• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBAHASAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBAHASAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Dr. H. Sutopo JK, M.S. Lahir di Klaten, 5 Mei 1957. Pria yang memiliki NIP 195705051983031004 adalah staf pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNS. Riwayat pendidikan yang berhasil diselesaikannya adalah tahun 1982 lulus sarjana (S-1) dari Universitas Gadjah Mada untuk bidang ilmu: Publisistik, tahun 1990 lulus Magister (S-2) dari Universitas Gadjah Mada untuk bidang ilmu: Kependudukan, dan berhasil meraih gelar Doktor (S-3) dari Universitas Sebelas Maret untuk bidang ilmu: Pragmatik pada tahun 2011. Judul dan ringkasan Disertasi disajikan dalam 2 (dua) versi bahasa Indonesia dan English sebagai beriku.

KAJIAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBAHASAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA

PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN

KARANGANYAR. Yang menjadi masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah wujud tindak tutur direkti-TTD-dalam proses pembahasan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah–RPJPD-dari tingkat desa sampai tingkat propinsi? Tujuan penelitian ini adalah ingin menunjukkan TTD yang terjadi dalam proses pembahasan Perda RPJPD sejak dari tingkat desa sampai propinsi dan mengidentifikasi faktor-faktor apa yang melatarbelakangi tuturan direktif dalam proses pembahasan RPJPD di Kabupaten Karanganyar.

Kebaharuan dalam penelitian ini adalah proses pembahasan Perda RPJPD dilihat dari sudut pragmatik, yaitu ingin mengkaji tindakan apa yang mereka tuturkan dalam poses pembahasan RPJPD dari berbagai tingkatan sejak dari tingkat desa sampai tingkat Propinsi Jawa Tengah. Manfaat penelitian ini dapat memberikan masukan kepada para pakar, penelitian pengguna bahasa Indonesia dan masyarakat luas tentang kesalinghubungan antara pengguna bahasa Indonesia dengan proses perencanaan pembangunan daerah.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Karanganyar dengan alasan pada tahun 2008 sedang menyusun RPJPD. Penelitian ini bersifat kualitatif, sehingga penelitian ini lebih menekankan pada masalah proses dan makna. Strategi yang digunakan yaitu studi kasus tunggal, karena penelitian ini akan terarah pada kajian TTD dan sub-TTD dalam proses pembahasan Perda RPJPD.

(2)

menjaga kerukunan dan kelancaran dalam pelaksanaan MUSRENBANGDA tersebut. Kemudian alasan kenapa di kalangan organisasi non Pemerintah lebih banyak yang menggunakan tipe dasar mengkritik. Sebab ststus atau fungsi peserta dari organisasi non pemerintah ini sangat netral dan tidak dalam posisi pengambil polici, sehingga tanpa beban selalu melontarkan kritikan yang tajam.

Realisasi perwujudan tindak tutur direktif di dalam proses pembahasan RPJPD pada dasarnya tidak pernah tunggal. Para mitra tutur dan penutur dari tingkat desa sampai propinsi yang menggunakan tuturan direktif sebagian besar menggunakan jenis tuturan langsung dan langsung literal tetapi santun bahwa di masyarakat desa dalam Musrenbangda terjadi perubahan pola bertutur dari yang biasanya berputar-putar secara tidak langsung berubah menuju kearah yang lebih spesifik dan terbuka.

Secara umum realisasi TTD bagi para penutur dan mitra tutur dalam proses pembahasan Perda RPJPD berpijak pada prinsip-prinsip dasar berkomunikasi yaitu prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Bila dilihat dari hasil proses pembahasan Perda RPJPD yang menggunakan TTD di tingkat desa yang dapat diakomodasi ke tingkat kecamatan hanya 25%, sedangkan di tingkat kecamatan saran yang dapat diakomodasi hanya 40%. Selanjutnya di tingkat kabupaten di kalangan SKPD usulan yang dapat diakomodasi sebesar 33,4% dan dikalangan LSM saran yang dapat diakomodasi sebesar 42,8%. Selanjutnya di kalangan DPRD masukan yang dapat diakomodasi sebesar 50%, sedangkan di tingkat propinsi yang diakomodasi sebesar 91,6%. Dari data-data di atas menunjukkan bahwa usulan atau saran pembangunan daerah yang diusulkan dalam RPJPD oleh seseorang atau institusi yang semakin tinggi powernya atau kedudukannya akan semakin besar pula diakomodasi atau diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pembahasan Perda RPJPD yang dimulai dari tingkat desa sampai propinsi lewat Musrenbangda memberi kesan cenderung formalitas.

Implikasi kebijakan dalam penelitian ini adalah dalam proses penyusunan RPJPD perlu dicari model MUSRENBANG altermatif lain secara normatif tidak harus dilakukan pembahasan dari tingkat desa sampai propinsi, tetapi lebih diutamakan kepada kelompok-kelompok yang memahami, menghayati dan yang lebih professional, sehingga akan lebih efektif dan efisien. [Kata Kunci: Tindak tutur direktif, Sub-TTD meminta, memohon, dan mengharapkan; Perubahan perilaku bertutur di masyarakat desa, RPJPD forum MUSRENBANGDA].

(3)

development plants from a village level to a provincial level, and to identify the factors which form the background to the directive speech in the discussion process of long-term regional development plans in the Karanganyar Regency.

The new aspect of this research is that the discussion process of regional regulations about long-term regional development plants is viewed from a pragmatic perspective. The discussion process of regional development concerns three aspects, namely (1) each idea that needs to be put forward, (2) the fact that each of the aforementioned ideas has a meaning, and (3) the fact that the meaning needs to be easily understood by the community and implemented by those responsible for implementing the development policy, who in this case are members of the executive board. The benefit of this research is that it provides input for experts, researchers of the use of the Indonesian language, and the general public, regarding the connection between the use of the Indonesian language and the process of planning regional development.

The location of the research was the Karanganyar Regency, for the reason that in 2008, the Karanganyar Regency was in the process of compiling its long-term regional development plans. The research is of a qualitative nature and as such, it places more emphasis on the issues of process and meaning. The strategy used is a single case study, since the research is directed towards a single characteristic of directive speech acts in the discussion process of regional regulations about long-term regional development plans on a regency level.

(4)

The realization or the form of directive speech acts in the discussion process of regional regulations about long-term regional development plants is essentially never singular in form. There is a kind of gradation, from the most directive of all the directive speech acts to the least directive type of directive speech acts, and from the strongest directive speech acts to the rather impolite directive speech acts. Most of the speakers and interlocutors who use directive speech, from a village level to regency level, tend to use direct and literal direct speech, showing that in the community, when implementing the approved development plans, there is a change in speech patterns, from the usual indirect speech, tending to go around in circles, to a more specific and open kind of speech.

In general, the realization of directive speech acts for the speakers and listeners in the discussion process of regional regulations about long-term regional development plans rests on basic principles of communication, namely the principle of cooperation and the principle of politeness. Thus, it can be stated that the discussion process of regional regulations about long-term regional development plans from a village level to a provincial level is not entirely effective. The implication of policy in this research is that the use of directive speech in the discussion process of regional regulations about long-term regional

development plans can be used as a point of reference for those who are

responsible for planning regional development, both in central government and in regional government. [Key words: Directive speech acts, basic types asking for something and criticizing, and changes in speech patterns in the village

Referensi

Dokumen terkait

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat PHQ\HOHVDLNDQ WHVLV LQL GHQJDQ EDLN 7HVLV GHQJDQ

Jawab: untuk mempermudah analisa penetapan, sebab beberapa zat memiliki warna, bau, bentuk kristal, sifat higroskopis, nyala api dan reaksi-reaksi lainnya yang spesifik seperti

Berdasarkan pembahasan yang terdapat dalam bab sebelumnya mengenai keterhubungan dalam graf komutatif dari matriks bilangan real yang meliputi matriks diagonal

[r]

Penelitian dilakukan oleh Rahmana pada tahun 2009, Dalam penelitian ini masalah yang dibahas adalah tentang pengaruh E-commers terhadap UMKM di Indonesia dengan melihat indikator

Dalam algoritma primal dual matching , proses graph pencarian perfect matching maksimum dengan menggunakan algoritma primal dual matching relatif lebih cepat hal ini

umur simpan poduk segar hortikultura serta mempertahankan value dari poduk tersebut. Penanganan pascapanen ditujukan agar produk panen tidak mudah rusak, memperpanjang

Menurut Pasal 1917 KUH Perdata putusan hakim hanya mengikat bagi para pihak yang berperkara, namun tidak tertutup kemungkinan putusan Hakim dapat saja merugikan