• Tidak ada hasil yang ditemukan

“ EKSTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN KERSEN dengan PELARUT ETANOL“ OLEH : MAHARDHIKA YANUAR FATRICHIA 1031010012 PROGRAM STUDI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "“ EKSTRAKSI FLAVONOID PADA DAUN KERSEN dengan PELARUT ETANOL“ OLEH : MAHARDHIKA YANUAR FATRICHIA 1031010012 PROGRAM STUDI."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH :

MAHARDHIKA YANUAR FATRICHIA

1031010012

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia beserta rahmat-Nya, sehingga kami diberikan kekuatan dan

kelancaran dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian kami yang berjudul

“Ekstraksi Flavonoid Pada Daun Kersen dengan Pelarut Etanol”.

Laporan penelitian ini disusun berkat kerjasama dan bantuan dari berbagai

pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Ir. Dwi Heri A, MT selaku Pembimbing.

4. Bapak Ir. Sukamto NEP, MS selaku Penguji.

5. Ibu Ir. Titi Susilowati, MT selaku Penguji.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan material dalam

pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.

7. Seluruh teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat dalam

pelaksanaan dan penyusunan laporan penelitian.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnannya nanti. Semoga Laporan Hasil Penelitian ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amin.

Surabaya, Maret 2014

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GRAFIK ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

INTISARI ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Tujuan Penelitian ... 2

I.3 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA II.1 Teori Umum ... 3

II.1.1 Tumbuhan Kersen ... 3

II.1.2 Daun Kersen ... 4

II.1.3 Etanol ... 5

II.1.4 Ekstraksi ... 6

II.1.5 Maserasi ... 8

II.1.5.1 Mekanisme Maserasi ... 8

II.1.6 Destilasi ... 9

II.1.7 Flavonoid ... 9

II.2 Landasan Teori ... 11

(5)

BAB III PENDAHULUAN

III.1 Bahan – bahan yang digunakan ... 14

III.2 Alat – alat yang digunakan ... 14

III.3 Gambar susunan alat ... 15

III.4 Variabel yang digunakan ... 16

III.4.1 Variabel yang ditetapkan... 16

III.4.2 Variabel yang djalankan ... 16

III.5 Metode penelitian ... 16

III.5.1 Persiapan bahan ... 16

III.5.2 Prosedur penelitian ... 16

III.5.3 Prosedur analisa kualitatif ... 17

III.5.4 Diagram alir ... 18

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil ... 19

IV.2 Analisa bahan baku ... 19

IV.3 Hasil analisa kuantitatif berat flavonoid ... 19

IV.4 Kurva Perbandingan Batas Maksimum Flavonoid yang Terekstrak ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1 Kesimpulan ... 22

V.2 Saran ... 22

DAFTAR PUSTAKA

(6)

INTISARI

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua

segi kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk nyata pemanfaatan sumber

daya alam hayati tersebut. Salah satu tanaman yang lazim digunakan adalah tanaman kersen

(Muntingia calabura L.). Tanaman ini dimanfaatkan antara lain sebagai antiseptik, anti inflamasi, anti tumor, anti uric acid. Kegunaan tumbuhan kersen sebagai obat tidak lepas dari

keberadaan senyawa flavonoid yang terkandung didalamnya. Pendekatan yang

memungkinkan adalah dengan melakukan penelitian untuk mendapatkan senyawa flavonoid

di tanaman kersen dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut etanol.

Penelitian Ekstraksi Flavonoid Pada Daun Kersen dengan Pelarut Etanol ini bertujuan

untuk mencari perbandingan jumlah bahan baku dengan pelarut, serta konsenstrasi pelarut

yang digunakan sehingga diperoleh hasil yang terbaik.

Mula – mula daun kersen dikeringkan terlebih dahulu untuk mengurangi kandungan

air kemudian dilanjutkan dengan proses penggilingan dan pengayakan agar diperoleh ukuran

yang seragam. Daun kersen yang telah seragam ditimbang dan di maserasi selama 18 jam

dengan kadar etanol 50%,60%,70%,80% dan 90% dan perbandingan berat bahan dengan

pelarut 1:10 ; 1:15 ; 1:20 ; 1:25 dan 1:30 . Kemudian larutan disaring, selanjutnya filtrat

setelah penyaringan di analisa kadar flavonoidnya untuk mengetahui kondisi yang terbaik.

Dikarenakan pada saat perbandingan berat bahan dengan pelarut 1 : 30 belum mencapai batas

maksimum flavonoid yang dapat terekstrak, maka dilakukan penelitian lanjutan dengan

perbandingan berat bahan dengan pelarut 1:35 ; 1:40 ; 1:41 ; 1:43 ; 1:45 dan kadar etanol

70%,80% dan 90%.

Kadar flavonoid terbaik dari ekstraksi daun kersen dengan menggunakan proses

maserasi dengan variabel tetap waktu 18 jam dan berat bahan seberat 10 gram diperoleh pada

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman tumbuhan yang dapat

dimanfaatkan dalam semua segi kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah

satu bentuk nyata pemanfaatan tumbuhan yang ada di Indonesia. Salah satu dapat

yang digunakan untuk obat tradisional adalah tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.). Tumbuhan ini dimanfaatkan antara lain sebagai obat penurun panas, mengobati pembengkakan kelenjar prostat dan mengobati penyakit asam urat selain itu juga

dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik, antioksidan, antimikroba dan anti inflamasi,

Kegunaan tumbuhan kersen sebagai obat tradisional tidak lepas dari

keberadaan senyawa – senyawa kimia yang terkandung didalamnya. Senyawa

golongan flavonoid merupakan salah satu senyawa yang terkandung didalamnya.

Flavonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenol alam dan merupakan senyawa

polar karena mempunyai beberapa gugus hidroksil sehingga akan larut dalam pelarut

polar seperti etanol dan methanol. Flavonoid merupakan senyawa aktif yang dapat

digunakan sebagai antioksidan, antibakteri dan antiinflamasi karena mampu

menghambat aktivitas bakteri penyebab penyakit

Beberapa penelitian tentang ekstraksi flavonoid dari berbagai tumbuhan telah

dilakukan. Berdasarkan penelitian (Farah, 2008) kandungan flavonoid pada daun jati

belanda dapat diekstraksi dengan pelarut etanol dan kadar terbaik flavonoid diperoleh

pada variabel perbandingan berat bahan baku dengan volume etanol 1:10 dan

konsentrasi etanol 70%. Penelitian (Dewi, 2010) tentang ekstraksi flavonoid pada

kulit jeruk siam dengan pelarut etanol juga menunjukan bahwa kadar terbaik dari

flavonoid diperoleh pada variabel perbandingan berat bahan baku dengan volume

(8)

2013) bahwa kandungan flavonoid pada daun binahong dapat di ekstraksi dengan

pelarut etanol.Berdasarkan penjelasan diatas, kami ingin melakukan penelitian

flavonoid pada daun kersen dengan meragamkan variabel berdasarkan penelitian

flavonoid terdahulu

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari perbandingan jumlah bahan baku

dengan pelarut, serta konsenstrasi pelarut yang digunakan sehingga diperoleh hasil

yang terbaik.

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :

1. Memberi nilai tambah daun kersen sebagai obat alternatif

(9)

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

II.1.1 Tumbuhan Kersen

Muntingia calabura L. atau yang lebih dikenal dengan nama Kersen merupakan salah satu spesies dari Genus Muntingia yang tumbuh selalu hijau

sepanjang tahun. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan tersebar secara luas

di daerah tropis terutama dibenua Asia termasuk Malaysia. Muntingia calabura L.

dapat tumbuh hingga tinggi 7-10 meter dengan cabang-cabang melebar secara

horizontal. Bagian-bagian tanaman ini telah diketahui di gunakan sebagai obat-obatan

di daerah Asia Tenggara dan di bagian tropis benua Amerika. Menurut ahli

taksonomi tumbuhan kersen adalah sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Famili : Muntingiaceae

Genus : Muntingia L.

Spesies : Muntingia calabura L

Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid dengan jenis flavon, flavonon, flavan

dan biflavon sebagai kandungan yang penting. Akar kersen telah digunakan sebagai

abortifacient (obat untuk terapi kesehatan ). Bunga kersen telah biasa digunakan untuk

(10)

usus), dan diaporetik (obat perangsang untuk pembentukan keringat). Cairan ektrak

dari bunga tanaman kersen di minum sebagai obat penenang. (Pranitasari, 2011)

II.1.2 Daun Kersen

Daun kersen megandung saponin, flavonoid dan polifenol dan memiliki ciri –

ciri sebagai berikut : (biojojo, 2012)

1. Tunggal

2. Bulat telur bentuk lanset

3. Panjang 6-10 cm

4. Ujung dan pangkal runcing

5. Bergerigi

6. Berbulu

7. Pertulangan menyirip

8. Hijau

9. Mudah layu.

10.Helaian daun pada umumnya Dorsiventral atau isobilateral

(kadang-kadang ' terdiri atas jaringan palisade') dengan rongga yang keluar, atau

tanpa rongga yang keluar.

Gambar.II.1 daun kersen

(11)

Berikut manfaat dari daun kersen :

1. ANTI SEPTIK – Rebusan daun kersen mempunyai khasiat dapat membunuh mikroba

atau sebagai antiseptik. Rebusan daun kersen terbukti dapat membunuh bakteri sbb:

C. Diptheriae, S. Aureus, P. Vulgaris, S. Epidemidis, dan K. Rhizophil. Diduga

aktivitas anti bakteri dari daun kersen ini disebabkan oleh adanya kandungan senyawa

seperti tanin, flavonoid dan saponin yang dimilikinya.

2. ANTI INFLAMASI – Rebusan daun kersen juga mempunyai khasiat untuk

mengurangi radang (antiinflamasi) dan juga menurunkan panas.

3. ANTI TUMOR – Daun kersen juga mempunyai efek anti tumor, dimana kandungan

senyawa flavonoid yang dipunyai daun kersen ini dapat menghambat pertumbuhan sel

kanker secara invitro/laboratoris. (Sakera, 2012)

II.1.3 Etanol

Etanol adalah salah satu jenis pelarut yang biasa digunakan dalam

pengambilan ekstrak. Etanol (BM=46) merupakan cairan jernih, tidak berwarna,

mudah terbakar, sedikit mengandung komponen air, titik didihnya tinggi dan mudah

menguap. Etanol larut dalam air, eter, chloroform dan aseton. Mempunyai titik didih

sekitar 78,30C, titik beku -117,30C dan densitasnya 0,79 gr/cc= 0,80 gr/cc.

Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol

saja, etanol ini paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Etanol hanya

digunakan sebagai pelarut berbagai bahan – bahan kimia yang ditujukan untuk

konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah parfum, pewarna makanan dan

obat – obatan.

Etanol merupakan pelarut organik yang biasa digunakan dalam mengekstraksi

senyawa flavonoid pada tumbuhan. Selain itu etanol juga lebih ramah lingkungan dari

pada methanol. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada

(12)

rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan rumus empiris C2H6O. Etanol sering

disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil

(C2H5).(Rose,1956).

II.1.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan

bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak bahan yang

diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching

adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya.

Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian

dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi

dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven

pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut

dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena

efektivitasnya. (Lucas, 1949)

Pengekstrakan merupakan peristiwa perpindahan massa. Zat aktif yang semula

berada di dalam sel, ditarik oleh pelarut sehingga terbentuk larutan zat aktif dalam

cairan pelarut tersebut.

Ada dua macam metode ekstraksi yang dapat digunakan, yaitu :

1. Maserasi

Maserasi adalah cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan yang akan

digunakan dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-terpotong

atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya

rendaman tersebut disimpan terlindung cahaya langsung (mencegah reaksi yang

dikatalis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok atau diaduk berulang-ulang

(13)

2. Perkolasi

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau kerucut (perkulator)

yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang

dialirkan secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi

simplisia yang umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut

secara kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak.

Faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi agar mendapatkan hasil yang

optimum :

1. Penyiapan bahan sebelum ekstraksi

Untuk memudahkan proses ekstraksi perlu dilakukan penyiapan bahan

baku yang meliputi pengeringan bahan dan penggilingan. Sebelum di ekstraksi

bahan harus dikeringkan dahulu untuk mengurangi kadar airnya dan disimpan

pada tempat yang kering agar terjaga kelembabannya. Dengan pengeringan

yang sempurna akan dihasilkan ekstrak yang memiliki kemurnian yang

tinggi.(Eka,2010)

2. Ukuran Partikel

Perpindahan zat terlarut dari dalam padatan ke permukaan padatan

lebih besar daripada perpindahan permukaan padatan ke badan cairan.

Sebaliknya pada ukuran padatan yang kecil perpindahan zat terlarut dari dalam

padatan ke permukaan padatan lebih kecil daripada perpindahan permukaan

padatan ke badan cairan. Kadar zat terlarut dalam pelarut makin lama semakin

besar sampai keadaan setimbang. Untuk butir padatan yang cukup kecil dapat

diambil asumsi bahwa konsentrasi zat terlarut dalam padatan selalu homogen.

(14)

3. Ukuran Partikel

Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi harus dapat menarik

komponen aktif dalam campuran. Hal – hal penting yang harus

diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah sifat pelarut, kemampuan

untuk mengektraksi, tidak bersifat racun, kemudahan untuk diuapkan,

dan harganya yang relatif mudah (Gamse,2002)

II.1.5 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan sampel dengan menggunakan pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu ruangan (kamar).

Prinsip maserasi adalah pencarian zat aktif yang dilakukan dengan cara merendam

serbuk sampel dalam pelarut yang sesuai selama beberapa jam pada suhu kamar dan

terlindung dari cahaya, pelarut akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi sel

akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di

luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

pelarut dengan konsentrasi rendah. Peristiwa tersebut berulang sampai terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. (Sudjadi,1986)

II.1.5.1 Mekanisme Maser asi

Perendaman bahan dapat menaikkan permeabilitas dinding sel melalui tiga

tahapan:

1. Masuknya pelarut ke dalam dinding sel tanaman dan membengkakkan sel Gambar II.2. Sebelum Maserasi Gambar II.3. Sesudah Maserasi

Pelarut

Bahan yang akan dimaserasi

Larutan ekstrak

(15)

2. Senyawa yang terdapat pada dinding sel tanaman akan lepas dan masuk ke

dalam pelarut

3. Difusi senyawa yang terekstraksi oleh pelarut keluar dari dinding sel tanaman.

Proses ekstraksi padat-cair dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya

lamanya ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan banyaknya pelarut yang

digunakan (Harborne,1996).

II.1.6 Destilasi

Destilasi adalah pemisahan komponen suatu campuran dari 2 jenis cairan atau

lebih berdasarkan perbedaan titik didih dari masing – masing zat tersebut Titik didih

dapat didefinisikan sebagai nilai suhu pada tekanan atmosfir dimana cairan akan

berubah menjadi uap atau suhu pada saat tekanan uap dari cairan tersebut sama

dengan tekanan gas atau uap yang berada disekitarnya. (Reza, 2013)

II.1.7 Flavonoid

Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang

ditemukan di alam. Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning,

kuning jeruk, dan merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang,

bunga, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan Flavonoid juga

dikenal sebagai vitamin P dan citrin, dan merupakan pigmen yang diproduksi oleh

sejumlah tanaman sebagai warna pada bunga yang dihasilkan.

Flavonoid memiliki struktur yang khas, yaitu adanya dua benzene yang terikat

oleh rantai propana. Flavonoid dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan bentuk

dasarnya yaitu 1,3 – diaril propane atau flavonoid, 1,2 – diaril propane atau

(16)

Fungsi Flavonoid Bagi Kesehatan

• melindungi struktur sel dalam tubuh

• meningkatkan penyerapan dan penggunaan vitamin C dalam tubuh

• sebagai obat anti inflamasi

• mencegah pengeroposan tulang

• sebagai antibiotik

• sebagai antivirus, bahkan fungsinya sebagai antivirus HIV/AIDS telah banyak

diketahui dan dipublikasikan

• membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh (anonim, 2012)

Titik Didih Beber apa J enis Senyawa Flavonoid :

kuersetin 642,4 ◦C pada 760 mmHg

Rutin 983,1 ◦C pada 760 mmHg

Kaempferol 582,1 ◦C pada 760 mmHg

Catechin 630,4 ◦C pada 760 mmHg

Apigenin 555,5 ◦C pada 760 mmHg

Luteolin 616,1 ◦C pada 760 mmHg

(17)

II.2 Landasan Teori

Flavonoid

Secara umum flavonoid bersifat agak asam sehingga larut dalam basa. Tetapi

harus diingat, bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen,

banyak yang akan terurai. Umumnya flavonoid cukup larut dalam pelarut polar seperti

Etanol, Metanol, Butanol, Air dan lain-lain. (Markham, 1988).

Pelarut etanol digunakan sebagai pelarut pada maserasi karena pelarut ini

bersifat polar dan inert. Pelarut polar akan mampu menetrasi sel dan mencari semua

senyawa yang terdapat dalam sel. Pelarut yang inert harus digunakan untuk

menghindari terjadinya dekomposisi, misalnya reaksi metilasi, sebagaimana yang

terjadi bila menggunakan pelarut metanol (Silva, 1998).

Dalam ekstraksi flavonoid, pemilihan pelarut yang digunakan berdasarkan

jenis flavonoid yang akan diekstrak. Untuk jenis flavonoid yang kurang polar

(isoflavon,flavanon,metal flavon dan flavonol) dapat diekstrak dengan kloroform,

dikloro metana, dietil eter atau etil asetat). Sedangkan untuk flavonoid yang polar

menggunakan alkohol atau campuran alkohol dengan air. (Markham, 2006)

Tabel 2. Daftar Indeks Polaritas

Pelarut Indeks Polaritas, P

Sikloheksana 0.04

N - Heksana 0.1

Karbon Tetraklorida 1.6

Di isopropyl eter 2.4

Toluena 2.4

Dietil Eter 2.8

Diklorometana 3.1

(18)

Kloroform 4.1

Etanol 4.3

Asam asetat 4.4

Di Oksana 4.8

Metanol 5.1

Asetonitril 5.8

Nitrometana 6.0

Air 10.2

(kelner, 2004)

Flavonoid yang terdapat pada daun kersen adalah Flavonoid yang termasuk

jenis flavonoid polar dan akan larut sempurna pada pelarut yang memiliki nilai

kepolaran 5,0 – 6,0 (Lugassi, 2002)

Variabel penelitian yang dijalankan

1. Perbandingan berat bahan dengan pelarut : Adalah perbandingan antara

berat sampel (gram) yang diproses terhadap pemakaian pelarut. Dengan

bertambahnya pelarut maka akan diperoleh hasil yang lebih banyak tetapi

bahan memiliki batas maksimum yang dapat terekstraksi sehingga

penggunaan pelarut yang berlebihan akan tidak efisien

(Bernardini, 1982).

2. Konsentrasi pelarut : Untuk proses maserasi, etanol 80% merupakan

pelarut yang paling baik dan paling sering digunakan untuk ekstraksi

(19)

II.3 Hipotesa

Pada ekstraksi flavonoid yang terdapat didalam daun kersen dengan proses

maserasi diperkirakan perbandingan berat bahan dengan banyaknya jumlah pelarut

dan kadar konsentrasi pelarut berpengaruh pada hasil ekstraksi flavonoid yang

(20)

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Bahan – bahan yang digunakan

- Daun Kersen

- Etanol

III.2 Alat – alat yang digunakan

- Ayakan 10 mesh

- Beaker Glass

- Corong

- Erlenmeyer

- Gelas ukur

- Kertas Saring

- Spatula

- Oven

- Penumbuk

- Spektrofotometer

- Timbangan digital

(21)

III.3 Gambar Susunan Alat

Gambar III.2. Alat Pr oses Penyar ingan

Keterangan Gambar 2 :

1. Beaker Glass 4. Erlenmeyer

2. Kertas Saring 5. Filtrat

3. Corong

Keterangan Gambar 1 :

A. Bejana untuk maserasi B. Penutup bejana

C. Spatula untuk mengaduk

Gambar III.1. Alat Pr oses Maser asi

Gambar III.3. Alat Pr oses Distilasi

Keterangan Gambar 3 :

(22)

III.4 Variabel yang digunakan

III.4.1 Var iabel yang ditetapkan

Berat bahan = 10 gram

Waktu Maserasi = 18 jam

Waktu Destilasi = 2 jam

III.4.2 Var iabel yang dijalankan

a) Perbandingan berat bahan : Jumlah pelarut = 1:10 ; 1:15 ; 1:20 ; 1:25 ; 1:30

b) Kadar Pelarut = 50% ; 60% ; 70% ; 80% ; 90 %

III.5 Metode penelitian

III. 5.1 Per siapan Bahan

Daun kersen yang akan digunakan dicuci dengan air mengalir lalu dipotong

kecil – kecil, Setelah itu di oven selama 2 jam dengan suhu 120oC. Setelah itu digiling

dengan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan 10 mesh.

Etanol yang telah dibeli di toko bahan kimia diencerkan sesuai dengan

variabel konsentrasi pelarut yang telah ditentukan

III.5.2 Prosedur Penelitian

1. Timbang 10 gram bahan yang telah disiapkan

2. Masukan kedalam beaker glass

3. Tambahkan etanol sebanyak variabel yang telah ditentukan dan konsentrasi

yang telah ditentukan

4. Maserasi selama 18 jam sambil sesekali diaduk

(23)

6. Analisa filtrat dengan spektrofotometer

7. Distilasi filtrat yang memiliki kadar terbaik

8. Analisa dengan spektrofotometer

III.5.3 Prosedur Analisa Kualitatif

1. Ambil 10 ml destilat

2. Tambahkan 0,5 gram serbuk Mg dan 2 ml alkohol klorhidrat (1 ml HCl 37%

dan 1 ml etanol 95%) ke destilat

(24)

III.5.4 Diagr am alir

Daun kersen dicuci hingga bersih

Potong kecil – kecil, lalu dioven selama 2 jam dengan suhu 1200c

(1atm)

Giling daun(blender),lalu di ayak dengan ayakan 10 mesh

Timbang 10 gram daun kersen

Etanol 50%;60%;70%;80%;90% dengan perbandingan 1:10 ; 1:15 ;

1:20 ; 1:25 ; 1:30 Maserasi selama 18 jam, pada

suhu kamar

Saring

Filtrat Residu

Distilasi selama 2jam pada suhu 80-850C Hasil terbaik

Analisa dengan spektrofotometer Di buang

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

Seluruh analisa dalam proses ekstraksi flavonoid dari daun kersen ini

dianalisakan di Balai Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI) Surabaya dengan

menggunakan spektrofotometer uv-vis.

IV.2 Analisa Bahan baku

Berdasarkan hasil analisa bahan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil analisa daun kersen kering

Sumber : Balai Penelitian dan Konsultasi Industri (BPKI) Surabaya (2013)

IV.3 Hasil Analisa Kuantitatif Berat Flavonoid

Proses maserasi berlangsung selama 18 jam dengan variabel kadar etanol dan

perbandingan berat bahan dengan pelarut, dan diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 4. Berat flavonoid

Kadar

NAMA SAMPEL KADAR FLAVONOID

(26)
(27)

IV.4 Kur va Perbandingan Batas Maksimum Flavonoid yang Terekstrak

Grafik IV.1. Hubungan antara perbandingan berat bahan dengan pelarut terhadap berat

flavonoid maksimum yang diperoleh dengan menggunakan berbagai kadar etanol

Pada grafik IV.2 diatas menunjukan bahwa flavonoid pada daun kersen telah

mencapai batas maksimum yang dapat terekstrak, Hal ini ditunjukan oleh kurva yang

telah mencapai titik stasioner. Batas maksimum terbaik flavonoid yang terekstrak dan

penggunaan pelarut yang paling efisien diperoleh pada saat penggunaan pelarut etanol

80% . Hal ini sesuai dengan pernyataan (Robinson, 1995), yaitu untuk proses

maserasi, etanol 80% merupakan pelarut yang paling baik dan paling sering

digunakan untuk ekstraksi flavonoid. Serta sesuai dengan pendapat (Lugassi, 2002)

flavonoid polar akan larut sempurna pada pelarut yang memiliki nilai kepolaran 5,1 –

5,7 . Nilai polaritas Etanol 70% adalah 6.07, nilai polaritas Etanol 80% adalah 5.48

dan nilai polaritas Etanol 90% adalah 4.89.

0

1:10 1:15 1:20 1:25 1:30 1:35 1:40 1:41 1:43 1:45

B

Perbandingan Berat Bahan dengan Pelarut

90%

70%

80%

(28)

Dan juga sesuai dengan pernyataan (Markham, 2006) bahwa dalam ekstraksi

flavonoid, pemilihan pelarut yang digunakan berdasarkan jenis flavonoid yang akan

diekstrak. Untuk jenis flavonoid yang kurang polar (isoflavon,flavanon,metal flavon

dan flavonol) dapat diekstrak dengan kloroform, dikloro metana, dietil eter atau etil

asetat).

Pada variabel perbandingan berat bahan dengan penggunaan pelarut yang

paling efisien adalah perbandingan 1:41. Hal ini sesuai dengan pernyataan

(Bernardini, 1982) bahwa dengan bertambahnya pelarut maka akan diperoleh hasil

yang lebih banyak tetapi bahan memiliki batas maksimum yang dapat terekstraksi

sehingga penggunaan pelarut yang berlebihan akan tidak efisien dikarenakan telah

terjadi adanya keseimbangan konsentrasi sehingga tidak ada perpindahan flavonoid

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil ektraksi

flavonoid dari daun kersen dengan pelarut etanol diperoleh pada saat

perbandingan berat bahan dengan pelarut 1:41, dan jumlah flavonoid

terbaik yang dapat terekstrak diperoleh pada saat penggunaan pelarut

etanol 80%.

2. Waktu maserasi terbaik adalah 18 jam dikarenakan telah dilakukan uji

pendahuluan dengan variabel waktu 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dan

kadar terbaik flavonoid diperoleh pada variabel 18 jam

V.2 Sar an

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). “Senyawa Flavonoid, Pengertian dan Manfaat”. URL:http://indobeta.

com/senyawa-flavonoid-pengertian-dan-manfaat/11058/, diakses pada tanggal 12

Januari 2014.

Arimjie. (2012). “Flavonoid”. URL: http://arimjie.blogspot.com/2011/02/fitokimia

flavonoid. html, diakses pada tanggal 26 Juni 2013.

Biojojo. (2012). “Muntingia Calabur a L. (Kersen/ Talok)”. URL:http://biojojo.blogspot.com

/2012/09/muntingia-calabura-l-kersentalok.html, diakses pada tanggal 12 Mei 2013

Bernardini,C.J. (1983).”Transport Pr ocesses and Unit Operations” ,2nd edition, Alynand

Bacon Inc., Masschussetts

Dewi, I.K. (2010). “Ekstraksi Flavonoid Dari Kulit J eruk Siam (Citr us Nobilis) sebagai

Bahan Desinfektan”. URL:http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian

detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=46245&obyek_id=4

diakses pada tanggal 12 Mei 2013.

Eka, Ahmad dan Haries A.P . (2010). Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan J umlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin J ahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Semarang :Universitas Diponegoro

Eskin, N.A.M. (1990). “Plant Pigments Flavour s and Texture”. Academic Press, New

York, 108

Farah U. (2008). “Optimisasi Ekstraksi Flavonoid Total Daun J ati Belanda”.

URL:https://www.google.com/#q=optimasi+ekstraksi+flavonoid+total+

daun+jati+belanda, diakses pada tanggal 16 Mei 2013.

Gamse T. (2002). “Liquid – Liquid Extr action and Solid – Liquid Extr action”.Granz

University of Technology, 2-24

Harborne JB. (1996). “Metode Fitokimia”. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.

(31)

Lucas, Howard J, David Pressman.(1949). “Pr inciples and Pr actice In Organic

Chemistry”, 663

Lugassi, A. (2002). “Flavonoid Aglycons in Foods of Plant Origin II. Fresh and Dr ied

Fr uits. Acta Ailmen, Hungary, 31-63

Marhkam, R.K. (2006). “FLAVONOIDS –Chemistr y,Biochemistry and Applications”.

London: CRC Taylor and Francis, 2

Mulyono,HAM. (2006). “Membuat Reagen Kimia di Laborator ium”. Jakarta. 33 34

Pranitasari,N. (2011). “Klasifikasi Tumbuhan Berbiji”. URL: http://novi-biologi.blogspot.

com/2011/06/kersen-muntinga-calabura.html, diakses pada tanggal 2 Juni 2013.

Reza. (2013). “Pengertian Destilasi dan Macam – Macam Destilasi”. URL:http//gustireza

2906.blogspot.com/2013/10/pengertian-destilasi-dan-macam-macam.html, diakses

pada tanggal 9 Oktober 2013.

Robinson T, (1995). “Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi”. Bandung: Institut

Teknologi Bandung, 191 -216

Rose, E. and Arthur, (1956). “The Condensed Chemical Dictionar y”,edisi kelima, hal, 447

dan 526, Dein Hold Publishing Coorporation, New york

Sakera,A. (2010). “Manfaat Daun Keres/Kersen (Muntingia Calabur a)” URL: http://

akbarsakera.wordpress.com/2010/10/04/manfaat-daun-kersen-muntinga-calabura/,

diakses pada tanggal 16 Juni 2013.

Selawa, W. (2013). “Kandungan Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak

Etanol Daun Binahong” URL: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/

article/download/1018/831, diakses pada tanggal 26 Maret 2014.

Sudjadi. (1986). " Metode Pemisahan" ,UGM Press, Yogyakarta, 27, 220-255, 353-362

Waji R.A,(2009). “Flavonoid”. URL:

(32)

APPENDIX

1. Menghitung volume etanol 96% (v/v) yang dibutuhkan untuk diencerkan menjadi

etanol 70% (v/v) sebanyak 1000 ml

N1 x P1 = N2 x P2 (Mulyono, 2006)

Dimana V = Volume Cairan

P = Persentase dalam % (v/v)

diketahui P1 = 0,96 ; P2 = 0.70 ; V2 = 1000

V1 x 0,96 = 1000 x 0,70

V1 = 729.17 ml

Jadi etanol 96 % sebanyak 729,17 ml di encerkan dengan aquades didalam labu ukur

hingga 1000 ml.

2. Menghitung kadar flavonoid dengan spektrofotometer (sensivitas = 0,1)

a. Ekstrak ditimbang 0,1 gram

b. Diencerkan menjadi 1000 ml

c. Nilai absorbansi sampel = 550 milimikron

d. Nilai absorbansi flavonoid standar 20 ppm = 680 milimikron

X 20 ppm (BPKI, 2014)

X 20 ppm = 16,03 ppm

Kadar = ,

. X 100%

(33)

LAMPIRAN

Proses Pengeringan

Hasil pengeringan dan sudah di ayak

(34)

Larutan Ekstrak Destilat sebelum di uji

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil ektraksi

flavonoid dari daun kersen dengan pelarut etanol diperoleh pada saat

perbandingan berat bahan dengan pelarut 1:41, dan jumlah flavonoid

terbaik yang dapat terekstrak diperoleh pada saat penggunaan pelarut

etanol 80%.

2. Waktu maserasi terbaik adalah 18 jam dikarenakan telah dilakukan uji

pendahuluan dengan variabel waktu 6 jam, 12 jam, 18 jam, 24 jam dan

kadar terbaik flavonoid diperoleh pada variabel 18 jam

V.2 Sar an

Diharapkan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2012). “Senyawa Flavonoid, Pengertian dan Manfaat”. URL:http://indobeta.

com/senyawa-flavonoid-pengertian-dan-manfaat/11058/, diakses pada tanggal 12

Januari 2014.

Arimjie. (2012). “Flavonoid”. URL: http://arimjie.blogspot.com/2011/02/fitokimia

flavonoid. html, diakses pada tanggal 26 Juni 2013.

Biojojo. (2012). “Muntingia Calabur a L. (Kersen/ Talok)”. URL:http://biojojo.blogspot.com

/2012/09/muntingia-calabura-l-kersentalok.html, diakses pada tanggal 12 Mei 2013

Bernardini,C.J. (1983).”Transport Pr ocesses and Unit Operations” ,2nd edition, Alynand

Bacon Inc., Masschussetts

Dewi, I.K. (2010). “Ekstraksi Flavonoid Dari Kulit J eruk Siam (Citr us Nobilis) sebagai

Bahan Desinfektan”. URL:http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian

detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=46245&obyek_id=4

diakses pada tanggal 12 Mei 2013.

Eka, Ahmad dan Haries A.P . (2010). Pengaruh Konsentrasi Etanol, Suhu dan J umlah Stage pada Ekstraksi Oleoresin J ahe (Zingiber officinale Rosc) Secara Batch. Skripsi. Semarang :Universitas Diponegoro

Eskin, N.A.M. (1990). “Plant Pigments Flavour s and Texture”. Academic Press, New

York, 108

Farah U. (2008). “Optimisasi Ekstraksi Flavonoid Total Daun J ati Belanda”.

URL:https://www.google.com/#q=optimasi+ekstraksi+flavonoid+total+

daun+jati+belanda, diakses pada tanggal 16 Mei 2013.

Gamse T. (2002). “Liquid – Liquid Extr action and Solid – Liquid Extr action”.Granz

University of Technology, 2-24

Harborne JB. (1996). “Metode Fitokimia”. Ed ke-2. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah.

(37)

Lucas, Howard J, David Pressman.(1949). “Pr inciples and Pr actice In Organic

Chemistry”, 663

Lugassi, A. (2002). “Flavonoid Aglycons in Foods of Plant Origin II. Fresh and Dr ied

Fr uits. Acta Ailmen, Hungary, 31-63

Marhkam, R.K. (2006). “FLAVONOIDS –Chemistr y,Biochemistry and Applications”.

London: CRC Taylor and Francis, 2

Mulyono,HAM. (2006). “Membuat Reagen Kimia di Laborator ium”. Jakarta. 33 34

Pranitasari,N. (2011). “Klasifikasi Tumbuhan Berbiji”. URL: http://novi-biologi.blogspot.

com/2011/06/kersen-muntinga-calabura.html, diakses pada tanggal 2 Juni 2013.

Reza. (2013). “Pengertian Destilasi dan Macam – Macam Destilasi”. URL:http//gustireza

2906.blogspot.com/2013/10/pengertian-destilasi-dan-macam-macam.html, diakses

pada tanggal 9 Oktober 2013.

Robinson T, (1995). “Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi”. Bandung: Institut

Teknologi Bandung, 191 -216

Rose, E. and Arthur, (1956). “The Condensed Chemical Dictionar y”,edisi kelima, hal, 447

dan 526, Dein Hold Publishing Coorporation, New york

Sakera,A. (2010). “Manfaat Daun Keres/Kersen (Muntingia Calabur a)” URL: http://

akbarsakera.wordpress.com/2010/10/04/manfaat-daun-kersen-muntinga-calabura/,

diakses pada tanggal 16 Juni 2013.

Selawa, W. (2013). “Kandungan Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak

Etanol Daun Binahong” URL: http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/

article/download/1018/831, diakses pada tanggal 26 Maret 2014.

Sudjadi. (1986). " Metode Pemisahan" ,UGM Press, Yogyakarta, 27, 220-255, 353-362

Waji R.A,(2009). “Flavonoid”. URL:

Gambar

Gambar II.3. Sesudah  Maserasi
Gambar II.4. Bentuk dasar flavonoid
Tabel 2. Daftar Indeks Polaritas
Gambar III.3. Alat Proses Distilasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah menentukan perbandingan etanol-air sebagai pelarut yang optimum untuk ekstraksi buah mahkota dewa dengan parameter kadar flavonoid

Perbandingan concrete minyak atsiri daun pandan wangi dengan pelarut etanol sebesar 1:8 merupakan perlakuan yang tepat untuk menghasilkan minyak atsiri daun

Telah dilakukan penelitian perbandingan metode maserasi dan refluks pada ekstraksi daun Kersen (Muntingia calabura L.) yang berpotensi sebagai antioksidan dengan

Cold cream ekstrak etanol daun kersen adalah sediaan kosmetika krim wajah dengan basis air dalam minyak (A/M) yang mengandung ekstrak etanol daun kersen 3% yang digunakan

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kersen (Muntingia calabura L .) memiliki aktivitas sebagai

Fraksi etil asetat daun kersen dibuat dengan cara ekstrak etanol daun kersen difraksinasi menggunakan n-heksan sebagai pelarut non polar dan etil asetat sebagai

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh konsentrasi pelarut, waktu ekstraksi, dan nisbah bahan baku (g)-pelarut (ml) pada ekstraksi daun jati belanda terhadap kadar

Pengujian aktivitas ekstrak etanol daun kersen terhadap penyembuhan luka bakar pada kulit punggung mencit putih jantan dilakukan dengan cara mencampurkan ekstrak etanol daun kersen