FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN
PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
Ricky Permana Putra 0513010049/FE/EA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karuniaNya yang tak terhingga sehingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatNya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul ”Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Tindakan Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di ursa Efek Indonesia”
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE), pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Prof. Dr.Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, Msi, Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih , Msi, Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Drs. Ec. Tamadoy Thamrin, MM., Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Segenap tenaga pengajar, karyawan dan seluruh rekan-rekan mahasiswa terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 7. Bapak dan Ibu, adik serta kakak dan juga untuk Herna Armawati tercinta terima
kasih atas doa, kasih sayang, dukungan dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan peneliti, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Surabaya, Januari 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1.Penelitian Terdahulu ... 9
2.2.Landasan Teori ... 15
2.2.1. Laporan Keuangan ... 15
2.2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan ... 15
2.2.1.2. Tujuan Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.3. Pihak – Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan ... 16
2.2.1.4. Jenis-Jenis Laporan Keuangan ... 19
2.2.2.1.Pengertian Laba ... 22
2.2.2.2.Tujuan Laporan Laba / Rugi ... 23
2.2.3. Perataan Laba ... 23
2.2.3.1.Pengertian Perataan Laba ... 23
2.2.3.2.Motivasi Perataan Laba ... 24
2.2.3.3.Dimensi Perataan Laba ... 25
2.2.3.4.Teori Keagenan (Agency Theory) ... 26
2.2.4. Faktor –faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba .. 27
2.2.4.1.Ukuran Perusahaan ... 29
2.2.4.2.Teori Yang Melandasi Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba ... 30
2.2.4.3.Profitabilitas ... 30
2.2.4.4.Teori Yang Melandasi Pengaruh Profitasbilitas Terhadap Perataan Laba ... 31
2.2.4.5.Leverage Operasi ... 32
2.2.4.6.Teori Yang Melandasi Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan Laba ... 33
2.2.4.7.Total Assets Turnover ... 33
2.2.4.8.Teori Yang Melandasi Total Assets Turnover Operasi Terhadap Perataan Laba ... 34
2.3.Kerangka Pikir ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
3.1Definisi Operasional ... 38
3.1.1. Variabel Bebas... 38
3.1.2. Variabel Terikat... 40
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42
3.2.1. Populasi ... 42
3.2.2. Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.3.1. Jenis Data ... 45
3.3.2. Sumber Data ... 45
3.3.3. Pengumpulan Data ... 45
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 46
3.4.1. Regresi Logistik ... 46
3.4.2. Regresi Logistik Serentak ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 50
4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 50
4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 52
4.1.4. PT Aqua Golden Missisippi Tbk ... 54
4.1.5. PT. Arwana Citramulia Tbk ... 55
4.1.6. PT. Astra International Tbk ... 55
4.1.7. PT. Darya Varia Laboratoria Tbk ... 55
4.1.8. PT. Gudang Garam ... 56
4.1.9. PT. Indocemet Tunggal Prakarsa ... 56
4.1.10.PT. Indofarma Tbk ... 57
4.1.11.PT. Indofood Sukses Makmur ... 57
4.1.12.PT. Kageo Igar Jaya ... 57
4.1.13.PT. Kalbe Farma ... 58
4.1.14.PT. Kimia Farma ... 58
4.1.15.PT. Lionmesh Prima ... 59
4.1.16.PT. Mayora ... 59
4.1.17.PT. Merck ... 59
4.1.18.PT. Multi Bintang Indonesia ... 60
4.1.19.PT. Mustika Ratu ... 60
4.1.20.PT. Roda Vivatex Tbk ... 60
4.1.21.PT. Seme Gresik ... 61
4.1.22.PT. Sepatu Bata ... 61
4.1.23.PT.Siantar Top Tbk ... 62
4.1.24.PT. Sorini Argo Asia Corporindo ... 62
4.1.26.PT. Tempo Scan Pasifik Tbk ... 63
4.1.27.PT. Trias Sentosa ... 63
4.1.28.PT. Ultra Jaya Milk Industry ... 64
4.1.29.PT.Unilever Indonesia ... 64
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65
4.2.1. Deskripsi Mengenai Ukuran Perusahaan (X1) ... 65
4.2.2. Deskripsi Variabel Profitabilitas (X2) ... 69
4.2.3. Deskripsi Variabel Leverage Operasi (X3) ... 73
4.2.4. Deskripsi Variabel Variabel Total Assets Turnover (X3) ... 77
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 81
4.3.1. Hasil Pengujian Deskriptif... 81
4.3.2. Hasil Pengujian Hipotesis... 81
4.4. Hasil Pengujian Regresi Logistik ... 83
4.5. Pembahasan ... 84
4.6. Implikasi Hasil Penelitian ... 88
4.7. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 90
5.1.Kesimpulan ... 90
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Penelitian Terdahulu ... 14
Tabel 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba .... 28
Tabel 3.1. Seleksi Sampel... 43
Tabel 3.2. Tabel Daftar Nama Perusahaan Sampel ... 44
Tabel 4.1. Data Ukuran Perusahaan (X1) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 65
Tabel 4.2. Data Profitabilitas Perusahaan (X2) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 69
Tabel 4.3. Data Leverage Operasi Perusahaan (X3) Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 73
Tabel 4.4. Data Total Assets Turnover Perusahaan (X4) Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 2004-2008 ... 77
Tabel 4.5. Hasil Pengujian Deskriptif ... 81
Tabel 4.6. Hasil Pengujian Model Summary... 82
Tabel 4.7. Hasil Pengujian Hosmer dan Lemeshow ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
TINDAKAN PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
Ricky Permana Putra
Abstraksi
Dengan perkembangan dunia usaha yang maju pesat, kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang semakin tajam antar perusahaan, dan situasi perekonomian negara yang tidak menentu, mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif agar perusahaan mampu menjaga aktifitas operasinya tetap stabil dan berkembang sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan tergantung dari kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Informasi yang berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat mengenai kinerja manajemen yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara periodik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Populasi penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga tahun 2008 yang berjumlah 26 perusahaan . Model analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan adalah regresi linier logistik serta regresi logistik serentak
Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak dapat terbukti kebenarannya karena hanya variabel leverage operasi saja yang berpengaruh signifikan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dengan perkembangan dunia usaha yang maju pesat, kemajuan di bidang teknologi, persaingan yang semakin tajam antar perusahaan, dan situasi perekonomian negara yang tidak menentu, mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif agar perusahaan mampu menjaga aktifitas operasinya tetap stabil dan berkembang sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan, sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan bagi pihak luar, yaitu masyarakat dan investor. Tinggi rendahnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan tergantung dari kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Informasi yang berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat mengenai kinerja manajemen yang tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang disusun secara periodik.
perubahan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan, semua isi dari laporan keuangan bermanfaat bagi pemakainya, namun beberapa pihak seperti pemegang saham, investor, dan kreditur memberikan perhatian yang lebih pada besarnya laba akuntansi yang dibukukan perusahaan.
Menurut Beattie (1994) dalam Asih dan Gudono (2000) perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manajer untuk melakukan manajemen atas laba (earning management) atau manipulasi laba (earning manipulation).
Perataan laba (income smoothing) dilakukan oleh manajemen perusahaan dimaksudkan untuk mencapai sesuatu yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Beidleman (1973) percaya bahwa manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan aliran laba yang stabil dan mengurangi covariance dari market return.
Praktik perataan laba oleh manajemen dianggap sebagai tindakan yang logis dan rasional. Menurut Barnea, Ronen dan Sadan (1981) dalam Jin dan Machfoedz (1998) menyatakan bahwa perataan laba dilakukan oleh para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa datang.
laba yang dilaporkan lebih mendekati angka yang ditargetkan daripada memaksimumkan aliran kas yang diharapkan saat ini (real manipulation). Namun, bila dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Sebagai akibatnya, investor mungkin tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba untuk mengevaluasi hasil dari portofolio mereka.
Sejalan dengan konsep manajemen laba. Perataan laba bila dipandang dari kerangka pikir teori keagenan, perataan laba timbul karena adanya konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik. Masing-masing pihak mempunyai motivasi yang berbeda sesuai dengan kepentingannya. Di pandang dari sisi manajemen, Hepworth (1953) mengungkapkan bahwa manajer termotivasi untuk melakukan perataan laba pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan ekonomi dan psikologis yaitu :
4. Mengurangi total pajak terutang
5. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang stabil pula
6. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah
Di lain pihak, pemilik mendukung perataan laba karena adanya motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal menunjukkan maksud pemilik untuk meminimalisasi biaya kontrak manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktek manajemen laba. Motivasi eksternal ditunjukkan oleh pemilik saat ini untuk mengubah persepsi investor prospektif atau potensial terhadap nilai perusahaan (Salno dan Baridwan, 2000:19).
Penelitian yang tidak menyetujui adanya praktik perataan laba antara lain dilakukan oleh Hector (1989) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba sebagai bentuk penyalahgunaan yang umum dalam laporan keuangan yang seharusnya diwaspadai oleh pemakainya, dan Mc Hugh (1992) yang juga menyatakan bahwa perataan laba merupakan bentuk manipulasi di laporan keuangan. Penelitian yang setuju dengan adanya perataan laba antara lain Gordon (1964) dalam Jin dan Machfoedz (1998:176) yang menyatakan bahwa perataan laba dapat mengurangi kesalahan dari pemegang saham dalam mengekstrapolasi laba periode lalu untuk memperkirakan laba di masa datang, hal yang sama juga di ungkapkan oleh Ronen dan Sadan (1981) yang menyatakan bahwa perataan laba konsisten dengan keinginan manajemen untuk memaksimalkan kompensasi.
lain yang diduga berpengaruh terhadap praktik perataan laba adalah faktor profitabilitas. Praktik perataan laba cenderung dilakukan oleh perusahaan yang profitabilitasnya rendah dan dalam keadaan berisiko, karena ingin memperlihatkan bahwa laporan laba rugi lebih baik dan tingkat fluktuasi tidak terlalu tinggi, sehingga dapat menarik investor.
Selain faktor profitabilitas dan ukuran perusahaan, variabel lain yang diduga sebagai pendorong terjadinya praktik perataan laba adalah leverage operasi dan Total Assets Turnover. Leverage operasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva untuk membayar beban tetap. Menurut Bambang Riyanto (195:331), leverage operasi adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Biasanya, seorang kreditur tertarik pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage operasi yang rendah dan menghasilkan leverage yang positif, sebab kreditur memerlukan jaminan atas dana yang dipinjamkan. Sedangkan Total Assets Turnover adalah rasio untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Total Assets Turnover cenderung meningkatkan praktek perataan laba, karena dengan tingginya Total Assets Turnover, maka kinerja manajerial dianggap berhasil.
ukuran perusahaan dapat dikaitkan dengan adanya praktik perataan laba. Juniarti (2005) tidak berhasil membuktikan bahwa besaran perusahaan dan profitabilitas adalah faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) yang berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan faktor pendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan sektor industri tidak berhasil dibuktikan sebagai faktor pendorong perataan laba. Danang Permana (2006) mengambil faktor total asset turnover, profitabilitas, dan ukuran perusahaan sebagai faktor-faktor yang diduga memperngaruhi praktik perataan laba dalam penelitiannya, dan berhasil membuktikan bahwa Total Asset Turnover, ukuran perusahaan, dan profitabilitas merupakan faktor pendorong dilakukannya praktik perataan laba.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Yusuf dan Soraya (2004), Jin dan Machfoedz (1998), dan Danang Permana (2006) yaitu pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk melihat faktor – faktor yang diduga mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam masa krisis global yakni tahun 2008.
“ FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP TINDAKAN
PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ”
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover berpengaruh terhadap tindakan perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.4. Manfaat Penelitian
Penyusunan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan serta mengaplikasikan teori yang sudah didapat dalam perkuliahan, juga sejauh mana ilmu yang telah diperoleh dapat diterapkan dalam praktek kehidupan dimasyarakat.
2. Bagi Universitas / pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah perbendaharaan karya ilmiah dan untuk melengkapi koleksi perpustakaan sehingga diharapkan dapat dipergunakan sebagai refrensi peneliti lain yang mengambil materi dan permasalahan yang serupa.
3. Stakeholders
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan bagi penyusunan skripsi
yang akan datang. Yang mana penelitian yang sama sebelumnya telah dilakukan.
Hanya saja yang membedakan adalah waktu dan objek penelitiannya. Dan
penelitian ini sebelumnya telah dilakukan oleh :
a) Muhammad Yusuf & Soraya
Judul: ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada
Perusahaan Asing Dan non Asing Di Indonesia”
Rumusan Masalah :
1. Apakah perusahaan asing dan non asing yang ada di Indonesia
melakukan praktik perataan laba?
2. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan?
3. Apakah perataan laba di pengaruhi oleh profitabilitas perusahaan?
4. Apakah perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan?
Hipotesis:
1. Tidak terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing
dan non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.
2. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
3. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.
4. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.
5. Perataan laba tidak dipengaruhi oleh status perusahaan.
6. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan asing dan
non asing yang menjual sahamnya di Indonesia.
7. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
8. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.
9. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.
10. Perataan laba dipengaruhi oleh status perusahaan.
Kesimpulan :
Diantara perusahaan asing dan non asing tersebut dapat dilihat bahwa
perusahaan non asing lebih banyak melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan asing, hal ini terlihat dari total aktiva
perusahan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba
cenderung lebih besar dari pada perusahaan asing dan non asing yang tidak
melakukan praktik perataan laba.
Profitabilitas perusahaan asing dan non asing perata laba cenderung
manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan.
Perusahaan asing yang melakukan praktik perataan laba memiliki leverage
operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan
praktik perataan laba.
b) Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998)
Judul : ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”
Rumusan Masalah :
Apakah perataan laba di pengaruhi oleh ukuran perusahaan,
profitabilitas, sektor industri dan leverage operasi perusahaan.
Hipotesis:
1. Terdapat perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang
menjual sahamnya di Indonesia.
2. Perataan laba dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.
3. Perataan laba dipengaruhi oleh profitabilitas perusahaan.
4. Perataan laba dipengaruhi oleh sektor industri.
5. Perataan laba dipengaruhi oleh leverage operasi perusahaan.
Kesimpulan :
1. Berdasarkan analisis dalam penelitian ini menggunakan
perataan laba ternyata dilakukan juga oleh perusahaan publik yang
terdaftar di BEJ.
2. Analisis dalam penelitian ini tidak berhasil membuktikan
bahwa ukuran perusahaan perusahaan, profitabilitas, dan sektor
industri merupakan faktor pendorong dilakukannya dalam praktek
perataan laba, sedangkan leverage operasi berhasil mambuktikan
terjadinya praktek perataan laba.
3. Analisis berikutnya menggunakan analisis inference yaitu
pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya
variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh
terhadap praktek perataan laba, sedangkan variabel-variabel total
aktiva, profitabilitas, dan sektor industri tidak berpengaruh. Tetapi,
untuk variabel sektor industri hasil pengujian univariate
menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara frekuensi yang
diamati dengan frekuensi yang diharapkan diantara perusahaan yang
melakukan praktek perataan laba dan tidak.
c) Danang Permana (2006)
Judul: ”Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Perataan
Rumusan Masalah :
Apakah faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan
Total Asset Turnover berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Hipotesis:
Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan Total
Asset Turnover berpengaruh terhadap praktik perataan laba pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Kesimpulan :
Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan
Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan
Tabel 2.1 Tabel Perbedaan Peneliti Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Uji Hipotesis
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan keuangan
2.2.1.1. Pengertian laporan keuangan
Menurut Standard Akuntansi Keuangan (2007), pengertian laporan
keuangan adalah Bagian dari proses pelaporan keuangan, laporan keuangan yang
lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misalnya, sebagai
laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian intergral dari laporan keuangan. Di samping
itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan
tersebut. Misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan perubahan harga.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.laporan keuangan dibuat oleh manajer dengan
tujuan untuk mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya
oleh para pemilik perusahaan (Zaki Baridwan, 17).
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi
yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan
atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
laporan keuangan merupakan informasi keuangan dari suatu perusahaan yang
telah dicatat, digolongkan, dan diringkas secara tepat yang dapat digunakan untuk
berbagai tujuan.
2.2.1.2. Tujuan laporan keuangan
Menurut Standard Akuntansi Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, arus kas perusahaan yang
bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka
membuat keputusan–keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung
jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber–sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka.
2.2.1.3. Pihak – Pihak yang Berkepentingan Terhadap Laporan Keuangan
Adapun pihak–pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
menurut Standard Akuntansi Keuangan 2007 yang akan dijelaskan secara ringkas
berikut ini:
1. Investor
Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan
Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan
mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
2. Karyawan
Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada
informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun
dan kesempatan kerja.
3. Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman berkepentingan terhadap laporan keuangan karena
sebagai pemberi pinjaman, mereka membutuhkan informasi keuangan
yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta
bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan
hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka
panjang dengan, atau tergantung pada, perusahaan.
5. Pemerintah
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan
statistik lainnya.
6. Masyarakat
Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.
Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan
(trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta
rangkaian aktivitasnya.
Dalam www.shelmi.wordpress.com menyatakan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap posisi keuangan ataupun perkembangan suatu
perusahaan antara lain :
a) Pemilik modal
Untuk menilai sukses tidaknya manajemen dalam mengelola suatu
perusahaan.
b) Manajemen
Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan perusahaan yang
dipimpinnya, agar dapat dibuat atau disusun perencanaan untuk masa yang
c) Karyawan
Karyawan tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas
perusahaan karena mereka ingin menilai kemampuan perusahaan dalam
memberikan balas jasa, pensiun, dan kesempatan kerja.
d) Para Investor (Penanam modal)
Dari laporan keuangan yang disajikan, investor akan memutuskan apakah
mereka menanamkan modal kepada perusahaan atau tidak.
e) Kreditur ( Pemberi pinjaman)
Kreditur tertarik dengan informasi keuangan untuk memutuskan apakah
pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo dan apakah
kredit yang diberikan cukup mendapat jaminan perusahaan.
f) Pemerintah
Pemerintah berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan.
2.2.1.4. Jenis – Jenis Laporan Keuangan
Pada dasarnya laporan keuangan itu terdiri dari Neraca dan perhitungan
Laba Rugi serta Laporan Perubahan Modal, di mana Neraca menunjukan /
menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama
periode tertentu. Dan Laporan Perubahan Modal menunjukan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan.Tetapi dalam prakteknya sering diikut-sertakan kelompok lainnya
yang sifatnya membantu untuk memperoleh panjelasan lebih lanjut, misalnya
laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, laporan sebab-sebab perubahan
laba kotor, laporan biaya produksi serta daftar-daftar lainnya (Munawir, 13).
