm. 3).
Istilah utuh berada pada tujuan yang paling ideal sebagai penunjuk arah segala
tindakan pendidikan. Pada kenyataan sebenarnya keutuhan manusia bisa berlaku
relatif. Dalam psikologi, utuh diartikan sebagai pribadi yang matang, pribadi yang
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bahasa Islam, utuh dapat dimaknai sebagai manusia kaffah, insan kamil, akhlak mulia
atau dalam bahasa psikologi Islam, utuh berarti pribadi paripurna atau pribadi
muthmainnah. Semua istilah itu memiliki tekanan masing-masing tetapi pada
dasarnya semuanya tercakup dalam keutuhan yang ideal, yaitu kesatuan dan
keseimbangan antara kebutuhan badan, psikis, sosial dan spiritual atau disebut
dengan bio-psycho-socio-spiritual (Mulyana, 2011, hlm. 164).
Fenomena proses pembinaan manusia utuh terjadi pada diri praja, baik secara
individu maupun kelompok dalam setting pendidikan karakter melalui pengasuhan.
Kalau dalam skala individu adalah berkaitan dengan badan dan diri nya yang mandiri.
Maka gabungan dari individu akan menentukan skala kemanusiaan yang lebih besar
atau multiskala, seperti komunitas institusi dan skala kebangsaan yang ditentukan
oleh tingkat kemandirian (Purwasasmita, 2012, hlm. 136). Pengasuhan merupakan
proses yang panjang dan proses pengasuhan akan mencakup : 1) interaksi antara
anak, orang tua, dan masyarakat lingkungannya, 2) penyesuaian kebutuhan hidup dan
temperamen anak dengan orang tuanya, 3) pemenuhan tanggung jawab untuk
membesarkan dan memenuhi kebutuhan anak (tersedia pada
http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/ 34210/3/ Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 17 April 2015).
Menjadi hal yang penting saat kita membicarakan peserta didik karena mereka
adalah generasi bangsa yang dimasa mendatang akan menjadi khalifah yang
meneruskan peradaban bangsa. Menjadi keharusan bagi kita untuk memastikan
mereka dibentuk dengan cara yang benar sehingga menjadi individu dengan karakter
pembangun dan pejuang yang akan membangun negaranya serta memperjuangkan
harkat dan martabat bangsanya. Jika pendidikan di Indonesia berhasil melakukan itu,
maka kita tidak perlu khawatir untuk mempercayai anak-anak bangsa itu sebagai
pemimpin dan pemegang birokrasi kelak. Peserta didik yang dihasilkan adalah
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anggota masyarakat yang berguna, dan bertanggungjawab atas kebahagiaan dirinya
dan kesejahteraan orang lain.
Manusia merdeka adalah seseorang yang mampu berkembang secara utuh dan
selaras dari segala aspek kemanusiaannya dan yang mampu menghargai dan
menghormati kemanusiaan setiap orang. Pepatah Ki Hajar Dewantara ini sangat tepat
yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Metode pendidikan yang sesuai adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berasal dari
falsafah Ki Hajar Dewantara Ing Ngarso Suntulodo, Ing Madyo Mangun Karso dan
Tut Wuri Handayani (tersedia pada http://langkahkebebasan. blogspot.com /p/
edukasi.html diakses 20 April 2015). Sesuai juga dengan falsafah budaya sunda yang
terkenal dengan trilogi siliasih (saling mengasihi), siliasah (saling menasehati),
siliasuh (saling mendukung).
Pengasuhan di IPDN sebagai ruh pembentukan kepribadian praja yang selama
ini dilaksanakan, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih mendalam dan
berkompeten dalam rangka membangun nilai-nilai integritas dan kompetensi praja
yang berkarakter sebagai manusia utuh yang akan mengemban tugas sebagai kader
pemerintahan dalam negeri. Hal ini memuat konteks serta makna yang penting untuk
dikaji secara mendalam, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang permasalahan
ini, sehingga bisa menemukan konsep pengasuhan dalam membentuk manusia
seutuhnya yang tidak hanya berguna di IPDN, tetapi diharapkan bisa berguna juga di
tempat pendidikan lainnya.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas maka
teridentifikasi beberapa masalah yang menyebabkan terjadinya kesenjangan, untuk
mendapatkan perhatian dan solusi yaitu :
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Potensi olah pikir, olah rasa, olah hati yang dimiliki oleh pendidik dan peserta didik belum diberdayakan secara optimal.
3) Generasi muda yang sekarang cenderung tidak mampu mengendalikan emosi, tingkat spritualitas dan daya juangnya masih rendah.
4) Dukungan lembaga pendidikaan atas program pemerintah dalam proses pendidikan karakter belum maksimal.
5) Pentingnya proses pengasuhan sebagai bagian dari pendidikan formal pada sekolah yang berasrama seperti di IPDN untuk membangun sisi ideal manusia utuh belum dilakukan secara seksama.
6) Pengasuh sebagai pendidik, pengawas, sebagai tutor, guru kehidupan bagi peserta didik di IPDN belum berfungsi maksimal dalam mewujudkan praja sebagai manusia utuh.
7) Konsep dasar Institusi dalam proses pengasuhan belum dipahami secara benar oleh pengasuh dan oleh peserta didik.
8) Mengacu sisi ideal kemanusiaan, pengasuh dituntut oleh kreteria profesionalismenya.
9) Diperlukan konsep pengasuhan yang tepat untuk mewujudkan manusia utuh.
Bertolak dari latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah
dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah : Bagaimanakah konstruksi konsep manusia utuh dari pola dan aktivitas
peserta didik dalam pendidikan karakter melalui pengasuhan agar terbentuk manusia
seutuhnya? Agar masalah lebih terinci maka dirumuskan dalam bentuk pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1) Bagaimanakah gambaran umum profil IPDN sebagai lokasi penelitian
pendidikan karakter?
2) Bagaimanakah mengkonstruksi konsep manusia utuh dari pola pendidikan
karakter melalui pengasuhan?
3) Bagaimanakah mengkonstruksi konsep manusia utuh dari aktivitas peserta
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4) Nilai-nilai kemanusiaan apa sajakah yang terbentuk dari aktivitas peserta
didik dengan pendidikan karakter melalui pengasuhan dan bagaimanakah
melihat keseksamaan dari temuan nilai-nilai yang dikaji?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian ini secara
umum untuk mengkonstruksi konsep manusia utuh dalam konteks pendidikan
karakter berbasis pengasuhan. Secara khusus penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui gambaran umum profil IPDN sebagai lokasi penelitian
pendidikan karakter.
2. Untuk mengkaji dan mengkonstruksi konsep manusia utuh dari pola
pendidikan karakter melalui pengasuhan.
3. Untuk mengkaji dan mengkonstruksi konsep manusia utuh dari aktivitas
peserta didik dalam pendidikan karakter melalui pengasuhan.
4. Untuk menemukan nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk dari pendidikan
karakter melalui pengasuhan dan melihat keseksamaan dari temuan nilai-nilai
yang dikaji.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat baik
secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis: untuk menemukan konsep
pembentukan manusia utuh dari pengasuhan dalam kerangka pendidikan karakter
dalam membina dan mengarahkan peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya.
Untuk memperkaya khasanah keilmuan dalam rangka temuan baru terkait dengan
penerapan ilmu secara aplikatif di bidang sosial, pendidikan, sosiologi, psikologi
serta sebagai bahan informasi dan kajian bagi para pemerhati, peminat dan peneliti
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selain memberikan manfaat secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat praktis bagi beberapa pihak sebagai berikut:
1) Bagi peneliti, sebagai bahan untuk mengembangkan teori pendidikan karakter
khususnya berkaitan dengan pengasuhan dalam membentuk manusia
seutuhnya.
2) Bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini memberikan masukan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan karakter melalui program pengasuhan
sehingga terwujudnya manusia seutuhnya. Bagi peserta didik (praja), hasil
penelitian ini berguna agar proses pendidikan karakter melalui sistem
pengasuhan senantiasa diikuti dan ditaati agar terbentuknya praja sebagai
manusia seutuhnya.
3) Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan untuk
kajian lebih lanjut, agar diperoleh perbandingan untuk menambah khasanah
keilmuan.
4) Bagi pengambil keputusan/kebijakan pendidikan, hasil penelitian ini dapat
menjadi masukan dalam mengambil kebijakan pendidikan baik ditingkat pusat
maupun daerah dan di tingkat satuan pendidikan sehingga ada umpan balik
(feedback).
5) Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi
pengembangan karakter peserta didik di lingkungan kampus IPDN.
1.5. Struktur Organisasi Disertasi
Pada bagian ini dipaparkan keseluruhan isi disertasi secara berurutan dari bab
I sampai bab Bab V sebagai berikut :
Bab I pendahuluan yang berisikan :1) latar belakang penelitian, 2) rumusan
masalah penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) manfaat penelitian dan 5) struktur
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bab II, kajian pustaka tentang pendidikan karakter, pengasuhan, dan manusia
utuh, yang meliputi : 1) hakekat pendidikan, 2) makna karakter, 3) konsep pendidikan
karakter, 4) konsep pengasuhan, 5) konsep manusia utuh, 6) penelitian yang relevan.
Bab III, metode penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai : 1) desain
penelitian, 2) partisipan dan tempat penelitian, 3) pengumpulan data, 4) analisis data,
5) defenisi operasional, 6)validasi data.
Bab IV memaparkan 1) temuan dan 2) pembahasan. Bab V merupakan bab
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Menurut Sugiyono (2005, hlm. 1) penelitian kualitatif adalah pendekatan
penelitian yang digunakan pada objek yang alamiah, yang lebih menekankan makna
daripada generalisasi dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Sejalan dengan
pernyataan Sugiyono tersebut, dimana dalam penelitian ini peneliti bermaksud
mengkonsepsi dan mempelajari makna dari nilai-nilai yang terbentuk dalam proses
pendidikan melalui pengasuhan secara alamiah dan mengkaji makna tersebut secara
mendalam sehingga dari penelitian ini dapat dirumuskan konsep baru tentang
pengasuhan dan mampu memprediksi mengapa terbentuknya suatu karakter, sikap
dan perilaku tertentu dari peserta didik melalui pengasuhan. Penelitian kualitatif lebih
berusaha memahami dan menafsirkan makna dari pendapat dan perilaku yang
ditampilkan manusia dalam suatu situasi menurut perspektif peneliti sendiri (Bogdan
dan Biklen, 1982,hlm. 31).
Selain itu, penelitan ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif karena
bertujuan untuk menggali dimensi pendidikan karakter melalui sistem pengasuhan
sebagai upaya membina praja agar berkepribadian utuh. Dengan pendekatan ini
peneliti meneliti gejala dan kebiasaan serta pengalaman-pengalaman dilapangan
berkaitan dengan kegiatan pembinaan karakter di IPDN melalui sistem pengasuhan.
Untuk menemukan pola pembinaan karakter peserta didik , sehingga memperoleh
pemahaman makna serta menemukan konsep dalam mewujudkan manusia seutuhnya.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Faisal (1990, hlm. 24) bahwa penelitian
kualitatif adalah sebuah pendekatan penelitian dalam kontek permasalahan fenomena
sosial, budaya dan tingkah laku manusia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena mengkaji suatu
perilaku manusia yang digambarkan melalui kata-kata. Penelitian kualitatif adalah
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2000, hlm. 3).
Penelitian ini adalah sebuah penelitian kualitatif berkaitan dengan proses pengasuhan
yang merupakan wahana pendidikan karakter meliputi pengembangan pemahaman
dan internalisasi nilai karakter kepada praja serta upaya untuk menciptakan kondisi
yang mewujudkan terbinanya praja yang mempunyai kepribadian yang utuh. Menurut
Ary dkk (2010) sebuah penelitian kualitatif tidak lepas kaitannya dengan persoalan
kontek dan makna.
Dalam penelitian ini kontek masalah yaitu pengasuhan praja yang diterapkan
dalam proses pendidikan di IPDN. Sedangkan makna yang menjadi fokus perhatian
dalam penelitian ini adalah nilai-nilai karakter yang tertanam dalam pembinaan praja
melalui pengasuhan yang bisa membentuk praja menjadi manusia seutuhnya.
Pernyataan di atas menyiratkan bahwa pendekatan kualitatif merupakan suatu
pendekatan yang menekankan pada kajian interpretatif data hasil penelitian dan tidak
menggunakan kuantifikasi atau perhitungan statistik (Strauss dan Corbin, 2009, hlm.
4). Pengertian lebih lanjut mengenai penelitian kualitatif sebagai berikut :
Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting
(Creswell, 1994, hlm. 15)
Kutipan di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah proses
penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan
cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks
bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para
informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Dalam
penelitian kualitatif, instrumen utama dalam penelitian adalah penulis sendiri yang
terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi melalui observasi dan
wawancara. Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama bagi keseluruhan
proses penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data,
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2000, hlm.132). Dengan demikian penulis lebih leluasa dalam mencari informasi dan
data yang terperinci dari subjek penelitian tentang berbagai hal yang diperlukan
dalam penelitian yang sedang dilaksanakan.
Pendekatan penelitian ini adalah dengan metode grounded theory yang
menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan konsep atau teori
dasar, yang disusun secara induktif, tentang suatu fenomena, karena bertujuan untuk
menemukan konsep, dalil, pendekatan atau teori baru berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan (Strauss dan Corbin, 2003, hlm.12 ). Temuan penelitiannya
merupakan rumusan tentang realitas yang diteliti, bukan sekedar sederet angka atau
sejumlah tema yang kurang berkaitan. Melalui metodologi ini, tidak hanya dihasilkan
konsep-konsep dan hubungan antar konsep, namun juga dilakukan pengujian
sementara terhadap konsep ini. Tujuan metode grounded research adalah menyusun
teori atau konsep yang sesuai, dan menjelaskan tentang bidang yang diteliti.
Makna yang terkandung dalam grounded adalah konsep yang diperoleh secara
induktif dari penelitian tentang fenomena yang dijelaskan. Penelitian grounded
memberikan peluang sangat besar untuk menemukan konsep baru, disusun dan
dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis, dan analisis data yang
berkenaan dengan fenomena itu. Pengumpulan data, analisis data, dan teori saling
terkait dalam hubungan timbal balik. Peneliti tidak memulai penyelidikan dengan
pegangan pada suatu teori tertentu lalu membuktikannya, melainkan dengan
pegangan pada suatu bidang kajian dan hal-hal yang terkait dengan bidang tersebut
(Strauss dan Corbin, 2003, hlm. 10-11).
Penelitian grounded memiliki tiga macam sistem pengkodean, yakni open
coding, axial coding, dan selective coding (Straus dan Corbin, 2003, hlm.51-54;
Creswell, 1998:57). Dalam penelitian ini, sistem pengkodean yang digunakan adalah
pemberian kode secara terbuka (open coding) dengan urutan langkah-langkah
sebagaimana dikemukakan Straus dan Corbin (2003, hlm 57-71) sebagai berikut:
pelabelan fenomena, penemuan kategori, penamaan kategori, penyusunan kategori,
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selanjutnya langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut : dalam langkah
pelabelan fenomena sebagai langkah awal analisis data, peneliti dituntut untuk peka
dengan pengenalan konsep-konsep atau konseptualisasi data dengan memberi nama
kegiatan/aktivitas informan yang dilakukan selama diamati, ditanya, ataupun
diwawancarai.
Setelah konseptualisasi data, selanjutnya adalah penemuan kategori. Pada
langkah ini, konsep-konsep dikategorikan, dikelompokkan berdasarkan
persamaan-persamaannya. Karena itu, langkah ini sering pula disebut ”pengkategorian”
berdasarkan jumlah pengelompokkannya. Setelah pengkategorian konsep, penulis
memberikan nama terhadap kategori-kategori yang relevan dengan data yang
diperoleh, dan menyusun kategori yang ada berdasarkan sifat masing-masing kategori
sebagai atribut dari suatu kategori. Langkah selanjutnya adalah memilih pengkodean
yang digunakan. Dalam hal ini, peneliti memilih pengkodean terbuka, artinya semua
fenomena diidentifikasi terlebih dahulu tanpa memandang jenis, sifat, dan
substansinya. Setelah itu peneliti dapat memulai menganalisis data baik dengan
analisis baris per baris yang memerlukan pengujian frase per frase bahkan kata demi
kata secara rinci. Cara kedua dapat dilakukan dengan paragraf, dimana tujuannya
untuk memahami makna yang terkandung dari paragraf itu. Langkah terakhir adalah
menyajikan data dan membuat interpretasi. Pada langkah ini peneliti menyajikan data
yang sedapat mungkin mudah dipahami oleh pembaca, sehingga alur berpikir peneliti
dapat diikuti pembaca. Akhirnya, peneliti berusaha menemukan suatu jawaban dari
interpretasi yang peneliti lakukan sebagai grounded dari data lapangan.
