• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN NILAI-NILAI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGENAI EKOSISTEM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN NILAI-NILAI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGENAI EKOSISTEM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMA."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Biologi

Program Studi S1

Oleh

SITI PRASETYANTI PUTRI 0901951

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

PENGARUH PENERAPAN NILAI-NILAI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGENAI EKOSISTEM TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMA

Oleh

Siti Prasetyanti Putri

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Siti Prasetyanti Putri 2015

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.

(3)

MENGENAI EKOSISTEM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMA

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing 1

H. Suroso Adi Yudianto, Prof., Dr., M.Pd NIP. 195305221980021001

Pembimbing II

Mimin Nurjhani K., Dr., M.Pd NIP. 195002011984011001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

(4)
(5)

Pengaruh Penerapan Nilai-Nilai Pada Pembelajaran Biologi Mengenai Ekosistem Terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa SMA

ABSTRAK

Hakikat pendidikan bukan hanya proses kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari

guru kepada siswa, melainkan pula adanya upaya pembentukan pribadi siswa

yang dikembangkan pada suatu pendidikan nilai. Nilai-nilai sains yang dimaksud

adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial-politik, dan nilai

religi. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan

desain penelitian non equivalent control group design. Penelitian dilakukan di

MAN 1 Bandung. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas X yang diambil

dua kelas (sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol) pada semester II sebanyak

32 siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes pemahaman konsep, skala

sikap, dan angket respon siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan metode

purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara rata-rata posttest kelas eksperimen dan kontrol baik dalam pemahaman

konsep maupun sikap siswa. Pemahaman konsep kelas eksperimen memiliki

rata-rata lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 81,25 > 67,69 (Uji

Wilcoxon: zhitung > ztabel atau 4,49 > 1,96). Selain itu, dapat dilihat dari hasil N-gain

kelas eksperimen sebesar 0,72 (Kriteria tinggi) dan kelas kontrol 0,59 (Kriteria

sedang). Sikap siswa kelas eksperimen menunjukkan rata-rata skor lebih besar

dari kelas kontrol sebesar 48,00 > 37,75 (Uji Wilcoxon: zhitung > ztabel atau 4,15 >

1,96). Dapat disimpulkan bahwa penerapan nilai-nilai pada pembelajaran Biologi

mengenai ekosistem memberikan pengaruh terhadap pemahaman konsep dan

sikap siswa SMA.

Kata kunci: Penerapan nilai pada pembelajaran Biologi, Pemahaman konsep,

(6)

Effect of Application of Values In Biology Learning Concepts Concerning Human Understanding and Attitudes Of High School Students

ABSTRACT

The essence of education is not only the process of transfer of knowledge from

teacher to students, but also their personal efforts to establish a student who

developed the educational value. The values of science in question is of practical

value, intellectual value, the value of education, socio-political values, and

religious values. The method used is a quasi-experimental research design with

non-equivalent control group design. The study was conducted in MAN 1

Bandung. Samples were students of class X is taken two classes (a class of

experimental and control classes) in the second half as many as 32 students.

Instruments in this study is a matter of understanding the concept test, attitude

scale, and student questionnaire responses. Determination of the samples was

done by purposive sampling method. The results showed that there is a difference

between the average posttest experimental and control classes both in the

understanding of concepts and attitudes. Understanding the concept of

experimental class had an average greater than the control class is 81.25> 67.69

(Wilcoxon test: zhitung> ztabel or 4.49> 1.96). In addition, it can be seen from the

results of the experimental class of N-gain of 0.72 (high criteria) and the control

class 0.59 (Criterion being). The attitude of the experimental class students

showed an average score of greater than control class is 48.00> 37.75 (Wilcoxon

test: zhitung> ztabel or 4.15> 1.96). It can be concluded that the application of the

values in learning about ecosystems Biology give effect to the understanding of

(7)

Keywords: Application of Biology value on learning, understanding concepts,

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 4

1.4 Tujuan ... 5

1.5 Manfaat ... 6

1.6 Asumsi ... 6

1.7 Hipotesis ... 7

BAB II PENERAPAN NILAI-NILAI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGENAI EKOSISTEM TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN SIKAP SISWA SMA 2.1 Pembelajaran Biologi 2.1.1 Karakteristik Pembelajaran Biologi... 8

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Biologi di SMA... 9

2.2 Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Biologi 2.2.1 Pengertian Nilai dalam Pendidikan... 10

2.2.2 Penerapan Nilai Sains dalam Pembelajaran Biologi... 12

2.3 Analisis Materi Ekosistem... 16

2.3.1 Kandungan Nilai dalam Konsep Ekosistem... 23

(9)

2.5 Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa

2.5.1 Pemahaman Konsep... 27

2.5.2 Sikap Siswa 2.5.2.1 Definisi Sikap... 30

2.5.2.2 Pembentukan Sikap... 32

2.5.2.3 Pengukuran Sikap... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional... 42

3.2 Metode dan Desain Penelitian... 43

3.3 Populasi dan Sampel... 44

3.4 Instrumen Penelitian 3.4.1 Tes Pemahaman Konsep... 45

3.4.2 Angket sikap... 46

3.4.3 Angket Respon Siswa... 48

3.5 Prosedur Penelitian... 48

3.5.1 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep... 50

3.5.2 Analisis Instrumen Angket Sikap... 55

3.6 Analisis Data 3.6.1 Analisis Tes Pemahaman Konsep... 61

3.6.2 Analisis Angket Sikap... 66

3.6.3 Analisis Angket Respon Siswa... 69

3.7 Alur Penelitian... 70

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Pemahaman Konsep... 71

(10)

4.1.3 Analisis Respon Siswa... 76

4.2 Pembahasan 4.2.1Pembelajaran ekosistem dengan pendekatan nilai terhadap pemahaman konsep siswa... 78

4.2.2 Pembelajaran ekosistem dengan Pendekatan Nilai terhadap Sikap Siswa... 82

4.2.3 Respon Siswa terhadap Pembelajaran ekosistem dengan Pendekatan Nilai... 90

4.2.4 Kendala yang dihadapi dalam Pembelajaran ekosistem dengan Pendekatan Nilai... 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 93

5.2 Saran... 94

DAFTAR PUSTAKA... 95

LAMPIRAN... 99

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendidikan sebagai upaya sadar dan terencana, saat ini menghadapi

tantangan yang cukup serius dalam menghasilkan output yang berkualitas yang

tidak hanya handal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saja, namun

juga berkepribadian yang islami (Yusanto, 2004, hlm. 52-55). Hal tersebut

sependapat dengan Yudianto (2006, hlm. 7) yang mengungkapkan bahwa hakikat

pendidikan bukan hanya proses kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru

kepada siswa, melainkan pula adanya upaya pembentukan pribadi siswa agar

menjadi manusia berakhlak mulia. Berbagai cara sudah dilakukan untuk

meningkatkan kualitas hasil pendidikan tersebut, misalnya saja dengan cara

dilakukannya perubahan kurikulum, pengangkatan guru menjadi pegawai negeri

dan lain-lain yang semua ini dilakukan untuk membentuk manusia yang handal

dalam Iptek, iman dan taqwa (IMTAQ), berperilaku mulia terhadap sesama

manusia, serta dapat meningkatkan mutu pendidikan karakter siswa, namun

kenyataan di lapangan masih jauh dari harapan (Ain, 2004, hlm. 1).

Kondisi masyarakat Indonesia saat ini sebagaimana yang kita ketahui

sebagian moral masyarakatnya mulai merosot, misalnya saja di kalangan remaja

saat ini banyak tingkah lakunya yang tidak baik, keras kepala, banyak berbuat

keonaran, maksiat, dan lain-lain yang semua itu terjadi karena kurangnya

pembinaan nilai, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan

sekolah, hal ini jelas bertolak belakang dengan tujuan pendidikan nasional

(Daradjat, 1985, hlm. 10). Faktor lain dari permasalahan-permasalahan tersebut,

diantaranya:

1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada tiap-tiap orang di dalam masyarakat 2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dari segi ekonomi, sosial, dan

(12)

2

3. Pendidikan moral tidak terlaksana, baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat

(Daradjat, 1985, hlm. 10-13)

Menurut Sukarno (2005, hlm. 40) permasalahan-permasalahan tersebut

seharusnya dikembangkan pada suatu pendidikan nilai, seperti pendidikan di

sekolah dimana pada setiap mata pelajaran yang diberikan harus terkait dengan

nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akidah. Upaya pembinaan nilai-moral siswa

di sekolah dapat diwujudkan melalui integrasi pendidikan nilai yang sesuai

dengan tujuan dari pendidikan yang diberlakukan di Indonesia yaitu untuk

membentuk manusia yang seutuhnya yang mampu menjunjung tinggi nilai-nilai

budaya bangsa dan agama, sebagaimana diketahui bahwa pendidikan budaya dan

karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai atau kebajikan yang menjadi

nilai dasar dan karakter bangsa (BPP PUSKUR, 2010, hlm. 6). Pemaparan tentang

pentingnya pendidikan bernuansa nilai, dalam praktek pengintegrasian nilai-nilai

ke dalam materi pembelajaran tidaklah mudah, karena hal-hal berikut:

1. Keinginan guru untuk memasukkan nilai-nilai tersebut ke dalam mata pelajaran terbentur dengan perasaan lemahnya dalam penguasaan nilai-nilai 2. Misi sekolah yang menekankan pada pemahaman konsep untuk peningkatan

domain kognitif dengan tujuan nilai UN tinggi atau Lulus SNMPTN (Rahim dalam Ain, 2004, hlm. 4)

Pendidikan di sekolah sebagian besar hanya memikirkan bagaimana

siswa-siswanya dapat lulus dengan nilai yang sangat memuaskan. Rachman (dalam

Meiliastuti, 2005, hlm. 3) pada wawancaranya di sebuah surat kabar nasional,

sebagaimana dikemukakannya bahwa: “Tolak ukur keberhasilan pendidikan

jangan hanya dinilai dari hasil berapa sarjana yang dihasilkan, berapa persen yang

lulus ujian nasional, tidak hanya itu tetapi harus kembali lagi bahwa akhlak mulia

dan moral harus menjadi nyawa dan ruh dari pembinaan pendidikan di setiap mata

pelajaran”. Pendapat tersebut senada dengan Yudianto (2005, hlm. 7) yang

mengemukakan pendidikan yang bernuansakan nilai tidak hanya mengajarkan

aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan semata, melainkan juga aspek

(13)

Pada setiap mata pelajaran dapat diambil nilai-nilai sains yang terkandung

di dalamnya. Menurut Wahl (dalam Meiliastuti, 2005, hlm. 5), IPA merupakan

bidang studi yang memberikan banyak kesempatan untuk mengungkapkan

nilai-nilai sains. Biologi merupakan salah satu cabang sains (Natural Science) sama

seperti astronomi, geologi, fisika, dan kimia (Rustaman, 2003, hlm. 14). Mata

pelajaran biologi seharusnya dapat meningkatkan kesadaran siswa untuk lebih

menyadari akan keberadaan Allah SWT serta meningkatkan kualitas Imtaq

kepada-Nya. Yudianto (2009, hlm. 3) mengemukakan bahwa diperlukan

pengajaran sains yang holistik, dimana pembelajaran sains bukan hanya materinya

saja akan tetapi mengajarkan sistem nilai-nilai dan moralnya dengan cara

mengambil perumpamaan-perumpamaan dari suatu konsep. Hal ini menunjukkan

bahwa sains merupakan suatu produk dan proses. Nilai-nilai sains yang akan

dikembangkan adalah nilai instrinsik yang diungkapkan oleh Albert Einstein

(dalam Yudianto, 2009, hlm.1), terdapat lima nilai instrinsik yaitu nilai praktis,

nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi. Nilai-nilai

instrinsik tersebut merupakan nilai yang dimiliki oleh sains itu sendiri, dan bukan

dampak dari sains terhadap kehidupan manusia. Dalam Al-Qur’an disebutkan

bahwa: “Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami lukiskan untuk manusia,

tetapi tiadalah yang memahaminya melainkan orang-orang yang berilmu” (QS.

Al-Ankabuut: 43). Surat tersebut menjelaskan bahwa pada setiap materi

pembelajaran dapat dikembangkan pemodelan dari nilai- nilai sains tersebut.

Dalam merancang suatu kegiatan pembelajaran dan penilaian perlu

memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Standar kompetensi dan

kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi

pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk

penilaian. Menurut Paul (2007, hlm. 43) kompetensi merupakan kemampuan yang

dapat berupa keterampilan dan nilai hidup siswa yang mempengaruhi cara mereka

(14)

4

implikatif pada setiap kompetensi dengan menganalisis Standar Kompetensi dan

Kompetensi Dasar (SK-KD).

Konsep IPA dalam pembelajaran biologi yang akan diteliti adalah konsep

ekosistem. Konsep ini dipilih karena memiliki cakupan materi yang cukup luas

untuk mengembangkan nilai-nilai sains tersebut, karena dalam hal ini pemahaman

siswa tentang menjaga lingkungan harus ditanamkan oleh guru melalui

pembelajaran karakternya di sekolah dengan harapan akan meningkatkan

pemahaman konsep serta perubahan sikap siswa kearah yang lebih baik. Atas

dasar inilah peneliti mengambil konsep ekosistem di dalam penelitiannya dengan

menerapkan nilai-nilai sains didalamnya. Berdasarkan alasan tersebut, maka

peneliti membuat suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Nilai-Nilai Pada Pembelajaran Biologi Mengenai Ekosistem Terhadap Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa SMA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, maka

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pengaruh Penerapan Nilai-Nilai pada Pembelajaran Biologi Mengenai Ekosistem Terhadap

Pemahaman Konsep dan Sikap Siswa SMA”.

Selanjutnya, agar menghindari terlalu luasnya pembahasan maka pokok

permasalahan dirinci menjadi pertanyaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman konsep siswa pada kelas eksperimen dan kelas

kontrol setelah melaksanakan pembelajaran ekosistem dengan penerapan

nilai,

2. Bagaimana sikap siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah

melaksanakan pembelajaran ekosistem dengan penerapan nilai,

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran ekosistem dengan

(15)

4. Bagaimana cara menyikapi kendala-kendala yang dihadapi dalam

menerapkan pembelajaran ekosistem dengan penerapan nilai.

1.3. Batasan Masalah

Untuk memperjelas permasalahan penelitian ini, maka ruang lingkupnya

dibatasi sebagai berikut:

1. Menurut Paul (2007) secara global ada dua model penilaian, yaitu penilaian

kuantitatif dan penilaian kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti mengambil

penilaian secara kuantitatif.

2. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan penanaman nilai dimana

siswa menganalogikan nilai-nilai yang terkandung dalam teori dengan

lingkungan sekitar.

3. Nilai-nilai yang dimuat dalam pembelajaran biologi ini dibatasi pada nilai

praktis yang dikembangkan menjadi nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai

pendidikan, dan nilai religi; serta sikap siswa terhadap kelima nilai yang

terkandung dalam konsep ekosistem (Yudianto, 2008).

1.4. Tujuan

1.4.1. Tujuan Umum

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan umum penelitian ini adalah untuk

mendapatkan informasi dan menganalisis penerapan pembelajaran biologi

bernuansa nilai pada konsep ekosistem terhadap pemahaman konsep dan sikap

siswa.

1.4.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Untuk memberikan gambaran kepada para pendidik mengenai penerapan

nilai-nilai dalam pembelajaran Biologi pada konsep ekosistem.

b. Untuk mengetahui pemahaman konsep siswa kelas eksperimen dan kelas

kontrol sesudah melaksanakan pembelajaran Biologi dengan menerapkan

(16)

6

c. Untuk mengetahui sikap siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sesudah

melaksanakan pembelajaran Biologi dengan menerapkan nilai pada konsep

ekositem.

d. Untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran Biologi dengan

menerapkan nilai pada konsep ekosistem.

e. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan

pembelajaran biologi dengan menerapkan nilai pada konsep ekositem.

1.5. Manfaat 1.5.1. Bagi Siswa

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat

bagi siswa, antara lain:

a. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk lebih mencari tahu nilai-nilai

yang terkandung dalam setiap materi pembelajaran.

b. Memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dengan tertanamnya

nilai-nilai sains pada materi pembelajaran ke dalam diri siswa.

1.5.2. Bagi Guru Biologi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru

biologi, yaitu menjadikan pembelajaran dengan penerapan nilai-nilai sains sebagai

pembelajaran yang bermakna bagi siswa untuk menanamkan nilai-nilai sains

dalam kehidupan sehari-hari.

1.5.3. Bagi Calon Peneliti Lain

Bagi peneliti lain, hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat

(17)

akan melakukan penelitian yang relevan (pada konsep yang lain dan bidang

pengetahuan yang berbeda).

1.6. Asumsi

Adapun asumsi yang mendukung dalam penelitian ini, antara lain:

1. Menurut Yudianto (2008), metode pembelajaran bernuansa pendidikan nilai

(nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi) selalu

berpijak kepada pengetahuan konsepnya. Dengan demikian, seseorang dapat

memahami nilai-nilai dalam Biologi jika sudah memahami konsep/ teorinya.

2. Menurut Krech (1984 dalam Yudianto), sikap individu dibentuk oleh

informasi yang diperoleh, kebutuhan, keinginan, dan kepribadiannya.

3. Salah satu pengukuran sikap secara langsung menggunakan skala sikap

(Walgito, 2003, hlm.156). Skala sikap berisi kumpulan pernyataan mengenai

suatu objek sikap.

1.7. Hipotesis

Berdasarkan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan, maka hipotesis

penelitian yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah :”Penerapan nilai-nilai

pada Pembelajaran Biologi pada konsep ekosistem dapat meningkatkan

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Definisi operasional diperlukan untuk menghindari kesalahan dalam

penafsiran beberapa istilah yang terdapat dalam penelitian ini, maka perlu

penjelasan dari istilah-istilah tersebut agar lebih efektif dan operasional.

Istilah-istilah tersebut, diantaranya:

1. Penerapan nilai sains dalam pembelajaran biologi tidak hanya mengajarkan

aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan tentang biologi semata,

melainkan juga aspek penanaman nilai-nilai, sikap, dan moral kepada siswa.

Penerapan nilai sains ini disisipkan pada saat guru menerangkan materi di

depan kelas dan terdapat di dalam LKS yang akan dikerjakan oleh siswa

secara berkelompok.

2. Pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan

belajar siswa atau pemahaman konsep siswa yang diperoleh dalam

pembelajaran biologi pada konsep komponen penyusun ekosistem, hubungan

antara komponen biotik dan komponen abiotik serta hubungan antara

komponen biotik dengan biotik lainnya, rantai makanan, jaring-jaring

makanan, mekanisme aliran energi pada ekosistem, dan proses dalam daur

biogeokimia, yang selanjutnya akan diukur melalui alat evaluasi berupa

pretest dan post-test berupa 20 butir soal pilihan berganda (PG) dengan lima

alternatif pilihan jawaban. Evaluasi ini dilakukan pada saat sebelum

pembelajaran (pretest) dan akhir pembelajaran pada pertemuan ke-2

(post-test).

3. Sikap siswa yang dimaksud adalah sikap atau perilaku siswa terhadap

kandungan nilai-nilai yang terdapat dalam konsep ekosistem. Adapun urutan

dalam pembentukan sikap diantaranya penerimaan terhadap objek,

(19)

diteliti pada pemahaman terhadap nilai yang nantinya akan menimbulkan

(20)

44

sikap model Likert dengan empat alternatif jawaban. Skala sikap ini berisi

pernyataan-pernyataan positif dan pernyataan negatif terkait materi ekosistem

tersebut. Respon siswa terhadap pernyataan disimpulkan sbagai indikator

sikap. Skala sikap ini diberikan pada saat awal pembelajaran sebelum

pembelajaran dimulai (pertemuan ke-1) dan akhir pembelajaran (pertemuan

ke-2).

3.2 Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode quasy exsperimental

(eksperimental semu) dengan menggunakan desain penelitian non equivalent

control group design, yaitu satu kelompok subjek diberi perlakuan tertentu

(eksperimen) dan satu kelompok yang lain dijadikan sebagai kelompok kontrol.

Kelompok eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Dalam

penelitian ini dilakukan dua kali perlakuan, yaitu sebelum perlakuan (O1) disebut

pretest (tes awal) yang berfungsi untuk mengukur kemampuan awal siswa dan

sesudah perlakuan (O2) disebut posttest (tes akhir) yang berfungsi untuk

mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Adapun

rancangan penelitian yang digunakan adalah dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian Non Equivalent Control Group Design

E O1 X O2

K O3 - O4

(Sugiyono, 2002, hlm. 56)

Keterangan:

E = Kelas eksperimen K = Kelas kontrol

O1 = Pretest pada kelas eksperimen O2 = Posttest pada kelas eksperimen X = Perlakuan/ treatment

(21)

Dalam penelitian ini, kelas eksperimen merupakan kelas yang

mendapatkan suatu perlakuan dalam pembelajaran yaitu dengan menyisipkan

nilai-nilai sains pada saat pembelajaran pada materi ekosistem. Dalam

pembelajaran ekosistem yang bernuansakan nilai ini selalu bertumpu pada nilai

praktisnya yaitu pemahaman konsep pada materi ekosistem tersebut. Kandungan

nilai praktis yang terdapat dalam materi ekosistem lalu dikembangkan menjadi

nilai intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi (Yudianto,

2008, hlm. 13). Kelas kontrol dalam pembelajaran pada materi ekosistem hanya

menjelaskan pada nilai praktisnya saja (konsep) tanpa menyisipkan nilai

intelektual, nilai sosial-politik, nilai pendidikan, dan nilai religi yaitu dengan

metode ceramah dan diskusi kelas.

3.3 Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilakukan di salah satu MAN Kota Bandung. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2013/2014. Dari

seluruh kelas X di MAN 1 Bandung yang akan diambil dalam penelitian ini hanya

dua kelas. Satu kelas sebagai kelas eksperimen (dalam pembelajaran disisipkan

nilai-nilai sains) dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol (proses belajar tidak

disisipkan nilai-nilai sains). Penentuan kelas dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode purposive sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan

pertimbangan (Sudjana, 2005, hlm 168). Dalam penelitian ini pengambilan dua

kelas X yang akan dijadikan sampel tersebut dilakukan secara purposive karena

dengan pertimbangan bahwa seluruh kelas X bersifat heterogen yang artinya tanpa

ada penggolongan menjadi kelas khusus dan juga dalam pemilihannya kelas

eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan pertimbangan dari guru bersangkutan.

3.4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk

(22)

46

dalam artian cermat, lengkap, dan sistematis sehingga dapat dengan mudah diolah

(Arikunto, 2009). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, terdiri atas tes

(23)

3.4.1. Tes pemahaman konsep

Tes pemahaman konsep yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan

soal pilihan berganda dengan lima alternatif jawaban. Ranah kognitif pemahaman

konsep pada ekosistem yang digunakan dalam tes ini meliputi aspek mengingat

(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4),

mengevaluasi (C5), dan menciptakan (C6). Penyebaran soal berdasarkan jenjang

kognitif (tabel 3.2). Pada awal pembuatan soal, soal dibuat 40 pernyataan pilihan

berganda yang di judgement kepada dua dosen ahli, setelah di judgement

diujicobakan pada kelas XI lalu didapatkan 20 soal pilihan berganda yang layak

diberikan pada saat penelitian. 20 soal tersebut sudah berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut pada jenjang C1 sampai dengan C6.