Berikut ini 5 daftar yang diperlukan dalam laporan keuangan, yaitu:
1. Balance sheet (neraca)
Menunjukan posisi keuangan perusahaan,seperti asset, liabilities,
stockholder’s equity pada tanggal tertentu misalnya pada akhir tahun.
2. Income Statement (laporan laba rugi)
Menunjukan hasil operasi perusahaan yaitu revenue,expenditure dan net
profit/ loss pada suatu periode tertentu.
3. Statement of Retained Earning (laporan laba ditahan)
Menunjukan perubahan laba ditahan perusahaan, biasanya yang di
tampilkan adalah profit/ loss dikurangi dengan pembayaran cash dividend.
4. Statement of Cash Flow (laporan arus kas)
Laporan arus kas menunjukan informasi mengenai cash flow dan cash out
flow dari kegiatan operasi, keuangan dan investasi selama periode
Arus kas terdiri dari 3 aktivitas, yaitu:
a. Arus kas Dari Aktivitas Operasi
Penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa
Penerimaan kas dari royalty, fees, komisi dan pendapatan lainnya
Pembayaran kas dari pemasok barang dan jasa Pembayaran kas kepada karyawan
Penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan
dengan premi, klaim anuitas dan manfaat asuransi lainnya.
b. Arus Kas Dari Aktivitas Investasi
Pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan
aktiva jangka panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang
kapitalisasi dan aktiva tetap yang dibangun sendiri
Penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva
tak berwujud dan aktiva jangka panjang lainnya.
Perolehan saham atau instrument keuangan perusahaan lain.
Uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta
pelunasannya (kecuali yang dilakukan oleh lembaga keuangan)
c. Arus Kas Dari Aktivitas Pendanaan
8. Penerimaan kas dari emisi saham atau ,modal lainnya
9. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menembus
10. Penerimaan kas dari emisi obligsi – obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan
pinjaman lainnya.
11. Pelunasan pinjaman
12. Pembayaran kas oleh penyewa guna jasa untuk mengurangi saldo kewajiban
yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menunjukan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi yang penting, menunjukan informasi yang diwajibkan dalam
PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
dan laporan perubahan ekuitas serta menunjukan informasi tambahan yang
tidak disajikan dalam laporan keuangn tetapi diperlukan dalam rangka
penyajian secara wajar.
2.2.2. Laba
2.2.2.1. Pengertian Laba
Laba (Gain) adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari
transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan
dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama
suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi olah
pemilik (Zaki Baridwan, 1997:31).
Laporan laba/rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan
pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu
(Zaki Baridwan, 1997:30).
Tujuan utama pelaporan laba/rugi adalah untuk memberikan informasi
yang berguna bagi mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan.
Tujuan yang lebih khusus meliputi penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi
manajemen, penggunaan angka laba historis untuk membantu meramalkan
keadaan usaha dan didistribusikan dividen di masa yang akan datang, dan
penggunaan laba sebagai pengukuran keberhasilan serta pedoman pengambilan
keputusan manajerial di masa yang akan datang (Hendriksen, 1989:130).
2.2.3. Perataan Laba
2.2.3.1 Pengertian Perataan Laba
Definisi perataan laba menurut Koch (dalam Edy dan Arleen, 2005:137)
adalah suatu sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar dapat sesuai dengan target yang ingin dicapai baik secara
artifisial melalui metode akuntansi atau secara riil melalui transaksi. Definisi
perataan laba lainnya adalah definisi yang dikemukakan oleh Beidelman (dalam
Anis dan Imam, 2001:326), perataan laba adalah sebagai suatu usaha yang
sengaja dilakukan untuk menekan fluktuasi laba sampai pada tingkat laba yang
dalam batas-batas yang diijinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perataan laba
merupakan salah satu upaya para manajer perusahaan untuk mengurangi fluktuasi
laba yang dilaporkan sehingga kinerja perusahaan terlihat stabil.
2.2.3.2 Motivasi Perataan Laba
Menurut Hepworth dalam (Murtanto, 2004) ada beberapa motivasi
adanya perataan laba diantaranya:
1. Mengurangi total pajak terutang
2. Meningkatkan kepercayaan diri manajer yang bersangkutan
karena penghasilan yang stabil mendukung kebijakan deviden yang
stabil pula
3. Meningkatkan hubungan antara manajer dan karyawan, karena
pelaporan penghasilan yang meningkat tajam memberi kemungkinan
munculnya tuntutan kenaikan gaji dan upah
4. Siklus peningkatan dan penurunan penghasilan dapat
dibandingkan dan gelombang optimisme dan pesimisme dapat
diperlunak.
Menurut Dye (1998) dalam Murtanto (2004) bahwa pemilik mendukung
perataan laba karena adanya motivai internal dan motivasi eksternal. Motivasi
manajer dengan membujuk manajer agar melakukan praktik manajemen laba.
Motivasi eksternal ditunjukkan oleh usaha pemilik saat ini untuk mengubah
persepsi investor prospektif/potensial terhadap nilai perusahaan.
Beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi/alasan
adanya perataan laba adalah bagi manajer perusahan, perataan laba dilakukan
dengan tujuan agar kinerja perusahaan tersebut terlihat baik dan untuk
mengurangi konflik di antara manajer dengan karyawan dan pemilik perusahaan,
sedangkan bagi pemilik perusahaan adanya praktik perataan laba maka mereka
akan lebih mudah untuk dapat memperhitungkan risiko, return dan arus kas masa
depan perusahaan.
2.2.3.3 Dimensi Perataan Laba
Dimensi perataan laba pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk
melakukan peratan angka income. Dascher dan Malcolm dalam Assih dan
Gudono (2000) menyatakan bahwa perataan laba atas laba yang dilaporkan dapat
dicapai melalui real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing adalah
perataan laba yang dilakukan melalui transaksi keuangan sesungguhnya dengan
mempengaruhi laba melalui perubahan dengan sengaja atas kebijakan operasi dan
waktunya. Sedangkan artificial smoothing adalah perataan laba melalui prosedur
akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari
satu periode ke periode yang lain. Oleh sebab itu, artificial smoothing sering juga
Barnea et al. dalam Belkaoui (2000:59) membedakan dimensi peratan laba
menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan :
Manajemen dapat menentukan waktu terjadinya transaksi sedemikian
rupa sehingga efek transaksi tersebut income akan cenderung
memperkecil variasinya dari waktu ke waktu.
2. Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu :
Berkaitan dengan terjadinya dan pengakuan suatu peristiwa, manajemen
memiliki kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode
yang dipengaruhi oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.
3. Perataan laba klasifikasi (sehingga disebut perataan
klasifikasi) :
Ketika statistik laporan income bersih (nilai bersih semua pendapatan
dan biaya) merupakan objek perataan, manajemen dapat mengklasifikasi
elemen-elemen dalam laporan income untuk mengurangi variasi dari
waktu ke waktu dalam statistik tersebut.
2.2.3.4 Teori Keagenan (Agency Theory)
Perataan laba terkait erat dengan konsep manajemen laba yang
menggunakan kerangka pikir teori keagenan. Sejalan dengan konsep tersebut,
pembahasan perataan laba juga menggunakan teori keagenan sebagai basic thory
suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu
pihak disebut agent dan pihak lain disebut principal. Principal mendelegasikan
pertanggungjawaban atas decision making kepada agent, hal ini dapat pula
dikatakan bahwa principal memberikan suatu amanah kepada agent untuk
melaksanakan tugas tertentu sesuai kontrak kerja yang telah disepakati.
Kontrak kerja yang dimaksud adalah kontrak kerja antara pemilik modal
(principal) dengan manajer perusahaan (agent). Dimana antara agent dan
principal ingin memaksimumkan utilitas masing-masing dengan informasi yang
dimiliki. Tetapi di satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full
information) dibanding dengan principal di sisi lain, sehingga menimbulkan
adanya asimetri informasi. Informasi yang lebih banyak dimiliki oleh manajer
dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan
kepentingan untuk memaksimumkan utilitasnya. Sedangkan bagi pemilik modal
dalam hal ini investor akan sulit untuk mengontrol secara efektif tindakan yang
dilakukan oleh manajemen karena hanya memiliki sedikit informasi yang ada.
2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba
Perataan laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendorong
manajer untuk melakukan perataan laba. Secara rasional manajer melakukan
perataan laba dengan alasan memperkecil tuntutan perusahaan. Berikut ini
beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi peratan laba yang dinyatakan oleh
Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba
No. Faktor yang berpengaruh Peneliti (Tahun)
1.
Besaran perusahaan :
Total aktiva
Archibald (1967), White (1970),
Ashari dkk (1994), Carlson
Chenchuamaiah (1997)
Belkoui dan Pincur (1984), Ashari
dkk (1994)
Ashari dkk (1994)
Ilmainir (1993)
Ilmainir (1993)
Zuhroh (1996), Jin dan Machfoedz
(1998)
Sumber : Salno, H. M., dan Z. Baridwan, (2000), Analisis Perataan Penghasilan
(Income Smoothing) : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya
dengan Kinerja Saham Perusahaan Publik di Indonesia, JRAI vol.3 no.1 2000.
Dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba
yang dinyatakan oleh Salno dan Baridwan dalam penelitian ini peneliti mencoba
meneliti beberapa faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba, yaitu ukuran
2.2.4.1 Ukuran Perusahaan
Besarnya perusahaan itu bermacam–macam tetapi bukan ukuran yang
dipakai untuk menentukan tidak adanya standart ukuran yang berlaku umum,
semakin besar suatu perusahaan, maka semakin banyak pula alternatif sumber
pembelanjaan yang dapat dipilih oleh perusahaan tersebut.
Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahan semakin besar pula
jumlah utang yang dimiliki. Perusahan yang tumbuh pesat cenderung lebih
banyak menggunakan utang (Weston dan Brigham, 1994 :175), hal ini disebabkan
karena perusahaan yang besar akan lebih mudah mendapatkan pinjaman dari
pihak eksternal dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil .
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai aktiva perusahaan, jadi untuk melihat besar atau kecilnya perusahan yang
diukur dari total aktiva verdasarkan nilai nuku yang dinyatakan dalam satuan
rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
Ukuran perusahan dapat dilihat dari aktiva perusahaan, jadi dapat
dirumuskan:
UP = Log Total aktiva
2.2.4.2. Teori Yang Membahas Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap
Perataan Laba
Dalam theory akuntansi positif (positive accounting theory) yang
menghipotesiskan bahwa ukuran perusahaan cenderung menginvestasikan
dananya ke proyek yang mempunyai varian lebih rendah dengan beta yang rendah
pula guna menghindari laba yang berlebihan.
Nilai aktiva dipakai sebagai variabel ukuran perusahaan karena selama ini
masih terdapat compounding effect yang timbul karena perusahan yang besar
selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula (Salno dan Baridwan,
2000), hal ini membuat para manajer termotivasi untuk melakukan praktik
perataan laba karena mereka percaya bahwa para pemakai laporan keuangan
masih mendasarkan pada salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada
angka nilai aktiva.
2.2.4.3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
Jumlah keuntungan (laba) yang diperoleh secara teratur merupakan suatu
faktor yang sangat penting yang perlu mendapat perhatian penganalisa didalam
manilai profitabilitas dapat diukur dengan berdasarkan perbandingan laba setelah
untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk
membuat keputusan (Suwito dan Herawaty, 2005).
Profitabilitas diukur menggunakan Net Profit Margin (NPM), sehingga
dirumuskan sebagai berikut :
NPM = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Penjualan
(Suwito dan Herawati, 2005)
2.2.4.4. Teori Yang Membahas Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba
Teori pengharapan (expectancy theory) menyatakan bahwa individu
mengubah perilaku mereka berdasarkan hasil yang diharapkan dari suatu
kejadian. Manfaat yang diturunkan dari suatu hasil yang diharapkan dapat berupa
intrinsik (seperti penghargaan atau harga diri) maupun ekstrinsik (upah atau
promosi) (Victor H. Vroom, 1964 dalam Robbins, 2003:229).
Profitabilitas diduga mempengaruhi perataan laba, karena sesuai dengan
teori pengharapan di atas, pihak manajemen berusaha menampilkan suatu tingkat
profitabilitas yang tinggi agar kinerja manajemen terlihat baik.
Menurut Ashari et al (1994, dalam Suwito dan Herawaty 2005:138)
menyatakan bahwa tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih
besar untuk melakukan perataan laba, hal ini dapat terjadi dikarenakan perataan
variabilitas atas laba perusahaan yang akan dilaporkan guna mengurangi risiko
pasar atas saham perusahaan.
