• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pergumulan Masalah Materialisme dan Koru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pergumulan Masalah Materialisme dan Koru"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Pergumulan1 Masalah Materialisme dan Korupsi dalam konflik “Aku” dan Jose

dalam “Jembatan Tak Kembali” oleh Edy Nugraha

Suatu karya sastra bukan hanya gejala bentuk, melainkan pula gejala sosial yang ada. Karya sastra merupakan tiruan atau pembayangan dunia kehidupan nyata (Abrams, dalam Yudiono, 1986: 31). Pernyataan tersebut sesuai pula dengan pernyatan Sapardi (2009: 1) yang mengatakan sastra adalah gambaran kehidupan, dan kehidupan merupakan realitas sosial. “Jalan tak kembali” karya Mardi Luhung merupakan salah satunya. Cerpen ini merupakan cerpen yan menarik karena cerpen ini mencoba mengungkap realitas sosial dan kritik sosial atas materialisme dan korupsi dengan mengunakan simbol “jembatan”, “kesempurnaan (surga)”, “kucing”, dan “tikus”.

Dalam cerpen ini yang menjadi pusat perhatian adalah jembatan. Pertama, tokoh aku menarasikan bagaimana “jembatan tak kembali” itu. Aku cukup gamblang menarasikan dan mendeskripsikan apa itu ”jembatan tak kembali”. Gaya tuturnya seperti dongeng, yang terdapat pada awal cerpen:

“Aku akan bercerita pada kalian. Bercerita tentang sebuah jembatan. Namanya adalah Jembatan Tak Kembali. Mengapa diberi nama demikian? Karena, setiap yang menyeberang di jembatan itu, tak akan kembali. Disergap oleh batas yang ada di seberang sana. Seberang yang berkabut. Dan berisi kesempurnaan.”

“Dan sebagai jembatan, maka Jembatan Tak Kembali adalah jembatan yang begitu indah. Kerangkanya berwarna merah. Punggungnya kuning keemasan. Sedangkan pagar pembatas samping kiri-kanannya seakan-akan selalu berputar pelan. Seperti berputarnya jarum jam yang bunyinya begitu halus. Deg-deg-deg surrr”.

(2)

Sesuatu yang akan menjadi tujuan manusia, yaitu kesempurnaan. Dalam hal tersebut yang dimasud adalah bahwa kesempurnaan dunia, yaitu materi.

Ada beberapa pandangan manusia yang menyangka bahwa kesempurnaan ada pada kehidupan, bukan sesuatu sesudah hidup. Pandangan tersebut merupakan pandangan materialisme. Namun, penggambaran keduniaan menjadi bias, karena penulis menjelaskan bahwa kesempurnaan berkaitan erat dengan surga, yang terdapat dalam kutipan:

“Dan sorga yang akan membuat mereka mencapai tingkat yang tiada tara. Tingkat, di mana, apa yang mereka sandang akan menjadi sempurna. Dan menjadi sesuatu yang menurut kabar yang ada, mencapai titik yang tak terjabarkan lagi. Misalnya, yang pintar masak, akan dapat memasak tanpa kompor. Yang pintar silat, akan bersilat tanpa bergerak. Dan yang pintar berlari, akan berlari tanpa mengenal tenaga.”

Di sini dijelaskan bahwa semua manusia mencoba untuk mencapai tempat setelah jembatan itu. Apapun setelah manusia mendapatkan kesempurnaan duniawi, yaitu materi, mereka dapat melakukan sesuatu apapun yang mereka mau. Dalam

(3)

Lewat doa-doa, manusia mencoba melalui jembatan tersebut. Lantas, jika sudah mencapai kesmepurnaan tersebut, manusia menjadi seseorang yang berbeda. Hal itu terdapat dalam kutipan:

“Dan jujur saja, ternyata, ketika telah sampai di seberang, dan memperoleh kesempurnaan yang diharapkannya itu, mereka memang menjadi lain. Apa yang mereka sandang telah mencapai pada titik yang tiada tara. Tak terjabarkan. Semuanya hanya tinggal dipinta dan diucapkan. Langsung tersedia. Dan langsung bisa untuk direngkuh.

Kesempurnaan di sini sebagai kesempurnaan dunia makin jelas bahwa “mereka mencapai titik yang tiada tara”, kekayaan merupakan salah satu wujud status sosial masyarakat. Dengan kekayaan (materi), manusia bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah. Namun, setelah semua itu tercapai malah manusia menjadi diam. Hal tersebut terdapat dalam kutipan:

“Ya, mereka kini bukan lagi sebagai pengejar dari apa yang mesti dikejar. Sebaliknya, mereka jadi sebagai si pendiam. Si pendiam yang tak lagi menginginkan apa-apa. Sebab, apa yang mesti diinginkan, jika semuanya begitu mudah untuk terwujud dan tercapai? Dan begitu mudah untuk dibentuk hanya dengan sebuah ucapan?”

Manusia menjadi diam setelah semua telah tercapai. Diam di sini bermaksud bahwa mereka tidak perlu berusaha lagi jika sudah mencapai kekayaan. Mereka sudah tidak menginginkan sesuatu yang lain jika materi mereka sudah terpenuhi.

Namun, dalam cerpen ini ada tokoh Jose, yaitu orang yang tidak ingin menyebrang melalui jembatan tersebut. Jose dengan kerendahan hatinya tidak ingin menyebrang jembatan tersebut dan dia mengkritik ”Iya. Jika akhirnya cuma seperti itu, terus buat apa.”

(4)

“Kucing-kucingku butuh makanan yang layak?” begitu tambah Jose, ”Sebab kucing-kucingku itu hampir tiap malam mengejari tikus-tikus. Tikus-tikus yang gemar merusak setiap apa yang ada di kampung. Dan kalian tahu jugakan, tikus-tikus yang merusak itu, kini semakin banyak. Gemuk-gemuk. Dan ngawur-ngawur. Bahkan, saking ngawurnya, di siang bolong pun berani merusak juga. Seperti sudah tak ada lagi yang ditakuti.”

Jika dilihat dari kutipan di atas, hal tersebut merupakan gambaran atas simbol-simbol. Kucing mengejar tikus tiap malam. Tikus di sini merupakan simbol dari seorang koruptor. Tikus tersebut semakin banyak dan gemuk, dan merusak kampung bermaksud semakin hari koruptor semakin banyak dan semakin merusak bangsa. Para koruptor tidak takut lagi untuk korupsi.

Kucing merupakan orang-orang yang giat melawan koruptor. Hal ini merupakan alasan mengapa Jose lebih memilih tidak menyebrang. Dia merasa bahwa dia butuh untuk merawat orang-orang yang berjuang melawan koruptor-koruptor di negerinya. Penggambaran mengenai kucing terdapat dalam kutipan:

“Bagaimana tidak gemas, kucing-kucing itulah yang kerap mengganggu mereka ketika sedang makan. Atau sedang enak-enak tidur. Sebab, tingkah laku dan suara ngeongnya demikian keras dan memekak. Apalagi jika sudah memasuki musim kawin. Ck ck ck kampung pun seakan-akan berubah menjadi panggung simponi yang ribut. Simponi yang sering membuat genting-genting bergeser.”

“Kucing menggangu” disimbolkan sebagai seorang yang berjuang melawan koruptor. “Tingkah laku dan suaranya demikian keras dan memekak” bermaksud bahwa perjuangan mereka keras dan berkoar-koar dalam memperjuangkan antikorupsi.

(5)

“Dan siasat pun mulai mereka gariskan. Yaitu, bagaimana caranya agar kucing-kucing Jose dapat berkurang.

Mulailah mereka mencuri kucing-kucing Jose. Yang kuning. Yang coklat. Yang hitam. Yang putih. Dan yang kelabu pun dicurinya. Dimasukkan ke dalam karung dan dibuang ke luar kampung. Sampai akhirnya, kucing-kucing Jose habis. Dan Jose pun kelimpungan. Dan Jose pun menjadi sedih. Setiap waktu, setiap saat, kerjanya cuma mencari kucing-kucingnya yang hilang.”

Orang yang tidak senang terhadap Jose dan kucing-kucingnya mencoba membuang kucing-kucingnya ke luar kampoug. Hal itu bemaksud bahwa ada konspirasi dari orang-orang untuk mengatur supaya orang-orang yang berjuang melawan koruptor dilawan. Hal tersebut membuat Jose sedih.

Namun tidak hanya itu saja, mereka “ berkata pada Jose: ”Jose, percayalah, kucing-kucingmu itu telah menyeberangi Jembatan Tak Kembali. Menyeberangi

secara diam-diam.” Mereka menghasut Jose dengan pernyataan bahwa orang-orang

yang antikorupsi itu diam-diam juga mengejar kesempurnaan duniawi, atau materi.

Akhirnya, setelah kucing-kucing hilang, “Dan tikus-tikus, yang kini tak lagi

punya penghalang itu, pun segera merajalela di kampung!” para koruptor makin

merajalela karena tidak ada lagi yang berupaya membasmi koruptor-koruptor tersebut.

(6)

Sumber Acuan

Damono, Sapardi Djoko. 2009. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar. Jawa Barat: Editum.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia:

Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka

Luhung, Mardi. “Jembatan Tak Kembali”. Kompas, 1 April 2011.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Dari ketiga elemen metode utama tersebut, dijabarkan oleh Rasulullah ke dalam beberapa cara yang lebih aplikatif, di ataranya adalah sebagai berikut: Pertama;

416/MenkeslPer/IX/1990 karena dengan variasi waktu kontak dan dosis koagulan yang berbeda maka mengalami kenaikan dan penurunan yang berbeda yang masih belum maksimal dan dengan

Produk pengembangan berbasis mind map dirancang untuk mengatasi permasalahan pengetahuan awal siswa yang minim, sehingga siswa mampu membangun konsep awal berupa

Nugroho SN, M.Si selaku Kasi Pembinaan Perdagangan dan Pemasaran , bahwa Kampoeng Bebek dan telur Asin Desa Kebonsari Sidoarjo dahulu hanya mempunyai satu prodak olahan

Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam pembangunan jalan di Nagari Pasir Talang Selatan Kabupaten Solok Selatan tersebut menerapkan

Untuk mewujudkan perencanaan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pusat Agrowisata Jawa Tengah yang

Dalam konteks ekonomi syariah, sengketa yang tidak dapat diselesaikan baik melalui sulh} (perdamaian) maupun secara tah}ki<m (arbitrase) dapat diselesaikan

masing gaya kognitif (field dependent dan field independent), manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran