PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF
DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR
KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG (Studi Deskriptif Mengenai Keterampilan Memelihara Diri)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh :
TITIS INGGRIANI 1002142
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
DAFTAR ISI
PERNYATAAN……….…….. i
ABSTRAK ………... ii
KATA PENGANTAR………... iii
DAFTAR ISI………...…... iv
DAFTAR TABEL………...……… v
DAFTAR GAMBAR……… vi
DAFTAR LAMPIRAN………...…... vii
BAB I PENDAHULUAN………..….… 1
A. Latar Belakang Penelitian………... 1
B. Fokus Masalah……….. 3
C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian………...…... 4
BAB II PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION………..………... 6
A. Kemandirian………...…. 6
B. Activity of Daily Living ………..………...…….... 10
C. Anak Low Vision………..…….. 19
BAB III METODE PENELITIAN………...……... 27
A. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 27
B. Metode Penelitian………..………...… 29
D. Teknik Pengumpulan Data………...………...….... 31
E. Penguji Keabsahan Data………...………... 34
F. Analisis Data………..………. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………..…...…. 38
A. Deskripsi Hasil Wawancara………....… 38
B. Pembahasan Hasil Penelitian………..………..….. 84
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………... 94
A. Simpulan………... 94
B. Saran ………... 96
DAFTAR PUSTAKA………... 98
ABSTRAK
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV
DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG
Titis Inggriani (1002142)
Kemandirian Activity Dailiy of Living merupakan salah satu aspek kemandirian yang harus dikembangkan dengan baik pada anak berkebutuhan khusus terutama Low Vision di dalam kehidupan sehari-hari. Karena selama ini anggapan dari orang pada umumnya mengenai Low Vision adalah mereka orang mempunyai sisa penglihatan yang dianggap tidak berdaya, perlu dikasihani, bergantung pada orang lain atau secara tidak langsung dapat dikatakan tidak mempunyai kemandirian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran kemandirian anak low vision dalam pelaksanaan pembelajaran kegiatan sehari-hari (activity of daily living) khususnya dalam keterampilan merawat diri (personal care skills). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian tentang “kemandirian activity daily of living anak low vision” ini adalah kualitatif yaitu suatu pendekatan yang tidak menggunakan suatu perhitungan statistik. Digunakannya metode penelitian deskriptif, karena peneliti bermaksud untuk meneliti kemandirian activity of daily living dengan cara mendeskripsikannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di SLB Negeri A Kota Bandung pada 2 orang anak low vision kelas IV. Hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian activity of daily living skills kedua anak kelas IV tersebut sudah baik. Disarankan terhadap orangtua dan guru, adanya kerjasama antara kedua pihak tersebut merupakan salah satu aspek yang dapat menunjang berkembangnya kemandirian anak, juga kedisiplinan dalam melatih kegiatan sehari-hari sejak dini merupakan salah satu faktor anak mampu untuk mencapai kemandiriannya.
ABSTRACTEDLY
INDEPENDENCE LEARNING PERFORMING ACTIVITY OF DAILY LIVING SKILLS CHILD LOW VISION ELEMENTARY SCHOOL BRAZES IV.
AT SLB NEGERI A KOTA BANDUNG
Titis Inggriani (1002142)
Independence Activity Dailiy of Living constitute one of independence aspect that shall be developed with every consideration on child gets special requirement especially Low Vision in day-to-day life . Since as it long assumption of person in a general way about Low Vision is their person have reputed sight rest over a barrel, need to be pitied, dependent on other people or indirectly get not been said has independence. To the effect this research to know child independence picture low vision in activity learning performing everyday( activity of daily living) notably deep skill nurses self (personal care skills). Approaching that is utilized in research about “ independence activity daily of living child low vision ” this is kualitatif which is an approaching that doesn't utilize a statistical count. It utilizes descriptive research method, since researcher intends to analyze independence activity of daily living by describes it. Data collecting tech that is utilized which is with interview, observation, and documentation. This research is done at SLB A's Country Bandung's City on 2 childs low vision class IV.. menunjukan's observational result that independence activity of daily living skills second child brazes IV. that was good. Suggested to parent and teacher, mark sense collaboration among party second that constitutes one of aspect which can prop its amends child independence, also discipline in coach knockabout activity early on constitutes one of child factor be able to reach its independence.
