HUBUNGAN ANTARA
SELF-ESTEEM
DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS
ILMU KESEHATAN UKSW
Oleh :
RENSI NARI RANTELIMBONG 802009601
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
HUBUNGAN ANTARA
SELF-ESTEEM
DENGAN PROKRASTINASI
AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS
ILMU KESEHATAN UKSW
Rensi Nari Rantelimbong
Berta Esti Ari Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan teknik insidental sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW Salatiga sebanyak 102 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan negatif signifikan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
ii
Abstract
This study’s aims to find out the relationship’s signification between self-esteem with
academic procrastination on the students of the Faculty of Health Sciences UKSW
Salatiga. This study uses a quantitative method with incidental sampling technique. The
Participants in this study were the students of Faculty of Health Sciences UKSW
Salatiga that include of 102 respondents. The results of this research showed that no
negative significant relationship between self-esteem with academic procrastination on
the students of the Faculty of Health Sciences Satya Wacana Christian University
Salatiga.
1
PENDAHULUAN
Perguruan tinggi merupakan salah satu tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki individu baik dalam segi kognitif, afektif maupun psikomotor melalui proses pembelajaran yang dilakukan di kampus. Hal tersebut diharapkan mampu menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang cerdas, kreatif, cekatan dan bertanggung jawab. Pada masa remaja, aspek afektif dan moral telah berkembang dan diharapkan remaja mampu mendukung menyelesaikan tugas-tugasnya. Piaget (dalam Santrock, 2002) memaparkan, masa remaja merupakan masa perkembangan dalam aspek kognitif yang sudah mencapai taraf operasi formal, sehingga aktivitas siswa/mahasiswa merupakan hasil dari berfikir logis. Berdasarkan pendapat tersebut maka seorang siswa/mahasiswa sudah mampu dianggap bertanggungjawab dalam menyelesaikan berbagai tugas termasuk tugas akademik. Namun berdasarkan fakta dan realita yang sering terjadi didalam bidang pendidikan bahwa siswa/mahasiswa masih mengalami masalah dalam menjalankan tugas-tugas akademik.
2
mengerjakannya di waktu luang. Selain itu, mereka lebih menghabiskan waktu untuk nongkrong bersama dengan teman-teman atau jalan-jalan dibandingkan mengerjakan tugas kuliah.
Ketika seorang pelajar tidak dapat memanfaatkan waktu dengan baik, banyak mengulur waktu untuk melakukan aktivitas lain dengan sengaja dan merasa aktivitas lain lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan sehingga tugas terbengkalai dan menyelesaikan tugas tidak maksimal maka dapat mengakibatkan kegagalan atau terhambatnya kesuksesan. Kegagalan atau kesuksesan individu sebenarnya bukan karena faktor intelegensi semata namun kebiasaan melakukan penundaan terutama dalam penyelesaian tugas akademik yang dikenal dengan istilah prokrastinasi akademik (Savira & Yudi, 2013).
3
Ghufron & Rini (2010) menjelaskan bahwa seseorang yang dikatakan melakukan prokrastinasi akademik adalah ketika seseorang memiliki ciri-ciri menunda untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi, keterlambatan dalam mengerjakan tugas, kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual dan melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Seperti yang dikatakan oleh Tuckman (1990) mengenai 3 aspek prokrastinasi yaitu ( 1) pembuang waktu, merupakan kecenderungan untuk membuang waktu secara sia-sia dalam menyelesaikan tugas yang perlu diprioritaskan demi melakukan hal-hal lain yang kurang penting (Tendency to delay or put off doing things). (2) kesulitan dan penghindaran dalam melakukan sesuatu yang tidak disukai, merupakan kecenderungan untuk merasa keberatan mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakan tersebut atau jika kemungkinan akan menghindari hal-hal yang dianggap mendatangkan perasaan tidak menyenangkan (Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when possible to avoid or circumvent the unpleasantness).
(3) Menyalahkan orang lain, merupakan kecenderugan untuk menyalakan pihak lain atas penderitaan yang dialamai diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditundanya.Tendency to blame others for one’s own plight.
4
Beberapa faktor-faktor menurut Ferrari (1995), yang mempengaruhi terjadinya perilaku prokrastinasi, seperti kelelahan, Self-afficacy, tingkat intelegensi yang dimiliki seseorang, rendahnya self-control, rendahnya self-esteem, motivasi yang rendah dan kondisi lingkungan lenient (pengawasan rendah). Dari faktor-faktor tersebut dapat terjadi pada pelajar, seperti kelelahan dalam belajar karena tugas yang banyak/padatnya jam belajar, tidak ada semangat untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dan juga seperti self-esteem yang rendah. Hal ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Beswick (1988) menemukan dari beberapa penelitian adanya faktor yang berhubungan dengan seseorang melakukan prokrastinasi. Faktor tersebut adalah indecision, irrational belief about self-worth, dan low self-esteem.
Self-esteem merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan memandang dirinya terutama mengenai sikap menerima atau menolak, dan indikasi besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuannya, keberartian, kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 1967). Secara singkat self-esteem adalah
“personal judgment” mengenai perasaan berharga atau berarti yang di ekspresikan
5
mampu mengarahkan perilakunya dalam belajar. Ia akan mementingkan sesuatu yang lebih menyenangkan, sehingga banyak melakukan prokrastinasi dalam menyelesaikan tugas (Brown, Dutton & Cook, 2001).
Coopersmith (dalam Martini, 2003) mengidentifikasikan adanya empat aspek self-esteem, yaitu (1) Proses belajar, istilah yang digunakan Coopersmith untuk menggambarkan bagaimana individu menilai keadaan dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang dianutnya. Individu menilai-nilai dirinya telah memenuhi atau mendekati apa yang ada dalam kebutuhan idealnya dan mempunyai penerimaan yang positif, maka individu tersebut akan memiliki penilaian dirinya yang positif. Dalam kehidupan bermahasiswa, proses belajar akan terus menerus terjadi seperti halnya yang terjadi pada mahasiswa FIK, dalam wawancara singkat ada beberapa mahasiswa yang menuturkan bahwa dalam proses mengerjakan tugas ada beberapa kendala yang terjadi salah satunya masalah tugas yang berhubungan dengan laboratorium dimana ruangan laboratoriun dianggap mahasiswa terlalu kecil sehingga harus masuk secara bergantian antar angkatan dan hal ini berpengaruh terhadap waktu pengumpulan tugas karena mereka harus menunggu antrian. Dalam hal ini, mahasiswa dapat menilai dirinya telah atau belum mendekati kebutuhan ideal terkait dengan perkuliahannya.
6
tua dianggap lebih mampu berpendapat dibanding angkatan yang lebih mudah dalam perkuliahan yang berhubungan dengan laboratorium, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa setiap angkatan bergantian untuk masuk ke laboratorium.
(3) Penerimaan, aspek ini menekankan perasaan keluarga dan orangtua dalam pembentukan dasar harga diri pada masa kanak-kanak. Keluarga merupakan tempat sosialisasi pertama bagi anak. Penerimaan keluarga yang positif akan berpengaruh pada perkembangan harga diri anak pada masa dewasa kelak. Orangtua mempunyai nilai yang pasti dan berharap anak bisa melakukannya. Terlepas dari dukungan orang tua para mahasiswa juga merasa bahwa dukungan dari teman-teman memberikan semangat untuk menjalani study dengan baik yang memungkingkan tercapainya penerimaan diri. (4) Interaksi dengan lingkungan, aspek ini memiliki karakteristik kepribadian yang dapat mengarahkan pada kemandirian sosial dan kreatifitas yang tinggi, lebih mampu dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, mampu mencapai tujuan pribadi secara realistik dan aktif serta pengalaman keberhasilan akan meningkatkan harga diri.
7
self-esteem yang rendah akan cenderung melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan individu yang memiliki self-esteem yang tinggi. Selain itu Burka dan Yuen (1983) meneliti dan menemukan low self-esteem juga turut memengaruhi seseorang untuk melakukan prokrastinasi. Individu tersebut akan merasa tidak berharga dan individu akan berusaha melindungi self-esteem dengan cara melakukan prokrastinasi. Namun penelitian yang dilakukan oleh Rizal (2012) pada 518 mahasiswa di salah satu universitas di Surabaya, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik. Pada hakekatnya self-esteem pada satu individu dengan individu yang lain tidaklah sama. Ada individu yang memiliki self-esteem yang tinggi, namun ada pula individu yang memiliki self-esteem yang rendah juga Hasil penelitian Rizal (2012) di Surabaya, juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik.
Dengan demikian dari uraian dan penelitian terdahulu di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW.
Tujuan Penelitian
8
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi untuk melihat hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW.
Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel, yaitu self-esteem sebagai variabel bebas (X) dan prokrastinasi sebagai variabel terikat/tergantung (Y).
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW. Adapun sampel dalam penelitian ini melibatkan 102 mahasiswa dengan menggunakan teknik insidental sampling, yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan skala pengukuran psikologis berupa angket yang terdiri dari dua skala yaitu skala self-esteem dan skala prokrastinasi akademik .
1. Skala Self-Esteem
9
bentuk skala likert dengan menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu, sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Tidan Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS) (Azwar, 2012). Realibilitas alpha cronbach dari skala coopersmith self esteem inventory yaitu sebesar 0,763, selanjutnya peneliti juga akan menguji kembali daya diskriminasi item dan realibilitas alat ukur ini menggunakan alpha cronbach.
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala self-esteem sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 25 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 2 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,403-0,900. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala self-esteem sebesar 0,900. Hal ini berarti skala self-esteem reliabel.
2. Skala prokrastinasi akademik
Skala prokrastinasi akademik dalam penelitian ini mengacu pada alat ukur yang dikembangkan oleh Tuchman (1990). Dan kemudian diadaptasi oleh peneliti. skala tersebut terdiri dari tiga dimensi yaitu (1) Tendency to delay or put off doing things/ pembuang waktu. (2) Tendency to have difficulty doing unpleasant things and when possible to avoid or circumvent the
unpleasantness/kesulitan dan penghindaran dalam melakukan sesuatuyang tidak
10
Sangat Tidak Sesuai (STS). Realibilitas alpha cronbach dari skala prokrastinasi akademik yaitu sebesar 0,86.Selanjutnya peneliti juga akan menguji kembali daya diskriminasi item dan realibilitas alat ukur ini menggunakan alpha cronbach.
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas skala prokrastinasi akademik sebanyak dua kali putaran, yang terdiri dari 35 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 10 item dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,324-0,556. Sedangkan teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada skala prokrastinasi akademik sebesar 0,879. Hal ini berarti skala prokrastinasi akademik reliabel.
HASIL PENELITIAN
Uji Deskriptif Statistika
Tabel 1. Dekriptif Statistika
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Self-esteem 102 33 88 71.01 9.714
Prokrastinasi 102 26 85 65.21 9.224
Valid N (listwise) 102
11
Dengan demikian, maka norma kategorisasi hasil pengukuran skala self-esteem dan skala prokrastinasi akademikdapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini:
Tabel 2. Kategorisasi Pengukuran Skala Self-Esteem
dan Skala Prokrastinasi
12
Untuk skala prokrastinasi, tidak ada responden yang memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 0%, 29 responden memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori tinggi dengan persentase 28,43%, 67 responden memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sedang dengan persentase 65,69, 4 responden memiliki skor prokrastinasipada kategori rendah dengan persentase 3,92%, dan 2 responden memiliki skor prokrastinasi yang berada pada kategori sangat rendah dengan persentase 1,96%. Berdasarkan rata sebesar 65,21 dapat dikatakan bahwa rata-rata prokrastinasiresponden berada pada kategori sedang.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji normalitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Self-esteem Prokrastinasi
N 102 102
Normal Parametersa Mean 71.01 65.21
Std. Deviation 9.714 9.224
Most Extreme Differences Absolute .124 .100
Positive .066 .078
Negative -.124 -.100
Kolmogorov-Smirnov Z 1.254 1.013
Asymp. Sig. (2-tailed) .086 .256
13
Sementara, dari hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Uji Linearitas
0,826 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi adalah linear.
Untuk hasil uji korelasi antara variabel bebas dan variabel terikat, dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini:
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi
Correlations
Self-esteem Prokrastinasi
Self-esteem Pearson Correlation 1 .012
Sig. (1-tailed) .451
N 102 102
Prokrastinasi Pearson Correlation .012 1
Sig. (1-tailed) .451
N 102 102
14
akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungannegatif signifikan antara self-esteem dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Berdasarkan hasil uji perhitungan korelasi, kedua variabel memiliki r sebesar 0,102 dengan signifikansi sebesar 0,451 (p>0.05), yang berarti kedua variabel yaitu self-esteem dengan prokrastinasi akademik mahasiswatidak memiliki hubungan yang negatif signifikan.
15
berkaitan dengan teori dibandingkan dengan mahasiswa angkatan sebelumnya yang lebih banyak diberikan tugas-tugas yang langsung terjun ke lapangan, sehingga membuat mereka memiliki pengetahun yang memadai dan mendukung mereka pada kerja praktek yang dilakukan. Selain itu, dampak dari perubahan sistem yang dirasakan oleh mahasiswa, menyebabkan mereka merasa kesulitan dalam memilih mata kuliah yang akan diambil dan topik-topik penelitian tugas akhir beserta dosen pembimbing yang sesuai dengan bidangnya.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini, diperoleh data bahwa rata-rata (mean) 71,01 atau 57,84% mahasiswa FIK UKSW Salatiga memiliki tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang berada pada kategori tinggi. Sedangkan pada prokrastinasi akademik mahasiswa FIK UKSW Salatiga, rata-rata (mean) 65,21 atau 65,69% yang berada pada kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengalami prokrastinasi akademik yang sedang.
KESIMPULAN DAN SARAN
16
17
DAFTAR PUSTAKA
Akinsola, M. K., Tella, A.,& Tella, A. (2007). Correlates of academic procratination and mathematics achievement of university undergraduate students. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 3 (4) : 363-370.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Beswick, G. (1988). Psycological antecendents of student procrastination. Australian Psicologist 23 (2).
Brown, J. D., Dutton, K. A., & Cook, K. E. (2001). From the top down: Self-esteem and self-evaluation. Cognition and Emotion, 15, 615-631.
Burka, J. B.,& Yuen, L. M. (1983). Procrastination: Why you do it, What to do about it. New York: Perseus Books.
Coopersmith, S. (1967). The antecedents of self-esteem. San Francisco: W. H. Freeman & Co.
Ferrari, J.R., Johnson, J.L.,& Mc Cown, W.G. (1995). Procrastination and task Avoidance, Theory, Research and Treathment. New York: Plenum Press. Ferrari, J. R., Keane, S., Wolf, R., & Beck, B. L. (1998), The antecedents and
consequences of academic excuse-making: examining individual differences in procrastination. Research Hinhigher Education, 39, 199-215.
Ferari, J. R.,& Morales, J. F. D. (2007). Perceptions of concept and self-presentation by procrastinators: Further Evidence. The Spanish Journal of Psychology, 10 (1) : 91-96.
Ghufron, N. M.,& Risnawita, R. (2010). Teori-teoripsikologi. Yogyakarta: Ar- Ruz Media.
Hayyinah. (2004). Religiusitas dan prokrastinasi akademik mahasiswa. Jurnal Psikologika, 11 (17) : 31-41.
Kreitner, R.,& Kinicki, A. (2005). Perilaku organisasi. Edisi Ke-5. Jakarta: Salemba Empat.
18
Nurgiyantoro, Gunawan, & Marzuki. (2009). Statistik terapan: untuk penelitian ilmu-ilmu sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Rizal, Y. 2012. Hubungan antara prokrastinasi akademik dan self esteem. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi- Universitas Surabaya.
Saleem, M.,& Rafique, R. (2012). Procratination and self-esteem among university students. Pakistan Journal Of Social And Clinical Psychology,10 (2) : 50-53. Santrock, J.W. (2002). Life span development: perkembangan masa hidup. Jilid 2
(Edisi Ke-5). Jakarta: Erlangga.
Savira, F.,& Yudi, S. (2013). Self-regulated learning (SLR) dengan prokrastinasi akademik pada siswa akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 5 (2) : 1-5. Sugiyono. (2012). Metodologi penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.