• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TERPAAN TAYANGAN “NEZ ACADEMY” NET.TV TERHADAP MINAT REMAJA SURABAYA MENJADI SEORANG ENTERTAINER.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN TERPAAN TAYANGAN “NEZ ACADEMY” NET.TV TERHADAP MINAT REMAJA SURABAYA MENJADI SEORANG ENTERTAINER."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh : Tri Yani 1043010140

Oleh : TRI YANI 1043010140

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

OLEH : TRI YANI NPM. 1043010140

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 09 Mei 2014

Pembimbing Utama Tim Penguji

1.Ketua

Zainal Abidin Achmad, M.Si.,M.Ed. J uwito. S.Sos., M.Si. NPT. 3 7305 99 0170 1 NPT. 3 6704 95 00361

2.Sekertaris

Dra. Diana Amalia, M.Si. NIP. 19630907 199103 2001 3.Anggota

Zainal Abidin Achmad, M.Si.,M.Ed.

NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan anugrahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “HUBUNGAN TERPAAN TAYANGAN “NEZ ACADEMY” NET TV TERHADAP MINAT REMAJ A SURABAYA MENJ ADI SEORANG ENTERTAINER”. Peneliti menyadari bahwa tanpa pertolongan Allah SWT, skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

Peneliti mengerjakan skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi persyaratan kelulusan jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “veteran” Jawa Timur.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Zainal Abidin Achmad, S.Sos.,M.Si,M.Ed. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. DRA. Hj. Suparwati, M.Si. , Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Juwito, S.Sos. , M.Si. , Ketua program studi Ilmu Komunilasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

3. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan dukungan serta doa untuk peneliti agar bisa menyelesaikan skripsi hingga selesai.

4. Mama My dan Papa mus yang selalu memberikan dukungan serta doa untuk peneliti agar bisa menyelesaikan skripsi hingga selesai.

(4)

6. Yayas, Ica, Bonek, Enta, Heni, Jojo, fifi, Umik ( Komunikasi UPN ), Teman seperjuangan lainnya dan temen sibuk di kampus mengurus dari awal sampe akhir.

7. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini. Peneliti berharap laporan ini dapat bermanfaat khususnya untuk peneliti dan mahasiswa pada umumnya.

Surabaya, 21 April 2014

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJ UAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 12

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ... 13

2.1 Penelitian Terdahulu ... 13

2.2 Landasan Teori ... 18

2.2.1 Televisi sebagai Media Komunikasi Massa ... 18

2.2.2 Efek Media Massa ... 21

2.2.3 Terpaan Media (Media Exposure) ... 24

2.2.4 Program Hiburan ... 28

2.2.5 Reality Show ... 29

(6)

2.2.8 Remaja ... 33

2.2.9 Pengertian Minat... 36

2.2.9.1 Aspek – Aspek Minat ... 37

2.2.9.2 Faktor Timbulnya Minat ... 38

2.2.10 Teori S-O-R ... 39

2.3 Kerangka Berfikir ... 41

2.4 Hipotesis ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45

3.1.1 Tayangan Nez Academy di NET TV (Variabel X) ... 45

3.1.2 Minat Remaja menjadi Seorang Entertainer (Variabel Y) .. 46

3.2 Pengukuran Variabel ... 49

3.3 Metodologi Penelitian ... 56

3.3.1. Jenis Data ... 56

3.3.2 Sumber Data ... 57

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 57

3.3.4. Populasi ... 58

3.3.5. Sampel ... 58

3.3.6. Teknik Penarikan Sampel ... 59

3.3.7. Analisis Data ... 60

3.3.8. Uji Hipotesis ... 61

(7)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 63

4.1. Gambaran Umum Perusahaan... 63

4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan ... 68

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 68

4.2.2. Penyajian Data ... 68

4.2.3. Daya Tarik Tayangan “Nez Academy” ... 71

4.2.4. Deskripsi Variabel Terpaan Tayangan “Nez Academy” .... 72

4.2.5 Minat Remaja Surabaya Menjadi Seorang Entertainer ... 80

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 100

4.3.1. Analisis Data ... 100

4.3.2. Pengujian Hipotesis ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 105

5.1. Kesimpulan ... 105

5.2. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(8)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya tarik tayangan “Nez Academy” yang memiliki hubungan dengan minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer serta untuk mengetahui dan menganalisis hubungan terpaan tayangan “Nez Academy” dengan minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer.

Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori S-O-R, dimana teori ini berbicara mengenai pengaruh yang diberikan sebuah tayangan (media) terhadap khalayaknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode analisis korelasional dan uji statistik Rank Spearman. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan studi pustaka. Sampel yang diperoleh dari jumlah populasi sebanyak 315.845 adalah 100 orang dengan menggunakan rumus yamane dan teknik purposive sampling.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima. Pengujian menunjukan bahwa frekuensi dan durasi dapat mempengaruhi Minat Remaja Surabaya Menjadi Seorang Entertainer. Jadi, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Terpaan Tayangan “Nez Academy” berhubungan dengan Minat Remaja Surabaya Menjadi Seorang Entertainer.

Kata kunci: “Nez Academy”, NET.TV, Minat, Remaja, Entertainer ABSTRACK

TRIYANI, THE RELATIONSHIP OF SHOW " NEZ ACADEMY" NET.TV

WITH SURABAYA TEENAGE PASSION OF BECOMING AN

ENTERTAINER.

The purpose of this study was to determine the attractiveness of impressions "Nez Academy" which has a relationship with the Surabaya teen interest to be an entertainer as well as to identify and analyze the relationship between exposure to impressions "Nez Academy" Surabaya teen interest to become an entertainer.

The theory used in this study is SOR theory, where the theory is talking about the influence exerted an impression (media) to the audience. The method used in this study using the method of correlation analysis and Spearman rank statistical test. Data was collected using questionnaires and literature. Samples were obtained from 315 845 total population is 100 persons by using the Yamane formula and purposive sampling techniques.

(9)

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu media komunikasi massa yang saat ini masih memegang peranan besar dalam kehidupan masyarakat pada umumnya, meskipun mendapat gempuran yang cukup keras dari perkembangan media massa lain adalah televisi. Terbukti dengan keberadaannya di hampir seluruh tempat di dunia. Ini membuktikan bahwa keberadaannya masih berperan cukup penting dalam kehidupan keseharian masyarakat.

Televisi sebagai media komunikasi massa pada umumnya berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik serta menggerakkan massa. Acara TV yang berkualitas juga membantu untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif. Televisi meningkatkan simpati dan empati karena sisi pemirsa yang dipengaruhi adalah dari sisi visual. Televisi juga dapat berperan sebagai pembentuk opini publik dan alat kontrol sosial yang mengarahkan masyarakat untuk mengetahui hal yang benar dan salah. (www.komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/kmm/12-response-paper-ptk-2013/3585-televisi-sebagai-media-komunikasi-massa)

(10)

Media televisi ini menyajikan informasi pada setiap siaran yang ada dengan menggunakan suara dan gambar yang semakin kreatif, variatif, dan inovatif. Masyarakat bisa memilih dan membandingkan siaran televisi mana yang benar-benar memenuhi kebutuhan informasinya.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya menunjukkan bahwa 75% pengetahuan manusia didapat dengan menggunakan indera penglihatan atau mata, 13% dari telinga, dan sisanya menggunakan indera lain. Inilah yang membuat pengetahuan yang didapat dari televisi lebih berbekas di memori audiens.

Hal ini berpengaruh pada sifat sugestif televisi yang sangat tinggi untuk merangsang orang melakukan sesuatu. Trend fashion, baik gaya rambut, pakaian, maupun make up merupakan mode-mode yang sering ditampilkan di televisi dan mempengaruhi gaya berbusana masyarakat. Penyiaran suatu peristiwa dengan media televisi juga sangat cepat, termasuk siaran langsung yang mampu membangkitkan emosi massa. (http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/03/06/kekuatan-dan-kelemahan-televisi-539644.html)

(11)

(http://hiburan.kompasiana.com/televisi/2013/08/02/ketatnya-persaingan-acara-televisi-di-indonesia-506107.html)

Hampir seluruh stasiun televisi mengudara 24 jam setiap hari dan luar biasanya mereka punya banyak program yang ditayangkan walaupun ada yang harus rerun (ditayangkan ulang).

Jika kita simak acara – acara yang muncul di layar televisi cenderung mempunyai kesamaan materi (isi). Pertama, kesamaan materi dalam paket acara berita reguler. Paket acara berita reguler cenderung bermuatan spot news (berita sekilas). Dengan durasi rata – rata 1 – 1,5 menit hampir seluruh stasiun televisi menyiarkan berita yang sama. Hal ini membuat penonton tidak perlu hunting mencari channel acara berita. Cukup menonton satu acara berita di salah satu stasiun, berita stasiun tv lainnya sudah terwakili. Hal ini pula yang membuat beberapa stasiun televisi membuat sendiri paket acara depth reporting.

Kedua, kesamaan materi dalam paket acara infotainment. “Cek & Ricek” dianggap sebagai pelopor acara infotainment. Acara ini sempat mengantongi rating cukup tinggi, sebelum akhirnya tersaingi dengan paket acara infotainment lainnya, seperti “Hot Shot”, “KISS”, “Otista”, “Kroscek”, “Go Show”, “Kabar Kabari”, “OBSESI”,”Berita Selebritis”.

(12)

Kemajuan dan keberagaman program acara televisi memang menjadi hal urgen di negara kita. Program acara yang sudah ada harus dikembangkan secara

baik agar televisi yang kini hampir dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi sarana hiburan, tapi juga sarana pendidikan dan penegakan moral. Program acara televisi hendaknya tidak kebablasan, tidak menimbulkan kesan menjijikan dan nyinyir. (Baksin, 2006 : 44 – 45)

Pada awal tahun dua ribu, program acara televisi didominasi dengan program acara ajang pencarian bakat. Program acara ajang pencarian bakat ini merupakan adaptasi dari negara lain seperti Amerika, Meksiko, dan Inggris. Akan tetapi beberapa program ini tidak seutuhnya menjiplak, melainkan dibumbui format lokal sebagai pembeda.

Fenomena ajang pencarian bakat dimulai oleh stasiun televisi indosiar yang pernah sukses dengan program Akademi Fantasi Indosiar (AFI) yang berhasil melahirkan sejumlah penyanyi terkenal seperti Duo T2. Fenomena Akademi Fantasi Indosiar dapat dikatakan sebagai pencetus acara ajang pencarian bakat di Indonesia. (http://koran-jakarta.com/index.php/ detail/view01/114949)

Ajang pencarian bakat dan rating televisi memiliki keterkaitan yang erat, sehingga menarik beberapa stasiun televisi di Indonesia untuk membuat program semacam ini. Beberapa program pencarian bakat yang ada di Indonesia yaitu Indonesian Idol (RCTI), Idola Cilik (RCTI), Cabe Rawit (TPI), Mama Mia Show (Indosiar), Indonesia’s Got Talent (indosiar), Dangdut Mania (TPI), dan lainnya.

(13)

konsep pendidikan di sekolah, yang berbeda finalis dan angkatannya (ketika satu tingkat lulus, maka akan ada juniornya yang akan masuk). Hal menarik lainnya bagi penonton ketika menyaksikan acara pencarian bakat adalah komentar para juri terhadap para peserta yang serius, galak, nyeleneh, humoris, dan lainnya.

Acara pencarian bakat secara instan ini tentu saja menarik minat khalayak luas untuk mendaftar dan mencoba peruntungan mereka di dunia hiburan. Apalagi ditambah dengan tawaran hadiah ratusan juta rupiah dan kontrak eksklusif dengan stasiun televisi.

Fenomena acara ajang pencarian bakat di media televisi beberapa tahun terakhir berkembang dan tidak lagi terfokus pada bakat menyanyi semata. Fenomena ajang mencari bakat di Indonesia ini membuka banyak peluang bagi berbagai orang dengan beraneka ragam bakat, diantaranya acara Indonesia Mencari Bakat (Trans TV), The Master (RCTI), Master Chef (RCTI), Stand Up Comedy (Kompas TV), dan masih banyak yang lainnya.. (http://www.bimbingan.org/fenomena-media-acara-ajang-pencarian-bakat.htm)

(14)

Fenomena media acara ajang pencarian bakat juga di ikuti oleh stasiun televisi swasta baru di Indonesia yaitu NET. NET. (singkatan dari News and Entertainment Television), sebuah stasiun televisi swasta siaran gratis berjaringan di Indonesia yang resmi diluncurkan pada 26 Mei 2013. NET. Menggantikan siaran terestrial Spacetoon Indonesia yang sebagian sahamnya telah diambil alih oleh Grup Indika. Berbeda dengan Spacetoon yang acaranya ditujukan untuk anak-anak, program-program acara NET. ditujukan kepada keluarga dan pemirsa muda. Selain melalui jaringan terestrial, NET. juga menyiarkan kontennya melalui saluran komunikasi lain seperti jejaring sosial dan YouTube. (http://www.netmedia.co.id/about)

Sebagai salah satu profit perusahaan, NET. belum mempercayai pengguanaan AB Nielsen untuk keperluan data ratting. Namun dalam hal ini, NET. menggunakan layanan sendiri yang sebelumnya belum pernah digunakan oleh stasiun televisi manapun di Indonesia. Layanan ini adalah NET. CONNET. NET. CONNECT adalah layanan berupa data online untuk keperluan polling, voting, penyampaian komentar, dengan begitu audiens yang mengikuti program NET. CONNECT tersebut dianggap terlibat dalam program NET.

(http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/kmm/17-tmb-umb/6851%20-%20net-connect-is-connecting-you)

NET. Memiliki dua puluh delapan program acara tetap yang terbagi atas beberapa kategori, dan satu program unggulan (NET. Special) yaitu Nez Academy. Nez Academy merupakan reality show yang bertujuan mencari

(15)

mereka tak hanya dipersiapkan menjadi penyanyi berkualitas saja, tapi juga diberi pengetahuan untuk mengembangkan kualitas dirinya.

“Kalau dari (pengembangan) fisik dan skill menyanyi, itu sudah pasti, mandatory. Lebih dari itu mereka diajarkan sisi bisnis, bagaimana mereka tahu memasarkan kelebihan dirinya, membentuk karakternya, hingga inner image – nya yang mereka inginkan. Agnes Monica dipilih karena dianggap dapat mewakili keberhasilan seorang entertainer sejati. Sehingga Agnes diberi kepercayaan untuk membentuk bakat-bakat itu di Nez Academy, berdasarkan pengalaman dan keberhasilan dirinya. "Istilahnya, kurikulum di akademi ini ala Agnes. Dial ah kepala sekolahnya di Ini ditunjukkan dengan adanya beberapa tahapan yang harus di lewati para peserta Nez Academy untuk menjadi seorang entertainer. Tahap pertama Nez Academy dimulai dengan pencarian talent - talent yang langsung dilakukan oleh Agnes ke sejumlah kota di Indonesia.

Sebelumnya tim Nez Academy telah menginformasikan ke media sosial bahwa yang berminat mengikuti ajang ini dapat mengirimkan videonya ke Youtube. Referensi dan bakat itu kemudian disortir untuk langsung dites oleh Agnes. Tahap kedua, setelah talent – talent dinyatakan lulus masuk 29 besar. Mereka langsung mengikuti “sekolah” di asrama Nez Academy dan harus melaksanakan tugas mingguan yang diberikan.

(16)

pengajar dan tim yang ada di Nez Academy dipilih langsung oleh Agnes Monica sebagai kepala sekolah dari Nez Academy.

“Meeting terus2an mengenai kurikulum NEZ ACADEMY (sampe ke seragam2 nya ;)) Pengajar yang saya hand pick sendiri... Team yang saya percaya.”

(https://twitter.com/agnezmo/status/379834786639925248)

Para pengajar tersebut, seperti Bertha & Indra Azis (coach vocal), Reza Muhammad (dance dan choreography), Oktavianus (physical training) dan beberapa pengajar tamu seperti Daniel Mananta dan Ade Ray. Dengan berdasarkan kurikulum yang ada di Nez Academy seperti music technique, soul class, music arrangement class, dance, physical training, fitnes training, public speaking, fashion class, fotography class, stage act class, acting class

(penjiwaan), dan entertainment bisnis class dimana semua kurikulum ini dibuat untuk membentuk para student menjadi seorang great entertainer.

Nez Academy menunjukkan kepada penontonnya bahwa untuk menjadi seorang entertainer sejati itu tidak gampang. Tidak sekedar penonton suka, lalu memberikan voting hingga kemudian menang. Ini diperlihatkan melalui tayangan – tayangannya setiap minggu di NET TV.

Seakan menunjukkan bahwa acara ini lebih dari acara ajang pencarian bakat. Sistem penilaian pada Nez Academy langsung dinilai oleh Agnes Monica, judges dan dua juri tamu yang hadir setiap minggunya pada “Final Exam”. Sistem voting dari pemirsa menggunakan dua media sosial yaitu twitter dan google+.

(17)

tidak memiliki pengaruh sama sekali dalam segmen “Drop Out”. Trademark dari

Nez Academy adalah kualitas dari setiap student

mereka.(https://twitter.com/NEZAcademy_net )

Tayangan ini memberikan pengetahuan baru bagi para penonton, dimana penonton sudah mulai jenuh dengan format acara talent show yang sudah ada sebelumnya. Tayangan Nez Academy tidak hanya menampilkan bakat menyanyi saja, akan tetapi juga menampilkan bakat lain seperti breakdance, dan beatbox.

Seperti yang sudah disebutkan diatas, Nez Academy menunjukkan untuk menjadi seorang entertainer sejati harus melalui beberapa proses dan kerja keras untuk terus belajar tidak langsung terkenal begitu saja.

Diterimanya Nez Academy di masyarakat Indonesia khususnya anak muda, ditunjukkan dengan beberapa komentar yang masuk ke akun twitter Official Nez Academy yang memberikan respon positifnya terhadap Nez Academy. Bahkan ada salah satu penonton yang bertanya mengenai audisi Nez Academy selanjutnya, padahal tayangan Nez Academy baru saja berjalan selama kurang lebih tiga bulan terhitung sejak akhir bulan September.

Minat khalayak terhadap Nez Academy semakin diperkuat dengan terpilihnya program acara Nez Academy sebagai Trending Topic World Wide selama dua minggu berturut – turut pada tanggal 10 November dan 17 November

2013 di“Final Exam”. (https://twitter.com/

search?src=typd&q=23nezacademy_barsena).

(18)

Surabaya menjadi seorang entertainer. Entertainer dalam hal ini adalah seseorang yang mampu menghibur dengan kemampuan yang dia miliki, baik itu kemampuan dalam akting, berbicara, ataupun tingkah lakunya.

Remaja yang menjadi objek penelitian adalah remaja berusia 15 – 24 tahun, dikarenakan segmentasi dari acara Nez Academy adalah remaja. Selain itu, remaja pada usia tersebut merupakan usia dimana seseorang sedang dalam proses pencarian jati diri.

Hal ini didasari karena masa remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa. Dalam masa ini terjadi perubahan emosi dan perubahan sosial pada remaja. Masa remaja penuh dengan gejolak, penuh dengan pengenalan dan petualangan akan hal – hal baru dan masa pencarian jati diri.

Untuk mencari jati diri mereka seorang remaja merasa tertantang dan tertarik untuk membuktikan kemampuan intelektualnya. Perkembangan intelektual yang terus menerus menyebabkan remaja mencapai tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya.

(19)

Dalam permasalahan ini peniliti mengambil objek remaja Surabaya yang memiliki minat untuk menjadi seorang entertainer. Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penilitan dikarenakan kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta, dengan jumlah penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa. Dan Surabaya merupakan kota pendidikan yang memiliki jumlah penduduk remaja terbesar setelah Jakarta berdasarkan jumlah SLTA dan Universitas yang ada di Surabaya (https://www.surabaya.go.id).

Serta alasan utama peneliti memilih Surabaya sebagai lokasi penelitian, karena Surabaya merupakan salah satu kota yang memiliki peserta Nez Academy terbanyak. Peserta Nez Academy dari Surabaya diantaranya D’Conts, Vanessa, Melisa, Danin, Fredy Lona, Novita dan Arden. (http://twitter.com/ NEZAcademy_net)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana hubungan terpaan tayangan “Nez Academy” NET. TV terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer.

(20)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui dan menganalisis hubungan terpaan tayangan Nez Academy dengan minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah :

a. Secara akademis, penilitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bacaan di lingkungan FISIP UPN Jatim dan sebagai informasi mengenai dasar pengembangan penelitian serupa.

b. Secara teoritis, penilitian ini diharapkan dapat memberikan refrensi untuk mengaplikasikan teori – teori ilmu komunikasi khususnya teori tentang komunikasi massa.

(21)

2.1. Penelitian Terdahulu

Peneliti mengambil skripsi yang berjudul “Hubungan Terpaan Tayangan Nez Academy Terhadap Minat Remaja Surabaya Menjadi Seorang Entertainer”. Penelitian skripsi tentang tayangan Reality Show ini diberbagai universitas sudah banyak yang membahas dengan metode pembahasan yang berbeda. Sebagai refrensi pendukung pembuatan penilitan Hubungan Terpaan Tayangan Nez Academy Terhadap Minat Remaja Surabaya Menjadi Seorang Entertainer, peneliti

menggunakan dua “Jurnal Ilmu Komunikasi”.

1. Penelitian terdahulu diambil dari jurnal Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran, Tahun 2012 Volume 1 No. 1 yang ditulis oleh Ivan Ibnu Salam dengan judul “Hubungan Antara Terpaan Drama Korea di Televisi dengan Gaya Hidup Penontin. Penelitian ini menggunakan teori Kultivasi dimana televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur di lingkungannya. Dengan kata lain,persepsi apa yang terbangun di benak penonton tentang masyarakat dan budaya sangat di tentukan oleh televisi.

(22)

ini digunakan untuk meneliti antara variabel – variabel, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi suatu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Tujuan dari penelitian korelasional adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain dengan tingkat hubungan ditunjukkan oleh nilai koefisien korelasi berfungsi sebagai alat untuk membandingkan hasil pengukuran.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini melalui penyebaran angket yaitu pencarian data menggunakan daftar pertanyaan yang telah diinformasikan secara tertulis dan disebarkan kepada responden untuk memperoleh data primer.

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Probability Sampling dengan kategori Simple Random Sampling yang digunakan apabila apabila seluruh anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel (Sugiyono, 2009:82).

(23)

penontonnya. Dalam penelitian ini kekerapan atau keseringan para responden dalam menonton tayangan drama Korea menjadi faktor pengaruh yang paling kuat terhadap perubahan gaya hidup mereka, dibandingkan dengan faktor lainnya.

Hubungan antara subvariabel X2 (isi tayangan drama korea) dengan variabel Y (gaya hidup penonton) sebesar 0,527 atau memiliki hubungan yang cukup berarti. Isi tayangan drama Korea menjadi penting karena menyangkut dengan kemampuan tayangan ini dalam mengkomunikasikan semua konteks pesan – pesan baik yang terselubung maupun yang tidak, dimana disini tidak terlepas dari kemampuan pemirsanya dalam mengkonstruksi makna sesuai dengan dialog serta kata – kata yang dikeluarkan oleh para pemeran drama tersebut. Kemudian hubungan antara subvariabel X3 (daya tarik tayangan drama korea) dengan variabel Y (gaya hidup penonton) sebesar 0,624 atau memiliki hubungan yang cukup berarti.

2. Penelitian terdahulu diambil dari jurnal Ilmu Komunikasi, Universitas Padjajaran, Tahun 2012 Volume 1, No. 1 yang ditulis oleh Adit Kurniawan dengan judul “ Hubungan antara Terpaan Tayangan Jejak Petualang dengan Sikap Mahasiswa terhadap Keindahan Alam Indonesia”.

(24)

menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (Ardianto, 2003:71). Teori ini juga menyatakan mungkin bahwa media juga dapat mempunyai pengaruh yang jahat dalam kehidupan.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kprelasional. Metode korelasional mencoba meneliti hubungan diantara variabel – variabel. Hubungan yang dicari itulah yang disebut korelasi.

(25)

Koefisien korelasi sebesar 0.515 menunjukkan bahwa hubungan antara frekuensi tayangan Jejak Petualang (X1) dengan sikap mahasiswa pencinta alam dharmapala terhadap keindahan alam Indonesia (Y), merupakan hubungan yang cukup berarti.

Koefisien korelasi sebesar 0.332 menunjukan bahwa hubungan antara durasi tayangan Jejak Petualang (X2) dengan sikap mahasiswa pecinta alam dharmapala terhadap keindahan alam Indonesia (Y), merupakan hubungan rendah tapi pasti.

Koefisien korelasi sebesar 0.614 menunjukan bahwa hubungan antara atensi tayangan Jejak Petualang (X3) dengan sikap mahasiswa pecinta alam dharmapala terhadap keindahan alam Indonesi (Y) merupakan cukup berarti.

Berdasarkan pada analisi korelasi diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam penelitian ini terdapat hubungan antara terpaan tayangan Jejak Petualang dengan sikap mahasiswa pecinta alam dharmapala terhada keindahan alam Indonesia.

(26)

Pada penelitian sekarang yang meniliti Hubungan Terpaan tayangan Nez Academy terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer yakni

menggunakan teori S-O-R dengan asumsi dasar adalah media massa menimbulkan efek yang terarah, segera dan langsung terhadap komunikan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling yang mana teknik ini mencakup orang – orang yang diseleksi atas dasar kriteria- kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Sedangkan orang – orang dalam populasi yang tidak sesuai dengan kriteria tersebut tidak dijadikan sampel. (Kriyantono, 2006 : 154).

Persamaan terletak pada metodologi penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatis dengan teknik analisis korelasional dan perhitungan tingkat signifikan menggunakan rumus rank Spearman.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Televisi sebagai Media Komunikasi Massa

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia. Sebanyak 99% orang Amerika memiliki televisi di rumahnya. Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita dan iklan.

(27)

Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada 1 September 1940 (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 126 ).

Televisi merupakan media yang dapat mendominasi komunikasi massa karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dari media massa lainnya yaitu bersifat audio visual; (didengar dan dilihat) dapat menggambarkan kenyataan dan langsung dapat menyajikan peristiwa yang sedang terjadi ke setiap rumah pemirsa. Selain itu fungsi dari televisi sama dengan fungsi media massa lainnya seperti surat kabar dan radio siaran yaitu memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 128)

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan televisi ialah televisi siaran atau television broadcast yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri

– ciri yang dimiliki massa yaitu pesannya bersifat umum, berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen.

(28)

Berkaitan dengan komunikasi massa, proses komunikasi menggunakan media massa (televisi) disebut juga komunikasi massa. Komunikasi massa adalah proses penciptaan makna antara media massa dan khalayaknya (Baran, 2008:7). Komunikasi massa merupakan juga berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak sasaran). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya, proses komunikasi massa tidak menghasilkan “feedback” (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri – ciri massa yaitu; (1) jumlahnya besar; (2) antara individu, tidak ada hubungan/organisatoris; dan (3) memiliki latar belakang sosial yang berbeda (Kuswandi, 2003:16). Defleur dan Dennis McQuail, 1985 juga mengartikan komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator – komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan – pesan secara luas, dan secara terus – menerus menciptakan makna – makna yang diharpkan dapat mempengaruhi khalayak – khalayak yang besar dan berbeda – beda dengan melalui berbagai cara (Riswandi, 2009 :103).

(29)

penonton. Misalnya, tayangan acara yang berbau pornomedia. Hal ini sangat berpengaruh terhadap sikap pemirsa dalam kehidupan sehari – harinya.

2.2.2. Efek Media Massa

Efek media massa sangat besar, apalagi di era sekarang ini. Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekauatan sosial yang dimiliki oleh komunikasi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi massa dilaksanakan melalui berbagai media massa.

Menurut Steven M. Chaffe ( Ardianto dkk, 2004) efek media massa dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu:

1. Efek media massa yang ber kaitan dengan pesan atau media itu sendiri.

a. Efek Ekonomi

(30)

b. Efek Sosial

Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningatkan status dari pemiliknya.

c. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari

Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor masyarakat kota akan lebih dahulu melihat siaran berita di televisi.

d. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman

Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologisnya dengan tujuan menghilangkan perassan tidak nyaman, misalnya untuk menhilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya.

e. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu

(31)

2. Melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral.

a. Efek Kognitif

Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang sudah diseleksi. Televisi memilih tokoh-tokoh tertentu untuk ditampilkan dan mengesampingkan tokoh lainnya. b. Efek Proposional Kognitif

Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif.

c. Efek Afektif

(32)

sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa.

d. Efek Behavioral

Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan. (http://www. psychologymania.com/2012/11/efek-media-massa.html)

2.2.3. Ter paan Media (Media Exposure)

Terpaan media merupakan perilaku akibat penggunaan media, terpaan dapat dikatakan sebagai keadaan teterpa pada komunikasi khalayak oleh pesan – pesan yang disebarkan oleh media (Effendy, 1989 : 58).

Terpaan media diartikan sebagai suatu kondisi dimana orang diterpa oleh isi media atau bagaimana isi media menerpa audiens. Terpaan media adalah perilaku seseorang atau audiens dalam menggunakan media massa. Perilaku ini menurut Blumler dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

a. Surveillance, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui lingkungannya.

b. Curiosity, yaitu kebutuhan individu untuk mengetahui peristiwa-peristiwa menonjol di lingkungannya.

(33)

d. Personal identity, yaitu kebutuhan individu untuk mengenal dirinya dan

e. Mengetahui posisi keberadaannya di masyarakat.

Media exposure menurut Jalaluddin Rakhmat (1989) diartikan sebagai terpaan media, sedangkan Masri Singarimbun (1982) mengartikannya dengan sentuhan media. Menurut Rakhmat, media exposure dapat dioperasionalkan sebagai frekuensi individu dalam menonton televisi, film, membaca majalah atau surat kabar, maupun mendengarkan radio. (Ayu, 2007: 9).

Pakar lainnya, Shore (1985) memberikan definisi sebagai berikut: “Media exposure is more complicated than access because is ideal not only with what her a person is within pysical (range of the particular mass medium) but also whether person is actually exposed to the message. Exposure is hearing, seeing, reading, or most generally, experiencing with at least a minimal amount of interest the mass media message. The exposure might occure to an individual or group level (Ayu, 2007: 10).”

Artinya terpaan media adalah lebih lengkap daripada akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang secara fisik cukup dekat dengan kehadiran media massa akan tetapi apakah seseorang tersebut benar-benar terbuka dengan pesan-pesan media tersebut. Terpaan merupakan kegiatan mendengar, melihat.

Frank Biocca dalam Littlejohn (Rahayu, 2009: 28) menyatakan bahwa karakteristik terpaan media dapat diukur melalui dimensi-dimensi seperti:

(34)

b. Intentionally (kesengajaan) yaitu tingkat kesengajaan audiens dalam menggunakan media atau kemampuan dalam mengungkapkan tujuan - tujuan penggunaan media.

c. Utilitarianism (pemanfaatan) yaitu kemampuan audiens untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan media.

d. Involvement (keterlibatan) yaitu keikutsertaan pikiran dan perasaan audies dalam menggunakan media dan pesan media yang diukur melalui frekuensi maupun intensitas.

e. Previous to influence yaitu kemampuan untuk melawan arus pengaruh media.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan definisi terapan adalah suatu keadaan dimana khalayak pembaca terkena pesan komunikasi yang terdapat disuatu media massa.

(35)

Durasi penggunaan media menghitung berapa lama khalayak bergabung dengan suatu media (berapa jam sehari) atau berapa lama (menit) khalayak mengikuti suatu program. (Ardianto & Erdinaya, 2004 : 164).

Menurut JB Wahyudi efektifitasnya sebuah acara televisi tergantung pada frekuensi dan durasi (intensitas), isi pesan, dan daya tarik audiovisual (Wahyudi, 1994:14). Intensitas merupakan kedekatan seseorang dengan sesuatu, hal ini dapat dilihat dari frekuensi dan durasi. Frekuensi adalah kekerapan terjadinya peristiwa dalam selang waktu tertentu atau kesinambungan. Durasi adalah lama tayangan tersebut disiarkan (Wahyudi, 1994:23).

Isi pesan adalah informasi yang disampaikan kepada penonton yang disajikan secara lengkap dan jelas. Kejelasan pesan adalah pesan yang disampaikan jelas baik dari segi bahasa, struktur penyampaian pesannya. Kelengkapan pesan adalah pesan yang disampaikan memiliki keutuhan atau berasal dari narasumber disajikan secara keseluruhan hingga tidak menimbulkan kesimpang siuran (Wahyudi, 1994:62).

(36)

2.2.4. Pr ogram Hiburan

Hal yang paling jelas dari fungsi – fungsi media massa adalah hiburan. televisi terutama dicurahkan pada hiburan, dengan kira – kira tiga per empat dari siaran khusus harian yang masuk dalam kategori ini.

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk menghibur audiens dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan. Komponen program hiburan, yaitu (Morrisan,2011):

1. Drama

Program drama adalah pertunjukan (show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain (artis) yang melibatkan konflik dan emosi. program televisi yang termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron) dan film.

2. Permainan

(37)

3. Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu videoklip atau konser. program musik berupa konser dapat dilakukan di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor)

4. Pertunjukan

Pertunjukan adalah program yang menampilkan kemampuan (performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun di luar ruangan (outdoor). (Morrisan,2011)

2.2.5. Reality Show

Adapun jenis-jenis program reality television atau reality show, antara lain (Morrisan, 2005):

A. Hidden camera

Hidden camera atau kamera tersembunyi. Ini merupakan program

yang paling realistis yang menunjukkan situasi yang duhadapi seseorang secara apa adanya. Kamera ditempatkan secara tersembunyi yang mengamati gerak-gerik atau tingkah laku subjek yang berada di tengah situasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

B. Relationship show

(38)

C. Fly on the wall

Program ini memperlihatkan kehidupan sehari-hari dari seseorang (biasanya orang terkenal seperti artis).

D. Competition show,

Program ini melibatkan beberapa orang yang saling bersaing dalam kompetisi yangberlangsung selama beberapa hari atau minggu untk memenangkan suatu permainan.Competition show biasanya terdiri dari juri, kontestan, dan presenter.

2.2.6. Tayangan Nez Academy

Competition show Nez Academy merupakan reality show yang bertujuan mencari bakat-bakat bagus di Indonesia untuk dijadikan entertainer sejati.Maksudnya, mereka (students) tidak hanya dipesiapkan untuk menjadi seorang penyanyi berkualitas tetapi mereka juga diberi pengetahuan untuk mengembangkan kualitas diri. Seperti bagaimana cara mereka untuk memasarkan diri, membentuk karakter mereka hingga pembentukan inner image yang mereka inginkan.

Sosok yang dapat mewakili keberhasilan seorang entertainer sejati ini kriterianya ada pada Agnes Monica. Sehingga Agnes diberi kepercayaan untuk membentuk bakat-bakat ini di Nez Academy berdasarkan pengalaman dan keberhasilan seorang Agnes Monica.

(39)

menampilkan proses audisi melalui youtube yang kemudian jika peserta dinyatakan lolos akan didatangi langsung oleh Agnes Monica untuk di tes dan menunjukkan bakatnya di depan Agnes Monica. Pada episode Nez Academy audition, tayang seminggu sekali selama satu bulan sejak akhir Agustus setiap hari sabtu pukul 18.00 WIB. Pada babak audisi Agnes mendapatkan 29 peserta yang akan dibawa ke Jakarta selama kurang lebih tiga bulan untuk mengikuti “housing academy”. Pada proses academy, seluruh peserta dilarang menggunakan

gadget dan bersentuhan dengan dunia luar. Mereka diberi pengajaran langsung oleh para pengajar dari Agnes Monica, seperti Bertha & Indra Azis (coach vocal), Reza Muhammad (dance dan choreography) dan Oktavianus (physical training) berdasarkan kurikulum yang sudah dibuat. Adapaun kurikulum dari Nez Academy seperti music technique, soul class, music arrangement class, dance, physical training, fitnes training, public speaking, fashion class, fotography class, stage act class, acting class (penjiwaan), dan entertainment bisnis class dimana semua kurikulum ini dibuat untuk membentuk para student menjadi seorang great entertainer. Semua pengajar dan kurikulum yang ada di Nez Academy di pilih dan dibuat langsung oleh Agnes Monica sebagai kepala sekolah bersama tim dari Nez Academy.

(40)

dari penonton melainkan penilaian dari Agnes Monca, judges dan coaches berdasarkan kualitas dan perkembangan mereka setiap minggu. Sehingga seluruh student dituntut untuk menampilkan performa semaksimal mungkin jika tidak ingin ter-drop out. www.netmediatama.com/Nez-Academy

2.2.7. Penonton Televisi Sebagai Khalayak Media Massa

Secara umum, kahalayak media dapat diartikan dengan istilah penerima, sasaran, pembaca, pendengar, pemirsa, audience, decoder, atau komunikan (Cangara, 2009:157). Oleh karena itu, khalayak dalam media massa sifatnya heterogen/beragam. Artinya, penonton televisi itu beragam pendidikan, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi, punya jabatan yang beragam, punya agama atau kepercayaan yang tidak sama pula (Nurudin,2004:20). Pesan – pesan dalam komunikasi massa/media massa itu tidak ditunjukkan kepada satu orang saja atau kelompok masyarakat tertentu. Dengan kata lain, pesan – pesannya ditunjukkan pada khalayak yang plural. Oleh karena itu, pesan – pesan yang dikemukakannya pun tidak disengaja untuk golongan tertentu, karena televisi itu ditunjukkan dan untuk dinikmati oleh orang yang banyak maka pesannya harus bersifat umum (Nurudin, 2004 : 21).

(41)

televisi (sebagaimana media massa yang lain) punya ciri umum (Nurudin, 2004:22). Dalam penelitian ini yang termasuk khalayak sasaran target audience) adalah remaja. Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan dalam acara.

2.2.8. Remaja

Pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :

Remaja adalah suatu masa di mana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda – tanda seksual sekundernya ampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak – kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan ketergantungan sosial-ekonomu yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980;9).

(42)

1. Remaja awal (early adolescence)

Seorang remaja pada tahap ini masi terheran – heran akan perubahan – perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan – dorongan yang menyertai perubahan – perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran – pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.

2. Remaja madya (middle adolescene)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan – kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman –

teman yang punya sifat – sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana; peka atau tidak peduli, ramai – ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau matrealis dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak – kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan – kawan dari lawan jenis.

3. Remaja akhir (late adolescnence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditadai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi – fungsi intelek.

(43)

c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) deganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). (Sarwono, 2004:22-25)

Dalam penelitian ini khalayak yang dijadikan objek penelitian adalah remaja. Secara psikologis, remaja adalah suatu massa di mana individu mulai terintegrasi beralih ke dalam masyarakat dewasa. Pada masa remaja perkembangan intelektual juga sedang menglami perkembangan yang pesat dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual dari cara berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua perkembangan.

Seperti yang dikatakan Monks et. Al. (2002:260) dalam bukunya Psikologi Perkembangan, bahwa remaja dibagi menjadi tiga fase yaitu masa remaja awal (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan masa remaja akhir (19-21 tahun). Istilah remaja masih digunakan bagi mereka bahkan sampai usia 21 tahum, menunjukkan bahwa mereka masih pada tahap peralihan dari dunia remaja ke dunia dewasa.

(44)

tahap berfikir operasional formal. Tahap ini memungkinkan remaja mampu berfikir secara lebih abstrak, menguji hipotesis dan mempertimbangkan apa saja peluang yang ada padanya daripada sekedar melihat apa adanya. Kemampuan intelektual ini yang membedakan fase remaja dari fase – fase sebelumya (Ali, 2005:9). Karena itulah pada fase ini, remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual menjadi haus akan informasi dan informasi bisa didapat dari berbagai sumber yang termasuk diantaranya adalah media massa.

Secara umum, remaja lebih menyukai artikel – artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah – masalah umum. Namun, pembaca yang berpendidikan lebih suka dengan artikel – artikel hiburan (Rivers, William L, 2003:303). Di kota besar seperti Surabaya, para remaja termasuk golongan yang berpendidikan karena rata – rata merupakan pelajar SMP,SMA maupun Perguruan Tinggi sehingga mereka juga bisa menyerap berbagai informasi dari televisi.

2.2.9. Pengertian Minat

(45)

Sedangkan menurut Drs. Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab yatu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman afektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.

Berdasarkan definisi minat tersebut dapatlah penulis kemukakan bahwa minat mengandung unsur – unsur sebagai berikut (Hariyanto, 2010):

1. Minat adalah suatu gejala psikologis

2. Adanya pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik.

3. Adanya perasaan senang terhaap obyek yang menjadi sasaran

4. Adanya kemauan atau kecendrungan pada diri subyek untuk

melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

(http://belajarpsikologi.com/pengertian-minat/) 2.2.9.1.Aspek - Aspek Minat

Atkinson dan Hilgard (1976) mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif (istilah dari Bloom). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori (Atkinson, Hilgard, Pengantar Psikologi, 2000) :

a. Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih.

(46)

c. Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan dan komitmen terhadap nilai – nilai tertentu.

d. Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai.

e. Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.

Akhirnya dapat disimpulkan minat dan motivasi adalah sama yaitu bertujuan untuk melakukak sesuatu yang di mana motivasi itu datang dari perasaan dan pikiran karena khalayak (subyek) ingin mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

2.2.9.2.Faktor Timbulnya Minat

1. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang. 2. Faktor motif sosial, yakni minat dalam upaya mengembangkan diri

dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.

(47)

.binus.ac.id/Collections/ethesis_detail.aspx?ethesisid=2013-2-01524-MC )

2.2.10. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari psikologi. Kalau kemudian juga menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan. Karena objek material dari psikolofi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen – komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi.

Menurut stimulus response ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur – unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan peruahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.

(48)

Prof. Dr. Mar’at dalam bukunya “Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabel penting, yaitu :

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Gambar 2.1. TEORI S-O-R

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung pada proses yang terjadi pada individu.

Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya.

Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap. (Effendy, 2003: 254-256)

(49)

terpaan tayangan Nez Academy terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer. Kesesuaian tersebut diantaranya :

1. Stimulus berupa tayangan Nez Academy di NET. TV.

2. Organism berupa komunikan yaitu remaja yang menonton tayangan Nez Academy dan memperhatikan, mengerti, kemudian menerima terpaan tayangan tersebut.

3. Respon berupa timbulnya minat remaja menjadi seorang entertainer setelah menonton tayangan Nez Academy.

2.3 Kerangka Ber fikir

Televisi sebagai media komunikasi massa pada umumnya berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik serta menggerakkan massa. Acara TV yang berkualitas juga membantu untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan afektif.

Media televisi ini menyajikan informasi pada setiap siaran yang ada dengan menggunakan suara dan gambar yang semakin kreatif, variatif, dan inovatif. Masyarakat bisa memilih dan membandingkan siaran televisi mana yang benar-benar memenuhi kebutuhan informasinya.

(50)

diadakan diberbagai kota terpilih secara gratis. Pemenang dari acara ini akan mendapatkan hadiah senilai jutaan rupiah serta kontrak eksklusif dari stasiun televisi berdasarkan voting dari pemirsa di rumah. Dengan kata lain, pemenang dari sebuah ajang pencarian bakat tergantung pada penilaian dari penonton dan pemirsa dirumah tidak berdasarkan kualitas yang ada pada peserta itu sendiri. Karena itu tidak jarang jebolan dari ajang pencarian bakat setelah acara selesai nama mereka seakan tidak terdengar lagi bahkan tidak memiliki album sama sekali. Hal ini tentu membuat pemirsa dirumah akan berpikir dua kali untuk menyaksikan bahkan mengikuti audisi yang diadakan berikutnya.

Padahal jika format talent/competition show dikemas sedemikian rupa dengan pendidikan yang bagus, pengajar yang berkualitas serta penilaian langsung oleh juri maka tidak menutup kemungkinan ajang pencarian bakat akan benar – benar melahirkan seorang penyanyi atau entertainer yang berkualitas serta tentu saja pemirsa dirumah akan mendapatkan tayangan berkualitas tidak sekedar hiburan semata.

(51)

menjadi sajian yang menarik dan berkualitas bagi penonton di rumah dan diri mereka sendiri.

Berkembangnya media televisi dan sebagai media yang paling dimengerti masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan informasi, dengan beragam program acara yang mendidik dan berbobot diharapkan mampu mengubah pola pikir dan sikap masyarakat. Seperti acara Nez Academy yang nantinya diharapkan mampu memberikan pandangan baru kepada masyarakat khususnya remaja yang memiliki keinginan untuk menjadi seorang entertainer yang berkualitas, mereka harus mampu melalui berbagai proses panjang serta mau bekerja keras.

(52)

Gambar 2.2.

Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Hubungan Terpaan Tayangan “Nez Academy” NET.TV Ter hadap Minat Remaja Sur abaya

Menjadi Seorang Entertainer

X Y

Ter paan Tayangan Nez Academy :

Frekuensi tayangan Nez Academy

Durasi tayangan Nez Academy

2.4. Hipotesis

Dari latar belakang masalah dan uraian teori yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan adalah “diduga terdapat hubungan terpaan antara tayangan “Nez Academy” terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer”.

Aspek Minat : • Faktor

Dalam Diri • Motif Sosial • Faktor

(53)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah definisi yang bersifat memberikan arti kepada suatu variabel dengan menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional ini akan memberikan batasan atau ciri – ciri suatu variabel dengan merinci hal – hal yang harus dikerjakan oleh peneliti untuk mengukur variabel tersebut. Jadi dalam definisi operasional ini harus dirinci ciri – ciri yang akan diteliti dan bagaimana mengamatinya. Adapun yang dapat diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas : Terpaan tayangan “Nez Academy” di NET.TV Variabel terikat : Minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer

3.1.1. Ter paan Tayangan Nez Academy di NET. TV (Var iabel Bebas atau Variabel (X)

(54)

Terpaan tayangan Nez Academy di NET.TV ini akan dijabarkan dalam indikator frekuensi dan durasi yaitu :

a. Fr ekuensi, meliputi rutinitas mengkonsumsi acara. Melalui frekuensi menonton tayangan Nez Academy di NET.TV, dapat dilihat hubungan terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer. Seberapa sering menonton tayangan Nez Academy di NET.TV dalam tiga bulan (terhitung sejak akhir bulan agustus). Penggunaan frekuensi dikategorikan menjadi tiga dengan pengukuran tinggi, sedang, rendah berdasarkan skor atau nilai yang sudah ditentukan.

b. Durasi, diartikan dengan waktu yang dihabiskan untuk menonton tayangan Nez Academy. Mengetahui seberapa lama remaja Surabaya menonton tayangan Nez Academy dalam tiga jam (180 menit). Penggunaan durasi dikategorikan menjadi tiga dengan pengukuran tinggi, sedang, rendah berdasarkan skor atau nilai yang sudah ditentukan.

3.1.2. Minat Remaja Sur abaya Menjadi Seorang Entertainer (Var iabel Ter ikat atau Variabel Y)

(55)

pengalaman afektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas.

Minat remaja untuk menjadi seorang entertainer dioperasionalkan pada tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat, yaitu faktor dorongan dari dalam, motif sosial serta faktor emosional.

a. Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktifitas lain yang menantang. Indikator dari variabel faktor dorongan dari dalam, yaitu :

1. Minat mendalami bidang entertainer saya bertambah karena mendapat informasi di tayangan “Nez Academy” dalam dunia entertainer.

2. Tayangan “Nez Academy” membuat saya giat untuk memperdalam kemampuan dalam bidang entertainer (menyanyi, dance,beatbox,dll)

3. Bakat yang dimiliki tiap kontestan “Nez Academy” memiliki pengaruh pada minat saya minat menjadi entertainer.

(56)

1. Tayangan “Nez Academy” membuat saya percaya diri untuk menunjukkan bakat (menyanyi,dance,beatbox,dll) saya.

2. Pengetahuan dari “Nez Academy” membuat saya diakui lingkungan dalam bidang entertainer (menyanyi, dance,beatbox dll).

3. Tayangan “Nez Academy” membantu saya bersosialisasi dengan followers twitter,youtube, dan google+ “Nez Academy” mengenai dunia entertainer.

c. Faktor emosional, yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang. Indikator dari variabel faktor emosional, yaitu :

1. Saya merasa terhibur dan terinspirasi dengan tayangan “Nez Academy” hingga bisa membangkitkan minat menjadi seorang entertainer(menyanyi,dance,beatbox,dll).

2. Saya merasa puas terhadap informasi yang didapat dalam tayangan “Nez Academy” sehingga berpengaruh pada minat saya menjadi seorang entertainer (menyanyi, dance,beatbox,dll).

(57)

3.2. Pengukuran Variabel

A. Untuk mengukur variabel terpaan tayangan Nez Academy di NET.TV yaitu frekuensi dan durasi dapat dilakukan melalui :

a. Indikator Fr ekuensi :

R = Frekuensi terpaan tinggi dikurangi terpaan terendah K = Interval atau kategori yang diinginkan.

I = Jarak Pengukuran (R) Jarak Interval

I = 15 – 1 = 4.6667 dibulatkan 5 3

Sehingga intervalnya adalah :

1 - 5 dikategorikan rendah skor 1 6 – 10 dikategorikan sedang skor 2 11 – 15 dikategorikan tinggi skor 3

Indikator frekuensi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui pertanyaan kuesioner. b. Indikator Durasi :

R = Durasi terpaan tinggi dikurangi durasi terpaan terendah K = Interval atau kategori yang diinginkan

I = Jarak Pengukuran (R) Jarak Interval

(58)

Sehingga intervalnya adalah:

1 – 60 dikategorikan rendah skor 1 61 – 120 dikategorikan sedang skor 2 121 – 180 dikategorikan tinggi skor 3

Indikator durasi digolongkan menjadi Tinggi, Sedang, Rendah yang dilihat dari jawaban responden melalui kuesioner.

Untuk mengetahui frekuensi dan durasi responden tertinggi maupun terendah dapat dilihat melalui jawaban responden yang berupa pertanyaan tertutup.

Kemudian setelah mendapatkan hasil dari frekuensi dan durasi dengan menggunakan rumus diatas, maka untuk mengetahui tinggi rendahnya pada variabel terpaan tayangan Nez Academy di NET.TV digunakan rumus :

R (range) = skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah jenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertingi diperoleh melalui hail perkalian dari pemberian skor tertinggi dikaitakan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuesioner.

(59)

c. Jenjang yang diinginkan sebanyak 3 yang dijadikan dalam bentuk Tinggi, Sedang, dan Rendah.

Jumlah item pertanyaan mengenai terpaan tayangan Nez Academy di NET.TV terdiri atas 2 item pertanyaan, sehingga perhitungan untuk mengetahui terpaan acara tersebut adalah sebagai berikut :

Skor terendah = 2 x 1 = 2 Skor tertinggi = 2 x 3 = 6

Jenjang = 3

Lebar interval = 6 – 2 = 1.333 dibulatkan menjadi 1 3

J adi, batasan skor terpaan tayangan Nez Academy di NET.TV dikategorikan sebagai berikut :

Jumlah skor 2 – 3 kategori rendah Jumlah skor 4 – 5 kategori sedang Jumlah skor 6 kategori tinggi

(60)

berupa dukungan atau pernyataan sikap yang diungkapkan dengan kata – kata : sangat setuju (SS); Setuju (S); netral (N); tidak setuju (TS); sangat tidak setuju (STS) dan lainnya tergantung indikator penelitian. (Kriyantono, 2006 : 134). Dalam penelitian tidak digunakan aternative jawaban ragu – ragu (undecided), alasannya menurut Hadi (2004 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori Undicided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban netral dan ragu – ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam instrument.

b. Tersedianya jawaban ditengah menimbulkan kecendrungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu – ragu akan kecendrungan jawaban.

c. Disediakan jawaban ditengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian hingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring oleh responden. Pada tahap selanjutnya, empat kategori jawaban diatas akan diberi nilai sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh responden.

(61)

Tabel 3.1

Kriter ia Penilaian J awaban Kuesioner

Kriter ia Bobot/Nilai

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Selanjutnya dilakukan pemberian skor pada pilihan jawaban diatas dengan menggunakan skala ordinal yang dikategorikan dalam tiga, yaitu Tinggi, Sedang, dan Rendah. Penentuan interval dilakukan dengan rumus :

R (range) = skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah jenjang yang diinginkan

Keterangan :

a. Skor tertinggi diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor tertinggi (Sangat Setuju, skor 4) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item yang terdapat dalam kuesioner.

b. Skor terendah diperoleh melalui hasil perkalian dari pemberian skor dengan nilai terendah (Sangat Tidak Setuju, skor 1) dikalikan dengan jumlah keseluruhan item dalam kuesioner.

(62)

Dalam variabel ini, faktor dalam diri untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer terdapat 3 item pertanyaan :

Skor terendah = 3 x 1 = 3 Skor tertinggi = 3 x 4 = 12 Jenjang = 3

Lebar interval = 12 – 3 = 3 3

Jadi, batasan skor faktor dalam diri untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer dikategorikan sebagai berikut :

Jumlah skor 3 – 6 kategori rendah Jumlah skor 7 – 9 kategori sedang Jumlah skor 10 – 12 kategori tinggi

Dalam variabel ini, faktor motif sosial untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer terdapat 3 item pertanyaan :

Skor terendah = 3 x 1 = 3 Skor tertinggi = 3 x 4 = 12 Jenjang = 3

Lebar interval = 12 – 3 = 3 3

(63)

Jumlah skor 3 – 6 kategori rendah Jumlah skor 7 – 9 kategori sedang Jumlah skor 10 – 12 kategori tinggi

Dalam variabel ini, faktor emosional untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer terdapat 3 item pertanyaan :

Skor terendah = 3 x 1 = 3 Skor tertinggi = 3 x 4 = 12 Jenjang = 3

Lebar interval = 12 – 3 = 3 3

Jadi, batasan skor faktor emosional untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer dikategorikan sebagai berikut :

Jumlah skor 3 – 6 kategori rendah Jumlah skor 7 – 9 kategori sedang Jumlah skor 10 – 12 kategori tinggi

Dari penjelasan diatas dalam variabel ini, jika dijumlahkan terdapat 9 item pertanyaan, sehingga dapat dihitung :

(64)

Lebar interval = 36 – 9 = 9 3

Jadi batasan skor untuk minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer dikategorikan sebagai berikut :

Jumlah skor 9 – 18 kategori rendah Jumlah skor 19 – 27 kategori sedang Jumlah skor 28 – 36 kategori tinggi

Kategori rendah, sedang dan tinggi dalam hubungan tayangan “Nez Academy” terhadap minat remaja Surabaya menjadi seorang

entertainer dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kategori rendah ialah jika tayangan “Nez Academy” tidak memiliki pengaruh dengan minat remaja Surabaya menjadi seorang entertainer. Artinya tayangan “Nez Academy” hanya berfungsi sebagai hiburan bagi remaja dengan kata lain remaja dalam menyaksikan tayangan “Nez Academy” hanya sampai pada tahap perhatian terhadap daya tarik tayangan tersebut.

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2.
Tabel 3.1
Tabel Penolong Koefesien Korelasi Rank Spearman Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa minat terhadap tayangan talk show memiliki hubungan yang signifikan dengan motivasi belajar menjadi presenter, oleh karena itu

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara intensitas menonton tayangan reality show televisi dengan perilaku prososial remaja, untuk mengetahui

Untuk melihat apakah terdapat hubungan daya tarik terhadap tayangan MasterChef dengan minat menonton para pemirsanya, maka penelitian ini diadakan.. Tujuan penelitian ini

Pada penelitian ini dilakukan tabulasi silang untuk menjelaskan motif apa saja yang mempengaruhi remaja Surabaya dalam menonton tayangan sinetron Anak Langit. Hasil

Ternyata nilai koefisien kontegensi lebih besar dari ½ Cmax (0,61 > 0,4082) dengan demikian derajat hubungan antara daya tarik jalan cerita tayangan “Orang Pinggiran” di

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hubungan antara program tayangan 86 di Net Tv terhadap citra polisi di kalangan mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hasil penelitian ini menjelaskan adanya hubungan yang kuat antara pengaruh tayangan Sinden Gosip terhadap gaya bicara remaja, hal ini dapat dilihat dari hasil korelasi sebesar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh tayangan talkshow “Sarahsechan” terhadap minat menonton (Studi terhadap mahasiswa UNJ Jurusan