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Setiap individu ingin terlahir sempurna, tanpa ada kekurangan, tanpa ada
kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki alat indera yang lengkap, terutama
mata. Mata adalah jendela dunia, melalui mata individu dapat mengenal dan
mengetahui banyak hal. Mata juga membantu dalam beraktivitas dan
mengembangkan kegiatan secara mandiri.
Menurut Mangunsong (1998, hlm.39) “ tidak berfungsinya mata secara
optimal dapat mengahambat individu untuk melakukan aktivitasnya juga
menghambat perkembangan kemandirian individu.”
Pada penelitan ini, peneliti berfokus pada anak berkebutuhan khusus dengan
hambatan penglihatan kurang awas (low vision). Menurut Anggito Saputra dalam
http://anggitosaputra.blogspot.com/2012/06/konsep-tunanetra 02.html murid
tunanetra merupakan kelompok anak yang mengalami kelainan yang sedemikian
rupa pada indera penglihatannya. Sebagai akibat ketunanetraannya, maka
pemahaman terhadap dunia luar tidak diperoleh secara utuh, dengan demikian
murid tunanetra mengalami hambatan dalam mengetahui lingkungan sekitar.
Keterbatasan-keterbatasan murid tunanetra sebagai akibat langsung dari
ketunaannya. Hilangnya fungsi indera penglihatan bukan berarti murid tunanetra
tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, sebab masih ada
indera-indera lainnya yang bisa di optimalkan untuk dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekelilingnya. Menurut Suran dan Rizzo, 1979 (dikutip Mangunsong,
1998, hlm.42) mengemukakan bahwa “low vision merupakan salah satu bentuk gangguan penglihatan yang tidak dapat dibantu dengan menggunakan kacamata.
Jarak pandang maksimal untuk penyandang low vision adalah 6 meter dengan luas
pandangan maksimal 20 derajat. Penyandang low vision hanya kehilangan
sebagian penglihatannya dan masih memiliki sisa penglihatan yang dapat
digunakan untuk beraktivitas.” Sampai saat ini belum diketahui jumlah pasti
Dampak gangguan penglihatan pada aspek perkembangan tunanetra menurut
Mangunsong (1998, hlm.46) antara lain perkembangan kognitif dan kemampuan
konseptual, perkembangan motorik, dan perkembangan sosial. Pada aspek
perkembangan sosial, kondisi low vision menimbulkan dampak yakni penyandang
memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya, merasa tidak
berdaya dan cenderung bersikap tegantung dengan orang lain. Peran orang-orang
berada disekitar individu diperlukan untuk memberikan dukungan dan dorongan
agar penyandang low vision mampu berusaha sendiri dan memiliki kepercayaan
diri untuk melakukan berbagai macam kegiatan sendiri, tanpa bantuan orang lain
(Mangunsong, 1998, hlm. 49)
Seringkali penyandang low vision mengalami kesulitan dalam
mengembangkan kemandiriannya. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan
terhadap anak tunanetra low vision di kelas IV SDLB SLBN-A Kota Bandung,
masih banyak anak tunanetra low vision yang masih belum mampu hidup secara
mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Masrun (1986, hlm.8) mengemukakan bahwa:
Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain, maupun berpikir dan bertindak original/kreatif, dan penuh inisiatif, mampu mempengaruhi lingkungan, dan memperoleh kepuasan dari usahanya.
Namun dalam kenyataanya ketika anak low vision menjalani aktifitas
keseharian, mereka masih banyak bergantung terhadap orang lain dan masih
belum mampu mengekspresikan diri dengan lingkungannya. Contoh Kemandirian
Keterampilan Activity of Daily Living untuk anak low vison dalam keterampilan
merawat dan menolong diri sendiri, anak low vision dalam merawat diri yang
seharusnya mereka mampu melakukannya sendiri justru mereka sering meminta
bantuan dari orang lain. Ketika anak low vision melakukan mobilitas di dalam
lingkungan sekolah mereka terkadang akan merasa malu dan minder juga banyak
sekali ketakutan dalam pikiran mereka. Sehingga ada sebagian anak low vison
sehingga kondisi ini dapat menghambat anak low vision untuk mengembangkan
kemandiriannya.
Berdasarkan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pelaksanaan Pembelajaran Kemandirian Activity of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas IV Di SLB Negeri A Kota Bandung”.
B.Fokus Masalah
Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri
tanpa bantuan orang lain. Lebih dari itu masih banyak arti luas mengenai
kemandirian. Kemandirian merupakan suatu aspek yang dipandang sebagian
orang adalah hak bagi mereka yang mempunyai keadaan yang sempurna tanpa
kurang sesuatu apapun, namun bila kita melihat pada sisi anak berkebutuhan
khusus mereka justru lebih membutuhkan pendidikan kemandirian yang baik
sehingga mereka dapat menempatkan diri mereka pada masyarakat luas dengan
baik dan tanpa diskriminasi. Pelaksanaan Pembelajaran Kemandirian Activity
Dailiy of Living merupakan salah satu kemandirian yang harus dikembangkan
dengan baik pada anak berkebutuhan khusus terutama low vision di dalam
kehidupan sehari-hari. Karena selama ini anggapan dari orang pada umumnya
mengenai low vision adalah mereka orang mempunyai sisa penglihatan yang
dianggap tidak berdaya, perlu dikasihani, bergantung pada orang lain atau secara
tidak langsung dapat dikatakan tidak mempunyai kemandirian.
Anggapan-anggapan tersebut haruslah sirna karena bila low vision diberi pendidikan
mengenai pelaksanaan pembelajaran kemandirian activity daily of living secara
baik mereka akan berkembang secara baik pula dalam kehidupan sehari-hari,
namun bila penerapan pendidikan mengenai kemandirian salah untuk di
sampaikan maka akan terjadi kesenjangan antara kemandirian dan konsep yang
diterima oleh anak Low Vision.
Ruang lingkup Activity of Daily Living sangat beragam dan salah satunya
adalah Keterampilan Memelihara Diri (Personal Care Skills). Untuk itu peneliti
Berdasarkan penelitian ini, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran memelihara diri (personal care
skills) dalam activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas IV di
SLB Negeri A Kota Bandung?
2. Bagaimanakah kesulitan pelaksanaan pembelajaran memelihara diri (personal
care skills) dalam activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas
IV Di SLB Negeri A Kota Bandung?
3. Bagaimanakah usaha-usaha penanganan kesulitan pelaksanaan pembelajaran
memelihara diri (personal care skills) dalam activity of daily living anak low
vision Tingkat Sekolah Dasar Kelas IV Di SLB Negeri A Kota Bandung?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dari uraian latar belakang dan fokus masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Penelitian
Melalui penelitian ini, terdapat tujuan sebagai berikut :
a. Bagaimana gambaran pelaksanaan pembelajaran kemandirian anak low vision
dalam keterampilan activity of daily living khususnya dalam keterampilan
merawat diri (personal care skills).
b. Kesulitan pelaksanaan pembelajaran merawat diri (personal care skills)
dalam activity of daily living.
c. Usaha penanganan kesulitan pelaksanaan pembelajaran merawat diri (personal
care skills)
2. Manfaat penelitian
Dari penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat, adapun
manfaat tersebut diantaranya adalah:
a. Manfaat teoritis
1. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi ilmu pengetahuan dalam bidang
pendidikan dan juga ilmu pada umumnya serta lembaga Pendidikan Khusus
2. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut serta acuan dalam
pelaksanaan kemandirian di masyarakat.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai cerminan untuk guru apakah sudah
tepat menanamkan kemandirian kepada peserta didiknya.
4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai tolak ukur seberapa pentingnya
kemandirian untuk anak tunanetra
b. Manfaat praktis
Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai kemandirian untuk anak
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Berdasarkan deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan
ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan diajukan beberapa rekomendasi
yang kiranya dapat bermanfaat. Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian telah
mampu menjawab pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut adalah:
Pelaksanaan keterampilan memelihara diri (personal care skills) dalam pembelajaran activity of daily living anak low vision Sekolah Dasar kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung
Pelaksanaan keterampilan dalam memelihara diri (personal care skills) ternyata
mampu berkembang dengan baik dan dapat diaplikasikan secara mandiri oleh
anak. Hanya saja butuh dukungan dari berbagai pihak agar keterampilan merwat
diri (personal care skills) ini terwujud dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara,
observasi dan dokumentasi dapat disimpulkan bahwa keterampilan merawat diri
(personal care skills) pada anak kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung sudah
sangat baik, anak-anak sudah mampu merawat diri secara mandiri tanpa bantuan
orang lain dalam hal bersolek (menyisir rambut, memakai minyak rambut,
memakai hand body lotion, memakai parfum, menggunakan deodorant,
mengunting kuku), dalam kebiasaan berpakaian (memelihara pakaian, menyimpan
pakaian, mencuci pakaian, menyetrika pakaian, melipat pakaian, memilih pakaian
yang serasi, memilih bahan yang tepat, memilih model yang tepat, memilih warna
yang tepat), dan dalam memelihara sepatu dan kaos kaki (membersihkan sepatu,
menyemir sepatu, menyimpan sepatu, memakai kaos kaki,membersihkan kaos
kaki).
Kesulitan yang dihadapi anak kelas IV di SLB Negeri A Kota Bandung dalam
95
yang berbahaya agar anak low vision dapat menggunakannya dengan aman dan
nyaman harus di modifikasi juga disesuaikan dengan kebutuhan mereka untuk
mencapai kemandirian. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi anak
mempunyai kesulitan dalam bersolek (memotong kuku) juga dalam berpakaian
(menyetrika), untuk itu diaharapkan ada modifikasi terhadapa dua benda gunting
kuku, dan setrika agar kedua benda tersebut dapat digunakan secara aman dan
nyaman oleh anak tunanetra umumnya khususnya anak low vision.
Usaha penanganan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care
skills) dalam Activty of Daily Living Anak Low Vision Sekolah Dasar Kelas
IV di SLB Negeri A Kota Bandung.
Usaha yang dilakukan oleh beberapa pihak di sekolah maupun di rumah dalam
penangan kesulitan keterampilan memelihara diri (personal care skills) guna
menunjang pencapaian kemandirian yang maksimal untuk anak sudah sangat baik,
yakni dengan cara selalu memberikan latihan untuk anak yang dilakukan secara
berulang-ulang, memberikan contoh kongkrit, memberikan modeling untuk anak,
dan melakukan modifikasi terhadap benda-benda yang dapat menunjang
kebutuhan anak dalam mencapai kemandirian, member latihan yang penuh
dengan kesabaran, lemah lembut, dan jangan lupa selalu memberikan reward
untuk anak agar selalu termotivasi untuk selalu meningkatkan kemandiriannya
dalam activity of daily living umumnya dan khususnya dalam memelihara diri
96
B.Saran
Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi bagi pihak sekolah, orang tua,
pembimbing asrama, dan bagi peneliti selanjutnya yaitu:
1. Saran bagi sekolah
Kemandirian merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
dikembangkan, karena dengan kemandirian seseorang akan mampu percaya
pada kemampuan diri sendiri dan tidak akan bergantung kepada orang lain.
