BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1.Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Konsep Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support Systems=DSS) pertama kali
diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh Michael Scott Morton, yang selanjutnya
dikenal dengan istilah “Management Decision Systems” (Sprague, 1982). Konsep Sistem Pendukung Keputusan merupakan sebuah sistem interaktif berbasis komputer
yang membantu pembuat keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.
“Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai dari tahap mengindentifikasi masalah, memilih
data yang relevan, menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan
keputusan, sampai pada kegiatan mengevaluasi pemilihan alternatif “ (Daihani, 2001).
Sistem pendukung keputusan juga merupakan suatu sistem interaktif yang
mendukung keputusan dalam proses pengambilan keputusan melalui
alternatif-alternatif yang di peroleh dari hasil pengolahan data,informasi dan rancangan model.
Model merupakan karakteristik utama dari sistem pendukung keputusan yang
merupakan suatu bentuk representasi yang disederhanakan atau abstraksi dari sebuah
realita (Turban dan Aronson, 1998)
2.1.2 Definisi Sistem Pendukung Keputusan
Definisi mengenai sistem pendukung keputusan yang ideal adalah :
a. SPK adalah sebuah sistem berbasis komputer dengan antarmuka antara
mesin/komputer dan pengguna.
b. SPK ditujukan untuk membantu pembuat keputusan dalam menyelesaikan
suatu masalah dalam berbagai level manajemen dan bukan untuk mengganti
c. SPK mampu memberi alternatif solusi bagi masalah semi/tidak terstruktur baik
bagi perseorangan atau kelompok dan dalam berbagai macam proses dan gaya
pengambilan keputusan.
d. SPK menggunakan data, basis data dan analisa model-model keputusan.
e. SPK bersifat adaptif, efektif, interaktif, easy to use dan fleksibel.
f. SPK menyediakan akses terhadap berbaga macam format dan tipe sumber data
(data source).
2.1.3 Komputer dan Keputusan
Terdapat beberapa alasan untuk menggunakan aplikasi komputer dalam proses
pembuatan keputusan yaitu (Turban & Aronson, 1998) :
1. Kecepatan perhitungan.
2. Keterbatasan manusia dalam proses dan penympanan.
3. Kemudahan melakukan koordinasi dan komunikasi dalam kelompok kerja.
4. Pengurangan biaya dan menghemat waktu.
5. Peningkatan produktivitas kerja.
6. Peningkatan kualitas pengambilan keputusan lewat simulasi komputer.
2.1.4 Proses Pengambilan Keputusan
Menurut (Sprague, 1982). menggambarkan proses pengambilan keputusan. Proses ini
terdiri atas empat fase, yaitu:
1. Tahap penelusuran (Intelligence)
Merupakan tahap pendefinisian masalah serta identifikasi informasi yang di
butuhkan yang berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan
diambil.
2. Perancangan (Desain)
Merupakan tahap analisa dalam kaitan mencari atau merumuskan
alternatif-alternatif pemecahan masalah. Setelah permasalahan di rumuskan dengan baik, maka
tahap berikutnya adalah merancang atau membangun model pemecahan masalahnya
3. Pilihan (Choice)
Dengan mengacu pada rumusan tujuan serta hasil yang diharapkan selanjutnya
manajemen memilih alternatif solusi yang di perkirakan paling sesuai. Pemilihan
alternatif ini akan mudah dilakukan kalau hasil yang di inginkan terukur atau memiliki
nilai kuantitas tertentu, sebaliknya apabila hasil yang di harapkan tidak terukur secara
kuantitatif, pemilihan alternatif sangat sukar dilakukan.
4.Implementasi (Implementation)
Merupakan tahap pelaksanaan dari keputusan yang telah di ambil. Pada tahap
ini perlu disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat
di pantau dan disesuaikan apabila diperlukan perbaikan-perbaikan.
Keempat langkah-langkah dalam pengambilan keputusan tersebut dapat dilihat pada
gambar. 2.1
Sistem informasi manajemen/
Pengolahan data elektronik
Ilmu
manajemen/operation research
2.1.5 Karakteristik dan kapabilitas kunci dari Sistem Pendukung Keputusan
Karakteristik dan kapabilitas kunci dari sistem pendukung keputusan tersebut
membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik
dan lebih konsisten pada satu cara yang dibatasi waktu (Turban, 2005).
Design
Perancangan penyelesaian masalah
Choice Pemilihan tindakan
Implementation
Pelaksanaan tindakan
Intelligence
Penelusuran lingkup masalah
1. Dukungan untuk pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur
dan tak ter struktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi
terkomputerisasi.
2. Dukungan untuk semua level managerial, dari eksekutif puncak sampai
manager lini.
3. Dukungan untuk individu dan kelompok.
4. Dukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan dapat
dibuat satu kali atau berulang kali.
5. Dukungan di semua fase proses pengambil keputusan: intelegensi, desain,
pilihan dan implementasi.
6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambil keputusan.
7. Adaptivitas sepanjang waktu.
8. Kemudahan terhadap sistem (user friendly).
9. Peningkatan terhadap keefektifan pemgambil keputusan (akurasi, timeless,
kualitas) ketimbang pada efisiensinya (biaya pengambilan keputusan).
10.Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses
pengambilkan keputusan dalam memecahkan masalah.
11.Pengguna akhir dapat mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem
sederhana.
12.Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambil
keputusan.
13.Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe.
14.Dapat dilakukan sebagai alat standalone yang digunakan oleh seorang
pengambil keputusan pada satu lokasi atau didistribusikan di satu organisasi
Gambar 2.2 Karakteristik dan kapabilitas kunci dari Sistem Pendukung
Keputusan
2.2 System Development Life Cicle (SDLC)
System Development Life Cycle (SDLC) adalah pendekatan bertahap untuk melakukan
analisa dan membangun rancangan sistem dengan menggunakan siklus yang spesifik
terhadap kegiatan pengguna (Kendall & Kendall, 2006). System Development Life
Cycle (SDLC) juga merupakan pusat pengembangan sistem informasi yang efisien.
SDLC terdiri dari 4 (empat) langkah kunci yaitu, perencanaan dan seleksi, analisis,
desain, implementasi dan operasional (Valacich et al, 2012). Selain itu, System
Development Life Cycle (SDLC) adalah sebuah proses memahami bagaimana Sistem
Informasi dapat mendukung kebutuhan bisnis, merancang system, membangun sistem,
dan memberikannya kepada pengguna (Dennis et al, 2005).
Berdasarkan pada penjelasan diatas maka SDLC dapat disimpulkan sebagai
sebuah siklus untuk membangun sistem dan memberikannya kepada pengguna
melalui tahapan perencanaan, analisa, perancangan dan implementasi dengan cara
memahami dan menyeleksi keadaan dan proses yang dilakukan pengguna untuk dapat
mendukung kebutuhan pengguna. Untuk menggunakan SDLC maka dibutuhkan
sumber data awal dari pengguna yang dijadikan acuan dalam perencanaan, analisa,
perancangan dan implementasi. Penggunaan acuan ini dimaksudkan agar sistem yang
dibangun bisa menjembatani kebutuhan pengguna dari permasalahan yang
dihadapinya.
1. Perencanaan
Fase perencanaan adalah sebuah proses dasar untuk memahami mengapa
sebuah sistem itu harus dibangun, dan pada fase ini memang diperlukan
analisa kelayakan dengan mencari data atau melakukan proses information
gathering kepada para pengguna. Sebagai contoh: proses dalam feasibility dan
wawancara , observasi dan kuosiener. Misal Jika pada tahap Feasibility
hasilnya baik maka langsung ketahap investigasi dan diberi form kepada client
untuk mencatat kebutuhan client. Dalam sistem investigasi, dapat berupa
wawancara, kuosiener atau observation. Dalam tahap ini hal yang pertama
dilakukan adalah memberikan form ke user yang digunakan untuk mengetahui
permintaan user.
2. Analisis
Fase analisis adalah sebuah proses investigasi terhadap sistem yang sedang
berjalan dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban mengenai pengguna
sistem, cara kerja sistem dan waktu penggunaan sistem. Dari proses analisa ini
akan didapatkan cara untuk membangun sistem baru.
3. Rancangan
Fase perancangan merupakan proses penentuan cara kerja sistem dalam hal
architechture design, interface design, database dan spesifikasi file, dan
program design. Hasil dari proses perancangan ini akan didapatkan spesifikasi
sistem.
4. Implementasi
Fase implementasi adalah proses pembangunan dan pengujian sistem, instalasi
sistem, dan rencana dukungan sistem. Contohnya: konstruksi, instalasi,
pengujian dan pengiriman sistem ke dalam produksi (artinya operasi
menempatkannya ke dalam operasi, dan selanjutnya dilaksanakan tahap
pengujian.
2.2.1 Contoh Metodologi atau model pengembangan sistem, baik yang terstruktur
maupun yang berbasis obyek.
Metodologi Waterfall
Metodologi Waterfall merupakan model klasik yang sederhana dengan aliran sistem
yang linier. Output dari setiap tahap merupakan input bagi tahap berikutnya. Model ini
pertama kali diperkenalkan oleh Winston Royce tahun 1970, sekarang model ini lebih
dikenal dengan Liner Sequential Model.
Karakteristik dari metodologi waterfall ini meliputi beberapa bagian, yaitu :
1. Aktivitas mengalir dari satu fase ke fase lainnya secara berurutan.
2. Setiap fase dikerjakan terlebih dahulu sampai selesai, jika sudah selesai baru mulai
menuju fase berikutnya. Seperti gambar 2.3 yang menggambarkan metode Waterfall
secara berurutan:
2.3Metode Profile Matching
Profile matching merupakan suatu proses yang sangat penting dalam manajemen
SDM dimana terlebih dahulu ditentukan kompetensi (kemampuan) yang
diperlukan oleh suatu jabatan. Kompetensi/kemampuan tersebut haruslah dapat System
Engineerin g
Analysis
Design
Coding
maintenance Testing
dipenuhi oleh pemegang/calon pemegang jabatan. Dalam proses profile matching
merupakan proses membandingkan antara kompetensi individu kedalam
kompetensi jabatan sehingga dapat diketahui perbedaan kompetensinya (disebut
juga gap), semakin kecil gap yang dihasilkan maka bobot nilainya semakin besar
yang berarti memiliki peluang lebih besar untuk karyawan menempati posisi
tersebut. Metode profile matching digunakan untuk pemilihan karyawan
berprestasi.
Dalam perhitungan yang akan dilakukan untuk proses perencanaan karir,
diambil contoh 7 orang karyawan yang akan dilakukan proses perhitungan yaitu 7
karyawan sampel dengan NIK 1111, 2222, 3333, 4444, 5555, 6666, 7777.
Langkah-langkah proses penentuan pemilihan karyawan berprestasi adalah
sebagai berikut:
2.3.1 Menentukan Variabel-variabel Pemetaan Gap Kompetensi
Variabel-variabel dan cara perhitungan yang dipergunakan dalam pemilihan karyawan
berprestasi sama dengan yang digunakan pada perencanaan karir yaitu:
a. Kapasitas Intelektual
Aspek kapasitas intelektual antara lain : 1. Capability
2. Capacity
3. Konsentrasi 4. Antisipasi
b. Sikap Kerja
Aspek sikap kerja antara lain : 1. Tanggung-jawab
2. Kerjasama 3. Kehadiran 4. Kepemimpinan
5. Kemampuan organisasi 6. Komunikasi
7. Kreatifitas 8. Kepercayaan diri 9. Inisiatif
c. Perilaku
2. Kejujuran
d. Skill
Aspek skill antara lain : 1. Kualitas kerja
2. Pengetahuan tentang pekerjaan 3. Pendidikan
4. Pengalaman kerja
2.3.2 Menghitung Hasil Pemetaan Gap Kompetensi
Gap adalah beda antara profil jabatan maupun standar untuk perencanaan karir dengan
profil karyawan yang ditunjukkan pada rumus berikut :
Sedangkan untuk pengumpulan gap-gap yang terjadi itu sendiri pada tiap aspeknya
mempunyai perhitungan yang berbeda-beda
2.4 Flowchart Sistem secara umum
Alur proses sistem pemilihan karyawan terbaik secara umum dibagi menjadi dua yaitu
dengan metode SDLC dan metode Profile Matching. Dalam penggunaan sistem yang
akan di bangun oleh penulis, pertama user yang akan menggunakan sistem tersebut
harus melakukan input username dan password, setelah validasi username dan
password telah berhasil selanjutnya akan tampil menu utama sistem.
Flowchart system dapat dilihat pada gambar 2.4 :
start
Input username dan password
Proses Cek Login
Apakah Inputan Valid? T
Tampilkan Menu Utama Y
Inputan Parameter SPK
Inputan valid?
Proses Penyelesaian Metode SPK
Y N
Proses SPK Berhasil
End
Gambar 2.4 Flowchart Sistem Secara Umum
2.5Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sistem pendukung keputusan yang relevan dengan penelitian
yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Fernando T, Yohansen Yundi (2013) Sistem Pendukung Keputusan Seleksi
Pelamar Berdasarkan Psikogram Dengan Metode Profile Matching
Universitas Pendidikan Indonesia. Salah satu tahapan dalam seleksi adalah
GRAHA menghasilkan sebuah psikogram yang digunakan dalam menentukan
seorang pelamar diterima atau tidak untuk melanjutkan tes seleksi selanjutnya.
Dalam proses seleksi psikologi ini dibutuhkan sebuah sistem pendukung
keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk Sistem Pendukung
Keputusan adalah dengan menggunakan metode Profile Matching. Pada
penelitian ini akan diangkat suatu kasus yaitu mencari pelamar yang terbaik
berdasarkan hasil psikogram di PT. CIPAGANTI CITRA GRAHA untuk
jabatan administrasi, call centre, customer service officer, kasir, mekanik, dan
staff pool. Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi pelamar terbaik dari
sejumlah pelamar yang ada, dalam hal ini pelamar yang berhak melanjutkan
tes seleksi berikutnya berdasarkan hasil psikogram. Penelitian dilakukan
dengan mencari nilai bobot untuk setiap aspek pada psikogram dan kemudian
melalui proses perhitungan Profile Matching menghasilkan nilai akhir dan
proses perangkingan yang akan digunakan sebagai pendukung keputusan bagi
pihak manajerial untuk menentukan pelamar yang terbaik.
2. Muhammad Ardiansyah Damanik Sistem Pendukung Keputusan Pemindahan
Tugas Karyawan Dengan Menggunakan Metode Profie Matching Perkebunan
Nusantara III Medan) Penelitian ini penulis lakukan di PT. Perkebunan
Nusantara III, diharapkan mewakili problem yang penulis teliti. Salah satu
masalah yang penulis teliti adalah tentang pemindahan tugas yang sesuai
dengan kriteria yang ada. Jika terjadi rencana pemindahan tugas pada sektor
daerah tertentu maka pemilihan pegawai yang tepat untuk diposisikan dalam
daerah tersebut dapat dilakukan dengan menganalisis karyawan-karyawan
sesuai dengan kriteria jabatan dan daerah yang akan dipimpin. Prestasi dan
potensi pegawai dapat terlihat ketika pegawai tersebut telah berkompetisi
sesuai dengan tugas dan pekerjaan yang dimilikinya. Agar pegawai dapat
melaksanakan tugas dan peran pada jabatan di daerah yang didudukinya secara
tepat dan produktif, pegawai harus memiliki beberapa kriteria seperti
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan perilaku yang baik. Sistem pengambilan
keputusan ini dibangun untuk membantu perusahaan dalam proses pemindahan
akan dipindah tugaskan guna menjaga keseimbangan antara tenaga kerja
dengan komposisi pekerjaan atau jabatan.
3. Ilman Fahma Dwijaya (2014) Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
Universitas Komputer Indonesia. Sistem Pendukung Keputusan Kenaikan Jabatan Pada PT. Sysmex Menggunakan Metode Profile Matching. Sesuai
dengan peraturan yang telah ditetapkan PT. Sysmex dalam melakukan proses
kenaikan pangkat jabatan, maka diperlukan kriteria-kriteria untuk menentukan siapa yang akanterpilih untuk memenuhi jabatan khususnya pada divisi sales
manager. Dalam proses penentuan jabatan ini dibutuhkan sebuah sistem
pendukung keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk Sistem
Pendukung Keputusan adalah dengan menggunakan metode ProfileMatching.
Pada penelitian ini akan diangkat suatu kasus yaitu mencari solusi terbaik
bedasarkan kompetensi karyawan di PT. Sysmex (divisi sales) menggunakan
metode Profile matching. Metode ini dipilih karena mampu menyeleksi
kandidat terbaik dari sejumlah karyawan yang ada, dalamhal ini kandidat yang
dimaksudkan yaitu karyawan yang berhak menduduki jabatan yang tersedia
berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan. Penelitian dilakukan dengan
mencari nilai bobotuntuk setiap atribut, seperti contoh adalah aspek kapasitas
intelektual, aspek sikap kerja, danaspek perilaku, kemudian dilakukan proses
perankingan yang akan menentukan alternatif yang optimal, yaitu karyawan