• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802009106 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802009106 Full text"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN HARGA DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

Venny Fillicyano Panda Jusuf Tjahjo Purnomo

Ratriana Yuliastuti Endang Kusumiati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan harga diri remaja yang tinggal di panti asuhan. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling dan partisipan sebanyak 60 remaja panti asuhan. Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Perceived social support from friends scale (PSS-Fr scale), 20 aitem skala psikologis yang mengukur dukungan sosial yang diterima dari teman sebaya dan State Self-Esteem Scale (SSES), 20 aitem skala psikologis yang mengukur harga diri remaja. Korelasi antara dukungan sosial

teman sebaya dan harga diri menggunakan penghitungan Pearson’s Product moment. Hasil

dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,388 dan signifikansi 0,001 (p<0,01).

(6)

ABSTRACT

The purpose of this research is to know relation between social support of peer and self esteem of adolescents who live in orphanage. Purposive sampling is a sampling technique in the research with 60 participants. They are adolescent in the orphanage. This research used survey refers to Perceived social support from friends scale (PSS-Fr scale), 20 item psychology scale which survey peer social support and the State self esteem scale (SSES), 20 item psychology scale which survey adolescent self esteem. The correlation between them are surveyed using Pearson's Product Moment calculation. The result was found that there is significant positive relation with a correlation coefficient 0,388 and significance below 0.001 (p < 0.01).

(7)

PENDAHULUAN

Harga diri yang sering disebut juga sebagai martabat diri (self-worth) atau gambaran diri (self-image), adalah suatu dimensi global dari diri . Harga diri mencerminkan persepsi yang tidak selalu sesuai dengan realitas (Baumeister dkk., 2003 dalam Santrock 2007). Harga diri dapat dikonseptualisasikan sebagai membangun hirarki sehingga dapat dipecah menjadi bagian-bagian penyusunnya. Dari perspektif ini,ada tiga komponen utama: performance self-esteem, social self-esteem, and physical self-esteem (Heatherton & Polivy 1991, dalam Heatherton & Wyland n.d ). Harga diri yang tinggi dapat merujuk pada persepsi yang tepat atau benar mengenai martabatnya sebagai seorang pribadi, termasuk keberhasilan dan pencapaiannya. Namun, harga diri yang tinggi juga dapat mengindikasikan penghayatan mengenai superioritasnya terhadap orang lain, yang sombong, berlebihan dan tidak beralasan. Begitupun harga diri yang rendah dapat mengindikasikan persepsi yang tepat mengenai keterbatasan atau penyimpangan, atau bahkan kondisi tidak aman dan inferior yang akut (Santrock, 2007). Maslow mencatat dua versi kebutuhan harga diri, yang rendah dan yang tinggi, yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Bentuk yang lebih tinggi melibatkan kebutuhan untuk harga diri, termasuk perasaan seperti kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemerdekaan, dan kebebasan (Boeree, 2006).

(8)

yatim piatu yang dilaporkan memiliki harga diri lebih rendah dibanding anak yang tinggal dengan orang tua mereka. Temuan penelitian ini memiliki implikasi untuk memahami keadaan emosional pikiran dan perkembangan kepribadian anak-anak yang tinggal di panti asuhan dibandingkan dengan mereka yang hidup dengan kedua orang tuanya. (Farooqi & Intezar, 2009). Seperti halnya penelitian tersebut, Gürsoy dkk (2012) mengatakan bahwa remaja puteri yang tinggal dengan orang tua mereka dapat mengatasi masalah mereka dengan mudah karena tingkat penerimaan mereka lebih tinggi dan mereka dapat mengembangkan harga diri mereka menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan remaja puteri yang tinggal di panti asuhan. Kondisi lembaga bisa diatur kembali terkait untuk memfasilitasi penerimaan terhadap remaja, dukungan psikologis bisa disediakan bagi remaja yang membutuhkannya.

Bagi sebagian besar remaja, perasaan tidak nyaman yang disebabkan oleh harga diri rendah hanya berlangsung sementara waktu. Namun pada beberapa remaja, harga diri rendah dapat berkembang menjadi masalah (Usher dkk., 2000; Zimmerman, Copeland & Shope, 1997 dalam Santrock 2007). Harga diri rendah dapat mengakibatkan depresi, bunuh diri, anorexia nervosa, kenakalan remaja dan masalah-masalah penyesuaian diri lainnya (Fenzel, 1994 dalam Santrock 2007). Tingkat keparahan dari masalah ini tidak hanya tergantung pada sifat dasar dari rendahnya harga diri remaja, namun juga tergantung pada kondisi-kondisi lainnya. Apabila harga diri rendah disertai dengan kesulitan dalam melalui masa transisi di sekolah, masalah dalam kehidupan keluarga, atau peristiwa-peristiwa menekan lainnya, maka munculnya masalah remaja dapat meningkat (Santrock, 2007).

(9)

transisi dari awal atau pertengahan hingga akhir sekolah menengah atas atau hingga perguruan tinggi (Santrock, 2007). Konteks sosial seperti keluarga, kawan-kawan, dan sekolah memiliki pengaruh terhadap perkembangan harga diri remaja ( Dusek & McIntyre, 2003; Harter, 2006; Turnage, 2004 dalam Santrock 2007). Remaja yang tinggal dengan orang tua memiliki kecenderungan bermasalah lebih rendah dan ketahanan tinggi dibandingkan dengan remaja yatim. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari harga diri remaja tanpa orang tua lebih rendah dibandingkan remaja dengan orang tua meskipun perbedaannya tidak signifikan (Yasin & Iqbal, n.d). Seperti halnya penelitian tersebut, anak-anak dengan harga diri yang tinggi memiliki hubungan yang lebih dekat dengan orang tua mereka daripada anak-anak dengan harga diri rendah (Coopersmith 1967; Gecas & Schwalbe 1986; Kernis 2000 dalam Farooqi & Intezar, 2009).

Harga diri anak yatim dipengaruhi oleh status sosial ekonomi (anak yatim, orang tua / wali). Ini merupakan indikasi bahwa perasaan berharga siswa dapat dipengaruhi oleh lingkungan yang meliputi apa yang orang tua / wali memiliki di rumah seperti di masyarakat. Para anak yatim juga hidup dalam kemiskinan dan kondisi tidak ada pengembangan ekonomi. Hal ini telah terbukti bahwa status sosio-ekonomi mempengaruhi harga diri mereka. Anak yatim pria maupun wanita telah tercatat memiliki harga diri yang rendah yang menunjuk bahwa sosio-ekonomi status anak yatim mempengaruhi harga diri mereka (Gatumu, Gitumu, & Oyugi, 2010).

(10)

anak-anak hidup di panti asuhan (Anonim, 2009; Jacobi, 2009 dalam Gürsoy et al. 2012 ). Karena kondisi fisik panti asuhan, kurangnya petugas di panti asuhan, pandangan masyarakat tentang panti asuhan, kurangnya dukungan keluarga mungkin memiliki efek negatif pada remaja yang tinggal di panti asuhan (Yildirim, 2005 dalam Gürsoy et al. 2012 ). Berbagai keadaan membuat ritme kehidupan remaja di panti asuhan menjadi terganggu yaitu perubahan tempat tinggal, hilangnya kasih sayang dan perhatian. Perubahan-perubahan itu dapat mengganggu perkembangan psikologis remaja panti asuhan, termasuk dalam pembentukan self esteem (Gandaputra & Wirausaha,2009).

Ada empat cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan harga diri remaja, yaitu (1) mengidentifikasikan penyebab rendahnya harga diri dan bidang-bidang kompetensi yang penting bagi diri, (2) menyediakan dukungan emosional dan persetujuan sosial, (3) meningkatkan prestasi, dan (4) meningkatkan keterampilan coping remaja (Santrock, 2007). Penilaian kawan-kawan semakin penting di masa remaja. Korelasi antara persetujuan kawan-kawan martabat diri / harga diri meningkat selama masa remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga diri remaja (Harter, 1990b dalam Santrock 2007). Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan harga diri remaja adalah hubungan dengan orang lain terutama significant others seperti orang tua, saudara kandung, dan teman-teman dekat. Dukungan dari orang-orang terdekat seperti pengasuh dan teman-teman sebaya diharapkan dapat membantu para remaja yang tinggal di panti asuhan agar memiliki harga diri yang tinggi.

(11)

digambarkan sebagai dukungan sosial dan psikologis yang diberikan oleh lingkungan. Sistem pendukung sosial individu termasuk rekan-rekan, teman-teman, dan anggota keluarga, tetapi sumber-sumber dukungan sosial yang paling penting adalah keluarga, teman sebaya, dan guru (Arslan, 2009). Dukungan sosial ini dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan atau harga diri, dukungan instrumental, dukungan informasi atau dukungan dari kelompok. Penelitian kontemporer menunjukkan bahwa keberhasilan akademis individu (Yildirim & Ergene, 2003), kemampuan pemecahan masalah (Budak, 1999; Unuvar 2003), tingkat prestasi sosial (Altunbas, 2002), kemampuan pengambilan keputusan (Gucray, 1998), tingkat kepuasan kehidupan (Duru, 2007), dan harga diri (Esenay, 2002; Kahriman, 2002; Unuvar 2003) secara positif dipengaruhi oleh peningkatan sistem dukungan sosial (Arslan. C, 2009). Teman sebaya adalah sumber bantuan dan dukungan yang paling dicari oleh remaja setelah orang tua. Saling berbagi ide pribadi, sosial, dan moral oleh teman-teman sebaya mendukung perkembangan individu dan sosialnya (Turner, 1999 dalam Arslan, 2009). Remaja memperoleh dukungan sosial yang lebih besar dari teman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan sosial dari teman-teman memiliki hubungan yang lebih signifikan dengan harga diri dibandingkan dengan dukungan dari orang terdekat lainnya (Tam, 2011).

(12)

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif dengan desain korelasional. Variabel dependen pada penelitian ini adalah harga diri , sedangkan variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan sosial teman sebaya.

Partisipan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu teknik purposive sampling, berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu: remaja yang berusia 13 sampai 18 tahun, tinggal di panti asuhan yang ada di Salatiga. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 60 orang remaja laki-laki dan perempuan berusia 13 sampai 18 tahun dari beberapa panti asuhan yang berada di Salatiga.

Instrumen alat ukur

(13)

self-esteem, Social self-esteem dan Physical/appearance self-esteem. Skala ini terdiri dari 20 aitem yang terdiri dari 7 aitem favorable (aitem yang mendukung pernyataan) dan 13 aitem unfavorable (aitem yang tidak mendukung pernyataan).

Setelah aitem pertanyaan tersusun, maka kemudian diperlukan penilaian (skoring). Pernyataan yang mendukung (favorable) menggunakan urutan penelitian jawaban SS (sangat sering) diberi skor 4, SR (sering) diberi skor 3, SD (sedikit) diberi skor 2, dan TSS (tidak sama sekali) diberi skor 1. Sebaliknya, untuk pernyataan yang tidak mendukung (unfavorable) untuk pilihan jawaban SS (sangat sering) diberi skor 1, SR (sering) diberi skor 2, SD (sedikit) diberi skor 3, TSS (tidak sama sekali) diberi skor 4.

(14)

didapat hasil reliabilitas skala dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,829 dan reliabilitas skala harga diri sebesar 0,825.

Prosedur Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 2-15 Desember 2014. Awalnya peneliti bertemu dengan pengurus masing-masing panti asuhan untuk meminta izin melakukan penelitian di masing-masing panti asuhan tersebut. Setelah mendapat izin dari pengurus panti, peneliti mengajukan surat permohonan kepada dosen pembimbing untuk membuat surat izin penelitian untuk diserahkan kepada pengurus masing-masing panti. Setelah mendapatkan surat izin dari pihak fakultas, peneliti dibantu beberapa teman melakukan menyerahkan surat izin penelitian kepada masing-masing pengurus panti asuhan dan melakukan pengambilan data dengan membagikan angket kepada masing-masing partisipan.

(15)

Teknik analisis data

Untuk menguji daya diskriminasi aitem maupun reliabilitas pada penelitian ini menggunakan formula koefisien korelasi Pearson’s product momment dan teknik Alfa Cornbach. Pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov, untuk uji linearitas digunakan ANOVA table of linearity, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan Pearson’s product momment.

HASIL PENELITIAN

Sebelum melihat apakah terdapat hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan harga diri, maka dilakukan uji asumsi diantaranya uji normalitas dan uji linearitas agar memastikan data yang diperoleh bisa dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

Uji normalitas

Dari hasil penghitungan melalui Kolmogorov-Smirnov SPSS 16.00, di dapatkan bahwa Skor K-S-Z Dukungan Sosial dengan signifikansi sebesar 0,789 (p > 0,05) sedangkan skor K-S-Z Harga Diri dengan signifikansi 0,788 (p > 0,05). Dari hasil tersebut, maka data kedua variabel dapat dikatakan berdistribusi normal.

Uji Linearitas

(16)

Analisis deskriptif

Setelah dilakukan uji asumsi, maka analisis stastistik deskriptif dilakukan, untuk mengetahui kategorisasi tiap variabel.

Dukungan Sosial

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

Deviasi

1. 61,2 < x ≤ 72 Sangat Tinggi 5 8,33 %

51,87

7,014

2. 50,4 < x ≤ 61,2 Tinggi 32 53,3 %

3. 39,6 < x ≤ 50,4 Sedang 21 35 %

4. 28,8 < x ≤ 39,6 Rendah 2 3,3 %

5. 18 ≤ x ≤ 28,8 Sangat

Rendah

0 0 %

(17)

Harga diri

No. Interval Kategori Frekuensi Persentase Mean Standar

Deviasi

1. 44,2 < x ≤ 52 Sangat Tinggi 14 23,3 %

39,13

6,041

2. 36,4 < x ≤ 44,2 Tinggi 27 45 %

3. 28,6 < x ≤ 36,4 Sedang 15 25 %

4. 20,8 < x ≤ 28,6 Rendah 4 6,6 %

5. 13 ≤ x ≤ 20,8 Sangat

Rendah

0 0 %

Hasil data statistik deskriptif harga diri menunjukkan bahwa total skor minimum pada variabel ini adalah 13, total skor maksimal 52, dengan mean 39,13 dan standar deviasi 6,041 Data menunjukan bahwa dukungan sosial teman sebaya dari 60 subjek yang berbeda-beda, mulai dari tingkat sangat rendah hingga sangat tinggi. Pada kategori sangat rendah didapati presentase sebesar 0%, kategori rendah sebesar 6,6 %, kategori sedang didapati persentase sebesar 25 %, kategori tinggi sebesar 45 %, dan kategori sangat tinggi sebesar 23,3 %. Maka secara umum dapat dikatakan bahwa harga diri yang dimiliki oleh remaja yang tinggal di panti asuhan di Salatiga berada pada kategori tinggi.

Uji Korelasi

(18)

memiliki nilai koefisien korelasi sebesar 0,388 dan signifikansi sebesar 0.001 (p<0,05). Dari hasil tersebut, maka hubungan antara dukungan sosial teman sebaya dengan harga diri dapat dikatakan positif signifikan. Makin tinggi dukungan sosial teman sebaya, maka makin tinggi harga diri, atau sebaliknya, makin rendah dukungan teman sebaya makin rendah harga diri.

Correlations

DS HD

DS Pearson Correlation 1 .388**

Sig. (1-tailed) .001

N 60 60

HD Pearson Correlation .388** 1

Sig. (1-tailed) .001

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PEMBAHASAN

(19)

yang dimiliki oleh remaja maka akan semakin rendah juga harga diri yang akan dimilikinya.

Berbagai keadaan membuat ritme kehidupan remaja di panti asuhan menjadi terganggu yaitu perubahan tempat tinggal, hilangnya kasih sayang dan perhatian. Perubahan-perubahan itu dapat mengganggu perkembangan psikologis remaja panti asuhan, termasuk dalam pembentukan self esteem (Gandaputra & Wirausaha,2009). Harga diri yang tinggi membuat seseorang jauh lebih efektif, bahagia, sukses, dan percaya diri saat berinteraksi dengan lingkungan (Arslan,2009).

Penelitian kontemporer menunjukkan bahwa keberhasilan akademis individu (Yildirim & Ergene, 2003), kemampuan pemecahan masalah (Budak, 1999; Unuvar 2003), tingkat prestasi sosial (Altunbas, 2002), kemampuan pengambilan keputusan (Gucray, 1998), tingkat kepuasan kehidupan (Duru, 2007), dan harga diri (Esenay, 2002; Kahriman, 2002; Unuvar 2003) secara positif dipengaruhi oleh peningkatan sistem dukungan sosial (Arslan. C, 2009).

(20)

Adanya hubungan positif antara dukungan teman sebaya dengan harga diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan dapat disebabkan penilaian kawan-kawan yang semakin penting di masa remaja. Korelasi antara persetujuan kawan-kawan dengan martabat diri / harga diri meningkat selama masa remaja. Dukungan emosional dan persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap harga diri remaja (Harter, 1990b dalam Santrock 2007).

KESIMPULAN

Mengacu pada hasil penelitian yang telah didapatkan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan harga diri remaja yang tinggal di panti asuhan di Salatiga. Makin tinggi dukungan sosial teman sebaya yang diterima makin tinggi pula harga diri remaja, atau sebaliknya makin rendah dukungan sosial teman sebaya yang diterima , makin rendah pula harga diri remaja.