Untuk itu kepada pihak sekolah melatih kemandirian anak setiap waktu
merupakan hal yang sangat baik karena selain anak akan terlatih disamping itu
dalam pembelajaran apapun salah satunya kemandirian dari pihak pengajar
khususnya dapat menyisipkan nilai-nilai moral yang mampu membangun
kemndirian anak agar semakin baik. Juga sekolah merupakan salah satu
lembaga formal yang dapat mengatur kehidupan pendidikan anak sehingga
sekolah diharapkan dapat mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang
unggul tidak hanya dalam aspek kogniti dan psikomotor namun juga dalam
dijadikan model pembelajaran oleh anak, pembiasaan yang baik dari orangtua
terhadap anak sejak usia dini pada kemandiriannya akan berakibat baik pula
untuk kemandirian anak dimasa depan. Orangtua yang mempunyai aturan yang
tegas namun sesuai porsinya akan membentuk karakteristik anak mampu
mandiri dalam lingkungannya dan tidak akan bergantung terhadap orang lain.
Orangtua mempunyai waktu yang sangat banyak bersama anak, untuk itu
orangtua harus senantiasa membimbing dengan baik anak-anaknya dalam hal
kemandirian sehari-hari agar mampu tercipta anak-anak yang mampu diterima
97
perlukan oleh anak agar anak senantiasa mencapai kemandiriannya dengan
motivasi positif yang di berikan lingkungan terutama orangtua.
3. Saran bagi pembimbing asrama
Masih banyak pembimbing asrama yang kurang memperhatikan
kemandirian anak dan berkesan melayani terhadap keinginan anak di asrama
karena merasa mempunyai tanggung jawab, namun dengan membiarkan anak
melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan dan membiarkan mereka untuk mampu
mengerjakan pekerjaan secara mandiri dengan pendidikan sedini mungkin
maka akan terwujud anak-anak yang mampu mandiri dalam aspek
kehidupannya sehari-hari.
4. Saran bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak yang perlu
dikembangkan dan digali berdasarkan kasus-kasus yang berhubungan dengan
kemadirian activity daily of living skills di lapangan. Untuk itu bagi peneliti
selanjutnya yang juga tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
kemadirian activity daily of living skills, sebaiknya yang menjadi subjek
penelitian adalah subjek penelitian yang lain misal kepada tunanetra dewasa
yang telah berkeluarga dan dapat diteliti mengenai kemandirian tunanetra
DAFTAR PUSTAKA
Areev, A (2013). Kemandirian. [Online]. Tersedia di :
http://tugasavan.blogspot.com/2010/10/kemandirian.html. Diakses 7Juli 2014
Astati , (2003). Program Khusus Bina Diri. Malang : Depdikbud
Aunurrahman, (2010). Belajar dan Pembelajaran, Bandung : Alfabeta
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung : Rosdakarya
Emzir.(2009). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Manastas, L (2014). Strategi Mengajar Siswa Tunanetra. Yogyakarta : Imperium
Mangunsong, F .dkk.1998. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Jakarta: LPSP3 Universitas Indonesia
Mangunsong, F (2009). Psikologi & Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (Jilid 1).
Muharani, Q. (2008). Kemandirian Pada Penyandang Low Vision. [Online]. Tersedia di :
http://eprints.undip.ac.id/11138/1/JURNAL PDF.pdf . Diakses 3 Juli 2014.
Nawawi, A (2010). Materi Latihan Keterampilan Kehidupan Sehari-hari Bagi Siswa Tunanetra Activity Of Daily Living Skills. [Online]. Tersedia di :
http://file.edu./Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194512071981121-AHMAD_NAWAWI/ADL_bagi_Tunanetra.pdf. Diakses 8 Juli 2014
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia (2013)
Persatuan Tunanetra Indonesia, 2008. Pusat Layanan Low Vision.. [Online]. Tersedia di: http//pertuni.idp-europe.org/index.php. Diakses 3 Juli 2014.
Purwaka, H (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikti
Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung:Refika Aditama
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta