• Tidak ada hasil yang ditemukan

5 1 Materi HAKI NOVOTEl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "5 1 Materi HAKI NOVOTEl"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

(HAKI)

1. Pengantar

Materi ini akan mengantarkan peserta workshop lomba inovasi pembelajaran memahami tentang Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), serta peserta workshop dapat melakukan tindak lanjut lomba inovasi pembelajaran dengan melakukan perlindungan terhadap karya yang telah dihasilkan dalam perlombaan ini. Proses pendampingan akan dilakukan oleh fasilitator melalui berbagai pendekatan, seperti kegiatan diskusi, tanya jawab dan simulasi. Kegiatan workshop ini akan dilengkapi dengan informasi prosedur pendaftaran ciptaan yang telah dihasilkan.

Harapan kami, semoga kegiatan dan materi workshop ini dapat bermanfaat bagi para peserta workshop inovasi pembelajaran sebagai bekal berkontribusi pada upaya peningkatan mutu pendidikan.

2. Kompetensi yang akan dicapai

Kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta workshop yaitu memiliki pemahaman terkait HaKI

3. Indikator pencapaian kompetensi

Kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta workshop diantaranya mampu:

1. Menjelaskan Konsep dasar HAKI

2. Menjelaskan perundangan tentang HAKI 3. Membandingkan jenis HAKI

4. Mendeskripsikan prosedur pengajuan HAKI

4. Ruang lingkup materi

(2)

5. Uraian Materi

A. Konsep dasar HAKI

Kekayaan intelektual sudah menjadi perhatian dunia sejak dibentuk sebuah Organisasi Hak Atas Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization, WIPO) di bawah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pada 1967 di Stockholm. Organisasi ini berupaya untuk melakukan promosi atas perlindungan dari HaKI ke seluruh penjuru dunia. Asal mula WIPO berawal dari diadopsinya Konvensi Paris (Paris Convention for the Protection of Industrial Property ) tahun 1883 dan Konvensi Berne (Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works)tahun 1886. Kedua konvensi tersebut melakukan pembentukan sekretariat internasional di bawah pengawasan Pemerintah Federal Swiss (WIPO Handbook). Secara histori, jauh sebelum 1967 telah ada sebuah undang-undang terkait HaKI yang menyangkut masalah paten pada tahun 1470 di Venice, Italia. Tercatat nama-nama seperti Caxton, Galileo dan Guttenberg sebagai penemu-penemu dan mempunyai hak monopoli atas penemuannya (Setyowati, 2005). Di Indonesia sendiri HaKI telah ada sejak zaman pemerintahan kolonial Belanda dengan diperkenalkan undang-undang mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844. Selanjutnya Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek (1885), UU Paten (1910), dan UU Hak Cipta (1912). Sampai dengan saat ini peraturan perundang-undangan di Indonesia senantiasa terus dilakukan pembaruan disesuaikan dengan perkembangan zaman.

(3)

Menurut WIPO hak kekayaan intelektual mengacu pada hak yang diberikan kepada orang-orang atas hasil dari buah pikiran mereka (creations of the mind) berupa penemuan-penemuan, karya seni dan sastra, simbol-simbol, nama-nama dan gambar-gambar yang digunakan dalam kegiatan perdagangan (commercil).

Adapun tujuan perlindungan kekayaan intelektual melalui HaKI secara umum meliputi (Setyowati, 2005):

a. Memberi kejelasan hukum mengenai hubungan antara kekayaan dengan inventor, pencipta, desainer, pemilik, pemakai, perantara yang menggunakannya, wilayah kerja pemanfaatannya dan yang menerima akibat pemanfaatan HKI untuk jangka waktu tertentu;

b. Memberikan penghargaan atas suatu keberhasilan dari usaha atau upaya menciptakan suatu karya intelektual;

c. Mempromosikan publikasi invensi atau ciptaan dalam bentuk dokumen HKI yang terbuka bagi masyarakat;

d. Merangsang terciptanya upaya alih informasi melalui kekayaan intelektual serta alih teknologi melalui paten;

e. Memberikan perlindungan terhadap kemungkinan ditiru karena adanya jaminan dari negara bahwa pelaksanaan karya intelektual hanya diberikan kepada yang berhak.

B. Perundangan tentang HAKI

Pada saat ini Indonesia telah memiliki produk hukum terkait hak kekayaan intelektual yang cukup memadai dan selaras dengan konvensi-konvensi dunia dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. Peraturan perundang-undangan dimaksud diantaranya sebagai berikut berdasarkan pada jenisnya masing-masing: A. Hak Cipta

(1) UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

(4)

(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 tentang Penterjemahan dan/atau Perbanyakan Ciptaan untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, Penelitian dan Pengembangan ditetapkan Tanggal 14 Januari 1989.

(4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta ditetapkan Tanggal 6 Maret 1986 .

(5) PP No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

(6) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2004 tentang Pengesahan WIPO Performances and Phonograms Treaty, 1996/Traktat WIPO Mengenai Pertunjukan dan Perekam Suara.

(7) Traktat WIPO Mengenai Pertunjukan dan Perekaman Suara. B. Paten

(1) UU Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten

(2) Penjelasan UU Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten

(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah ditetapkan Tanggal 5 Oktober 2004.

(4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1995 tentang Komisi Banding Paten ditetapkan Tanggal 29 Agustus 1995. (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1993

tentang Bentuk dan Isi Surat Paten ditetapkan Tanggal 22 Februari 1993.

(5)

(7) PP No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

(8) Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 76 Tahun 2012 Tentang Pelaksanaan Paten Oleh Pemerintah Terhadap Obat Antiviral dan Antiretroviral

(9) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah terhadap Obat-obat Anti Retroviral. (10) Surat Edaran Nomor : HKI-3-08.OT.02.02 Tahun 2016 Tentang Masa

Peralihan Pembayaran Biaya Tahunan Undang-Undang Paten Nomor 14 Tahun 2001 ke Undang-Undang Paten Nomor 13 Tahun 2016

C. Merek

(1) UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek (2) UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

(3) Penjelasan UU Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek

(4) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1995 tentang Komisi Banding Merek ditetapkan Tanggal 29 Agustus 1995 (5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1993

tentang Kelas Barang atau Jasa Bagi Pendaftaran Merek ditetapkan Tanggal 31 Maret 1993 .

(6) PP No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

(6)

(8) Keputusan Direktur Jenderal Kekayaan Intelektual Nomor HKI-02.KI.06.01 Tahun 2017 tentang Penetapan Formulir Permohonan Merek

D. Desain Industri

(1) UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

(2) Penjelasan UU Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri

(3) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri ditetapkan Tanggal 5 Januari 2005.

(4) PP No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

E. Desain tata letak sirkuit terpadu

(1) UU Nomor 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu F. Rahasia dagang

(1) UU Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang G. Indikasi Geografis

(1) PP Nomor 51 Tahun 2007

(2) Penjelasan PP Nomor 51 Tahun 2007

(3) PP No. 45 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

H. Perlindungan Varietas Tanaman

(7)

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal ini Direktorat Jendral Hak Kekayaan Intelektual sebagai unsur eksekutif yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum menjadi pelaksana administrasi hak cipta paten, merek, desain industri, dan desain tata letak sirkuit terpadu. Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (semula disebut Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek) dibentuk pada tahun 1998. Juga institusi ini telah ditugasi untuk melakukan koordinasi dengan semua instansi Pemerintah yang berkompeten mengenai segala kegiatan dan permasalahan dalam penegakan hukum HAKI.

C. Jenis-jenis HAKI

Secara garis besar HaKI dibagi dalam dua bagian yaitu Hak Cipta (copyrights) dan Hak Kekayaan Industri (Industrial Property Rights). Selanjutnya dalam Hak Kekayaan Industri mencakup Paten (Patent), Merek (trademark), Desain industri (industrial designs), Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (integrated circuits), Rahasia Dagang (trade secret), Indikasi Geografis (Geographical Indication) dan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT), yang terakhir berada berada dibawah pengelolaan Kementerian Pertanian RI.

Berikut adalah penjelasan masing-masing jenis hak kekayaan intelektual berupa Hak Cipta, Paten dan Merek:

1. Hak cipta

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menyatakan bahwa Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Paten, antara lain:  Ciptaan, setiap karya pencipta yang menunjukkan keasliannya.

(8)

 Pemegang Hak Cipta, pencipta sebagai pemilik hak cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak tersebut di atas.

Lebih lanjut dalam UU tersebut dijelaskan tentang hak eksklusif yang melekat dalam Hak Cipta terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; menggunakan nama aliasnya atau samarannya; mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. Sedangkan hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan melalui penerbitan Ciptaan; Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; penerjemahan Ciptaan; pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; pertunjukan Ciptaan; Pengumuman Ciptaan; Komunikasi Ciptaan; dan penyewaan Ciptaan.

Dalam Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dijelaskan tentang ciptaan yang dilindungi meliputi:

 Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

 Ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

 Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;  Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

 Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan pantomim;  Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni

kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;  Arsitektur;

(9)

 Fotografi;  Sinematografi;

 Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai dan karya lain dari hasil pengalihwujudan.

Jangka waktu perlindungan suatu ciptaan berlaku selama hidup pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.

Pelanggaran terhadap Hak Cipta dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).

2. Paten

UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten menyatakan bahwa Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakannya.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Paten, antara lain:  Invensi, ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan

masalah yang spesifik di bidang teknologi, dapat berupa produk atau proses, atau penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

 Inventor, seorang yang secara sendiri atau beberapa orang yang secara besama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam kegiatan yang menghasilkan invensi.

 Pemegang Paten, pemilik paten atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang terdaftar dalam daftar umum paten.

 Hak Prioritas, hak pemohon untuk mengajukan permohonan untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan.

(10)

memberikan hak lebih lanjut kepada orang lain. Dengan demikian, orang lain dilarang melaksanakan Paten tersebut tanpa persetujuan Pemegang Paten.  Lisensi, izin yang diberikan oleh pemegang paten kepada pihak lain berdasar

perjanjian pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari suatu paten yang diberi perlindungan dalam jangka waktu dan syarat tertentu.

 Lisensi wajib

Jangka waktu perlindungan Paten (sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001) diberikan untuk jangka waktu selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang. Paten Sederhana (sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2001) diberikan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka waktu itu tidak dapat diperpanjang.

Pelanggaran terhadap pelaku tindak pidana di bidang Paten yang dengan sengaja dan tanpa hak melanggar hak pemegang Paten dengan melakukan salah satu tindakan yaitu membuat, menggunakan, menjual, mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten dan menggunakan proses produksi yang diberi Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) bagi barangsiapa yang.

3. Merek

UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek menyatakan bahwa Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pemilik Merek yang terdaftar untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri Merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya.

Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam Merek, antara lain:  Merek, suatu tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf,

(11)

 Merek Dagang, merek yang digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang-barang sejenis lainnya.

 Merek Jasa, merek yang digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-jasa sejenis lainnya.

 Merek Kolektif, merek yang digunakan pada barang dan/atau jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang dan/atau jasa sejenis lainnya.

Jangka waktu perlindungan hukum terhadap merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama 10 (sepuluh) tahun. Perlindungan Merek terdaftar selama 10 (sepuluh) tahun tersebut berlaku surut sejak tanggal penerimaan permohonan merek yang bersangkutan.

Pelanggaran terhadap pelaku tindak pidana di bidang merek yang secara sengaja dan tanpa hak menggunakan merek yang sama pada keseluruhannya dengan merek terdaftar milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis yang diproduksi dan/atau diperdagangkan dapat dikenakan sanksi pidana penjara paling lama penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

D. Prosedur Pengajuan Permohonan HAKI

Pengajuan permohonan HaKI baik berupa Hak Cipta maupun Hak Kekayaan Industri dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara sebagai berikut ini:

1. Langsung ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual di Jakarta;

2. Melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI di seluruh Indonesia pada masing-masing daerah;

(12)

Pengajuan permohonan HaKI, baik Hak Cipta maupun Hak Kekayaan Industri dengan menggunakan cara 1-3 seperti yang disebutkan diatas memiliki prosedur secara umum seperti gambar dibawah ini:

Gambar 1. Prosedur Pengajuan Permohonan HaKI

Langkah pertama prosedur pengajuan permohonan HaKI yaitu melakukan pendaftaran dengan mengisikan Formulir Permohonan Hak Cipta yang telah disediakan (format telah disediakan oleh DJKI) disertai dengan kelengkapan permohonan contoh ciptaan. Langkah kedua yaitu pemeriksaan berkas oleh verifikator dari DJKI yang akan memberikan keputusan lengkap tidaknya berkas pendaftaran dan akan memberikan perintah melakukan pembayaran pendaftaran. Langkah ketiga, pemohon melakukan pembayaran pada bank yang ditunjuk oleh DJKI. Langkah keempat, pemohon meyerahkan semua berkas yang sudah diverifikasi dan disertai bukti pembayaran pendaftaran pada loket permohonan pendaftaran haki. Langkah terakhir pemohon menunggu hasil pendaftaran sampai dengan dikeluarkannya sertifikat atau surat pendafraan ciptaan selama krang lebih 6 bulan.

(13)

dengan cara mengisi formulir yang telah disediakan dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 3 (empat). Pemohon wajib melampirkan berkas diantaranya adalah:

1. Formulir Pendaftaran rangkap tiga

2. Contoh Ciptaan atas ciptaan yang dimohonkan

3. Surat pernyataan baterai tidak meniru Karya Cipta atau Karya Intelektual milik pihak lain

4. Surat pengalihan hak cipta apabila nama pemegang hak cipta berbeda dengan nama pencipta

5. Bukti kewarganegaraan pencipta atau pemegang hak cipta

6. Bukti pembayaran (pembayaran dilakukan setelah ada perintah pembayaran dari petugas verifikator DJKI)

Gambar 2. Prosedur Pengajuan HaKI Jenis Hak Cipta

(14)

(format yang disedikan oleh DJKI) disertai dengan kelengkapan permohonan contoh ciptaan. Langkah kedua, pemohon melengkapi berkas-berkas yang diperlukan. Langkah ketiga, pemeriksaan berkas administratif oleh verifikator dari DJKI yang akan memberikan keputusan lengkap tidaknya berkas pendaftaran dan akan memberikan perintah melakukan pembayaran pendaftaran. Apabila berkas yang dikumpulkan tidak lengkap maka pemohon dapat melengkapinya dengan tenggat waktu 3 (tiga) bulan. Langkah keempat, pemohon melakukan pembayaran pada bank yang ditunjuk oleh DJKI. Langkah Kelima, pemohon meyerahkan semua berkas yang sudah diverifikasi dan disertai bukti pembayaran pendaftaran pada loket permohonan pendaftaran HaKI. Langkah terakhir pemohon menunggu hasil pendaftaran sampai dengan dikeluarkannya sertifikat atau surat pendafraan ciptaan selama krang lebih 6 bulan.

(15)

Gambar 3. halaman depan http:// http://dgip.go.id/

Permohonan pendaftaran HAKI melalui layanan elektronik yang disebut E-HakCipta lebih terperinci dapat diperoleh dan dipelajari dalam Buku Panduan Penggunaan aplikasi dimaksud yang dapat diunduh melalui link https://e-hakcipta.dgip.go.id/asset/panduan-ehakcipta.pdf.

6. Daftar pustaka

Setyowati Krisnani, 2005. Hak Kekayaan Intelektual dan Tantangan Implementasinya di Perguruan Tinggi. Kantor Hak Kekayaan Intelektual-IPB.

Handoko, Duwi, 2015. Hukum Positif Mengenai Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia Jilid II. Penerbit Hawa dan Ahwa. Pekanbaru.

(16)

Gambar

Gambar 1. Prosedur Pengajuan Permohonan HaKI
Gambar 2. Prosedur Pengajuan HaKI Jenis Hak Cipta
Gambar 3. halaman depan http:// http://dgip.go.id/

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian rating kriteria Green building pada Gedung Dekanat Fakultas Peternakan pada Gedung Dekanat Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya sebagai objek studi

Penelitian berjudul Koreografi iANFU Karya Dwi Surni Cahyaningsingsih, membahas tentang bentuk sajian, proses penciptaan, dan estetika feminisme.. Analisis koreografi

Pendaftaran kursus secara online mengikut tempoh yang telah ditetapkan (rujuk Timeline / pengajian bagi setiap semester). Pendaftaran kursus adalah mengikut pakej yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia serta rahmat dan hidayah-Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

Pakan alternatif yang diberikan pada percobaan adalah gula pasir, gula jawa, remahan roti, nasi putih, dan kue lapis, diduga kelima sumber makanan ini

4) Klik Static Text dan tulis ‘CONVERTER CALENDAR’ di string, dengan mengganti Fontname: Goudy Stout, Fontsize: 16, dan Fontgroundcolour: Hitam, dan

Jenis penelitian ini adalah survai deskriptif, yang bertujuan mengetahui kandungan sisa klor dan Candida albicans serta keluhan kesehatan mahasiswa Fakultas Ilmu

Bidang Perindustrian mempunyai tugas pokok melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, dan pengendalian di bidang perindustrian, yang meliputi