2. Sebagian besar remaja pada penelitian ini memiliki dukungan sosial dari teman sebaya pada kategori tinggi dan sebagian besar remaja memiliki harga diri pada kategori tinggi.

3. Sumbangan efektif sebesar 15 %

Dari kesimpulan tersebut, maka penulis menyarankan pada pihak panti asuhan agar: 1. Memperhatikan kebutuhan setiap remaja yang tinggal di panti asuhan serta

(21)

Bagi remaja , penulis menyarankan agar :

1. Menjalin hubungan yang sehat dengan teman-teman sebaya maupun orang lain. 2. Saling memberi dukungan satu sama lain sehingga tidak ada yang merasa

terkucilkan.

Untuk penelitian selanjutnya, penulis memberi saran agar:

1. Dapat meneliti dukungan sosial teman sebaya dengan harga diri remaja yang tinggal di panti asuhan ditinjau dari jenis kelamin.

2. Dapat melakukan penelitian di panti asuhan yang berada di daerah-daerah lain

Penelitian ini memiliki kelebihan maupun keterbatasan.Kelebihan dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat menggambarkan dukungan teman sebaya maupun harga diri pada remaja yang tinggal di panti asuhan.

(22)

Daftar pustaka

Arslan, C. (2009). Anger, self-esteem, and perceived social support in adolescence. Social Behavior And Personality, 37, 555-564.

Baron, R.A & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Edisi kesepuluh. Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga

Boeree, G.C., (2006). Personality theories. Retrieved August 12, 2014, from http://webspace.ship.edu/cgboer/maslow.html

Farooqi, Y.N. & Intezar, M. (2009). Differences in self-esteem of orphan children and children living with their parents. J.R.S.P, 46, 115-130 .

Gandaputra, A. & Wirausaha. (2009) Gambaran self-esteem remaja yang tinggal di panti asuhan. Journal psikologi, 7, 52-70.

Gatumu, H. N., Gitumu, M. W., & Oyugi, E. O. (2010). Orphan students self-esteem and their relationship between socio-economic status among secondary school students in three districts of central Kenya. Journal of Sociology, Psychology and Anthropology in Practce: Int’l Perspection, 2, 1-8.

Gürsoy, F., Bicakci,M.W., Orhan, E., Bakirci, S., Catak, S., & Yerebakan, O. (2012) Study on self-concept levels of adolescents in the age group of 13-18 who live in orphanage and those who do not live in orphanage. International Journal of Social Sciences and Education, 2, 56-66.

Heatherton, T. F., & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for measuring state self-esteem. Journal of personality and social psychology. 60, 895-910.

Heatherton, T.F., & Wyland, C.L. (n.d). Assessing Self-Esteem.

Lehmann, P., & Simmons, C.A. (2013). Tools for Strengths-Based Assessment and Evaluation, Retrived from

http://books.google.co.id/books?id=Axd8rLFuUyIC&pg=

RA1PA156&dq=tools+for+strengthsbased+assessment+and+evaluation+pdf&

hl=id&sa=X&ei=H2BWVLVCzqO5BObigsgB&redir_esc=y#v=onepage&q&f =false

Santrock, J. W. (2007). Remaja. Edisi 11. Jilid 1. Jakarta : penerbit Erlangga Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology, Biopsychosocial

Interactions. Seventh Edition. United States of America: John Wiley & Sons, inc.

(23)

Referensi

Dokumen terkait

Luka kaki diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang.. melibatkan gangguan pada saraf periferal

Cara mudah belajar Adobe Flash CS3 .Jakarta: PT Elex Media Komputindo.. Arry

Terlihat ada sedikit penurunan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal pada penderita yang mendapat pengobatan sulfas magnesikus regimen II walaupun masih lebih tinggi

[r]

Pemberian kuasa menjual yang mengikuti suatu perjanjian utang piutang sudah sering dilakukan dalam praktik perbankan dimana pada saat debitor menandatangani

Pada kasus anak autis yang memasuki masa puber, orang tua dituntut untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik agar dapat membantu perkembangan sang anak dalam

3 Alkaloid Dengan pereaksi dragendorf tidak terbentuk endapan jingga dan dengan pereaksi mayer tidak terbentuk endapan putih. Dengan pereaksi dragendorf terbentuk endapan

Dengan memanfaatkan grid computing sebagai suatu rendering farm maka dapat melakukan proses render dengan menggunakan tools bantuan yaitu yadra yang dapat