2.2.4.5. Leverage Operasi
Leverage dapat didefinisikan sebagai penggunaan aktiva atau dana di
mana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutup biaya tetap atau
membayar beban tetap (Riyanto, 1995:375). Rasio leverage digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Perusahaan dengan rasio leverage tinggi mempunyai risiko rugi besar,
tetapi juga memiliki kesempatan untuk memperoleh laba yang tinggi, sedangkan
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko rugi yang lebih
kecil jika kondisi ekonomi sedang menurun, tetapi juga memiliki hasil
pengembalian yang lebih rendah jika kondisi ekonomi membaik.
Leverage operasi dapat dirumuskan :
Leverage = Total Hutang
Total Aktiva
2.2.4.6. Teori Yang Membahas Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Perataan
Laba
Teori akuntansi positif beranggapan bahwa perilaku manajer atau pembuat
laporan keuangan dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor perilaku manajer
dalam pengaturan tingkat keuntungan dikenal dengan 3 hipotesis, yaitu : hipotesis
model bonus (bonus scheme hypothesis), hipotesis biaya politis (political cost
hypothesis), dan hipotesis rasio hutang terhadap aktiva (leverage hypothesis)
(Watts dan Zimmerman dalam Gumanti; JRAI, 2001:167).
2.2.4.7. Total Assets Turnover
Total assets turnover disebut juga rasio aktivitas yaitu rasio untuk
mengukur seberapa besar afektivitas perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva
untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Aktiva tersebut diantaranya
adalah aktiva lancar, seperti kas, wesel tagih, piutang usaha, dan aktiva-aktiva
lainnya baik aktiva tetap maupun aktiva lain-lain.
Menurut Riyanto (1995:334), total assets turnover mengukur kemampuan
dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode
tertentu. Rasio total assets turnover dapat dihitung dengan mambandingkan
antara penjualan neto dengan jumlah aktiva. Atau dapat dirumuskan sebagai
Total Assets Turnover : Penjualan Bersih
Total Assets
(Harahap, 2002:309)
2.2.4.8. Teori Yang Membahas Total assets Turnover Operasi Terhadap
Perataan Laba
Gordon mengemukakan teorinya tentang perataan laba sebagai berikut:
Proposisi 1 : Kriterium yang digunakan manajemen korporat dalam memilih
prinsip akuntansi adalah maksimasi utilitas atau
kemakmurannya.
Proposisi 2 : Utilitas manajemen seiring dengan (1) keamanan kerjanya, (2)
aras (level) dan tingkat pertumbuhan dalam laba dan (3) aras
dan tingkat pertumbuhan besarnya korporasi.
Proposisi 3 : Pencapaian tujuan manajemen yang dinyatakan dalam
proposisi 2 sebagian tergantung pada kepuasan pemegang
saham terhadap kinerja korporasi, yaitu, jika hal-hal lain sama,
makin bahagia pemegang saham, makin besar keamanan kerja,
laba dan sebagainya dari manajemen.
Proposisi 4 : Kepuasan pemegang saham terhadap korporasi meningkat
seiring dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi
(atau rata-rata tingkat return terhadap modalnya) dan stabilitas
Teorema : Apabila keempat proposisi di atas diterima atau terbukti benar,
maka manajemen dalam lingkup kekuasaannya, yaitu ruang
gerak yang diijinkan oleh prinsip akuntansi yang berlaku, akan
(1) meratakan laba yang dilaporkan dan (2) meratakan tingkat
pertumbuhan laba.
(Belkaoui,
2000:56)
Total assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui aktivitas perusahaan
dengan melihat pada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan
penjualan, sedangkan junlah aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi
perusahaan dengan malihat pada kecepatan perputaran dalam suatu periode
tertentu. Semakin tinggi total assets turnover suatu perusahaan maka semakin
tinggi pula penjualan perusahaan, sehingga kemungkinan untuk meraih laba
maksimal juga semakin besar, sehingga menarik investasi di perusahaan.
Perusahaan dengan total assets turnover yang tinggi kemungkinan mendapatkan
investor semakin tinggi pula. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Gordon,
yaitu kepuasan pemegang saham terhadap korporasi akan meningkat seiring
dengan rata-rata tingkat pertumbuhan laba korporasi, sehingga manajer berupaya
melaporkan bahwa perusahaan mempunyai tingkat perputaran assets yang tinggi
2.3. Kerangka pikir
Sebelum menentukan kerangka pikir dalam penelitian ini, ada beberapa
premis yang dikemukakan oleh peneliti terdahulu yang melandasi pemikiran,
sementara dalam penelitian ini, yaitu :
Premis 1
Diduga bahwa perusahaan yang berukuran kecil cenderung
melakukan praktik perataan laba dibandingkan dengan perusahaan
besar (Ashari et al., 1994 dalam Juniarti dan Corolina, 2005).
Premis 2
Profitabilitas dan Leverage operasi tidak berpengaruh terhadap
praktik perataan laba (Edy Suwito dan Arleen Herawaty, 2005)
Premis 3
Profitabilitas dikatakan sebagai salah satu faktor yang tidak
berpengaruh terhadap perataan laba pada suatu perusahaan
(Zuhroh, 1996 dalam Liauw She Jin dan Machfoedz, 1998)
Premis 4
Leverage operasi berpengaruh terhadap perataan laba (Liauw She
Jin dan Machfoedz, 1998).
Premis 5
Total Assets Turnover dan Leverage operasi berpengaruh secara
Gambar 2.1 : Diagram Kerangka Pikir
Uji Statistik
Regresi Logistik
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian terdahulu dan landasan teori
yang telah dikemukakan,maka dapat diberikan hipotesis penelitian sebagai
berikut:
Bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi
perusahaan, dan Total Assets Turnover berpengaruh terhadap perataan
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). (Premis 1,2,3,4,5) X1 : Ukuran Perusahaan
X2 : Profitabilitas Perusahan
X3 : Leverage Operasi
X4 : Total Assets Turnover
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional
Untuk memperjelas konsep yang akan diteliti seta menghindari kesalahan
persepsi terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka akan
dijelaskan definisi operasional dan cara pengukuran variabel sebagai berikut :
3.1.1. Variabel Bebas (X)
a) Ukuran Perusahaan (X1)
Ukuran perusahaan merupakan besar atau kecilnya perusahaan yang
diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam
satuan rupiah dan skala pengukurannya adalah rasio.
UP = Log Total aktiva
b) Profitabilitas (X2)
Profitabilitas merupakan ukuran penting perusahaan untuk menilai
sehat atau tidaknya perusahaan yang memperngaruhi investor untuk
membuat keputusan. Variabel ini diukur dengan menggunakan Net Profit
NPM = Laba Bersih Setelah Pajak
Total Penjualan
c) Leverage Operasi (X3)
Leverage Operasi terjadi setiap waktu dimana suatu perusahaan
mempunyai biaya tetap yang harus ditutup berapapun besarnya volume
kegiatannya. Dengan kata lain, Leverage operasi bersangkutan dengan
penggunaan aktiva atau operasinya perusahaan yang disertai dengan biaya
tetap. Skala pengukurannya adalah skala rasio dengan rumus :
Leverage = Total Hutang
Total Aktiva
d) Total Assets Turnover (X4)
Total Assets Turnover disebut juga rasio aktivitas yaitu rasio untuk
mengukur seberapa besar efektivitas perusahan menggunakan keseluruhan
aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Harahap,
2002:309). Rasio Total Assets Turnover dapat dihitung dengan
membandingkan antara penjualan neto dengan jumlah aktiva. Atau dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Total Assets Turnover =Penjualan Bersih
3.1.2. Variabel Terikat (Y)
Perataan Laba (Y)
Merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi
fluktuasi laba yang dilaporkan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba
yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial
melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Pengukuran
variabel adalah menggunakan skala rasio dengan saruan desimal. Perataan Laba
sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan Indeks Eckel dengan
menggunakan laba operasi sebagai variabel yang digunakan untuk mewakili
earnings.
Perataan Laba dapat dihitung dengan cara :
Indeks IC = (CV ∆I / CV∆S)
Notasi :
∆I = Perubahan penghasilan bersih / laba dalam suatu periode
∆S = Perubahan penjualan dalam satu periode
CV = Koefisien variasi dari variabel, yakni standar deviasi dibagi
dengan nilai yang diharapkan.
CV∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba
CV∆S = Koefisien variasi untuk perubahan penjualan
Dimana CV∆I dan CV∆S dapat dihitung dengan :
CV∆I atau CV∆S = Variance
CV∆I dan CV∆S = ∑ (∆x - ∆ x ) 2 : ∆ x
n – 1
Notasi :
∆ X = Perubahan penghasilan bersih / laba (I) atau penjualan (S)
tahun n dengan n - 1
∆x = Rata-rata perubahan penghasilan bersih atau laba (I) atau
penjualan (S) antara tahun n depan n – 1
n = Banyaknya tahun yang diamati
Setelah CV diketahui, terhadap masing-masing perusahaan akan diberi
status. Untuk perusahaan dengan CV∆S > CV∆I berarti perusahaan tersebut telah
melakukan praktik perataan laba, sebaliknya, perusahaan dengan CV∆S < CV∆I
berarti perusahaan tersebut tidak melakukan praktik perataan laba. Berdasarkan
rumus Indeks Eckel dapat disimpulkan bahwa IC < 1 atau CV∆S > CV∆I
mempunyai arti perusahaan tersebut melakukan perataan laba, sebaliknya,
perusahaan dengan IC >1 atau CV∆S < CV∆I mempunyai arti perusahaan tersebut
3.2 Teknik Penentuan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi menurut Sumarsono (2002:45) merupakan subyek / obyek
yang memiliki ciri–ciri atau karakteristik- karakteristik tertentu yang berbeda
dengan kelompok subyek / obyek yang lain, dan kelompok tersebut akan dikenai
generalisasi dari hasil penelitian.
Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah Perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia hingga 2008 sebanyak 139
Perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari sebuah populasi, yang mempunyai ciri
dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi. Secara umum semakin
besar ukuran sampel maka sampel akan semakin representatif. Mengingat
bahwa analisis penelitian didasarkan pada sampel sedangkan kesimpulan
penelitian nantinya digeneralisasikan kepada populasi maka tingkat
representatif sebuah sampel terhadap populasinya menjadi penting
(Sumarsono,2002:45)
Dalam penelitian ini teknik penentuan ukuran sampel
dengan pertimbangan tertentu. Berikut kriteria - kriteria perusahaan yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara
tahun 2004 hingga 2008.
b. Perusahaan yang sahamnya masih aktif di perdagangkan di BEI.
c. Perusahaan tersebut tidak di delisting selama periode 2004 – 2008
d. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2004 – 2008
secara lengkap.
e. Perusahaan yang laporan keuangannya dari tahun 2004 – 2008 tidak
mengalami kerugian.
Berdasarkan berbagai kriteria yang telah ditetapkan didapatkan 26
perusahaan yang akan dijadikan sampel dengan tahun pengamatan tahun 2004
hingga 2008. Berikut ini merupakan seleksi sampel penelitian :
Tabel 3.1 Seleksi Sampel
Kriteria Jumlah
Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sampai tahun 2008
139 Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang di delisting sampai dengan tahun 2008
(36) Perusahaan
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2004 hingga 2008
(58) Perusahaan
Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian dari tahun 2004 hingga 2008
(19) Perusahaan
Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel
sumber : www.idx.co.id
No Nama Perusahaan
1 PT AQUA GOLDEN MISSISSIPPI Tbk 2 PT. ARWANA CITRAMULIA Tbk 3 PT. ASTRA INTERNATIONAL Tbk
4 PT. DARYA VARIA - LABORATORIA Tbk 5 PT. GUDANG GARAM
6 PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA 7 PT. INDOFARMA Tbk
8 PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR 9 PT. KAGEO IGAR JAYA
15 PT. MULTI BINTANG INDONESIA 16 PT. MUSTIKA RATU
17 PT. RODA VIVATEX Tbk 18 PT. SEMEN GRESIK 19 PT. SEPATU BATA 20 PT. SIANTAR TOP Tbk
21 PT. SORINI AGRO ASIA CORPORINDO 22 PT. SURYA TOTO INDONESIA Tbk 23 PT. TEMPO SCAN PASIFIC Tbk 24 PT. TRIAS SENTOSA
25 PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY 26 PT. UNILEVER INDONESIA
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini jenis–jenis data yang diperoleh adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah
dikumpulkan, dan diolah oleh pihak perusahaan. Data sekunder ini meliputi data
keuangan dari laporan keuangan suatu Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia hingga 2008.
3.3.2 Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari Bursa Efek
Indonesia dan dari situs www.idx.co.id yang berupa laporan keuangan perusahaan
dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory).
3.3.3 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan membaca serta
mempelajari dokumen-dokumen dan catatan-catatan perusahaan yang
2.Studi Pustaka
Yaitu suatu cara pengumpulan data melalui buku–buku literatur dan tulisan
ilmiah yang digunakan sebagai landasan teori yang mendukung pelaksanaan
penelitian.
3.4 Teknik analisis dan Uji hipotesis
3.4.1 Regresi Logistik
Metode regresi logistik digunakan untuk mencari pengaruh satu atau lebih
variabel bebas yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, dan total
assets turnover yang berskala rasio terhadap variabel terikat (perataan laba) yang
berskala nominal. Regresi logistik bertujuan menganalisis respon biner adalah
untuk memperoleh hubungan antara xi dan pi (probabilitas kejadian yang
diakibatkan oleh xi). Karena itu model dapat diperoleh dengan regresi logistik ini
nilai fungsinya harus berkisar antara 0 dan 1 yang dapat diperoleh dengan
menggunakan fungsi logistik. Fungsi regresi logistik dapat dituliskan sebagai
berikut :
f(x) = 1 1 + e-1
f(x) bernilai 0 dan 1 berturut-turut untuk mendekati -∞ dan mendekati +∞
maka nilai f(x) antara 0 dan 1. Sedangkan bentuk model regresi logistik dengan
exp
π (x) =
1 + exp
dimana :
p = banyaknya variabel prediktor
Dengan menggunakan transformasi logit dari π(x), maka model regresi logistik
dapat ditulis sebagai berikut :
G(x) = ln π (x)
1 - π (x)
= β0 + β1X1 + β2X2 + ... + βpXp
3.4.2. Regresi Logistik Serentak
Beberapa langkah dalam uji regresi multivariate adalah sebagai berikut :
1. Uji Serentak
Regresi logistik serentak digunakan untuk memeriksa keberartian
koefisien β secara keseluruhan atau serentak. Dan hipotesa pengujiannya
adalah :
p
∑
βj Xij j=0p
Hipotesis :
H0 : β0 = β1 =...= βk = 0
H1 : paling sedikit ada satu βk yang tidak sama dengan nol
Statistik uji :
G = -2 ln (likelihoodwithoutthe variable) likelihoodwith variable
G = 2 n
∑
[yi ln(^
i) + (1- yi) ln
(1-^
i)] – [n1 ln(n1) + n0 ln(n0) – n ln(n)]
i=1
Daerah Kritis :
Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil α (5%) yang artinya
bahwa paling tidak terdapat satu atau lebih variabel bebas (ukuran perusahaan,
profitabilitas, leverage operasi, total assets turnover) yang berpengaruh
terhadap variabel terikat (perataan laba).
2. Uji Kesesuaian Model
Uji kesesuaian model dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah tidak
ada perbedaan antara hasil observasi dengan kemungkinan hasil prediksi
Hipotesis :
H0 : Model sesuai (tidak ada perbedaan antara hasil observasi
dengan kemungkinan prediksi model)
H1 : Model tidak sesuai (ada perbedaan antara hasil observasi
dengan kemungkinan prediksi model)
Statistik Uji :
(nij – μij)2
x2 = ∑
μij
Daerah Kritis :
Tolak H0 jika tingkat signifikansi (p-value) lebih kecil α (5%) yang berarti
model tidak sesuai (terdapat perbedaan antara hasil observasi dengan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai
menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah
terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. pada tahun 1912, dengan bantuan
Kolonial Belanda, Bursa efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat
pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian
dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintahan kolonial juga
mengkeuangkan bursa pararel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa
saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham
dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang
dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan.
Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring
dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Puncak perkembangannya
pada tahun 1990. pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa
Efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi
bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi
BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada
22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System
(JATS), sebuah sistem perdagangan otomatisasi yang menggantikan sistem
perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan
ftrekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan
transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat
(Scripless Trading) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan
menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk
mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh
(Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan
4.1.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas
tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah bursa yang memiliki kinerja baik
sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat internasional, serta
dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar, teratur dan efisien.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan
ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor lokal maupun asing.
Menjadi lembaga bursa yang berwibawa, trasparan, memiliki integritas yang tinggi
serta institusi yang dinamis dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi
dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.3. Sejarah Singkat PT. Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO)
PT. Pemeringkat Efek Indonesia atau PT. PEFINDO didirikan di Jakarta pada
tanggal 21 Desember 1993 atau usul dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank
Indonesia. Pada tanggal 13 Agustus 1994, PT. PEFINDO mendapatkan ijin Operasi
No. 39/PM-PI/1994 dari badan pengawas Pasar Modal. PT. PEFINDO merupakan
Fungsi utama PT. PEFINDO dalam aktifitas pemeringkatan adalah
menyediakan peringkat yang obyektif, independent dan dapat dipercaya mengenai
risiko kredit suatu sekuritas hutang (obligasi) baik obligasi jangka panjang maupun
obligasi jangka pendek yang diterbitkan secara publik. Sebagai bagian dari aktifitas
pemeringkatan, PT. PEFINDO memproduksi dan mempublikasikan informasi yang
berhubungan dengan pasar modal obligasi. produk publikasi PT. PEFINDO ini berisi
komentar kredit pada perusahaan – perusahaan yang menerbitkan obligasi. peringkat
hutang merupakan pendukung pasar modal di Indonesia, dimana sesuai peraturan
Badan Pengawas Pasar Modal yang menyebutkan bahwa setiap obligasi yang
terdaftar di Bursa harus mempunyai peringkat dari lembaga pemeringkat seperti PT.
PEFINDO.
PT. PEFINDO sampai saat ini telah memeringkat lebih dari tiga ratus
perusahaan yang menerbitkan obligasi, yang meliputi tiga sektor, yaitu :
Sektor Perseroan (corporate), meliputi industri manufaktur, industri
jalan tol, industri tambang, industri media, industri property, industri
jasa pengiriman.
Adapun penilaian pemberian peringkat berdasarkan risiko industri, risiko
bisnis, dan risiko keuangan.
Sektor Asuransi, adapun penilaian pemberian peringkat berdasarkan