BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kebersihan rongga mulut merupakan hal penting yang perlu dijaga oleh setiap individu. Keadaan kebersihan rongga mulut seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti perilaku pemeliharaan kebersihan rongga mulut dan peran dokter gigi dalam memberikan motivasi dan instruksi.17 Namun, pada sebagian orang yang mengalami maloklusi, menjaga kebersihan rongga mulut sulit untuk dilakukan. Maloklusi merupakan bentuk hubungan rahang atas dan rahang bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk normal. Maloklusi dapat disebabkan karena tidak adanya keseimbangan dentofasial.18
Prevalensi maloklusi yang terjadi pada remaja di Indonesia cukup tinggi, yaitu 90% pada tahun 1983 dan 89% pada tahun 2006. Penelitian lain mengenai prevalensi maloklusi juga dilakukan oleh Dewi (2008) pada remaja SMU di kota Medan, yaitu sebesar 60,5% dengan kebutuhan perawatan ortodonti sebesar 23%.13 Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintan pasien terhadap penggunaan piranti ortodonti khususnya piranti cekat juga akan meningkat, sebab perawatan ortodonti dapat mengoreksi dan mencegah maloklusi yang lebih parah.10 Memperbaiki kelainan susunan pada gigi-geligi, akan membantu dan memudahkan seseorang dalam menjaga kebersihan rongga mulutnya.19
2.1 Saliva
Saliva merupakan cairan kompleks yang dihasilkan dalam rongga mulut oleh beberapa kelenjar saliva dan terdiri atas air dan kandungan lainnya.5 Sekitar 90% saliva dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.1,20 Kelenjar saliva terdiri atas kelenjar mayor dan minor, dimana sebagian besar produksi saliva dihasilkan oleh kelenjar mayor, yaitu kelenjar parotid, submandibular dan sublingual. Kelenjar saliva minor terdiri atas kelenjar saliva yang terletak pada daerah labial, bukal, palatoglosal, palatal dan lingual.5,21
Gambar 1. Lokasi kelenjar saliva mayor parotid, submandibula, dan sublingual21
dan bikarbonat (HCO3-). Kandungan elektrolit lainnya seperti kalsium, fosfat, flour,
tiosianat, magnesium sulfat, dan iodin. Kandungan organik dalam saliva terdiri atas protein, karbohidrat, lipid dan molekul organik lainnya.4,5,8 Komponen saliva dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komponen dan Fungsi Saliva6
Fungsi Komposisi
Lubrikasi Musin, proline-rich glycoprotein,
Aksi antimikroba Lisozim, laktoferin, laktoperoksida, mucin, sistin, histatin, immunoglobulin, proline-rich glycoprotein, IgA
Menjaga integritas mukosa Musin, elektrolit, air
Pembersihan Air
Kapasitas buffer dan remineralisasi Bikarbonat, fosfat, kalsium, staterin, proline-rich anionic protein, fluor
Mempersiapkan makanan sebelum penelanan Air, musin
Pencernaan Amilase, lipase, ribonuklease,
protease, air, musin,
Perasa Air, gustin
Fonasi Air, gustin
Salah satu fungsi penting saliva adalah menjaga kebersihan rongga mulut.5 Selain itu, saliva juga membantu pencernaan dan penelanan makanan.1 Fungsi lain saliva dalam rongga mulut diantaranya:4-6,21
Sebagai pelumas makanan saat mengunyah, menelan dan membantu
dalam fungsi berbicara
Membawa unsur-unsur tertentu
Berperan sebagai buffer, untuk menjaga integritas enamel Membatasi aktivitas bakteri
Menciptakan kesehatan bagi mukosa oral
Membantu pembentukan pelikel, yang merupakan membran pelindung
permukaan gigi
Saliva merupakan faktor penting dalam pencegahan karies, kelainan periodontal serta untuk mendeteksi gambaran penyakit mulut lainnya. Sekresi saliva yang menurun akan menyebabkan kesukaran berbicara, mengunyah dan menelan.2,6 Selain itu, berkurangnya laju aliran saliva dapat terjadi pada pasien lanjut usia akibat proses menua, efek samping obat-obatan yang dikonsumsi, dan hormonal, sehingga memberikan efek mulut kering (xerostomia).5
2.1.1 Laju Aliran Saliva
Sekresi saliva yang diatur dengan baik sangat penting dalam menjaga kesehatan rongga mulut. Pada sekresi saliva yang berkurang dapat menyebabkan inflamasi dan percepatan proses karies, sedangkan sekresi saliva yang berlebih dapat sangat mengganggu saat berbicara. Sekresi saliva diatur oleh sistem saraf otonom parasimpatis maupun simpatis.2
Sekresi saliva per hari berkisar 500-700 ml dan rata-rata volume dalam rongga mulut adalah 1,1 ml. Laju aliran saliva terbesar diproduksi selama dan sesudah makan, dan paling sedikit diproduksi pada malam hari, khususnya ketika tidur. Rangsangan mekanis dan elektrik dapat meningkatkan sekresi saliva sampai 1,5 ml/menit. Pada keadaan istirahat, sekresi saliva rata-rata 0,25-0,35 ml/menit, yang sebagian besar diproduksi oleh kelenjar submandibula dan sublingual.6
Laju aliran saliva dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain:2
Mekanis, misalnya pemakaian piranti ortodonti, mengunyah makanan keras
atau permen karet
Kimiawi, misalnya rangsangan rasa seperti asam, manis, asin, pahit dan
pedas
Neuronal, melalui sistem saraf otonom, baik simpatis maupun parasimpatis Psikis dan stress dapat menghambat sekresi saliva, sedangkan ketegangan
dan kemarahan dapat menjadi stimulasi
Rangsangan rasa sakit, seperti inflamasi, gingivitis, pemakaian piranti
orotodonti dan protesa dapat menstimulasi sekresi
2.1.2 Derajat Keasaman (pH) Saliva
Makanan yang kita makan menyebabkan saliva bersifat asam maupun basa. Peran lingkungan saliva terhadap proses karies tergantung dari komposisi, viskositas dan mikroorganisme pada saliva. Derajat keasaman (pH) saliva dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva terutama oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva dan berasal dari kelenjar saliva. Berikut beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva:1,2
Rata-rata kecepatan aliran saliva Mikroorganisme rongga mulut Kapasitas buffer saliva
Irama sirkadian dan diet
Derajat keasaman (pH) saliva dalam keadaan normal antara 5,6-7,0 dengan rata-rata pH 6,7. pH saliva yang optimum untuk pertumbuhan bakteri adalah 6,5-7,5 dan pH rongga mulut yang berkisar antara 4,5-5,5 akan memudahkan pertumbuhan mikroorganisme asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.1
sehingga sumbangan bikarbonat kepada kapasitas buffer paling tinggi adalah 50%. pH saliva dapat naik cepat setelah stimulasi ringan dan berjalan dari pH 6,0-7,4 pada kecepatan sekresi 1 ml/menit. Konsentrasi bikarbonat pada saliva yang dirangsang sekitar 85%. Oleh, kecepatan sekresi saliva dapat mempengaruhi derajat keasaman saliva. Keadaan psikologis juga dapat menyebabkan penurunan pH saliva akibat penurunan kecepatan sekresinya.2
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran dan pH Saliva
Perubahan laju aliran saliva dapat disebabkan oleh:2,9 Penyakit sistemik
Rangsangan rasa sakit (seperti inflamasi, gingivitis, protesa dan alat
ortodonti)
Diet, kadar hormon, gerak badan dan obat
Keadaan psikologis (emosi, stress, putus asa dan rasa takut) Usia
Kista dan tumor kelenjar saliva Bernafas melalui mulut
Agenesis kelenjar saliva (sangat jarang terjadi) AIDS
Derajat keasaman saliva selalu dipengaruhi perubahan yang disebabkan oleh irama sirkadian, diet, dan perangsangan kecepatan sekresi. Sehubungan dengan irama sirkadian, pH saliva meningkat segera setelah bangun (keadaan istirahat), tetapi kemudian cepat turun kembali.2
2.1.4 Metode Pengumpulan Saliva
dan mulut harus tetap terbuka kemudian saliva dibiarkan mengalir pada wadah yang telah disediakan. Pada akhir pengumpulan saliva, sisa saliva pada mulut harus diludahkan ke wadah percobaan.22
Metode yang dapat dipakai untuk mengumpulkan saliva antara lain:23 a. Passive Drool
Metode ini adalah metode yang paling sering digunakan. Caranya adalah dengan mengeluarkan saliva secara pasif ke dalam wadah kecil. Passive drool sangat direkomendasikan karena metode ini telah diterima oleh banyak peneliti.
Gambar 2. Metode passive drool22
b. Metode Spitting
Saliva dikumpulkan di dasar mulut dan kemudian subjek meludahkannya ke dalam test tube setiap 60 detik. Untuk pengumpulan pH saliva yang distimulasi, pasien diinstruksikan untuk mengunyah parafin wax atau chewing gum.
c. Metode Suction
Saliva diaspirasi terus-menerus dari dasar mulut ke dalam test tube dengan saliva ejector atau aspirator. Saliva dikumpulkan dalam masa waktu tertentu.
d. Metode Absorbent
2.2Ortodonti
Ilmu ortodonti adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan pencegahan, intresepsi dan pengoreksian maloklusi dan abnormalitas dentofasial lainnya sehingga diperoleh penampilan dentofasial yang menyenangkan secara estetika. Ortodonti berasal dari kata orthos yang artinya mengoreksi dan edontos yang berarti gigi. Kata orthodontic pertama kali diperkenalkan oleh Felon. Pada tahun 1922, para ahli ortodonti Inggris menjadikan ortodonti sebagai ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan bagian rahang dan wajah serta tubuh yang mempengaruhi posisi gigi. Tujuan perawatan ortodonti menurut Jackson yang
dikenal sebagai Jackson’s Triad adalah untuk efisiensi fungsional, keseimbangan
struktural, dan harmonis estetis.24
Perawatan ortodonti adalah salah satu jenis perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran gigi yang bertujuan mendapatkan penampilan dentofasial yang baik secara estetika yaitu dengan memeperbaiki susunan gigi berjejal, mengoreksi penyimpangan rotasional dan apikal dari gigi-geligi, mengoreksi hubungan antar insisal serta menciptakan hubungan oklusi yang baik.25 Secara garis besar, piranti ortodonti dibagi atas removable appliance (piranti lepasan), fixed appliaance (piranti ortodonti cekat) dan functional appliance.26 Pemakaian ketiga piranti ortodonti tersebut dapat menyebabkan perubahan pada lingkungan rongga mulut, termasuk laju aliran dan pH saliva.10
Piranti ortodonti lepasan (removable appliance)
Piranti ortodonti lepasan merupakan piranti yang digunakan dalam perawatan ortodonti yang dapat dipakai dan dilepas sendiri oleh pasien.27 Penggunaan piranti ortodonti lepasan dapat mengurangi kekeringan rongga mulut, yang artinya terjadi peningkatan laju aliran saliva saat pemakaian piranti ortodonti lepasan tersebut.28 Sedangkan pH saliva pada saat penggunaan piranti ortodonti lepasan masih dalam batas normal.29
Piranti ortodonti cekat (fixed appliance)
komponen dasar yaitu bracket, archwire dan assesoris. Interaksi dari ketiga komponen ini menentukan cara berfungsinya piranti tersebut.25
Selain keuntungan dalam memperbaiki maloklusi, pemakaian piranti ortodonti cekat juga menyebabkan perubahan lingkungan dalam rongga mulut, seperti perubahan pada konsentrasi bakteri, kapasitas buffer saliva, derajat keasaman (pH) saliva dan laju aliran saliva.10
Efek pemakaian piranti ortodonti cekat terhadap laju aliran dan pH saliva dapat disebabkan oleh adanya rangsangan rasa sakit yang diberikan pasca pemasangan.2 Disamping itu, penggunaan piranti ortodonti cekat dapat meningkatkan laju aliran saliva, kapasitas buffer dan pH saliva dalam kurun waktu minimal sebulan sebagai suatu bentuk respon fisiologis tubuh yang menganggap pesawat ortodonti cekat sebagai benda asing. Pemasangan ortodonti cekat pada pasien maloklusi meningkatkan proses stimulasi secara mekanis di dalam rongga mulut.10
Piranti ortodonti fungsional (functional appliance)
Alat fungsional berguna mengoreksi maloklusi dengan menggunakan, menghilangkan dan memodifikasi gaya yang dihasilkan oleh otot orofasial, erupsi gigi, dan pertumbuhan dentofasial.26 Penggunaan piranti ortodonti fungsional akan menyebabkan peningkatan produksi saliva pada awal pemakaian. Namun setelah beberapa hari, produksi saliva akan kembali normal.30
2.3 Pengaruh Perawatan Ortodonti Cekat terhadap Laju Aliran dan pH
Saliva
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Terkendali: Tidak Menderita Penyakit
Sistemik
Oral Hygiene Baik Tidak Merokok
Variabel Tergantung: Laju aliran saliva pH saliva
Variabel Tidak Terkendali: Faktor psikologis: Stress
Emosi
Tingkat kecemasan
Variabel Bebas: Pemakaian Piranti Ortodonti