BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala kebijakan di bidang pembangunan yang terkait dengan penanaman
modal harus ditujukan untuk mencapai sebesar-besarnya kesejahteraan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini sejalan dengan apa yang diamanahkan oleh Pasal
33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Didalam Pasal
33 ayat (2) dirumuskan bahwa, cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan yang menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Oleh
karena itu, pemanfaatan sumber daya alam harus dilakukan secara terencana,
cermat, terukur dan proporsional. Untuk melaksanakan pembangunan tersebut,
tidak dipungkiri membutuhkan modal yang tidak sedikit. Bila hanya
mengandalkan modal dari sumber dana pemerintah, hampir dipastikan agak sulit
untuk mencapai pembangunan yang dicita-citakan tersebut. Untuk itu perlu dicari
sumber dana lain.26
Pembangunan itu tidak boleh menimbulkan keengganan apalagi menolak
sama sekali untuk memanfaatkan potensi-potensi modal, teknologi, dan keahlian
yang tersedia di luar negeri selama hal itu semua benar-benar diabdikan kepada
kepentingan ekonomi rakyat tanpa mengakibatkan ketergantungan kepada luar
negeri. Tegasnya harus dibuka pintu bagi Penanam Modal Asing (PMA) dengan
26
pranata hukum investasi, sehingga diharapkan ada payung hukum yang jelas bagi
pelaksanaan kegiatan penanaman modal di Indonesia.27
Globalisasi ekonomi dewasa ini telah melahirkan berbagai kejadian baru
dalam perkembangan ekonomi dunia, yaitu terjadinya era pasar bebas
internasional, interdepedensi sistem yang baik dalam bidang politik maupun
ekonomi, lahirnya berbagai lembaga ekonomi internasional, pengelompokan
negara dalam kawasan ekonomi regional, maju pesatnya pelaku ekonomi
transnational corporation, dan lahirnya military industrial complex. Hal ini tidak
dapat dilaksanakan dalam kevakuman hukum dan kaidah-kaidah hukum sangat
diperlukan untuk mengatur mekanisme hubungan agar tidak menjadi konflik
kepentingan dalam pembangunan ekonomi suatu bangsa.28
Era globalisasi menjadikan batas non fisik antarnegara semakin sulit untuk
dibedakan dan bahkan cenderung tanpa batas (borderless state). Dampak yang
sangat terasa terjadinya globalisasi yakni arus informasi yang begitu cepat sampai
di tangan masyarakat. Jadi tidaklah mengherankan, jika berbagai pihak khususnya
kalangan pebisnis sangat memburu informasi, sebab siapa yang menguasai
informasi dialah yang terdepan. Demikian juga halnya arus transportasi dari satu
negara ke negara lain, begitu cepat dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal ini
semua tentu berkat dukungan teknologi yang digunakan dan dikembangkan oleh
ahlinya. Dengan semakin dekatnya batas satu negara dengan negara lain peluang
untuk berinvestasi, terlebih lagi hampir semua negara dewasa ini sudah membuka
diri bagi investor asing, sangat terbuka luas.29
27
Ibid. hlm. 34. 28
Abdul Manan, Peranan Hukum dalam Pembangunan Ekonomi (Jakarta : Kencana, 2014), hlm.3-4.
29
Penanaman modal merupakan sektor utama yang sangat diandalkan oleh
Negara-negara di dunia untuk menggerakan roda perekonomian negara.
Penanaman modal asing dapat berperan dalam pembangunan ekonomi,
meningkatkan produksi, memberi perluasan kesempatan kerja, mengolah
sumber-sumber potensi ekonomi dalam negeri. Penanaman modal asing diharapkan dapat
pula ikut berperan dalam meningkatkan taraf hidup mayarakat dan pembangunan
ekonomi pada umumnya. Penanaman modal asing juga dipandang sebagai bidang
yang sangat menguntungkan bagi negara tuan rumah (host country), karena
dengan adanya penanaman modal asing ini, negara penerima modal asing dapat
menjamin dan mengalihkan modal dalam negeri yang tersedia untuk digunakan
bagi kepentingan publik.30
Penanaman modal asing ke negara sedang berkembang pada prinsipnya
bersangkutan dengan tiga hal pokok yaitu, ekonomi, politik dan hukum. Tiga
faktor tersebut mempunyai pengaruh besar terhadap masuknya modal asing ke
suatu negara. Dalam praktik masuknya penanaman modal asing ke suatu negara
dengan perhitungan ekonomis saja kadang dapat mudah dilakukan, tetapi aspek
politik dan hukum sebenarnya yang memegang peranan penting dalam efektivitas
operasi modal asing tersebut. Bagi negara sedang berkembang termasuk dalam
bagian dari pada rencana pembangunan ekonomi negara tersebut.31
Penanaman modal asing telah berkembang pesat pada akhir abad ke-20
melebihi perkembangan perdagangan internasioanal dan mempunyai keterkaitan
secara prinsip dengan ekonomi nasional. Penanaman modal asing sejak tahun
30
M. Sornarajah, The Internasional Law Foreign Investment, (dalam) An An Chandrawulan, Hukum Perusahaan Multinasional, Liberalisasi Hukum Perdagangan Internasional dan Hukum Penanaman Modal (Bandung : Alumni, 2011), hlm 1.
1995 telah meningkat sebesar 40 %, mengalir dari negara maju ke negara
berkembang.32
Bagi Indonesia sendiri penanaman modal asing di Indonesia menjadi
sesuatu yang sifatnya tidak dapat dihindarkan (inevitable), bahkan mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis dalam menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional. Hal ini disebabkan pembangunan nasional Indonesia
memerlukan pendanaan yang besar untuk dapat menunjang tingkat pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan. Kebutuhan pendanaan tersebut tidak hanya dapat
diperoleh dari sumber-sumber pendanaan dalam negeri, tetapi juga dari luar
negeri.33
Hal itu yang menyebabkan penanaman modal asing menjadi salah satu
sumber pendanaan luar negeri yang strategis dalam menunjang pembangunan
nasional, khususnya dalam pengembangan sektor riil yang pada gilirannya
diharapkan akan berdampak pada pembukaan lapangan kerja secara luas.34
Seiring perkembangan waktu, negara-negara dewasa ini tengah menuju tahap
integrasi ekonomi yang baru dengan kehadiran penanaman modal langsung ke
bidang atau sektor yang semakin luas.35
Termasuk Indonesia sebagai negara dikawasan ASEAN, saat ini telah
menyepakati integrasi pasar yaitu Asean Economic Community (AEC) 2015
bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya, dimana dengan adanya AEC
2015 ini maka akan terjadi pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terampil dan juga arus modal yang lebih bebas, hal ini tentu akan mendorong
peningkatan jumlah investor untuk menanamkan modalnya ke Indonesia.
Selain kesepakatan integrasi pasar negara-negara ASEAN yang tahun ini
mulai berlangsung, sebelumnya juga telah menjadi pokok perhatian yaitu
kesepakatan-kesepakatan atau perjanjian-perjanjian baik bilateral maupun
multilateral terkait dengan masuknya arus modal terutama melalui investasi,
seperti General Agreement On Tariff and Trade (GATT), Asean China Free trade
Area (ACFTA) dan kesepakatan-kesepakatan internasional lainnya dimana
kesepakatan-kesepakatan internasional tersebut melahirkan suatu prinsip-prinsip
yang kemudian harus dipedomani dan melekat kepada setiap negara-negara yag
menyepakatinya, terutama dalam membuat suatu produk hukum nasional yang
mengatur masalah-masalah yang menjadi objek dalam kesepakatan tersebut, yang
dalam hal ini penanaman modal merupakan salah satunya. Prinsip-prinsip tersebut
bertambah luas penerapannya sampai pada masalah-masalah yang terkait dengan
pembangunan suatu negara melalui peraturan penanaman modal asing.36
Selain itu, terhadap negara-negara anggota World trade Organisation
(WTO), yang telah meratifikasi kesepakatan perjanjian tentang pembentukan
WTO yang mana merupakan produk hukum Putaran Uruguay terutama Indonesia,
melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement
Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia), berakibat kepada terikatnya negara tidak saja pada
Perjanjian Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia tetapi juga terikat kepada
36
seluruh kesepakatan yang dihasilkan selama Putaran Uruguay, termasuk
didalamnya Agreement onTRIM’s dan GATS.37
Penataan masalah-masalah investasi dalam kerangka WTO telah
mengarah pada pembentukan sebuah rezim investasi multilateral,38 konsekuensi
dari hadirnya rezim investasi multilateral adalah semakin terdesaknya kedaulatan
negara untuk mengatur sendiri investasi asing yang berada diwilayah hukum
negara tersebut.39
Berdasarkan uraian diatas, menarik kemudian untuk mengkaji masalah kedaulatan
negara penerima penerima modal asing dalam membuat suatu peraturan
penanaman modal kedalam skripsi penulis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini
adalah :
1. Bagaimana hubungan kedaulatan negara dengan penanaman modal ?
2. Bagaimana pengaturan penanaman modal baik secara nasional maupun secara
internasional?
3. Bagaimana pengaruh suatu perjanjian internasional terhadap kedaulatan
negara penerima modal asing dalam membuat suatu regulasi penanaman
modal?
37Ibid
, hlm. 13. 38
Ibid, hlm. 15. 39Ibid
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan penulisan
Adapun tujuan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini adalah :
a. Untuk mengetahui hubungan antara kedaulatan negara dengan penanaman
modal
b. Untuk mengetahui pengaturan penanaman modal baik secara nasional
maupun secara internasional
c. Untuk mengetahui pengaruh suatu perjanjian internasional yang dibuat
oleh negara penerima modal asing terhadap kedaulatan negaranya didalam
membuat suatu regulasi penanaman modal
2. Manfaat penulisan
Manfaat yang diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah :
a. Secara teoritis
Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum ekonomi.
b. Secara praktis
Dapat diajukan sebagai bahan pedoman dan rujukan bagi rekan-rekan
mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum, dan pemerintah agar lebih
mengetahui dan memahami tentang batasan – batasan dalam membuat suatu
regulasi dalam bidang penanaman modal, terutama penanaman modal asing
dikaitkan dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
peraturan lainnya yang terkait baik dalam skala nasional maupun
memenuhi persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi
menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan atau ditegakkan
dalam kenyataannya.
D. Keaslian Penulisan
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penelitian yang ada, skripsi ini
berjudul “Kedaulatan Negara Penerima Modal Asing dalam Pengaturan
Penanaman Modal” belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan
Universitas Sumatera Utara. Beberapa skripsi yang sudah pernah ditulis terkait
dengan penanaman modal antara lain, Beberapa Permasalahan Penanaman Modal
Asing dalam Hubungannya dengan Hukum Ekonomi Internasional oleh Elvira
Dewi Ginting, tahun 2003 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, kemudian Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Terhadap Penanaman
Modal Asing dalam Upaya Restrukturasi Perekonomian Indonesia tahun 2000,
juga mahasiswa Fakultas Hukum Sumatera Utara.
Perbedaan antara tulisan ini dengan berbagai tulisan yang sudah ada diatas
terletak pada materi pembahasan tentang penanaman modal asing yang dikaitkan
dengan kedaulatan negara. Dengan demikian ciri khas tulisan ini adalah
pembahasan mengenai kedaulatan negara penerima modal asing, bagaimana
pengaruh faktor eksternal seperti perjanjian internasional terhadap kedaulatan
negara penerima modal asing, terutama dalam hal pengaturan penanaman
modalnya, yang belum pernah dijumpai di tulisan-tulisan sebelumnya yang
membahas tentang penanaman modal asing.
Penulisan skripsi ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat
dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan penanaman modal
dan kedaulatan negara serta Peraturan Pemerintah dan kesepakatan – kesepakatan
multilateral yang mengatur tentang penanaman modal, baik melalui literatur yang
diperoleh dari perpustakaan atau media cetak maupun media elektronik.
Bila di kemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis
oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini dibuat, maka hal itu dapat
dimintakan pertanggungjawabannya.
E. Tinjauan Pustaka
1. Kedaulatan negara
Kedaulatan negara diartikan sebagai suatu kekuasan tertinggi negara atas
wilayahnya tanpa ada campur tangan dari pemerintah negara lain. Kedaulatan
merupakan kekuasaan tertinggi suatu negara yang berlaku atas seluruh wilayah
dan segenap rakyat dalam negara itu.40 Kedaulatan ini mempunyai empat sifat
yaitu asli, permanen, tidak terbagi-bagi dan tidak terbatas.
Schwarzenberger, secara singkat menjelaskan bahwa kedaulatan berarti
kekuasaan tertinggi (omnipotence) yang hanya dimiliki oleh negara. Kemudian
Louis Henkin berpendapat bahwa kedaulatan digunakan untuk menggambarkan
otonomi dan kekuasaan negara untuk membuat aturan-aturan hukum (hukum
nasional) yang berlaku di wilayahnya dan membuat lembaga-lembaga negara.
Dalam kedaulatan juga terefleksikan kekuasaan negara untuk mengadakan
hubungan internasional dan tindakan-tindakan lain sebagai perwujudan
40
kedaulatannya.41 Sedangkan Mochtar Kusumaatmadja menyebutkan bahwa
pengertian kedaulatan negara sebagai kekuasaan tertinggi yang mengandung dua
pembatasan penting. Pertama, kekuasaan itu terbatas pada batas-batas wilayah
negara yang memiliki kekuasaan itu. Kedua, kekuasaan itu berakhir dimana
kekuasaan suatu negara dimulai.42
Yang dianggap orang pertama yang membahas persoalan kedaulatan
adalah Jean Bodin (1530-1595), dimana dimasukan kedaulatan itu kedalam ,
ajaran politik (bahasa Belanda : souvereiniteit; bahasa Inggris : souvereignity;
bahasa Perancis : souverainite; bahasa Italia : sovranus; bahasa Latin : superanus,
yang artinya supremasi = di atas dan menguasai segala-galanya). Sehingga
kedaulatan dapat diartikan kekuasaan yang tertinggi yaitu kekuasaan yang tidak
berasal dan tidak di bawah kekuasaan lain. Bodin juga menggunakan kata
kedaulatan ini dalam hubungannya dengan negara, yakni sebagai ciri negara,
sebagai atribut negara yang membedakan negara dari persekutuan-persekutuan
lainnya. 43
Definisi “kedaulatan” menurut Jean Bodin ini hanya meninjau
souvereiniteit dalam hubungannya dengan masyarakat di dalam negeri itu saja.
Jadi perumusannya bersifat intern, karena pada waktu itu hubungan antar negara
belum intensif seperti sekarang ini. Tetapi keadaan sekarang , hubungan antara
negara yang satu dengan yang lainnya sudah sedemikian luas, maka suatu negara
pasti terkena pengaruh karena adanya hubungan antar negara tersebut.44
41
Huala Adolf, Hukum Ekonomi Internasional : Suatu Pengantar (Jakarta : Raja Grafindo, 2003), hlm. 225-226.
42
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional
(Bandung : Alumni, 2003), hlm. 18. 43
Samidjo, Ilmu Negara (Bandung : Armico, 2002), hlm. 136. 44
2. Penanaman Modal
Beberapa pengertian investasi yang dapat dikemukakan diantaranya :45
a. Kamus Istilah Keuangan dan investasi
Digunakan istilah investment (investasi) yang mempunyai arti :
“Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang
menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi
ke risiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula
berarti menunjuk ke suatu investasi keuangan (dimana investor
menempatkan uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk ke investasi
suatu usaha atau waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari
keberhasilan pekerjaannya.”
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Disebutkan, investasi berarti pertama, penanaman modal atau uang dalam
suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan, dan
kedua, jumlah uang atau modal yang ditanam.
c. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(selanjutnya disebut UUPM). Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa :
“Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.”
Yang dimaksud penanaman modal disini adalah penanaman modal yang
dilakukan secara langsung oleh investor lokal (domestic investment),
45
penanaman modal asing langsung (foreign direct invesment) dengan
kehadiran penanam modal tersebut di wilayah Republik Indonesia dengan
cara membentuk badan hukum.
2. Negara penerima modal asing
Mengenai negara penerima modal asing, UUPM sendiri tidak memberikan
pengertian mengenai negara penerima modal asing, pengertian negara penerima
modal asing disebutkan didalam business dictionary yang menyebutkan bahwa
negara penerima modal asing atau host country adalah :
“Nation in which individuals or organizations from other countries or states are
visiting due to government invitation or meeting (suatu negara dimana seseorang
atau badan hukum dari negara lain datang ke negara tersebut untuk melakukan
suatu kegiatan penanaman modal).”46
F. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dalam menyusun skripsi ini, maka jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Nama lain dari
Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut
sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum
doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada
peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Dikatakan sebagai
penelitian perpustakaan ataupun studi dokumen, disebabkan penelitian ini lebih
banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan.
46
Penelitian perpustakaan demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari
penelitian empiris (penelitian lapangan).47
Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang
ditujukan untuk mendapatkan hukum obyektif (norma hukum), yaitu dengan
mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian
hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum
subyektif (hak dan kewajiban). Metode pendekatan yang digunakan dalam
penelitian normatif ini menggunakan metode pendekatan perundang-undangan
(statuta approach) yaitu suatu metode penelitian yang mengacu pada norma
hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan
pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Selain itu, dengan melihat sinkronisasi suatu aturan dengan aturan lainnya secara
hierarki.48
2. Data penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data-data sekunder. Adapun data-data
sekunder yang dimaksud adalah :
a. Bahan hukum primer
Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang
berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)
47
Suratman dan Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum (Bandung : Alfabeta, 2013), hlm. 51.
48
yang didalamnya mencakup kesepakatan-kesepakatan mengenai Trade
Related Aspects of Investment Measures (TRIMs), dan the General
Agreement on Trade in Services (GATS), Peraturan Pemerintah, Peraturan
Kepala BKPM, dan Peraturan-Peraturan lainnya.
b. Bahan hukum sekunder
Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang
pengaturan penanaman modal oleh negara penerima modal asing, seperti
buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis
ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan
permasalahan diatas.
c. Bahan hukum tersier
Yaitu semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan
keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.
3. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi,
maka digunakan metode pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara sistematis terhadap bahan-bahan yang
digunakan seperti buku-buku, surat kabar, makalah ilmiah, majalah, internet,
peraturan perundang-undangan dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan
3. Analisis Data
Berdasarkan sifat penelitian yang digunakan yaitu mengunakan metode
penelitian bersifat deskriptis analitis, analisis data yang dipergunakan adalah
pendekatan kualitatif terhadap data sekunder, meliputi isi dan struktur hukum
positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi
atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan
permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. Metode penarikan kesimpulan
yang digunakan adalah metode deduktif yaitu cara berfikir dalam penarikan
kesimpulan yang ditarik dari sesuatu yang sifatnya umum kepada sesuatu yang
sifatnya khusus.49
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, keaslian judul, tinjauan pustaka, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II KEDAULATAN NEGARA DAN PENANAMAN MODAL
ASING
Pada bab ini akan dibahas tentang tinjauan umum tentang
kedaulatan negara dan penanaman modal asing, bentuk-bentuk dan
teori-teori kedaulatan negara, dasar hukun dan bentuk-bentuk
49
penanaman modal asing, serta hubungan kedaulatan negara dan
penanaman modal asing.
BAB III PENGATURAN PENANAMAN MODAL ASING SECARA
NASIONAL DAN INTERNASIONAL
Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal
asing dalam kerangka peraturan nasional dan
kesepakatan-kesepakatan multilateral terutama General Agreement on Trade
and Services atau GATS dan Trade Related Investment Measures
atau TRIM’s.
BAB IV PENGARUH PERJANJIAN INTERNASIONAL TERHADAP
KEDAULATAN NEGARA PENERIMA MODAL ASING
DALAM PENGATURAN PENANAMAN MODAL
Bab ini akan membahas tentang pengaturan penanaman modal
sebagai bagian dari kedaulatan negara, prinsip-prinsip perdagangan
bebas yang membatasi penanaman modal, serta pengaruh
perjanjian internasional terhadap pengaturan penanaman modal
negara penerima modal asing
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab
yang berisikan kesimpulan mengenai permasalahan yang dibahas