Penelitian ini mempelajari fenomena pengasuhan dalam pembinaan praja,
nilai apa yang terbentuk dari aktivitas, proses perubahan nilai, perubahan yang terjadi
dan dampak dari pembinaan karakter praja. Penelitian ini termasuk tipe penelitian
grounded, hal ini mengacu pada penjelasan yang dikemukakan oleh Ary dkk (2010)
tentang tipe-tipe penelitian kualitatif. Alasan utama bahwa penelitian ini termasuk
kepada penelitian grounded, karena fenomena yang dikaji berdasarkan data lapangan,
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karakter melalui pengasuhan praja sehingga ditemukan sejumlah konsep atau
fenomena saling terkait.
3.2. Partisipan dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di IPDN Jatinangor, karena di IPDN terdapat sistem
pendidikan yang holistik yaitu pendidikan tritunggal terpadu yang terdiri dari tiga
pendekatan yaitu melalui pengajaran, pelatihan dan pengasuhan yang masing-masing
mempunyai kurikulum tersendiri. Pengajaran dilakukan untuk membentuk
kecerdasan kognitif, pelatihan dilakukan untuk membentuk kecerdasan psikomotorik
sedangkan penelitian ini difokuskan pada pengasuhan yang bertujuan untuk mendidik
praja dan membina karakter praja agar cerdas secara afektifnya.
Penelitian kualitatif tidak mengenal sampel yang ditentukan berdasarkan
penghitungan secara kuantitatif, akan tetapi lebih kepada hal apa yang ingin dikaji
oleh peneliti. Karena itu dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah
secara sengaja atau purposive sampling, yang terpenting adalah bagaimana
menentukan informan kunci (key informan) yakni pihak-pihak yang dianggap dapat
memberikan informasi berkenaan dengan tujuan yang hendak dicapai atau situasi
sosial tertentu yang syarat dengan informasi sesuai dengan fokus penelitian.
Sebagai sampel dalam penelitian ini hanyalah sumber yang dapat memberikan
informasi. Sampel dalam penelitian ini berupa hal, peristiwa, manusia, situasi yang
diobservasi. Sering sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau
tujuan tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain yang dapat
memberikan informasi kemudian responden ini diminta pula menunjuk orang lain dan
seterusnya. Cara ini lazim disebut “snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan (Nasution, 1996, hlm 32). Sekaitan dengan itu, maka yang menjadi
subjek dalam penelitian ini adalah : praja, pengasuh asrama, kepala bagian
pengasuhan, dosen dan pelatih. Melalui pemilihan subjek tersebut diharapkan dapat
Devi Irena,2015
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PENGASUHAN UNTUK MEMBENTUK MANUSIA SEUTUHNYA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.3. Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini pada dasarnya berupa reaksi
pengasuh dan reaksi praja meliputi reaksi spontan dan alamiah yang diperoleh pada
saat berada dikampus dengan segenap aktivitasnya, respon tertulis, dan respon yang
diberikan melalui proses tanya jawab atau wawancara. Karena pengumpulan data
yang dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti sendiri, maka peneliti
bertindak sebagai instrumen pengumpul data dengan cara melakukan pengamatan
secara langsung dan seksama terhadap setiap respon praja dan pengasuh.
Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara
dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia.
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan adalah
teknik pengumpulan data kualitatif, yang meliputi wawancara, observasi, studi
dokumentasi dan studi literatur.
Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dalam hal ini, peneliti
datang kelokasi penelitian berulang kali selama satu tahun masa penelitian dan berada
dilapangan membaur dengan objek yang diteliti sehingga diperoleh data yang
diperlukan secara lebih meyakinkan keobyektivitasannya. Objek yang diamati adalah
berupa aktivitas keseharian praja dalam melaksanakan kegiatan pengasuhan yang
sudah ditetapkan oleh lembaga, pembinaan praja melalui pengasuhan oleh para
pengasuh, keaadaan lingkungan serta sarana prasarana tempat praja di didik dengan
program pengasuhan.
Observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen
pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan (Arikunto, 1998, hlm. 129).
Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh
subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data. Keberadaan
peneliti secara langsung di lapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk