• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 832011002 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 832011002 Full text"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

i

DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DAN KEPERCAYAN DIRI SEBAGAI PREDIKTOR MOTIVASI BERPRESTASI

SISWA DI SMP N 4 SALATIGA

TESIS

Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Magister Sains Psikologi

Oleh:

Marsyelin Josevin Rieuwpassa

832011002

MAGISTER SAINS PSIKOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)

ii LEMBAR PENGESAHAN

TESIS

Dukungan Sosial Orangtua dan Kepercayaan Diri Sebagai Prediktor Motivasi Berprestasi Siswa

di SMP N 4 Salatiga

Disusun oleh:

Marsyelin Josevin Rieuwpassa NPM 832011002

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 26 Februari 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Menyetujui,

Pembimbing I

Dr.Christiana. H.Soetjiningsih

Pembimbing II

(3)
(4)
(5)

v UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas tuntunan, kasih, serta pengetahuan yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun tesis ini ada banyak dukungan yang diberikan dari pihak-pihak yang telah membantu penulis selama ini. Lewat cinta, waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis, maka dari itu dengan penuh ungkapan syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dra. Ch. Hari Soetjiningsih, MS., Ph., D., selaku dosen pembimbing 1 yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, serta motivasi bagi penulis selama menyelesaikan tesis.

2. Dr.rer nat. A. Ign. Kristijanto, M.S., selaku dosen pembimbing 2, yang juga telah memotivasi penulis, dan selalu bersedia memberikan masukan, ilmu, dan bimbingan bagi penulis.

3. Prof. Dr. Sutarto Wijono, Drs., MA., selaku Kaprogdi Magister Sains Psikologi yang telah menerima penulis untuk menuntut ilmu di Pascasarjana Magister Sains Psikologi.

(6)

vi 5. Staff pegawai, Mas Agus, terima kasih karena telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi selama studi.

6. Kepala sekolah, para guru, dan siswa SMP N 3 Salatiga yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan Tryout.

7. Kepala sekolah, para guru dan siswa di SMP N 4 Salatiga, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.

8. Orangtua tercinta (Johanis Rieuwpassa dan Anthonetha Rieuwpassa) terima kasih banyak ku ucapkan atas kasih sayang, cinta, motivasi, doa dan jerih payah papa dan mama untuk membiayai penulis selama studi ini. Kakak dan adik ku tersayang terima kasih banyak buat doa, motivasi, dan perhatian bagi penulis selama menyelesaikan tesis. Tuhan Yesus Memberkati.

9. Saudara-saudaraku yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih banyak untuk dukungan dan doanya.

(7)

vii Serta semua pihak, yang belum penulis sebutkan di atas, yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Terimakasih banyak.

Salatiga, Februari, 2015

(8)

viii ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa kelas 2 di SMP N 4 Salatiga. Pengumpulan data menggunakan tiga skala yaitu; Dukungan Sosial Orangtua, Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 78 siswa. Hasil penelitian menunjukkan Dukungan Sosial Orangtua memberikan pengaruh yang signifikan sebesar (β= 0,308 dengan koefisien korelasi (r) = 0,543), sedangkan kepercayaan diri berpengaruh signifikan sebesar (β=0,478 dengan koefisien korelasi (r) = 0,629). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepercayaan Diri berpengaruh lebih besar terhadap Motivasi Berprestasi dibandingkan Dukungan Sosial Orangtua.

(9)

ix

ABSTRACT

The objective of this study is to determine whether the

Parent Social Support and Self-Confidency as a predictor of

Student Achievement Motivation in SMP N 4 Salatiga. Totally 78

student in grade two are collected from SMP N 4 Salatiga. Data

collection used three scales of measurement which are: Parental

Social Support, Self Confidency and Student Achievement

Motivation, respectively. The results of this study show that the Parental Social Support has a significant influence (β = 0,308 and r = 0,543), while Self Confidency has a significant influence (β = 0,478 and r = 0.629). The results of this studi indicate that the effect of student Self Confidency is greater toward the

Achievement Motivation in comparism to the Parental Social

Support.

Keywords: Parent Social Support, Self-Confidency, Achievement

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul………... i

Lembar Pengesahan……… .... ii

Pernyataan Tidak Plagiat………. .. iii

Lembar Persetujuan Akses ... iv

Ucapan Terimakasih ... v

Abstrak……….. viii

Abtract……… ix

Daftar Isi……… x

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1..2 Rumusan Masalah 13 1.3 Tujuan Penelitian……… 13

1.4 Manfaat Penelitian………. 13

1.4.1 Manfaat Teoritis………... 13

1.4.2 Manfaat Praktis……….... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15 2.1 Motivasi Berprestasi……… 15

2.1.1 Definisi Motivasi Berprestasi……….. 15

(11)

xi

Halaman

2.1.3 Ciri-ciri Motivasi berprestasi……… 21

2.1.4 Faktor-faktor yang memengaruhi Motivasi Berprestasi………... 23

2.2 Dukungan Sosial……… 25

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial………. 25

2.2.2 Dukungan Sosial Orangtua……….. 26

1. Defenisi Orangtua……… 26

2. Defenisi Dukungan Sosial Orangtua…….. 28

2.2.3 Aspek Dukungan Sosial Orangtua……... 28

2.2.4 Efek Dukungan Sosial Orangtua……….. 31

2.3 Kepercayaan Diri……….. 32

2.3.1 Defenisi Kepercayaan Diri……….. 32

2.3.2 Aspek-aspek Kepercayaan Diri……… 34

2.3.3 Efek Kepercayaan Diri………... .. 37

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya……….. 38

2.5 Kerangka Berpikir………. . 40

2.6 Model Penelitian……….. .. 45

2.7 Hipotesis……….. ... 45

BAB III METODE PENELITIAN 46 3.1 Variabel Penelitian……….. 46

3.2 Definisi Operasional……….. 46

(12)

xii Halaman

3.2.1 Motivasi Berprestasi……… 46

3.2.2 Dukungan Sosial Orangtua………. 47

3.2.3 Kepercayaan Diri ………. 47

3.3 Populasi dan Sampel... 47

3.3.1 Populasi dan Sampel……… 47

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel………... 48

3.3.3 Metode Pengumpulan Data………... 48

3.4 Analisis Aitem………... 68

3.4.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem………. 68

3.4.2 Uji Hopotesis……….. 69

3.5 Analisis Data ………... 70

3.5.1 Uji Asumsi……….. 70

3.5.1.1 Uji Normalitas………... 71

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas………. 71

3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas……….. 72

3.5.1.4 Uji Linearitas………. 72

3.6 Uji Coba Instrumen ………. 72

3.6.1 Hasil Skala Motivasi Berprestasi……... 73

3.6.2 Hasil Skala Dukungan Sosial Orangtua…….. 73

(13)

xiii Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 76

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian………. 76

4.2 Deskripsi Responden Penelian………. 79

4.3 Hasil Pengukuran Variabel ……… 80

4.3.1 Variabel Dukungan Sosial Orangtua... 81

4.3.2 Variable Kepercayaan Diri………... 81

4.3.3 Variabel Motivasi Berprestasi……….. 82

4.4 Hasil uji Prasyarat Analisi (Uji Asumsi)……….. 84

4.4.1 Uji Normalitas……….. 84

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas………. 87

4.4.3 Uji Multikolinearitas……… 89

4.4.4 Uji Linearitas……….. 90

4.5 Uji Hipotses………. 92

4.5.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………….. 93

4.5.2 Uji Signifikansi Parameter Individual……… 93

4.5.3 Koefisien Determinasi ……….. 95

4.6 Sumbangan Efektif……… 96

4.7 Pembahasan……….. 97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 103

5.1 Kesimpulan……….. 103

5.2 Saran-saran……… 103

DAFTAR PUSTAKA……… 106

(14)

xiv DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Skala Motivasi Berprestasi ... 49

Tabel 3.2 Skala Dukungan Sosial Orangtua ... 56

Tabel 3.3 Skala Kepercayaan Diri ... 62

Tabel 3.4 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik

Skala Motivasi Berprestasi ... 73

Tabel 3.5 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik Skala Dukungan Sosial Orangtua……… 74

Tabel 3.6 Sebaran Aitem yang baik dan Aitem tidak baik Skala Kepercayan Diri………... ... 75

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin……….. 79 Tabel 4.2 Kategori Responden Berdasarkan Usia…………. 79

Tabel 4.3 Deskripsi Pengukuran Variabel Dukungan

Sosial Orangtua………. 80

Tabel 4.4 Deskripsi Pengukuran Variabel

Kepercayaan Diri………. 82

Tabel 4.5 Deskripsi Pengukuran Variabel

Motivasi Berprestasi………. 83

Tabel 4.6 Hasil Uji Kolmogorow-Smirnow………. 87 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinearitas……… 89

(15)

xv

Halaman

Tabel 4.9 Hasil Uji Linearitas Dukungan Sosial

Orangtua dan Motivasi Berprestasi……… 91

Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Kepercayaan Diri

dan Motivasi Berprestasi……….. 92

Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Berganda

Signifikan Nilai F.. ... 93

Tabel 4.12 Hasil UJi Regresi Berganda

Signifikan Nilai t... 94

Tabel 4.13 Hasil Koefisien Determinasi

Ringkasan Model………. 95

Tabel 4.14 Sumbangan Efektif Variabel Dukungan

Sosial Orangtua dan Kepercayaan Diri

(16)

xvi DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Grafik Histogram pada Uji Normalitas……….. 85

4.2 Grafik p- plot pada Uji Normalitas……… 86

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat pendidikan. Setiap individu harus memiliki motivasi yang baik sehingga individu dapat meningkatkan prestasi. Dengan demikian, dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sangat penting untuk mendukung individu meraih prestasi yang baik di sekolah. Dalam bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang penulis ingin melakukan penelitian tentang motivasi berprestasi dan mengapa hal ini penting untuk diteliti.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

(18)

2 potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangs, dan negara.

Searah dengan hal di atas maka sistem pendidikan yang ada di Indonesia dapat menghasilkan generasi-generasi bangsa yang bermutu dalam menghadapi suatu perubahan yang lebih baik. Mengingat bahwa pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting tetapi, yang dirasakan sekarang adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, setiap individu seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

(19)

3 kualitas pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, dan rendahnya prestasi siswa (Padang Ekspres, 2012). Ini diakibatkan karena kualitas pendidikan di Indonesia belum merata. Di sejumlah tempat masih banyak warga yang tidak bisa menempuh pendidikan yang baik akibat mahalnya biaya sekolah dan kurangnya sarana fisik yang di miliki. Inilah realita yang dialami dunia pendidikan di Indonesia.

Kondisi yang terjadi menghambat Indonesia untuk bisa bangkit mengatasi masalah rendahnya kualitas sumber daya manusia (http://santhikal .blogspot.com). Salah satu bentuk pendidikan yang harus ditempuh oleh individu selain pendidikan dasar adalah pendidikan menengah. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam pendidikan yang lebih tinggi (perguruan tinggi) bahkan memasuki dunia kerja (Hamalik, 2011).

(20)

4 Mengingat pendidikan itu penting SMP N 4 Salatiga juga mempunyai visi yang baik untuk meningkatkan prestasi siswa. Pada tahun pertama dibuka, SMP N 4 Salatiga menampung siswa sebanyak 830, namun terjadi penurunan pada tahun 2009. Penurunan jumlah siswa disebabkan oleh rendahnya prestasi.

(21)

5 motivasi berprestasi (Dewata, 2011). Akan tetapi permasalahan yang sering muncul disekolah adalah merosotnya angka rapor dan rendahnya prestasi akademik siswa. Salah satu penyebab banyak siswa yang gagal disebabkan oleh rendahnya motivasi berprestasi yang di miliki. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Carrol, (2003, dalam Garliah & Nasution, 2005), yang menunjukkan bahwa rata-rata 30% individu gagal disebabkan karena rendanya motivasi berprestasi.

Motivasi berprestasi bagi keberhasilan individu adalah karena motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, dalam mencapai suatu standar kesuksesan, dan melakukan suatu usaha demi mencapai suatu tujuan (Santrock, 2003). Menurut Winkel (1992), motivasi berprestasi adalah daya penggerak dalam diri individu untuk memperolah keberhasilan dan melibatkan diri dalam kegiatan, di mana keberhasilannya tergantung pada usaha pribadi dan kemampuan yang dimilikinya. Mengingat pentingnya motivasi berprestasi bagi keberhasilan siswa, maka setiap siswa diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.

(22)

6 lingkungan sosialnya. Iyer & Kamalanabhan (2006), mengatakan motivasi berprestasi adalah kecenderungan untuk menjadi unggul. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kecenderungan untuk mementingkan keunggulan, adanya rasa ingin dilihat sebagai orang yang memiliki standar keunggulan atau sukses dalam situasi persaingan. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi biasanya aktif, pekerja keras, menetapkan standar yang tinggi, menyukai tugas yang menantang dan mengejar kualitas. Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi, yaitu faktor intrinsik seperti cita-cita, kepribadian, kepercayaan diri dan inteligensi sedangkan faktor ekstrinsik seperti lingkungan keluarga, sekolah atau kampus, masyarakat dan budaya. Dalam penelitian ini penulis memilih dua faktor, yaitu dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri.

(23)

7 rendahnya prestasi yang dimiliki oleh siswa-siswi tersebut. Ada kelas tertentu yang ditempati oleh siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Siswa-siswi tersebut menempati kelas A sedangkan siswa-siswi yang memiliki motivasi berprestasi yang paling rendah menempati kelas yang paling akhir yaitu kelas H. Siswa yang motivasi berprestasi tinggi selalu yakin akan kemampuan untuk meraih sukses, selalu menggunakan waktu dengan baik, selalu berusaha mempertahankan prestasi di kelas, dan selalu mengumpulkan tugas tepat waktu sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah selalu bolos setiap jam pelajaran, malas mengerjakan tugas, kurang perhatian di kelas dan mereka kurang percaya diri dalam proses belajar mengajar.

(24)

8 sendiri, orangtua (keluarga) maupun sekolah. Perubahan-perubahan itu berkaitan tehadap citra tubuh, lingkungan yang baru dan bertambahnya mata pelajaran di sekolah. Alasan penulis memilih variabel motivasi berprestasi dan dukungan sosial orangtua karena dari hasil-hasil penelitian terlihat bahwa dukungan sosial dari orangtua (keluarga) memegang peranan penting dalam keberhasilan anak dalam proses pendidikan. Keluarga merupakan tempat dimana seorang anak pertama kalinya memperoleh pendidikan, mengenal nilai-nilai maupun peraturan yang harus diikutinya, serta mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial yang lebih luas. Keluarga memberikan dukungan untuk berprestasi dan sukses terkait dengan harapan dari orangtua kepada anak-anak. Yurika (2010) mengatakan bahwa terbentuknya motivasi bersumber dari cara orangtua mendidik dan mengasuh anaknya. Orangtua yang mendidik anaknya untuk berusaha menentukan sendiri apa yang sebaiknya dilakukan dan mampu mengerjakan tugas-tugas disertai dengan sikap orangtua yang selalu menghargai setiap prestasi yang telah dicapai anak, akan menumbuhkan motivasi berprestasi yang tinggi pada anak.

(25)
(26)

10 Di dalam kehidupan anak sebagian besar keluarga memberikan dukungan untuk berprestasi dan sukses terkait dengan harapan keluarga/orangtua. Hal di atas didukung dengan riset telah dilakukan oleh Crandall (Maqsud & Coleman, 1993) yang menunjukkan bahwa orangtua mempunyai pengaruh kuat pada pengembangan motivasi berprestasi anak mereka. Selanjutnya McClelland dan Pilon (Maqsud & Coleman, 1993), pengharapan orangtua terhadap masa depan anak-anak, serta anak belajar melalui pengamatan langsung adalah penting dalam pengembangan motivasi berprestasi mereka. Jadi anak-anak yang berprestasi, mempunyai inisiatif, dan daya saing diperkuat oleh orangtua mereka, lebih mungkin untuk berkembangnya motivasi berprestasi yang lebih tinggi (Spence, 1983; Woollfolk, 1990 dalam Maqsud & Coleman, 1993). Dalam kajian selanjutnya, Paulson (Santrock, 2003) menyatakan bahwa melalui model kombinasi pola asuh orangtua yang di dalamnya terdapat dukungan sosial orangtua akan mampu memberikan dukungan terhadap anak, hal ini akan membuat anak memiliki motivasi berprestasi yang tinggi.

(27)

11 timbul ketika individu menghadapi perubahan situasi seperti menghadapi lingkungan baru, menghadapi orang-orang yang baru dikenal, adanya suasana bersaing di sekolah, dan masuk ke lingkungan yang ramai atau berhadapan dengan orang yang status sosial lebih tinggi. Timbulnya rasa cemas itu, merupakan salah satu indikasi adanya gejala kurangnya kepercayaan diri pada anak (Hakim, 2002). Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan individu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan dengan orang lain, dan membantu individu untuk mempertahankan kesuksesan dalam pembelajaran di sekolah, sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi prestasi yang dimiliki (http://blogspot.com/2012/ pengaruh-kepercayaan diri,html).

(28)

12 menggangu individu, terlebih ketika individu tersebut diperhadapkan pada tantangan ataupun situasi yang baru.

Penulis memilih variabel kedua kepercayaan diri karena kepercayaan diri juga penting bagi individu. Kepercayaan diri yang positif akan memudahkan individu untuk memiliki kompetensi untuk meraih prestasi yang baik. Sejalan dengan Fernald & Fernald, (1999, dalam Luxori, 2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi individu, salah satunya adalah apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu sehingga berpengaruh dalam bertingkah laku. Pemilihan variabel kepercayaan diri terhadap motivasi berprestasi didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hamdan (2009) menemukan bahwa kepercayaan diri berpengaruh terhadap motivasi berprestasi, jika individu mempunyai kepercayaan diri yang tinggi maka motivasi berprestasinya akan menjadi tinggi, dan sebaliknya jika individu memiliki kepercayaan diri yang rendah (negatif) maka motivasi berprestasi menjadi rendah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Santoso & Brotowidagdo (2012) menunjukkan bahwa kepercayaan diri berpengaruh terhadap motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas Semarang.

(29)

13 penelitian yang ada, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut terhadap dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dapat dijadikan preditor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah untuk menentukan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

(30)

14 2. Manfaat Praktis

a. Bagi lembaga pendidikan dapat memberikan sumbangan penelitian agar lembaga dapat mengetahui tentang bagaimana meningkatkan motivasi berprestasi pada siswa SMP.

b. Bagi siswa diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman untuk mengembangkan motivasi berprestasi yang lebih baik dan lebih meningkatkan kepercayaan diri.

(31)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan dibahas mengenal landasan teoritik yang terdiri dari defenisi, aspek-aspek, teori dan faktor-faktor yang mempengaruhi masing-masing variabel. Selain itu juga dijelaskan mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya, kerangka berpikir, hipotesis penelitian dan model penelitian.

2.1. MOTIVASI BERPRESTASI

2.1.1 Definisi motivasi berprestasi

(32)

16 menyatakan, “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction” ( motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Terry, (2001 dalam Hasibuan, 2012) mengemukakan bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.

(33)

17 mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan, dan pertumbuhan.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa motivasi berprestasi sangat penting untuk mendorong individu mencapai kesuksesan. Kebutuhan yang mendorong individu melakukan suatu usaha untuk mencapai tujuan yaitu menghasilkan prestasi yang lebih baik sesuai dengan standar keunggulan.

2.1.2 Teori motivasi berprestasi

Teori kebutuhan berprestasi dikembangkan David McClelland (1987) dan rekan-rekannya. Teori yang dikembangkan berfokus pada tiga kebutuhan yaitu: pencapaian, kekuatan, dan hubungan. Ketiga model dimensi kebutuhan ini dapat didefenisikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan pencapaian (need of achievement): dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, berusaha untuk berhasil.

2. Kebutuhan kekuatan (need of power): kebutuhan untuk membuat individu lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.

(34)

18 Dalam bidang pendidikan, jenis motivasi yang paling penting adalah motivasi berprestasi yang mendorong individu untuk mencapai prestasi. Menurut Salam & Ada, 2003), dalam motivasi berprestasi terdapat kemampuan yang terorganisir pada diri individu untuk mewujudkan suatu keadaan yang lebih tinggi, sehingga perasaan ingin suksesnya dapat tercapai. Selain itu, di dalam motivasi berprestasi juga mengandung kondisi psikologis yang mendorong atau mengerakkan individu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya (Salam & Ada, 2003). Dengan kata lain, adanya kemampuan maupun kondisi psikologi, maka individu bertingkah laku untuk memenuhi kebutuhan (needs).

Berkaitan dengan needs, Maslow (1970) dengan teori hirarkinya mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar. Kebutuhan-kebutuhan tersebutlah yang membangkitkan dan mengarahkan tingkah laku individu. Maslow membagi kebutuhan dalam 5 kategori, yaitu:

1. Kebutuhan fisiologi (Physiological needs), seperti rasa lapar, rasa haus, kebutuhan akan perumahan dan sebagainya.

2. Kebutuhan rasa aman (sefety needs), yaitu kebutuhan bebas dari bahaya, merasa aman, dan terlindung.

(35)

19 4. Kebutuhan akan penghargaan (needs for self esteem), yaitu kebutuhan memperoleh penghargaan/berprestasi, berkompetensi dan mendapatkan dukungan serta pengakuan baik yang diberikan oleh orang lain maupun yang dapat dirasakan sendiri.

5. Kebutuhan aktualisasi diri (needs for self actualization), kebutuhan ini merupakan kebutuhan untuk menunjukan kemampuan dirinya.

Individu yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah orang-orang yang kreatif, ekpresif dan dapat menjadi apa saja menurut kemampuannya. Maslow, (1970 dalam Koeswara, 1991) mengemukakan bahwa motivasi seseorang turut dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya dan keadaan sosial masyarakat. Bila lingkungan tidak memberikan dukungan bagi pemenuhan kebutuhan maka akan menghambat perkembangan dirinya.

(36)

20 Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :

 Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin

besar pula keinginan untuk memuaskannya;

 Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih

tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;

 Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang

tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.

(37)

21 pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.

Berdasarkan teori yang sudah dipaparkan diatas penulis memilih teori McClelland yang berdasarkan pada kebutuhan pencapaian (need of achievement). McClelland (1987) mengatakan bahwa individu yang memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Mereka lebih berjuang untuk memperoleh pencapaian pribadi daripada memperoleh penghargaan dan juga memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik atau lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Dorongan ini merupakan kebutuhan pencapaian (nAch). Dalam penelitian terhadap kebutuhan menemukan bahwa individu dengan prestasi yang tinggi membedakan diri mereka dari individu lain menurut keinginan mereka untuk melakukan hal-hal yang lebih baik (Luthans, 2006).

2.1.3 Ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi. Dalam kaitannya dengan belajar, motivasi sangat penting bagi individu. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan mencapai prestasi yang baik. Apabila tidak ada motivasi berprestasi dalam diri siswa maka akan menimbulkan rasa malas dalam mengikuti proses belajar dan kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

(38)

22 1. Pengambilan resiko sedang, yaitu memilih pencapaian prestasi dengan resiko sedang sehingga dalam pengambilan tugas individu memiliki keyakinan dapat meraih sukses dan menghindari kegagalan, serta sukses yang dicapai dengan cara yang inovatif.

2. Menginginkan umpan balik, yaitu individu menyukai aktivitas yang dapat memberikan umpan balik berharga dan cepat mengenai kemajuan dalam mencapai tujuan. Dengan demikian ini individu perlu memanfaatkan waktu secara efektif, baik dalam belajar maupun dalam mengerjakan tugas-tugas.

3. Puas dengan prestasi, yaitu orang yang tingkat prestasinya tinggi menganggap bahwa menyelesaikan tugas merupakan hal yang menyenangkan secara pribadi, mereka tidak mengharapkan penghargaan material, namun mereka memiliki pemikiran yang berorientasi pada pengharapan akan penghargaan di masa depan.

(39)

23 Menurut Ivancevich dkk. (2006), karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi adalah:

1. Suka menerima tanggung jawab dalam memecahkan masalah.

2. Cenderung menetapkan pencapaian yang moderat dan cenderung mengambil resiko yang telah diperhitungkan.

3. Menginginkan umpan balik atas kinerja.

Berdasarkan beberapa pandangan mengenai ciri-ciri motivasi berprestasi di atas, dalam penelitian ini menggunakan ciri-ciri motivasi berprestasi yang dikemukan oleh McClelland (2002) dan motivasi berprestasi dalam penelitian ini dikaitkan dalam akademik (studi). Hal ini disebabkan karena di dalam cirri-ciri yang dikemukan oleh McClelland (2002) terkandung semua ciri-ciri oleh tokoh lain.

2.1.4 Faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi Setiap individu memiliki tingkat motivasi berprestasi yang berbeda-beda, tetapi semua itu tergantung dari faktor-faktor yang memengaruhi. Heckhausen (Haditono, 1979) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah:

(40)

24 2. Faktor ekstrinsik, meliputi: situasional, norma kelompok, timbulnya resiko sebagai akibat dari potensi yang diperolah, sikap terhadap kehidupan dan lingkungan. Lingkungan yang baik dan memberikan dukungan terhadap individu sangat mempengaruhi motivasi berprestasi. Dalam hal ini anak sangat membutuhkan dukungan sosial orangtua sebagai orang yang paling dekat dan lebih mengenal kehidupan anak. Sejalan dengan hal tersebut Crow dan Crow (1984), mengemukakan bahwa sikap terhadap lingkungan akan mempengaruhi motivasi berprestasi, artinya sikap terhadap lingkungan merupakan petunjuk tentang pandangan dan penilaian individu terhadap lingkungannya. Sikap positif terhadap lingkungan akan meningkatkan motivasi berprestasi, sedangkan sikap negatif terhadap lingkungan akan menurunkan motivasi berprestasi.

Hurlock (1999), mengatakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi terbagi dalam dua bagian yaitu:

1. Faktor pribadi yang meliputi: keinginan untuk mencapai apa yang dicita-citakan untuk masa depan, dan apa yang pernah dialami di masa lampau.

(41)

25 Berdasarkan uraian di atas, maka faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh orangtua dan guru sehingga motivasi berprestasi siswa terus ditingkatkan dalam mencapai prestasi yang lebih baik.

2.2. DUKUNGAN SOSIAL

2.2.1. Definisi dukungan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang menghadapi masalah, baik ringan maupun berat. Pada saat-saat seperti itu seseorang akan mencari dukungan sosial dari orang-orang di sekitarnya, sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan dan dicintai (Kuntjoro, 2002).

(42)

26 bagi penerima. Wellman, (1981, dalam Smet, 1994) mengatakan bahwa dukungan sosial hanya dapat dipahami jika orang tersebut tahu mengenai struktur jaringan sosila dan menjadi anggotanya. Hal ini berarti bahwa dukungan sosial adalah perasaan sosial yang dasar yang dibutuhkan terus-menurus, dipuaskan dalam interaksi dengan orang lain. Smet (1994) juga menambahkan bahwa dukungan sosial merupakan suatu bentuk perhatian, penghargaan atau pertolongan yang diterima oleh individu lain atau kelompoknya. Informasi tersebut diperoleh dari pola hubungan keluarga, guru, teman sebaya, kelompok atau organisasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial adalah ikatan sosial yang dijalin secara akrab antara individu satu dengan yang lain dalam lingkungan masyarakat, keluarga, organisasi dan sekolah dan lain-lain. Diberikan dalam bentuk informasi atau bantuan yang diperoleh dari orang lain karena adanya keakraban sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dicintai, dihargai, dihormati serta mempunyai kesempatan yang baik untuk memahami masalah secara bersama-sama.

2.2.2. Dukungan Sosial Orangtua 1. Definisi Orangtua

(43)

27 didalamnya mereka melaksankan tugas dan tanggung jawab terhadap anak-anak yang lahir dari pernikahan mereka. Oleh karena itu keluarga harus menjadi sekolah yang pertama, dimana orangtua memberikan contoh dan teladan yang baik. Sejalan dengan itu Setyani (2005) mengungkapkan bahwa orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan sehari-hari biasa disebut dengan ayah dan ibu. Pendapat tersebut menekankan bahwa orangtua adalah penanggung jawab kelangsungan hidup keluarga. Munir (2010) juga menyatakan bahwa orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anak, karena keluarga merupakan tempat dimana anak bertumbuh dan berkembang untuk mempelajari atau mengetahui kehidupan.

Sukma (2011) juga menyatakan bahwa orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama dimana anak berinteraksi sebagai lembaga pendidikan yang tertua, artinya disinilah dimulai suatu proses pendidikan sehingga orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Lingkungan keluarga juga dikatakan lingkungan yang paling utama, karena sebagian besar kehidupan anak di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah dalam keluarga.

(44)

28 keluarga, pendidik, pelaku kegiatan ekonomi, pengasuh serta membesarkan anak-anak.

2. Definisi dukungan sosial orangtua

House, (1986, dalam Wijaya, 2012) menyatakan bahwa dukungan sosial orangtua adalah dorongan atau bantuan yang diterima individu dari orangtuanya sehingga dapat meningkatkan keyakinan dan memiliki perasaan positif mengenai dirinya sendiri. Demaray dan Malecki (2002), mengatakan bahwa dukungan sosial sebagai persepsi individu dari dukungan umum atau tindakan spesifik yang bersifat mendukung dari orang-orang dalam jaringan sosial yang fungsinya sebagai pelindung. Sumber dukungan ini berasal dari orangtua, teman, guru, teman dekat atau sekolah.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua merupakan sikap orang tua kepada individu yang membuatnya merasa diterima, dicintai, diperhatikan dan merasa menjadi bagian dalam keluarga.

2.2.3 Aspek-aspek dukungan sosial orangtua

Menurut House, (1986, dalam Smet, 1994), dukungan sosial terdiri atas empat aspek, yaitu:

(45)

29 diwujudkan dalam bentuk ungkapan empati dan kepedulian.

2. Dukungan penghargaan/penilaian, yaitu dukungan orangtua terhadap individu sebagai bahan introspeksi diri dan motivasi agar berbuat lebih baik dari sebelumnya. Aspek ini terjadi lewat penghargaan/penilaian positif orangtua terhadap individu, motivasi untuk maju dan memiliki pandangan positif terhadap keberhasilan orang lain.

3. Dukungan informatif, yaitu dukungan orangtua untuk membantu individu memecahkan masalah. Aspek ini mencakup pemberian nasihat dan saran-saran untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

4. Dukungan instrumental, yaitu dukungan orangtua yang berupa barang dan jasa yang dapat membantu kegiatan individu. Aspek ini mengungkapkan dukungan sosial yang mencakup bantuan langsung yang diwujudkan dalam bentuk uang, tenaga, waktu, dan pemberian hadiah.

(46)

30 berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain). Sejalan dengan Drageset (2012) yang menguraikan mengenai enam aspek dari Weis, yaitu attachment (hubungan yang dirasakan dimana individu memperoleh kedekatan emosional dan rasa aman. Tidak adanya hubungan tersebut dapat mengakibatkan rasa kesepian, social integration ( menjadi bagian dari suatu kelompok), reassurance of worth (suatu hubungan dimana keterampilan dan kemampuan seseorang diakui), opportunity to provide nurturance (tanggung jawab untuk kesejahteraan orang lain), reliable alliance (suatu hubungan dimana seseorang dapat mengandalkan bantuan dalam kondisi apapun dan tidak adanya hal ini dapat mengakibatkan rasa kerentanan, guidance (suatu hubungan dengan orang-orang yang dapat dipercaya yang dapat memberikan saran).

Dari beberapa bentuk dukungan sosial orangtua dapat disimpulkan bahwa semuanya memiliki dampak yang positif bagi remaja. Dukungan sosial yang diberikan dapat berupa attachment, guidance, reliable alliance, reassurance of worth, social

integration, and opportunity nurturance (Weis, 1974, dalam Cutrona & Russell, 1987)

2.2.4. Efek dukungan sosial orangtua

(47)

31 menghargai. Menurut Sarason , dukungan sosial dipengaruhi oleh dua hal yaitu:

1. Jumlah sumber dukungan sosial yang tersedia, merupakan persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan ketika individu tersebut membutuhkan bantuan (pendekatan berdasarkan kuantitas).

2. Tingkatan kepuasan akan dukungan sosial yang diterima dimana ini berkaitan dengan persepsi individu bahwa kebutuhan yang diinginkan akan terpenuhi (pendekatan berdasarkan kualitas).

Hal tersebut di atas menjadi sangat penting untuk dimengerti oleh orangtua dalam memberikan dukungan sosial kepada anak. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga merupakan hal yang sangat penting sehingga anak merasakan bahwa mereka diperhatikan dan dicintai oleh orangtuanya. Dukungan sosial bukan sekedar bantuan yang diberikan kepada orang lain tetapi bagaimana bantuan yang diberikan kepada seseorang dapat dimaknai.

(48)

32

2.3. KEPERCAYAAN DIRI

2.3.1. Definisi kepercayaan diri

Rini (2002) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hasan, 2001 (dalam Khusnia & Rahayu, 2010), menjelaskan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan akan kemampuan diri sendiri secara adekuat dan menyadari kemampuan-kemampuan yang dimiliki serta dapat memanfaatkannya secara tepat. Lauster, (1990, dalam Gulo, 1991) menambahkan bahwa kepercayaan diri sebagai keyakinan dan kemampuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh dengan orang lain. Lindenfield (1997) mengungkapkan bahwa orang yang percaya diri ialah orang yang puas dengan dirinya sendiri dan kemampuan yang dimilikinya.

(49)

33 mengalahkan kemalangan dengan kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan. Kepercayaan diri dan kebesaran hati membuatnya bersikap, bergaul, bersama orang lain dengan penuh percaya diri dan kemampuan menghadapi segala kesulitan dengan kepercayaan diri yang besar.

Selanjutnya menurut Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri. Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses:

1. Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan-kelebihan tertentu.

2. Pemahaman seseorang terhadap kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan-kelebihannya.

3. Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan-kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.

(50)

34 Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan kemampuan yang dimiliki oleh individu sehingga dirinya mampu untuk mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan serta situasi yang dihadapinya sehingga individu merasa mampu untuk mencapai berbagai tujuan di dalam dirinya dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

2.3.2 Aspek-aspek kepercayaan diri

Lie (2003) mengemukakan beberapa aspek orang yang mencerminkan percaya diri adalah:

1. Yakin kepada diri sendiri,

2. Tidak bergantung pada orang lain,

3. Tidak ragu-ragu, merasa diri berharga, tidak menyombongkan diri,

4. Memiliki keberanian untuk bertindak.

Lauster, (1990, dalam Gulo, 1991) mengemukakan beberapa aspek untuk meningkatkan kepercayaan diri:

1. Bertanggung jawab

Individu bersedia untuk menanggung segala konsekuensi dari setiap tindakannya.

2. Optimis

(51)

35 3. Ambisi

Memiliki keinginan yang besar untuk bersaing dengan orang lain sehingga mampu mendorong individu untuk berprestasi.

4. Mandiri

Dapat menentukan standar sendiri dan selalu mengembangkan motivasinya.

Lindenfield (1997) membagi kepercayaan diri menjadi dua bagian:

1. Percaya diri batin ( percaya diri yang member kita perasaan dan anggapan bahwa kita dalam keadaan baik. Ada empat ciri utama pada orang yang mempunyai percaya diri batin, yaitu:

a) Cinta diri

Cinta diri yang dimaksud adalah peduli tentang diri individu sendiri sehingga perilaku dan gaya hidup yang mereka tampilkan untuk memelihara diri sendiri.

b) Pemahaman diri

(52)

36 c) Tujuan yang jelas

Orang yang percaya diri selalu mengetahui tujuan hidupnya. Mempunyai pikiran yang jelas terhadap tindakan yang dilakukan dan hasil yang akan diterima. d) Pemikiran yang positif

Orang-orang yang percaya diri selalu berfikir positif, memandang kehidupan dari sisi yang cerah dan selalu berusaha mencari pengalaman dan hasil yang baik.

2. Percaya diri lahir (memungkinkan individu untuk tampil dan berperilaku dengan cara menunjukkan bahwa individu yakin akan diri sendiri). Untuk memberikan percaya diri kepada individu perlu mengembangkan keterampilan dalam empat bidang, yaitu:

a) Komunikasi

Keterampilan komunikasi menjadi dasar yang baik bagi pembentukan sikap percaya diri. Menghargai pembicaraan orang lain, berani berbicara di depan umum, tahu kapan harus berganti topic pembicaraan, dan mahir dalam berdiskusi adalah bagian dari keterampilan komunikasi yang bisa dilakukan jika individu memiliki rasa percaya diri.

b) Ketegasan

(53)

37 menghargai terbentuknya perilaku agresif dan positif dalam diri.

c) Penampilan diri

Seorang individu yang percaya diri selalu memperhatikan penampilan dirinya, baik dari gaya pakaian, dan gaya hidupnya tanpa terbatas pada keinginan untuk selalu menyenangkan orang lain.

d) Pengendalian perasaan

Pengendalian perasaan juga diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari, dengan kita mengelola perasaan kita dengan baik akan membentuk suatu kekuatan besar yang pastinya menguntungkan individu tersebut.

2.3.3 Efek kepercayaan diri

(54)

38 inilah yang menyebabkan individu mengalami kebingungan dan mengalami krisis kepercayaan diri (Siahaan, 2006).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri sangat penting bagi siswa yang berada pada tahap remaja. Individu yang mempunyai kepercayaan diri adalah individu yang mampu melaksanakan tugas dengan baik dan bertanggung jawab. Kepercayaan diri yang dimiliki membuat individu mempunyai kemampuan terhadap diri sendiri dan tidak mudah terpengaruh orang lain.

2.4 Hasil-hasil penelitian sebelumnya

(55)

39 Penelitian yang berbeda dilakukan oleh Verkuyten et al (2001), yang menemukan bahwa dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga yang masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak-anak mereka. Hasil penelitian yang dilakukan dimana dukungan sosial dari anak-anak Turki berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap motivasi berprestasi, sedangkan dukungan sosial dari orangtua anak-anak Belanda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi berprestasi anak mereka, karena motivasi berprestasi yang dimiliki anak-anak Belanda merupakan tanggung jawab pribadi.

(56)

40 Menurut Loekmono (1983), kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistik terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Sejalan dengan uraian di atas penelitian oleh Shrauger & Schohn (1995) mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari, (2012) mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengn motivasi berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo (2012) terhadap mahasiswa Universitas Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi beprestasi dengan 0,639.

2.5 KERANGKA BERPIKIR

(57)

41 dalam menghadapi tantangan dan terus berkembang maju untuk mengungguli orang lain. Perwujudan dari motivasi berprestasi yang tinggi berorientasi pada pencapaian suatu prestasi. Hal ini didukung oleh pendapat McClelland, (1987, dalam Robbins, 2008), bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan bertanggung jawab untuk memecahkan masalah dan terus berusaha untuk mencapai prestasi yang baik meskipun banyak tantangan. Handoko (2003) juga menyatakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang muncul dari dalam diri individu untuk berusaha mencapai prestasi yang tinggi.

(58)

42 Eliana (2005) mengatakan bahwa dukungan sosial sebagai hubungan antar pribadi yang di dalamnya terdapat bantuan atau pertolongan dalam bentuk fisik, emosional, informasi dan penghargaan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan, papan), kebutuhan sosial (pergaulan, pengakuan, sekolah, pekerjaan) dan kebutuhan psikis termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Untuk itu dukungan sosial dari orang-orang sekitar sangat penting sehingga seseorang merasa bahwa dirinya dihargai, dicintai dan diperhatikan (Kuntjoro, 2002).

(59)

43 menemukan bahwa dukungan sosial orangtua terhadap motivasi berprestasi anak lebih diperhatikan oleh keluarga-keluarga yang masih mempertahankan budaya kekerabatan. Dalam hubungan kekerabatan inilah dukungan sosial orangtua sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak mereka.

Selain dukungan sosial orangtua kepercayaan diri juga sangat berpengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin dan mampu dalam mencapai tujuan dalam hidupnya serta tidak perlu melakukan perbandingan diri dengan orang lain. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri tentunya akan memperoleh setiap kemudahan dalam menjalani setiap tugas ataupun segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya, karena individu yang memiliki kepercayaan diri akan lebih bersemangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan setiap tugas atau masalahnya. Loekmono (1983), mengungkapkan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang. Rasa percaya diri didasarkan pada kepercayaan yang realistik terhadap kemampuan yang dimiliki oleh individu. Bila individu merasa rendah diri, maka individu tersebut tidak berhasil menyadari akan kemampuan yang dimilikinya (Hakim, 2002).

(60)

44 berprestasi yang tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa yang mempunyai kepercayaan diri akan lebih cenderung termotivasi, memiliki rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam mencapai tujuan. Penelitian oleh Shrauger & Schohn (1995) mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa di Universitas New York. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi. Penelitian yang dilakukan Sikhwari, (2012) mengenai hubungan antara kepercayaan diri, dan motivasi berprestasi mahasiswa pada Universitas di Provinsi Limpopo, Afrika Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kepercayaan diri dengn motivasi berprestasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh Santoso dan Brotowidagdo (2012) terhadap mahasiswa Universitas Semarang, menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan diri dengan motivasi beprestasi. Secara simultan dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri dapat dijadikan prediktor motivasi berprestasi siswa.

(61)

45 2.6 Model penelitian

Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang ada, maka dikembangkan model penelitian sebagai berikut:

Gambar: Model Penelitian.

2.7. Hipotesis penelitian

Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan model penelitian yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orang tua dan kepercayaan diri sebagai prediktor terhadap motivasi berprestasi siswa di SMP N 4 Salatiga.

X1

Dukungan Sosial

Orangtua Y

Motivasi Berprestasi

X2

(62)

46 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam BAB III ini akan membahas tentang variabel penelitian. definisi operasional, metodologi pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, dan teknik analisis data, meliputi: uji asumsi dan cara pengujian hipotesis. Kerangka kerja metode penelitian di atas dijelaskan sebagai berikut:

3.1 VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat 2 yaitu:

1. Peubah tak gayut (Independent variable ) ( dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orangtua dan kepercayaan diri ( ).

2. Peubah gayut (Dependent variable) (Y) dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi.

3.2. DEFINISI OPERASIONAL

3.2.1 Motivasi Berprestasi

(63)

47

3.2.2 Dukungan Sosial Orangtua

Dukungan sosial orangtua merupakan persepsi bahwa individu sebagai mahkluk sosial memerlukan orang lain dan merasa dicintai, diperhatikan dan diterima didalam keluarga. Aspek-aspek dari dukungan sosial yaitu bimbingan, hubungan yang dapat dipercaya, penghargaan atau pengakuan, kesempatan pemeliharaan, keterikatan, dan integrasi sosial, Weis, (1874, dalam Cutrona & Russell, 1987).

C. Kepercayaan diri

Kepercayaan diri ialah orang yang puas dengan dirinya sendiri dan kemampuan yang dimilikinya. Aspek-aspek dari kepercayaan diri: 1. percaya diri batin,yaitu: cinta diri, pemahaman diri, tujuan yang jelas, pemikiran yang positif. 2. percaya diri lahir yaitu: komunikasi, ketegasan, penampilan diri, dan pengendalian perasaan. Untuk mengukur variabel ini, digunakan skala kepercayaan diri yang dimodifikasi oleh penulis berdasarkan teori dari Lindenfield (1997).

3.3 Populasi dan sampel, teknik-teknik pengambilan sampel dan metode pengumpulan data

3.3.1 Populasi dan Sampel

(64)

48 oleh populasi tersebut. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 82 siswa kelas 2 SMP N 4 Salatiga, pada saat penelitian hanya 78 siswa dan 4 siswa tidak mengembalikan skala penelitian.

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, tidak seluruh anggota populasi dijadikan subjek penelitian sehingga dilakukan sampling. Sampling adalah suatu cara pengumpulan data yangmengambil sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling (sampling bertujuan) yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu dalam penelitian diambil 3 kelas yaitu kelas siswa-siswi yang berprestasi tinggi, sedang dan paling rendah.

3.3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

(65)

49

(S), Netral (tidak dapat menentukan dengan pasti), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). (Azwar, 2012)

A. Skala Motivasi berprestasi

Skala motivasi berprestasi yang telah dimodifikasi oleh penulis sesuai dengan tujuan penelitian. Skala ini disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh McClelland (2002). Motivasi berprestasi dalam penelitian ini dikaitkan dengan studi. Adapun skala motivasi berprestasi terdiri dari empat ciri yaitu pengambilan resiko sedang, menginginkan umpan balik, puas dengan prestasi, dan totalis terhadap tugas. Makin tinggi nilai (scoring) skala tersebut, menunjukan motivasi berprestasi siswa semakin tinggi, demikian juga sebaliknya.

(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)

55

Ket: F= Favorable; U= Unfavorable. Keterangan ini juga berlaku untuk tabel 3.2 dan 3.3.

B. Skala Dukungan Sosial Orangtua

(72)
(73)

57

(74)
(75)
(76)
(77)

61

C. Skala Kepercayaan diri

(78)

62 komunikasi, ketegasan, penampilan diri dan pengendalian perasaan. Makin tinggi nilai (scoring) skala tersebut, menunjukan

kepercayaan diri semakin tinggi, demikian juga sebaliknya. Tabel 3.3

Skala Kepercayaan diri

Aspek-aspek Indikator Aitem F U

1.Cinta diri Mencintai dan menghargai

Sadar diri Saya senang kalau tubuh saya sehat.

(79)
(80)
(81)
(82)

66 Tabel 3.3 (lanjutan)

Aspek-aspek Indikator Aitem F U

(83)
(84)

68

3.4.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Azwar (2012) menyatakan daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total (riX). Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor aitem dengan distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total atau item-total correlation.

(85)

69

dianggap memuaskan. Jika koefisien korelasi kurang dari 0,30 dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah (Azwar, 2012. Jadi jika hasil korelasi aitem berada di bawah 0,25 maka item itu harus digugurkan. Sementara yang lebih besar dari atau sama dengan 0,25 dapat dikatakan valid.

Reliabilitas mengacu kepada keterpercayaan atau konsisten hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Pengukuran dikatakan tidak cermat bila eror pengukurannya terjadi secara random. Antara skor individu yang satu dengan yang lain terjadi eror yang tidak konsisten dan bervariasi sehingga perbedaan skor yang diperoleh lebih banyak ditentukan eror, bukan oleh perbedaan yang sebenarnya.

Koefisien reliabilitas (rxx’) berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1,00. Sekalipun bila koefsien reliabilitas semakin tinggi mendekati angka 1,00 berarti pengukuran semakin reliable, namun dalam kenyataan pengukuran psikologi koefisien sempurna yang mencapai angka rxx’ = 1,00 belum pernah dijumpai (Azwar, 2012).

3.4.2 Uji Hipotesis

(86)

70 sebagai prediktor dimanipulasi (Sugiyono, 2006) yakni dukungan sosial orang tua dan kepercayaan diri sebagai prediktor motivasi berprestasi.

Persamaan model analisis regresi berganda adalah

Y= + +

dengan:

Y : Motivasi Berprestasi

: Dukungan Sosial Orangtua

: Kepercayaan Diri

, : Koefisien Regresi

: Konstanta

3.5. Analisis Data

3.5.1 Uji Asumsi

(87)

71

3.5.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan melihat gambar grafik normal P-P Plot. Normalitas di deteksi dengan melihat titik-titik yang mengikuti garis linear yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Bila titik-titik tersebut mengikuti garis diagonal atau berada searah sekitar garis diagonal, berarti data terdistribusi secara normal dan analisis dapat dilanjutkan. Normalitas juga dilihat melalui uji model regresi dan Kolmogrov-Smirnov untuk melihat apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. (Santoso, 2010).

3.5.1.2 Uji Multikolinearitas

(88)

72 3.5.1. 3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui goodness of fit (kesesuaian model). Uji ini dilakukan untuk melihat hasil grafik scatterplot, hasil perhitungan menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak membentuk pola yang jelas atau tertentu, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2010).

3.5.1.4 Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Jika penyimpangan tersebut tidak signifikan (p > 0,05), dari signifikansi linearitas signifikansi p < 0,05), maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat adalah linear (Hadi, 2000).

3.6. Uji Coba Instrumen

(89)

73

tanggal 08 April 2014. Skala kemudian dibagikan kepada siswa SMP kelas 2 sebanyak 70 orang.

3.6.1. Hasil Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi

Uji coba instrumen yang telah dilakukan terhadap 31 aitem pernyataan yang ada di dalam skala motivasi berprestasi terdapat 6 aitem yang gugur dan 25 aitem yg valid, dengan rentang item valid berkisar antara 0,30 sampai 0,69. Coefisien alpha cronbach dari 25 aitem adalah 0,880 dari skala motivasi berprestasi. Sebaran item yang memenuhi syarat dan yang gugur disajikan di dalam Tabel 4.1

(90)

74 Coefisien alpha cronbach dari 25 aitem adalah 0,872 dari skala dukungan sosial orangtua. Sebaran item yang memenuhi syarat dan yang gugur disajikan di bawah ini:

Tabel 3.5

Sebaran aitem yang baik dan Aitem tidak baik Skala Dukungan Sosial Orangtua.

(91)

75

kepercayaan diri. Sebaran item yang memenuhi syarat dan yang gugur disajikan di bawah ini.

Tabel 3.6

Sebaran aitem yang baik dan aitem tidak baik Skala Kepercayaan Diri.

No Aspek-aspek Aitem yang baik

Aitem tidak baik

Jumlah aitem

1 Cinta diri 1,2,3,4,5 - 5 2 Pemahaman diri 6,7,8,9,10 - 5 3 Tujuan yang

positif

11,12,14,15 13 5

4 Pemikiran yang positif

16,17,18 19 4

5 Komunikasi 21,22,23,25 20,24 6 6 Ketegasan 26,27,28,29 30 5 7 Penampilan diri 31,34,35 32,33 5 8 Pengendalian

perasaan

(92)

76 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab IV akan dibahas mengenai deskripsi tempat penelitian, karakteristik respoden, hasil reliabilitas dan validitas alat ukur, hasil pengukuran variabel, uji statistik, dan diskusi.

4.1 Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 4 Salatiga yang beralamat di jalan Patimura 47 Salatiga, Kecamatan Sidorejo. Sebelum menjadi SMP N 4 Salatiga sekolah ini adalah Sekolah Teknik Negeri. Pada tahun 1983 diganti menjadi SMP N 4 Salatiga dengan luas tanah 3883 M3. SMP N 4 Salatiga mempunyai visi:

a. Terlaksananya proses pembelajaran yang berkualitas ( efektif, efesien, dan inovatif sesuai kurikulum mutakhir.

b. Terwujudnya keseimbangan Prestasi Akademik non akademik

c. Terwujudnya harmonisasi inter – antar warga sekolah & stake holder pendidikan

d. Terwujudnya penataan sarana prasarana sekolah yang kondusif, sesuai standar pelayanan minimum

e. Terlaksanaya program ekstra kurikuler Excellent Program secara kontinyu dan berkelanjutan

(93)

77

g. Terbentuknya pribadi siswa yang siswa yang santun , etis berbudi luhur

h. Terlaksananya program apresiasi bakat dan potensi siswa

i. Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan perkaderan siswa

j. Terlaksananya program keorganisasian, kepemimpinan dan perkaderan siswa

k. Terlaksananya program dialog, diskusi, seminar ilmiah secara periodik

l. Terwujudnya peringkat sekolah yang unggul diatas rata-rata.

Misi SMP N 4 Salatiga:

a) Meningkatakan disiplin belajar mengajar dan etos kerja

b) Menerapkan model pembelajaran intensif meliputi pembelajaran interaktif, aplikasi dan akselerasi

c) Melaksanakan program simpati, peduli dan pengembangan diri.

d) Mengkatualisasikan semangat belajar mengajar dengan pendapatan iman dan taqwa

e) Membudayakan sikap sportivitas dalam berkompetisi meraih prestasi

(94)

78 g) Membiasakan percakapan Bahasa Inggris bagi seluruh

warga sekolah lewat kegiatan ekstra kurikuler

h) Mempraktikkan berbagai kegiatan dan peluang wira usaha bagi siswa

i) Membudayakan santun dalam bicara, cipta, rasa, dan karsa

j) Melaksanakan program latihan keorganisasian dan kepemimpinan

k) Mempraktikkan iman taqwa dalam kehidupan sehari-hari

l) Menyediakan dan memberdayakan peranan high tech multimedia dan internet bagi siswa dan guru

m) Mengintensifkan kegiatan organisasi, kepemimpinan, dan kader siswa.

(95)

79

4.2 Deskripsi Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP N 4 Salatiga. Terdapat beberapa karakteristik dari responden, sebagai berikut:

4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.1

Persentase Jenis Kelamin No. JENIS KELAMIN JUMLAH %

1. Laki-laki 27 34%

2. Perempuan 51 66%

TOTAL 78 100%

Responden dalam penelitian ini berjumlah 78 siswa , yang terdiri dari 27 laki-laki dan 51 perempuan.

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Persentase Berdasarkan Usia No USIA JUMLAH %

1. 13 tahun 16 20,5%

2. 14 tahun 48 61,5%

3. 15 tahun 14 18%

TOTAL 78 100%

Gambar

Tabel Skala Motivasi Berprestasi
Tabel 3.1 (lanjutan)
Tabel 3.1 (lanjutan)
Tabel 3.1 (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adobe Flash CS6 merupakan sebuah software yang didesain khusus oleh Adobe dan program aplikasi standar authoring tool professional yang digunakan.. untuk membuat animasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian metode resitasi terhadap kreativitas dan hasil belajar peserta didik fisika yang

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan nilai indek keanekaragaman ≥ 1 di Sungai Rungan dan Katingan, Danau Tahai dan Rawa Katimpun, hal ini menunjukkan

Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) RSIA YPK Mandiri bertanggung jawab dalam pengelolaan aplikasi SIM RS, MyHospital, seperti yang berhubungan dengan

Guna meningkatkan kenyamanan dan kemudahan penggunaan ashitaba maka diformulasikan granul effervescent, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi

Hasil Penelitian menunjukan bahwa faktor kondisi fisik rumah (p= 0,000), tempat perkembangbiakan nyamuk (p=0,000), penggunaan obat nyamuk semprot dengan kejadian maria

Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten adalah penyesuaian terhadap data dan informasi terkini, indikatif program pembangunan, indikator kinerja

masing-masing bagian merupakan salah satu usaha perusahaan dalam mengendalikan biaya, karena apabila ada biaya yang berlebihan maka kepala produksi atau kepala