Tes tersebut diberikan kepada siswa baik di kelas eksperimen (dengan

menyisipkan nilai sains) maupun di kelas kontrol (tidak menyisipkan

nilai-nilai sains). Baik soal pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang sama. Tes tersebut diberikan sebelum pembelajaran

(pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Pretest diberikan untuk mengukur

kemampuan awal siswa sedangkan posttest diberikan untuk mengukur

pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Tes Pemahaman Konsep

Indikator Jenjang Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4 C5 C6

Mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem

- 24, 27

13, 18

- - 39 5

Mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta hubungan antara komponen biotik dan biotik lainnya

4, 9 17, 22

3 34 - - 6

Medeskripsikan rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan mekanisme aliran energi pada ekosistem

- 10, 36

6 11, 31

16 6

(24)

48

Indikator Jenjang Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4 C5 C6

daur biogeokimia

Jumlah 3 7 4 4 1 1 20 soal

Berdasarkan tabel 3.2 dari 40 soal pilihan berganda yang dibuat setelah

dilakukan uji coba didapatkan hanya 20 soal pilihan berganda yang memenuhi

kriteria pengujian. Maka dari itu, hanya 20 soal pilihan berganda tersebut yang

dipakai dalam penelitian ini. Soal-soal tersebut secara keseluruhan di dalamnya

memiliki jenjang kognitif dari C1 hingga C6. Pada ranah kognitif C1 terdapat tiga

soal yang mencakup dua soal mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik

dan abiotik serta hubungan antara komponen biotik dan biotik lainnya serta satu

soal mendeskripsikan proses dalam daur biogeokimia; ranah kognitif C2 terdapat

tujuh soal meliputi dua soal mendeskripsikan komponen penyusun ekosistem, satu

soal mendeskripsikan hubungan antara komponen biotik dan abiotik serta

hubungan antara komponen biotik dan biotik lainnya, dua soal mendeskripsikan

rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan mekanisme aliran energi pada

ekosistem, serta satu soal mendeskripsikan proses dalam daur biogeokimia; ranah

kognitif C3 terdapat empat soal; ranah kognitif C4 terdapat empat soal; ranah

kognitif C5 terdapat satu soal; ranah kognitif C6 terdapat satu soal

3.4.2. Skala Sikap

Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Likert

dengan empat alternatif jawaban. Dengan adanya skala sikap ini peneliti dapat

mengetahui sikap atau perilaku siswa terhadap nilai-nilai sains yang terkandung

dalam materi ekosistem. Pada awalnya (saat melakukan judgement) skala sikap ini

terdiri atas 30 butir pernyataan yang dilakukan dengan cara memberikan tanda

ceklis pada salah satu jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju

(TS), atau Sangat Tidak Setuju (STS). Empat kategori jawaban ini dipilih agar

dapat mengetahui kedudukan sikap siswa secara jelas. Pernyataan-pernyataan

(25)

negatif (unfavorable) yang mencakup nilai-nilai sains yang meliputi nilai

(26)

50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Skala Sikap

Sub Teori Teori Nilai yang dibahas No. soal Jumlah

soal Positif Negatif

Komponen ekosistem Populasi Nilai Intelektual - 1 3

Nilai Sosial-Politik 28 -

Nilai Religi 30 -

Produsen Nilai Sosial-Politik - 5 1

Satuan Makhluk Hidup Nilai Religi 8 - 1

Pengurai Nilai Religi 10 - 1

Komponen Penyusun Ekosistem Nilai Sosial-Politik 11 - 1

Interaksi Biotik dan Abiotik Nilai Pendidikan - 12 1

Abiotik Nilai pendidikan - 22 1

Interaksi antarkomponen biotik Kompetisi Nilai Sosial-Politik - 14, 21 2

Nilai Pendidikan 17 -

Netral Nilai Pendidikan - 18 1

Parasitisme Nilai Sosial-Politik

19

- 1

Aliran Energi Rantai makanan Nilai Intelektual 2 - 1

Tingkat trofik Nilai Pendidikan 13 - 1

Piramida ekologi Nilai Intelektual - 4 2

Nilai Religi - 6 1

Suksesi Suksesi sekunder Nilai Pendidikan

7

-

1

Daur Biogeokimia Daur karbon dan oksigen Nilai Religi - 15 1

Jumlah 10 10 20

(27)

Berdasarkan tabel 3.3 diatas dari 30 soal skala sikap yang diujicobakan

terdapat 20 soal pernyataan yang diterima, karena telah memenuhi kriteria

pengujian. Kriteria pengujian tersebut, yaitu pernyataan yang mempunyai nilai t

hitung > nilai t tabel (Edward dalam Azwar, 2012, hlm.151) itu dapat diterima

atau layak untuk dipakai. Soal pernyataan yang digunakan mengandung tiga

pernyataan yang mengandung nilai intelektual, enam pernyataan yang

mengandung nilai sosial-politik, lima pernyataan yang mengandung nilai religi,

dan enam pernyataan yang mengandung nilai pendidikan.

3.4.3. Angket Respon Siswa

Dalam penelitian ini angket respon siswa berisikan pertanyaan terhadap

tanggapan siswa selama belajar biologi dengan penerapan nilai-nilai sains.

Pertanyaan tersebut mencakup pertanyaan positif dan pertanyaan negatif dengan

jumlah yang seimbang. Pada angket respon siswa ini tidak dilakukan uji coba,

angket ini langsung diberikan pada saat penelitian. Pada indikator ke-1 terdapat

tiga pertanyaan positif; indikator ke-2 terdapat satu pertanyaan positif dan dua

pertanyaan negatif; indikator ke-3 terdapat tiga pertanyaan positif dan empat

pertanyaan negatif; indikator ke-4 terdapat empat pertanyaan negatif; serta

indikator ke-5 terdapat tiga pertanyaan positif. Adapun indikator yang terkait,

diantaranya mengenai pengalaman siswa setelah belajar pembelajaran biologi

dengan menerapkan nilai, mengenai pandangan siswa terhadap materi biologi

yang disisipkan nilai-nilai sains, mengenai penerimaan terhadap pembelajaran

biologi dengan menerapkan nilai, mengenai kesulitan dalam menyisipkan

nilai-nilai pada materi biologi, dan mengenai kemudahan belajar dengan penerapan

nilai.

Angket respon ini digunakan untuk mengetahui umpan balik siswa dari

kegiatan pembelajaran biologi. Angket ini hanya diberikan kepada siswa dalam

kelompok eksperimen saja dan diberikan setelah pembelajaran materi ekosistem

(28)

48

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

No INDIKATOR No. Pertanyaan Jumlah Positif Negatif

1. Pengalaman siswa setelah belajar pembelajaran biologi dengan menerapkan nilai

5, 8, 10 - 3

2. Pandangan siswa terhadap materi biologi yang menerapkan nilai-nilai sains

1 6, 7 3

3. Penerimaan terhadap pembelajaran biologi dengan menerapkan nilai

3, 11, 13

2, 17, 18, 19

7

4. Kesulitan dalam menyisipkan nilai-nilai pada materi biologi

- 4, 9, 12, 14

4

5. Kemudahan belajar dengan penerapan nilai

15, 16, 20

- 3

Jumlah 10 butir 10 butir 20 butir pertanyaan

Pada tabel 3.4 Pertanyaan-pertanyaan tersebut mencakup 10 pertanyaan

positif dan 10 pertanyaan negatif. Dari indikator-indikator yang telah dipaparkan

diatas dari ke-20 soal pertanyaan tersebut mencakup indikator mengenai

pengalaman siswa setelah belajar pembelajaran biologi dengan menerapkan nilai

sebanyak tiga pertanyaan; mengenai pandangan siswa terhadap materi biologi

yang disisipkan nilai-nilai sains sebanyak tiga pertanyaan; mengenai penerimaan

terhadap pembelajaran biologi dengan menerapkan nilai sebanyak tujuh

pertanyaan; mengenai kesulitan dalam menyisipkan nilai-nilai pada materi biologi

sebanyak empat pertanyaan; serta mengenai kemudahan belajar dengan penerapan

nilai sebanyak tiga pertanyaan.

3.5. Prosedur Penelitian

Secara garis besar penelitian yang akan dilakukan dibagi menjadi beberapa

tahap, diantaranya tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data

hasil penelitian.

(29)

Tahap persiapan meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian terdiri atas:

a. Melakukan kajian tentang pendidikan dengan penerapan nilai dan

implementasinya terkait materi ekosistem.

b. Merancang RPP untuk 2 kali pertemuan dan kelengkapannya sesuai dengan

prinsip pembelajaran penerapan nilai.

c. Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdapat tiga bentuk,

diantaranya: 1) 40 soal pemahaman konsep berupa pilihan ganda dengan

lima alternatif jawaban yang digunakan untuk melihat pemahaman konsep

siswa; 2) Skala sikap model Likert yang terdiri atas 30 perrnyataan dengan

empat alternatif jawaban untuk melihat kedudukan sikap siswa terhadap

nilai-nilai sains dalam konsep ekosistem; dan 3) Angket respon siswa sebanyak 20

pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap

pembelajaran Biologi dengan menerapkan nilai sains. Soal pemahaman

konsep dan skala sikap diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol,

sedangkan angket respon hanya diberikan kepada kelas eksperimen saja pada

akhir pembelajaran materi ekosistem.

d. Judgement oleh dosen ahli

Sebelum melakukan uji coba instrumen soal pemahaman konsep dan skala

sikap siswa. Instrumen yang telah dibuat oleh peneliti di judgement dahulu

oleh dua dosen ahli dalam bidang ekosistem. Hasil dari judgement tersebut

akan diujicobakan kepada siswa/i kelas XI yang sudah mempelajari materi

ekosistem tersebut sebelumnya. Aspek-aspek yang dilihat dalam proses

judgement yaitu mengenai keselarasan antara soal dengan jenjang

kognitifnya, kedalaman materi, serta tata bahasa dalam instrumen tersebut,

e. Uji coba instrumen penelitian

Uji coba instrumen penelitian ini dilakukan di MAN 1 Bandung pada kelas

(30)

50

instrumen tersebut dapat diujicobakan kepada dua kelas yang sudah

ditentukan sebanyak 64 siswa. Uji coba soal pemahaman konsep dan skala

sikap ini dilakukan pada tanggal 20 maret 2014.

f. Analisis hasil uji coba instrumen penelitian

Instrumen yang sudah diujicobkan kemudian dianalisis. Instrumen yang tidak

valid sebanyak delapan soal karena option yang digunakan kurang

menantang, maka dari itu soal tersebut diperbaiki; terdapat enam soal yang

diganti karena tidak sesuai dengan jenjang kognitifnya.

3.5.1 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep

Instrumen tes pemahaman konsep dibuat sebanyak 40 soal pilihan

berganda untuk dilakukan judgement pada kelas yang sudah belajar materi

ekosistem sebelumnya. Analisis hasil uji coba instrumen dilakukan untuk

mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas butir soal, dan reliabilitas

dengan bantuan software ANATES versi 4.9.0TM. Setelah dihitung menggunakan

software ANATES versi 4.9.0TM tersebut didapatkan 20 butir soal pilihan

berganda yang sesuai dengan kriteria pengujian. Berikut ini terdapat penjelasan

dan penjabaran dari setiap kriteria:

a) Tingkat Kesukaran (Menggunakan ANATES versi 4.9.0TM )

Tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui mudah tidaknya suatu

soal. Menurut Arikunto (2005) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar

dan tidak terlalu mudah. Tingkat kesukaran suatu soal dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

(Arikunto, 2005, hlm. 208)

Keterangan:

P = Indeks Kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal itu benar P = B

(31)

Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Selanjutnya hasil perhitungan yang diperoleh diinterpretasi dengan

[image:31.595.175.488.239.342.2]

menggunakan indeks kesukaran pada Tabel 3.5, sebagai berikut:

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal

Indeks Kesukaran Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,30 – 0,70 Sedang

0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2005, hlm. 210)

Berdasarkan perhitungan menggunakan ANATES versi 4.9.0TM didapatkan

hasil butir soal mulai dari soal yang mudah sampai sukar sebagaimana yang

tercantum dalam Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal berdasarkan Tingkat Kesukaran Kategori Tingkat

Kesukaran

Banyak Soal Persentase (%)

Sukar 1 5

Sedang 15 75

Mudah 4 20

Jumlah Soal 20 100

b) Daya Pembeda (Menggunakan ANATES versi 4.9.0TM )

Menurut Arikunto (2005) daya pembeda merupakan kemampuan suatu

soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dan

berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda soal digunakan rumus

sebagai berikut:

= B

[image:31.595.119.517.466.558.2]
(32)

52

(Arikunto, 2005, hlm. 213)

Keterangan:

D = Indeks diskriminasi (daya pembeda) JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Selanjutnya nilai daya pembeda yang telah diketahui kemudian

[image:32.595.169.502.309.402.2]

diinterpretasikan melalui Tabel 3.7 klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:

Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Soal

Rentang Kategori

< 0,00 Sangan Jelek

0,00 – 0,20 Jelek

0,21 – 0,40 Cukup

0,41 – 0,70 Baik

0,71 – 1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2005, hlm. 218)

Berdasarkan perhitungan daya pembeda dengan menggunakan ANATES

versi 4.9.0TM . Didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3.8 Distribusi Butir soal Berdasarkan Daya Pembeda Kategori Daya

Pembeda

Banyak Soal Persentase (%)

Baik Sekali 2 10

Baik 11 55

Cukup 7 35

Jumlah Soal 20 100

c) Uji Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan suatu instrumen sehingga instrumen

tersebut mampu mengukur apa yang akan diukur. Sebuah butir soal dikatakan

valid atau memiliki validitas yang tinggi apabila mempunyai kesejajaran dengan

(33)

sehingga untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment

dengan angka kasar:

fxy =

Keterangan:

Fxy = Koefisien korelasi variabel x dengan variabel y

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara variabel x dengan variabel y

∑X = Jumlah nilai setiap item

∑Y = Jumlah nilai konstan N =Jimlah subyek peneltian

Koefisien validitas yang didapatkan dari hasil perhitungan diinterpretasi

dengan menggunakan kategori indeks validitas butir soal yang ditunjukan pada

[image:33.595.177.486.384.490.2]

Tabel 3.9 sebagai berikut:

Tabel 3.9 Kategori Validitas Butir Soal

Rentang Kategori

0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2005, hlm. 75)

Berdasarkan perhitungan uji validitas butir soal dengan menggunakan

software ANATES versi 4.9.0TM didapatkan jumlah butir soal yang akan

digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini sebanyak 20 butir soal, adapun

[image:33.595.126.508.590.662.2]

sebaran tingkat validitas yang dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3.10 Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Validitas Kategori Validitas Banyak Soal Persentase (%)

Cukup 9 45

Rendah 11 55

Jumlah Soal 20 100

(34)

54

Reliabilitas instrumen merupakan suatu instrumen dapat dipercaya atau

konsisten untuk dipergunakan sebagai alat dalam pengumpulan data. Suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2005, hlm. 86). Untuk mengetahui

reliabilitas soal digunakan rumus K-R 20 (Arikunto, 2006, hlm. 187) sebagai

berikut: r11= [

] [

]

Harga varians total (Vt) dihitung dengan menggunakan rumus:

Vt=

Keterangan:

∑X = Jumlah skor total N = Jumlah responden

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen dengan bantuan software

ANATES versi 4.9.0TM, nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian

diinterpretasikan melalui Tabel 3.11 Klasifikasi reliabilitas tes berikut ini:

Tabel 3.11 Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai Arti

0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah

<0,20 Sangat Rendah

Dari perhitungan reliabilitas instrumen pilihan ganda menggunakan

software ANATES versi 4.9.0TM yang telah diujicobakan diperoleh nilai

reliabilitas sebesar 0,78. Hal ini menunjukan bahwa instrumen tersebut

reliabilitasnya termasuk pada kategori tinggi.

Keterangan soal yang digunakan pada penelitian ini dijelaskan pada tabel

3.12.

Tabel 3.12 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Pemahaman Konsep

No. Butir

No. Butir

Validitas Tingkat Kesukaran

(35)

Baru Asli Hasil Ket. Hasil Ket. Hasil Ket.

1 3 0,577 Cukup 59,02 Sedang 75,00 Baik

Sekali

Terima

2 4 0,381 Rendah 78,69 Mudah 37,50 Cukup Terima

3 6 0,563 Cukup 59,02 Sedang 68,75 Baik Terima

4 7 0,563 Cukup 59,02 Sedang 68,75 Baik Terima

5 9 0,310 Rendah 50,82 Sedang 31,25 Cukup Terima 6 10 0,352 Rendah 96,72 Mudah 20,00 Cukup Terima 7 11 0,371 Rendah 24,59 Sukar 50,00 Baik Terima 8 13 0,347 Rendah 59,02 Sedang 43,75 Baik Terima

9 14 0,543 Cukup 68,85 Sedang 68,75 Baik Terima

10 16 0,573 Cukup 52,46 Sedang 81,25 Baik Sekali

Terima

11 17 0,332 Rendah 31,15 Sedang 37,50 Cukup Terima 12 18 0,543 Cukup 68,85 Sedang 68,75 Baik Terima 13 22 0,319 Rendah 77,05 Mudah 37,50 Cukup Terima 14 24 0,330 Rendah 47,54 Sedang 56,25 Baik Terima 15 27 0,304 Rendah 37,70 Sedang 31,25 Cukup Terima 16 31 0,535 Cukup 68,85 Sedang 68,75 Baik Terima 17 32 0,332 Rendah 31,15 Sedang 31,25 Cukup Terima 18 34 0,337 Rendah 83,61 Mudah 21,00 Cukup Terima 19 36 0,443 Rendah 50,82 Sedang 68,75 Baik Terima 20 39 0,503 Cukup 40,98 Sedang 62,50 Baik Terima

Berdasarkan tabel 3.12, soal pilihan ganda yang diujicobakan pada

penelitian ini sebanyak 40 soal, setelah di analisis hasil uji coba instrumen didapat

20 soal yang diterima dan digunakan dalam penelitian. dari ke-40 soal tersebut

instrumen yang dipakai dalam penelitian yaitu no soal 3, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 14,

16, 17, 18, 22, 24, 27, 31, 32, 34, 36, dan 39. Nomor-nomor tersebut akan diubah

menjadi nomor urut 1-20.

3.5.2. Analisis Instrumen Skala Sikap

Analisis hasil uji coba skala sikap dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

a) Pemberian Skor pada Setiap Pernyataan

Pemberian skor dilakukan pada setiap pernyataan positif dan negatif.

Untuk pernyataan positif pemberian skor dilihat dari Sangat Setuju (SS)= 3,

Setuju (S)= 2, Tidak Setuju (TS)= 1, dan Sangat Tidak Setuju (STS)= 0

(36)

56

Setuju (SS)= 0, Setuju (S)= 1, Tidak Setuju (TS)=2, dan Sangat Tidak Setuju

(STS)= 3. Adapun tahapan dalam penentuan bobot skor, yaitu:

[image:36.595.119.519.119.444.2]

1) Mempersiapkan tabel 3.13 perhitungan bobot skor

Tabel 3.13 Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Negatif

Kategori SS S TS STS

F P Pk pk-tengah

Z z +... Nilai Skala

Tabel 3.14 Perhitungan Bobot Skor Pernyataan Positif

Kategori STS TS S SS

F P Pk pk-tengah

Z z +... Nilai Skala

2) Menghitung frekuensi dari setiap item skala dari seluruh peserta

3) Menghitung proporsi dari tiap pilihan jawaban dengan menggunakan rumus:

=

Keterangan: P = Proporsi f = Frekuensi

n = Jumlah peserta tes

4) Menghitung frekuensi kumulatif ( pk)

pk1 = P1

pk2 = pk1 + P2

pkn = pkn – 1 + pn

Keterangan:

(37)

5) Menghitung titik tengan proporsi kumulatif ( pk-tengah )

=

Keterangan:

P = Proporsi dalam kategori

pkb = Proporsi Kumulatif dalam kategori disebelah kirinya

6) Menentukan nilai z dengan mengkonversikan harga mean proporsi kumulatif

ke dalam harga z tabel

7) Untuk menghilangkan tanda negatif pada skala maka harga z dikoreksi

dengan menambahkan harga mutlak z yang terkecil

8) Menentukan pembulatan

Pembulatan untuk pernyataan positif yaitu tiga untuk jawaban sangat setuju

(SS), dua untuk jawaban Setuju (S), satu untuk jawaban Tidak Setuju (TS),

dan nol untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS). Sebaliknya pembulatan

[image:37.595.110.406.133.213.2]

pada pernyataan negatif. Penentuan skor alternatif jawaban dapat dilihat pada

Tabel 3.15 berikut:

Tabel 3.15 Skor Alternatif Jawaban

Pernyataan Alternatif Jawaban

SS S TS STS

Positif 3 2 1 0

Negatif 0 1 2 3

Jika hasil pembulatan sesuai dengan tabel di atas atau memiliki gradasi

angka yang mirip dengan pembulatan tersebut maka pernyataan tersebut dapat

digunakan. Sebaliknya jika hasil pembulatannya tidak sesuai dengan ketentuan

tersebut maka pernyataan tersebut tidak digunakan

[image:37.595.115.507.493.566.2]
(38)

58

Butir pernyataan yang diikutsertakan hanyalah butir-butir pernyataan yang

baik. Suatu item butir pernyataan yang baik yaitu memiliki daya beda yang tinggi.

Untuk memperoleh pernyataan yang baik setiap pernyataan yang telah terpilih

sebelumnya diuji dengan menggunakan t-test. Langkah-langkah penyeleksian

item skala sikap, yaitu:

1) Menentukan kelompok atas dan kelompok bawah dengan ketentuan

masing-masing kelompok 25% dari jumlah siswa yang telah diurutkan skor item

skala sikapnya, mulai dari skor tertinggi sampai terendah.

2) Membuat tabulasi terhadap distribusi jawaban pada setiap kategori respon

setiap pernyataan

3) Menentukan perbedaan rata-rata skor pernyataan antara kedua kelompok

dengan menggunakan formula t-test sebagai berikut:

= ̅ ̅B

̅ = =

Keterangan :

Ȳ = Rata-rata skor pernyataan S2 = Varians skor pernyataan

f = Frekuensi pemilih setiap kategori respon n = Banyaknya subjek dalam suatu kelompok A = Kelompok atas

B = Kelompok bawah

4) Membandingkan t hitung dengan harga t tabel. Nilai t tabel yang digunakan

adalah 1,75 yang diperoleh dari tabel distribusi t dengan α = 0,05 dan dk =

18. Pernyataan yang terpilih adalah pernyataan yang memiliki nilai t hitung >

nilai t tabel (Edward dalam Azwar, 1995).

Berdasarkan analisis hasil uji coba butir pernyataan skala sikap, dari 30

butir pernyataan yang diperoleh didapat 20 butir pernyataan yang memiliki t

hitung > nilai t tabel sehingga pernyataan-pernyataan tersebut dapat digunakan

(39)

10 butir pernyataan positif dan 10 butir pernyataan yang bersifat negatif.

Pernyataan-pernyataan tersebut dengan sengaja dijadikan menjadi pernyataan

positif dan pernyataan negatif dengan jumlah yang sama agar sikap yang

diberikan siswa tidak memihak salah satunya (baik atau buruk). Di bawah ini

merupakan hasil rekapitulasi dari skala sikap yang dapat digunakan dalam

penelitian ini sebagai instrumen dalam pengambilan data berdasarkan hasil uji

[image:39.595.121.526.279.563.2]

coba instrumen (Tabel 3.16 ).

Tabel 3.16 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Coba Instrumen Skala Sikap No. Soal Baru No. Soal Asli Kandungan Nilai Sifat Pernyataan Nilai t Hitung Nilai t Kritis Kesimpulan

1 1 Intelektual - 2,50 1,75 Digunakan

2 2 Intelektual + 4,58 1,75 Digunakan

3 3 Intelektual + 2,69 1,75 Digunakan

4 4 Intelektual - 5,75 1,75 Digunakan

5 5 Sosial-Politik - 5,63 1,75 Digunakan

6 6 Religius - 6,56 1,75 Digunakan

7 7 Pendidikan + 4,63 1,75 Digunakan

8 10 Religius + 2,73 1,75 Digunakan

9 11 Sosial-Politik + 2,80 1,75 Digunakan

10 12 Pendidikan - 2,89 1,75 Digunakan

11 13 Pendidikan + 4,58 1,75 Digunakan

12 14 Sosial-Politik - 3,86 1,75 Digunakan

13 15 Religius - 2,50 1,75 Digunakan

14 17 Pendidikan + 2,75 1,75 Digunakan

15 18 Pendidikan - 2,20 1,75 Digunakan

16 19 Sosial-Politik + 3,60 1,75 Digunakan

17 21 Sosial-Politik - 5,48 1,75 Digunakan

18 22 Pendidikan - 2,55 1,75 Digunakan

19 28 Sosial-Politik + 3,44 1,75 Digunakan

20 30 Religius + 4,72 1,75 Digunakan

Berdasarkan Tabel 3.16 bahwa dari 30 butir pernyataan pada skala sikap

yang diuji cobakan hanya terdapat 20 butir pernyataan yang memenuhi kriteria

pengujian, yaitu pernyataan yang mempunyai nilai t hitung > nilai t tabel (Edward

dalam azwar, 2012). Butir-butir pernyataan yang dapat diterima meliputi nomor

soal 1, 2, 3, 4, 5 , 6, 7, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 28, 30 yang

nantinya nomor-nomor tersebut akan diubah menjadi nomor urut 1-20. Dari ke-20

pernyataan sikap terdapat empat butir pernyataan kandungan nilai intelektual;

(40)

60

kandungan nilai pendidikan; serta empat butir pernyataan kandungan nilai

religius.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan terdapat beberapa tahap, diantaranya:

a. Penentuan kelas sebagai sampel dalam penelitian

Dalam penelitian ini sampel yang diambil berjumlah dua kelas, satu kelas

sebagai kelas eksperimen (menyisipkan nilai-nilai sains) dan satu kelas lagi

sebagai kelas kontrol (tidak menyisipkan nilai-nilai sains). Kelas yang dipakai

sebagai kelas eksperimen yaitu kelas X-L sedangkan kelas yang dipakai sebagai

kelas kontrol yaitu kelas X-K.

b. Pelaksanaan tes awal (pretest)

Pelaksanaan tes awal / pretest dilakukan untuk mengetahui dan mengukur

kemampuan awal siswa terhadap nilai-nilai yang disisipkan pada materi

ekosistem. Pretest dilaksanakan di awal pertemuan sebelum diberikan materi di

dalam kelas oleh guru.

c. Pelaksanaan pembelajaran

Dalam penelitian ini pembelajaran pada materi ekosistem dilakukan dalam

4x45 menit pertemuan baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen.

Pada kelas eksperimen guru menyisipkan nilai-nilai sains yang terkandung di

dalam materi ekosistem, setelah itu siswa diberikan LKS untuk dikerjakan secara

berkelompok. Didalam LKS tersebut siswa diminta untuk memaparkan nilai-nilai

sains yang terkandung. Lain halnya dengan kelas kontrol, dalam pembelajarannya

hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi tanpa menyisipkan nilai-nilai

sains, selebihnya sama seperti kelas eksperimen. Pada pertemuan pertama, baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol membahas materi ekosistem mengenai

komponen penyusun ekosistem (melakukan praktikum di lingkungan sekitar)

(41)

eksperimen dan kelas kontrol membahas materi mekanisme aliran energi sampai

daur biogeokimia (menampilkan video).

d. Pelaksanaan tes akhir (post-test)

Pelaksanaan tes akhir / post-test dilaksanakan di akhir pertemuan kedua.

Dilakukan post-test agar dapat mengetahui hasil pembelajaran siswa berupa

pemahaman konsep serta sikap siswa terhadap nilai-nilai sains yang terdapat

dalam materi ekosistem.

e. Pengisisan skala sikap dan respon siswa

Pengisian skala sikap dilakukan pada awal pembelajaran pertemuan

pertama serta pada akhir pembelajaran pada pertemuan terakhir. Pengisian skala

sikap diisi oleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berbeda dengan angket

respon siswa yang hanya diisi oleh kelas eksperimen pada pertemuan terakhir.

f. Analisis hasil pretest, post-test, hasil sebaran skala sikap dan respon siswa

Analisis pretest, post-test dilakukan menggunakan software ANATES

versi 4.9.0TM, setelah mengunakan software tersebut tetap pengerjaannya

dilakukan secara manual oleh penulis, begitupun dengan analisis skala sikap dan

angket respon siswa yang dilakukan secara manual oleh penulis.

3. Tahap Akhir

Tahap akhir dalam penelitian ini meliputi beberapa tahapan, diantaranya:

a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian

c. Menarik kesimpulan

(42)

62

Data yang akan diolah berupa tes pemahaman konsep serta skala sikap

yang diambil dari hasil pretest dan post-test dan angket respon siswa. Pengolahan

data melalui beberapa langkah, diantaranya:

3.6.1. Analisis Tes Pemahaman Konsep

Analisis tes ini dilakukan agar dapat mengetahui sejauh mana siswa

menguasai materi ekosistem pada kelas eksperimen berdasarkan hasil pretest dan

post-test yang dibandingkan dengan kelas kontrol.

a) Menentukan Skor dan Mengubahnya kedalam Bentuk Nilai

Skor dihitung dari setiap jawaban siswa yang benar saja. Skor yang

diperoleh kemudian diubah menjadi nilai dengan ketentuan:

=s s s s

b) Melakukan Uji Prasyarat

Untuk menentukan pengolahan data menggunakan uji parametrik atau non

parametrik maka sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji

homogenitas.

i. Uji Normalitas chi kuadrat (χ2)

Uji normalitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji

hipotesis. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji chi kuadrat (χ2).

Adapaun langkah-langkah dalam uji normalitas ini, diantaranya:

a) Menentukan rentang

Rentang = Data terbesar – Data terkecil

b) Menentukan banyak kelas interval

Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

Keterangan: n = banyak data

c) Menentukan panjang kelas interval (P) =

(43)

d) Membuat daftar distribusi frekuensi

e) Menentukan rata-rata

f) Menentukan simpangan baku

g) Menentukan batas-batas kelas interval untuk menghitung luas di bawah

kurva normal

h) Menentukan nilai z

Z =

i) Menentukan luas tiap interval (L)

j) Menghitung frekuensi yang diharapkan (Ei)

Ei = banyak data x L

k) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dalam pengamatan (Oi)

l) Menentukan nilai chi kuadrat (χ2)

(χ2

) =

m) Membandingkan χ2 hitung dengan χ2 tabel dengan dk = k – 3 dalam daftar

dengan α = 0,05. Bila harga χ2

hitung < χ2tabel maka berdistribusi normal.

Dari langkah-langkah yang telah dipaparkan diatas, pada tabel 3.17 dapat

dilihat hasil data Pretest pemahaman konsep siswa pada uji normalitas.

Tabel 3.17 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji Normalitas

Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

χ2

hitung 17,78 8,54 1,17 4,32

χ2

tabel 7,81 5,99 7,81 5,99

Kesimpulan Tidak Normal

Tidak Normal

(44)

64

Berdasarkan tabel 3.17 diperoleh nilai chi kuadrat (χ2) untuk uji normalitas

data pretest pemahaman konsep siswa adalah χ2 hitung > χ2tabel atau 17,78 > 7,81 untuk kelas eksperimen dan 8,54 > 5,99 untuk kelas kontrol. Jika dilihat, baik

kelas eksperimen maupun kelas kontrol memiliki nilai χ2

hitung > χ2tabel yang artinya

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas

chi kuadrat (χ2) pada pengujian data statistik pada nilai posttest menunjukkan

bahwa data posttest pada kedua kelas dalam penelitian ini berdistribusi normal

karena memiliki χ2hitung < χ2tabel, dapat dilihat pada kelas eksperimen yang

memiliki χ2hitung 1,17 < 7,81 χ2tabel dan pada kelas kontrol χ2hitung 4,32 < 5,99

χ2

tabel. Prosedur statistik yang digunakan dalam pengolahan data pretest dan

posttest adalah statistik non parametrik berupa uji Wilcoxon.

ii. Uji Homogenitas (Uji F)

Uji homogenitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji

hipotesis. Uji homogenitas dilakukan pada hasil pretest dan post-test untuk

mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians yang sama atau tidak. Adapun

rumus yang digunakan untuk menghitung uji homogenitas adalah:

=

Keterangan:

S12 = Varians terbesar

S2 2 = Varians terkecil (Sudjana, 2005)

Nilai Fhitung dibandingkan dengan nilai Ftabel, apabila Fhitung < Ftabel maka

varians homogen. Pada tabel 3.18 terdapat hasil data pretest pemahaman konsep

siswa pada uji homogenitas.

Tabel 3.18 Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Pemahaman Konsep siswa

(45)

Fhitung 1, 39 1,44

Ftabel 1,84 1,84

Kesimpulan Homogen Homogen

Pada tabel 3.18 untuk uji homogenitas data diatas nilai Fhitung < Ftabel atau

1,39 < 1,84, berarti data pretest pemahaman konsep siswa bersifat homogen.

Sedangkan, pada kedua kelas dalam penelitian menunjukkan bahwa data posttest

berasal dari populasi yang sama atau homogen karena memiliki Fhitung < Ftabel atau

1,44 < 1,84. Maka dari itu, pengujian yang selanjutnya akan menggunakan

analisis uji non parametrik berupa uji Wilcoxon.

c) Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan pada hasil pretest untuk mengetahui apakah

terdapat perbedaan mengenai materi ekosistem pada kedua kelas. Setelah

menghitung pada uji prasyarat normalitas dan homogenitas, didapatkan hasil data

yang bersifat homogen dan berdistribusi tidak normal, maka dari itu selanjutnya

[image:45.595.162.466.113.177.2]

akan dilakukan uji hipotesis non-parametrik berupa uji Wilcoxon (Tabel 3.19).

Tabel 3.19 Hasil Uji Wilcoxon Data Pretest Pemahaman Konsep Siswa Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol untuk n > 25

Data Pretest Median zhitung Kriteria kesimpulan

Kelas

Eksperimen

42,5

-0,42

Apabila –z1/2(1-α) <

z hitung z1/2 (1-α),

atau -1,96 (0,05/2) <

z hitung < 1,96 (0,05/2)

maka H0 diterima

atau tidak

terdapat

perbedaan yang

signifikan

Hasil Zhitung -0,42

yang berarti berada di

antara daerah

penerimaan H0, maka

H0 diterima.

(Tidak berbeda

(46)

66

Dapat dilihat dari tabel 3.19, hasil pretest yang dilakukan oleh kelas

eksperimen maupun kelas kontrol tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Jadi,

dapat dikatakan pengetahuan awal siswa pada kelas eksperimen maupun kelas

kontrol pada pretest pemahaman konsep siswa di anggap sama. Maka dari itu,

untuk mengetahui hasil dari pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran

dalam materi ekosistem baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dapat dilihat

pada hasil post-test.

d) Menghitung Gain

Pengujian data dengan menggunakan indeks gain <N> dilakukan untuk

melihat peningkatan pemahaman konsep siswa. Adapun perhitungan Ngain

menurut Hake (1999) adalah sebagai berikut:

=

Selanjutnya hasil perhitungan diinterpretasi dengan menggunakan kriteria

[image:46.595.148.501.515.610.2]

pencapaian indeks gain sebagai berikut:

Tabel 3.20 Kategori Ngain (Indeks Gain)

Nilai Kriteria

Ngain ≥ 0,70 Tinggi

0,70 > Ngain ≥ 0,30 Sedang

Ngain < 0,30 Rendah

(Hake, 1999, hlm. 1)

Pada tabel 3.21 terdapat hasil data pretest dan posttest pemahaman konsep

siswa dalam kategori Ngain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(47)

Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kelas

Penguasaan Konsep Siswa

Rata-Rata Indeks

Gain

Kriteria Pretest Posttest

Eksperimen 43,00 81,25 0,72 Tinggi

Kontrol 43,00 67,69 0,59 Sedang

Pada tabel 3.21 pada kelas eksperimen memiliki nilai indeks gain sebesar

0,72 yang termasuk ke dalam kriteria tinggi, sedangkan pada kelas kontrol

memiliki nilai indeks gain sebesar 0,59 yang termasuk ke dalam kriteria sedang.

3.6.2. Analisis Skala Sikap

Adapun langkah-langkah dalam menganalisis skala sikap, diantaranya:

a) Menentukan Skor

Skor akhir siswa yang akan diolah adalah jumlah dari keseluruhan skor

yang diperoleh dari setiap pernyataan.

b) Uji Prasyarat

Sebelum melakukan pengolahan data dengan menggunakan uji parametrik

atau non-parametrik sebelumnya harus dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas

dan uji homogenitas. Untuk mengetahui suatu data bersifat normal atau tidak

maka dilakukan uji normalitas.

i) Uji Normalitas

Uji normalitas tersebut menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan

melakukan langkah-langkah yang serupa dengan pengujian normalitas pada tes

pemahaman konsep siswa, sedangkan untuk mengetahui data homogenitas maka

(48)

68

pengujian homogenitas pada data tes pemahaman konsep. Hasil pretest sikap

siswa dapat dilihat pada tabel 3.22.

Tabel 3.22 Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Sikap Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Uji Normalitas

Pretest Posttest

Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol

χ2

hitung 5,54 10,31 1,00 0,88

χ2

tabel 7,81 5,99 7,81 5,99

Kesimpulan Normal Tidak Normal Normal Normal

Berdasarkan tabel 3.22 diperoleh nilai chi kuadrat (χ2) untuk uji normalitas

data pretest pemahaman konsep siswa adalah χ2 hitung < χ2tabel atau 5,54 < 7,81 untuk kelas eksperimen dan 10,31 > 5,99 untuk kelas kontrol. Jika dilihat, kelas

eksperimen memiliki nilai χ2 hitung < χ2tabel sedangkan kelas kontrol memiliki nilai

χ2

hitung > χ2tabel yang artinya sampel pada kelas eksperimen berasal dari populasi

yang berdistribusi normal sedangkan sampel pada kelas kontrol berasal dari

populasi yang berdistribusi tidak normal. Data nilai chi kuadrat (χ2) pada posttest

skala sikap kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal karena

memiliki χ2 hitung < χ2 tabel yaitu 1,00 < 7,81 pada kelas eksperimen sedangkan

pada kelas kontrol 0,88 < 5,99.

ii) Uji Homogenitas (Uji F)

Uji homogenitas dilakukan sebagai uji prasyarat sebelum melakukan uji

hipotesis. Uji homogenitas dilakukan pada hasil pretest dan posttest untuk

mengetahui apakah kedua kelas memiliki varians yang sama atau tidak.

Tabel 3.23 Uji Homogenitas Data Pretest dan Posttest Sikap siswa Uji Homogenitas Pretest Posttest

(49)

Ftabel 1,84 1,84 Kesimpulan Tidak Homogen Homogen

Pada tabel 3.23 uji homogenitas diperoleh nilai Fhitung > Ftabel atau 1,87 >

1,84 maka data pretest sikap siswa memiliki varians yang tidak homogen,

sedangkan data posttest sikap siswa memiliki varians yang homogen karena nilai

Fhitung < Ftabel atau 1,81 < 1,84, . Maka dari itu, pengujian yang selanjutnya akan

menggunakan analisis uji non parametrik berupa uji wilcoxon.

c) Uji Hipotesis

Uji

Gambar

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Tes Pemahaman Konsep
Tabel 3.3 Kisi-kisi Skala Sikap
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa
Tabel 3.6 Distribusi Butir Soal berdasarkan Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Many urban areas especially in developing countries including Indonesia face a massive urbanisation and insufficient urban infrastructures to accommodate needs of urban

Metode: 30 penderita kusta baru atau 1 – 3 bulan bulan pengobatan yang berobat di tempat penelitian, setelah dilakukan penentuan diagnosis klinis, pemeriksaan bakteriologis,

Awalani, I (2010) Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) berbasis komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

Hal ini menyebabkan timbul persaingan didalam dunia usaha untuk menghadapi para pesaing yang terus berubah, kemajuan teknologi, kebijaksanaan perdagangan dan turunnya

Adanya komunikasi yang baik antara Anda dengan staf Alfamart Kapten Muslim 2 Medan. Tersedianya fasilitas dan perlengkapan yang baik dan memadai di Alfamart Kapten Muslim

Sebuah Tesis yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Administrasi Pendidikan. © Awang Setiawan

Bank Mandiri ( Persero ) Tbk Cabang Jakarta Thamrin dan untuk menentukan jumlah teller yang sebaiknya dioperasikan pada hari kerja serta untuk memperoleh jumlah teller yang tepat

Analisis Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka .... Analisis Iklim Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Lemahsugih