PENGARUH WISATA GASTRONOMI MAKANAN TRADISIONAL SUNDA
TERHADAP KEPUTUSAN WISATAWAN BERKUNJUNG KE KOTA BANDUNG
Ayu Nurwitasari
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung
Jalan Dr. Setiabudhi No.186 Bandung
E-mail:
ayunurwitasari@yahoo.com
Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) memperoleh data tentang gambaran
wisata gastronomi makanan tradisional sunda di Kota Bandung (2)
mendeskripsikan temuan tentang gambaran keputusan berkunjung wisatawan ke
kota Bandung, (3) mengkaji pengaruh wisata gastronomi makanan tradisional
sunda terhadap keputusan berkunjung wisatawan ke kota Bandung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa wisata gastronomi berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan berkunjung para wisatawan. Hal ini menunjukkan bahwa
ketika wisata gastronomi dilakukan dengan baik dapat menjadikan potensi
kuliner bagi kota Bandung, sehingga hal tersebut akan serta merta
mempengaruhi keputusan berkunjung wisatawan untuk memilih kota Bandung
sebagai pilihan destinasi wisata para wisatawan.
Kata-kata kunci:
Wisata gastronomi, makanan tradisional Sunda, keputusan
berkunjung
Abstract: This study aims to: (1) obtain data about the image of the traditional
Sundanese food gastronomic tours in Bandung, (2) describe the findings of the
picture 's decision to travelers visiting Bandung, (3) study the effect of
traditional Sundanese food gastronomic tours to tourists visiting the decision to
the City of Bandung. The results showed that the gastronomic tours significantly
influence the decision to visit. This shows when done well gastronomic tours
making culinary potential of Bandung, so it will necessarily affect the decision of
visiting for tourists to choose Bandung as tourist destinations.
Keywords:
Gastronomic tours, traditional Sundanese food, decision to visit
PENDAHULUAN
Pariwisata berkembang menjadi
industri potensial yang dapat memberikan
kontribusi besar terhadap pergerakan
ekonomi suatu negara. Latar belakang
motivasi wisatawan yang berbeda-beda
berdampak pada berkembangnya daya
tarik wisata (DTW) yang menawarkan
berbagai atraksi wisata sesuai dengan
kebutuhan wisatawan dalam melakukan
aktivitas wisata. Salah satu kota yang
berada di jawa barat adalah Kota Bandung
yang merupakan destinasi yang menjadi
pilihan favorit di Provinsi Jawa Barat.
Warga
masyarakat
Kota
Bandung
memiliki kreatifitas yang tinggi, baik
dibidang seni, kerajinan, kuliner, dan
fashion
, sehingga Kota Bandung kini
dikenal sebagai kota wisata belanja dan
wisata kuliner.
Kota Bandung yang dikenal sebagai
kota yang mampu menghasilkan
produk-produk kreatif dengan memiliki keunikan
tersendiri yang tidak bisa wisatawan
temukan di tempat lain, salah satunya
93
adalah produk
fashion
. ”Berdasarkan
jumlah total jumlah wisatawan pada tahun
2013 yaitu sebesar 5, 179,888 pada tahun
2013, secara umum dapat dipastikan
bahwa
wisatawan
tersebut
akan
memerlukan fasilitas makan dan minum
ketika
berada
di
Kota
Bandung.
Pemahaman masyarakat pada saat ini
menganggap bahwa wisata kuliner hanya
sebatas mengunjungi sentra-sentra kuliner
setempat saja padahal sebenarnya wisata
kuliner rmampu dikemas menjadi jenis
wisata
yang
lebih
menarik
yang
dikombinasikan dengan kekayaan dan
atraksi budaya tempat berasalnya kuliner
tersebut berada yang kemudian dikenal
sebagai
wisata
gastronomi.
Wisata
gastronomi merupakan bagian dari wisata
minat khusus. Oleh karena itu wisata
gastronomi mengacu pada perjalanan yang
dilakukan dengan tujuan untuk menikmati
makanan dan minuman sebagai faktor
utama dalam menentukan
keputusan
kunjungan ke suatu tempat. Turgarini
(2013:1) mengungkapkan kajian tentang
aspek –aspek gastronomi yaitu Gastronomi
Praktis, Gastronomi teoretis, Gastronomi
teknis,
Gastronomi
makanan,
dan
Gastronomi
molekuler
(
Molecular
Gastronomy
).
Kelima
aspek tersebut
mempunyai karakteristik yang berbeda dan
diaplikasikan
sesuai
dengan
bidang
gastronomi yang akan dilakukan. Sebagai
contoh gastronomi praktis dapat menjadi
acuan dalam mengkaji aspek gastronomi
meliputi pengolahan dari bahan mentah
menjadi makanan dan dinilai dari aspek
budaya. Gastronomi dipadukan dengan
pariwisata telah menjadi sumber daya
pariwisata bagi penciptaan produk baru.
Berbeda dengan kegiatan wisata dan
atraksi lainnya, makanan dan minuman
dapat menjadi produk yang tersedia setiap
saat
Wisata
gastronomi memberikan
wisatawan
pendidikan
kuliner
yang
autentik dan pemahaman yang jauh lebih
besar dan apresiasi yang tinggi terhadap
kekayaan budaya dan kuliner sebuah
daerah.
Keputusan
wisatawan
untuk
berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata
didorong oleh berbagai macam aspek yang
dianggap dapat menjadi sebuah alasan atau
tujuan untuk mengunjungi DTW tersebut.
Tahap dalam pengambilan keputusan
adalah
saat
wisatawan
benar-benar
menggunakan
produk/jasa
wisata.
Keputusan berkunjung merupakan proses
keputusan di mana wisatawan benar-benar
memutuskan untuk menggunakan salah
satu
produk/jasa
wisatawan
diantara
berbagai
macam
alternatif
pilihan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:129),
bagi konsumen sebenarnya pembelian
bukanlah hanya merupakan satu tindakan
saja, melainkan terdiri dari beberapa
tindakan yang meliputi keputusan tentang
jenis produk, bentuk, merek, jumlah
pembelian,
dan
waktu
serta
cara
pembayarannya.
Kota Bandung merupakan salah satu
daerah tujuan wisata yang kaya dengan
penawaran berbagai jenis kuliner. Menu
makanan tradisional sunda merupakan
salah satu produk wisata gastronomi
dengan ciri khas yang unik, memiliki
identitas budaya, serta merupakan simbol
daerah.
Hal
ini
tercermin
dengan
berdirinya berbagai jenis restoran sunda
dengan berbagai macam konsep, mulai
dari konsep yang sederhana sampai dengan
jenis restoran berkelas. Minat wisatawan
dalam
mengunjungi
rumah
makan
tradisional sunda dapat diamati pada saat
masa liburan, hampir setiap rumah makan
tradisional
sunda
dipadati
oleh
wisatawan.Rumah makan tradisional sunda
pada saat ini tersebar di berbagai wilayah
di Kota Bandung.Salah satu kawasan yang
banyak berdiri rumah makan tradisional
sunda adalah kawasan jalan Riau dan
Gedung Sate.
Wisata
kuliner
yang
berkembang pada saat ini belum dikemas
sebagai daya tarik wisata yang mampu
meningkatkan
apresiasi
wisatawan
terhadap wisata gastronomi khususnya
masakan tradisional sunda. Dengan aset
wisata gastronomi makanan tradisional
sunda yang dimiliki oleh Kota Bandung
seharusnya
pemerintah
kota
mampu
memaknai
dan
mengemas
wisata
gastronomi sebagai salah satu daya tarik
wisata
unggulan
yang
mampu
meningkatkan kunjungan wisatawan ke
Kota Bandung yang secara langsung akan
berdampak positif terhadap pengembangan
daerah.
Gastronomi atau tata boga adalah
seni, atau ilmu akan makanan yang baik
(
good eating
). Penjelasan yang lebih
singkat menyebutkan gastronomi sebagai
segala sesuatu yang berhubungan dengan
kenikmatan dari makan dan minuman.
Berdasarkan teori tersebut maka dapat
dijelaskan gastronomi sebagai studi
mengenai hubungan antara budaya dan
makanan, di mana gastronomi mempelajari
berbagai
komponen
budaya
dengan
makanan sebagai pusatnya (seni kuliner).
Cakupan gastronomi tidak hanya melihat
makanan dari segi pemenuhan kebutuhan
fisiologis tetapi pengkajian makanan
sebagai aspek budaya dan aset bagi daerah.
Dikemukakan
pula
bahwa
Gastronomi yaitu seni dan ilmu makan
yang
baik.
Adapaun
pengertian
gastronome
yaitu
orang
yang
berpengalaman dalam keahlian memasak.
Sedangkan
gastronomist
adalah orang
yang menyatukan teori dan praktek dalam
studi keahlian memasak. Sebenarnya ilmu
gastronomi pada dasarnya melibatkan,
menemukan,
merasakan,
mengalami,meneliti,
memahami
dan
menulis tentang persiapan makanan dan
kualitas sensorik gizi manusia secara
keseluruhan.
Antón Clave dan Knafou (2012: 4)
Karakteristik
wisata
gastronomi:
1)
Gastronomi sebagai unsur dan indikator
globalisasi;
khususnya,
penegasan
kompetisi daerah pada seluruh dunia 2)
Wisatawan memberikan peran dalam
evolusi wisata gastronomi 3) Pariwisata
sebagai pengungkap potensi Gastronomi
regional atau lokal dan sebagai kontributor
mengembangkan
atau
memperbaharui
identitas nasional dan subnasional 4)
Wisata
gastronomi
sebagai
sarana
mengenalkan produk kuliner sebagai
produk
budaya
5)
Evolusi
wisata
gastronomi
memberikan
arah
pengembangan pariwisata 6) Gastronomi
sebagai
elemen
konstruktif
dalam
pembentukan citra sebuah destinasi wisata
7) Gastronomi sebagai tujuan perjalanan
wisata 8) Gastronomi sebagai unsur
warisan
dengan
dimensi
wisata.
Sedangkan
menurut
Brillat-Savarin
(1994:52):1) Wisata gastronomi adalah
cara
untuk
melakukan
pelestarian
kebudayaan melalui pelestarian yang
dilakukan oleh manusia melalui makanan
2)
Objeknya
adalah
memberikan
bimbingan,
menurut
prinsip-prinsip
tertentu, untuk semua orang yang mencari,
menyediakan,
atau
menyiapkan
makanan 3)
Wisata
gastronomi
memberikan
kekuatan ekonomi bagi
petani, peternak, nelayan, industri yang
terkait dengan penyediaan jasa makanan.
Keputusan pembelian dalam hal ini
diasumsikan
sebagai
keputusan
berkunjung wisatawan ke Kota Bandung.
Keputusan berkunjung merupakan proses
keputusan di mana wisatawan benar-benar
memutuskan untuk menggunakan salah
satu
produk/jasa
wisatawan
diantara
berbagai
macam
alternatif
pilihan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:129),
bagi konsumen sebenarnya pembelian
bukanlah hanya merupakan satu tindakan
saja, melainkan terdiri dari beberapa
tindakan yang meliputi keputusan tentang
jenis produk, bentuk, merek, jumlah
penjual,
dan
waktu
serta
cara
pembayarannya. Ada enam keputusan
yang dilakukan konsumen, yaitu:
1.
Pilihan Produk
Perusahaan harus memusatkan
perhatiannya kepada konsumen
yang
berminat
mengunjungi
sebuah produk serta alternatie
yang mereka pertimbangkan.
a)
Keunggulan produk, berupa
tingkat
kualitas
yang
diharapkan oleh konsumen
95
dibutuhkan dari berbagai
pilihan produk yang ada.
b)
Manfaat produk, berupa
tingkat
kegunaan
yang
dapat
dirasakan
oleh
konsumen pada tiap pilihan
produk dalam memenuhi
kebutuhannya.
c)
Pemilihan produk, berupa
pilihan
konsumen
pada
produk
yang
dibelinya,
sesuai dengan kualitas yang
diinginkan
dan
manfaat
yang akan diperolehnya.
2.
Pilihan merek
Setiap
merek
memiliki
perbedaan-perbedaan
tersendiri,
sehingga
konsumen
harus
memutuskan merek mana yang akan
dibeli. Dalam hal ini perusahaan
harus
mengetahui
bagaimana
konsumen memilih sebuah merek.
a)
Ketertarikan pada merek,
berupa
keterkaitan
pada
citra merek yang telah
melekat pada produk yang
dibutuhkannya.
b)
Ketertarikan pada merek,
konsumen memilih produk
yang
dibelinya
dengan
merek tertentu, karena telah
biasa menggunakan merek
tersebut pada produk yang
diputuskan untuk dibelinya.
c)
Kesesuaian
harga,
konsumen
selalu
mempertimbangkan
harga
yang sesuai dengan kualitas
dan manfaat produk. Jika
seuah
produk
didukung
dengan citra merek yang
baik, kualitas yang bagus
dan manfaat yang besar,
maka konsumen tidak akan
segan mengeluarkan biaya
tinggi untuk mendapatkan
produk tersebut.
3.
Pilihan saluran distribusi
Keputusan
konsumen
untuk
menentukan penyalur akan selalu
berbeda-beda karena berbagai faktor
misalnya lokasi, harga, persediaan
barang,
kenyamanan
melakukan
pembelian, ruang gerak aktivitas,
dan sebagainya.
a)
Pelayanan yang diberikan,
pelayanan yang baik serta
kenyamanan yang diberikan
oleh
distributor
ataupun
agen
perjalanan
pada
konsumen,
membuat
mereka
selalu
memilih
lokasi
tersebut
untuk
membeli
produk
yang
dibutuhkannya.
b)
Kemudahan
untuk
mendapatkan,
selain
pelayanan
yang
baik,
konsumen
akan
merasa
lebih nyaman jika lokasi
pendistribusian
(agen
perjalanan)
mudah
dijangkau
dalam
waktu
singkat dan menyediakan
paket
wisata
yang
dibutuhkan.
c)
Persediaan
barang,
kebutuhan dan keinginan
konsumen
akan
suatu
produk wisata tidak dapat
dipastikan kapan terjadi,
namun persediaan paket
wisata yang memadai akan
membuat
konsumen
memilih untuk melakukan
pembelian
di
tempat
tersebut.
4.
Pilihan waktu
Keputusan pembelian konsumen
bisa dilakukan dalam pemilihan
waktu yang berbeda-beda, sesuai
dengan
kapan
produk
tersebut
dibutuhkan.
a)
Kesesuaian
dengan
kebutuhan, ketika seseorang
merasa
membutuhkan
melakukan
pembelian,
maka ia akan melakukan
pembelian.
Konsumen
selalu
memutuskan
pembelian suatu produk
pada
saat
benar-benar
membutuhkannya.
b)
Keuntungan yang dirasakan,
ketika konsumen memenuhi
kebutuhannya akan suatu
produk pada saat tertentu,
maka saat itu konsumen
akan merasakan keuntungan
sesuai
kebutuhannya
melalui produk yang dibeli
sesuai
waktu
yang
dibutuhkannya.
c)
Alasan pembelian, setiap
produk
selalu
memiliki
alasan
untuk
memenuhi
kebutuhan konsumen pada
saat ia membutuhkannya.
Seseorang membeli suatu
produk
dengan
pilihan
merek
tertentu
dan
menggunakannya, maka ia
telah memnuhi kebutuhan
yang
dirasakan
dan
mengambil
keputusan
pembelian dengan tepat.
5.
Tingkat Kunjungan
Daya tarik sebuah destinasi
wisata
yang
mampu
memberikan kesan baik bagi
wisatawan akan mendorong
wisatawan untuk mengunjungi
kembali
destinasi
tersebut.
Kemudian
mereka
akan
membuat
keputusan
untuk
kembali ke tempat tersebut
yang akan berdampak kepada
frekuensi tingkat kunjungan
wisatawan.
6.
Metode Pembayaran
Metode pembayaran dalam hal
ini mengandung arti bahwa
bagaimana
cara
konsumen
untuk membeli suatu produk,
konsumen
dapat
membeli
suatu produk baik
dalam
bentuk tunai maupun kredit.
Penelitian ini mengadopsi
teori dari Kotler dan Amstrong
(2008:129) di atas, namun penulis
hanya memilih empat dimensi yang
ada, karena hal ini disesuaikan
dengan objek penelitian. Keempat
dimensi tersebut yaitu terdiri dari
pilihan produk wisata, pilihan merek,
pilihan
waktu
berkunjung
dan
pilihan tingkat kunjungan.
Merujuk pada pemaparan di atas,
peneliti merumuskan tujuan penelitian ini
adalah antara lain untuk: (1) memperoleh
temuan
tentang
gambaran
wisata
gastronomi makanan tradisional sunda di
Kota Bandung; (2) memperoleh gambaran
keputusan berkunjung wisatawan ke Kota
Bandung; (3) mengkaji pengaruh wisata
gastronomi makanan tradisional sunda
terhadap keputusan berkunjung wisatawan
ke Kota Bandung.
METODE
Sumber data primer adalah pelaku
yang terlibat langsung dengan karakter
yang diteliti sedangkan sumber data
sekunder adalah karakter hasil liputan lain.
Untuk lebih jelasnya mengenai data dan
sumber data yang dipergunakan dalam
penelitian
ini,
maka
penulis
mengumpulkan dan menyajikannya dalam
tabel berikut.
97
Tabel 1. Jenis dan sumber data penelitian
No Jenis data Jenis data Sumber data
1 Data Tingkat Kunjungan Berdasarkan Jenis-Jenis Wisata Di Kota Bandung
Sekunder Sumber: BPS Bandung 2013
Sumber: Pengolahan data, 2014
Penelitian ini menganalisis variabel
bebas atau
independent
variable dan
variabel terikat
dependent variable
. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah wisata gastronomi sebagai (X) yang
terdiri dari (X
1)
Food as a symbol
(X
2)
Food as a sign of communion
, (X
3)
Food
as a class marker
, dan (X4)
Food as an
emblem
dan keputusan berkunjung sebagai
(Y).Objek penelitian ini adalah pendapat
responden tentang wisata gastronomi
terhadap keputusan berkunjung wisatawan
ke Kota Bandung.
Penelitian ini menganalisis variabel
bebas atau
independent variable
dan
variabel terikat
dependent variable
. Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah wisata gastronomi sebagai (X) yang
terdiri dari (X
1)
Food as a symbol
(X
2)
Food as a sign of communion
, (X
3)
Food
as a class marker
, dan (X4)
Food as an
emblem
dan keputusan berkunjung sebagai
(Y). Objek penelitian ini adalah pendapat
responden tentang wisata gastronomi
terhadap keputusan berkunjung wisatawan
ke Kota Bandung.
Pelaksanaan
penelitian
ini
berlangsung selama kurun waktu kurang
dari tiga bulan, maka metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah
metode
cross sectional. Cross Sectional
Method
adalah metode penelitian dengan
cara mempelajari objek dalam satu kurun
waktu saja (tidak berkesinambungan dalam
jangka waktu panjang), Umar (2008:45).
Populasi sasaran pada penelitian
ini adalah wisatawan yang berkunjung ke
Kota Bandung berdasarkan jenis-jenis
wisata pada tahun 2013 yaitu sebesar
5,179,888. Penyebaran angket di lakukan
di beberapa titik kawasan kuliner Kota
Bandung.untuk memudahkan penyebaran
angket pada populasi sasaran, yaitu
mendapatkan validitas data dari responden
yang sedang berkunjung ke kawasan
tersebut.
Maka penelitian diperkenankan
mengambil objek populasi yang telah
ditentukan, dengan catatan bagian yang
diambil tersebut mewakili bagian yang lain
yang diteliti, sehingga yang menjadi
sampel
dari
penelitian
ini
adalah
wisatawan yang berkunjung ke Kota
Bandung. Data yang telah dimiliki berupa
populasi homogen sebesar 5,179,888
orang. Dalam menentukan jumlah sampel
dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode
slovin.Dalam
penelitian
ini
digunakan rumus Sampel Slovin (Husein
Umar, 2003:141) yaitu sebagai berikut:
Dengan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi secara keseluruhan e = Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan sampel yang ditolerir (e=0,01)
Berdasarkan rumus di atas maka
jumlah ukuran sampel dapat dihitung
sebagai berikut.
N = 5,179,888 Orang 21
Ne
N
n
Jumlah sampel minimal adalah sebagai berikut: n= 5,179,888 1 + 5,179,888 x 0,01² = 5,179,888 5,179,888 x 0,01² = 5,179,888 = 99,9 ~ 100 orang 51798,88
Berdasarkan perhitungan di atas
didapat sampel minimal digunakan dalam
penelitian ini dengan α =0,01 sebanyak
100 wisatawan
Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan mengambil nomor ganjil, genap,
atau kelipatan dari bilangan tertentu.
Langkah-langkah teknik penarikan sampel
dalam penelitian ini adalah: (1) m
enentukan populasi sasaran. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sasaran adalah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Jalan Riau dan kawasan Gedung Sate.; (2) menentukan sebuah tempat tertentu sebagai checkpoint, dalam penelitian ini yang menjadi tempat checkpoint adalah kawasan Jalan Riaudan kawasan Gedung Sate; (3) menentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam penelitian ini waktu konkrit yang digunakan dalam pengambilan sampling oleh peneliti adalah pada saat weekday dan weekend yaitu senin-minggu rentang waktu kepadatan pengunjung; (3) melakukan orientasi lapangan, terutama pada check point. Sampel minimal sebesar 100 orang pengunjung.Teknik pengumpulan data mengacu
pada cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data yang diperlukan. Data
yang telah terkumpul digunakan untuk
menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
penulis adalah:
1.
Studi literatur
Studi literatur adalah usaha untuk
menggunakan
informasi
yang
berhubungan dengan teori-teori dan
ada kaitannya dengan masalah dan
variabel-variabel yang diteliti yang
terdiri dari wisata gastronomi dan
keputusan berkunjung.
2.
Kuesioner
Teknik pengumpulan data mengenai
penyebaran
seperangkat
daftar
pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
responden yang menjadikan anggota
sampel.
3.
Wawancara atau
Interview
Yaitu digunakan untuk memperoleh
data dengan cara berkomnikasi secara
langsung dengan responden yang
terpilih melalui daftar pertanyaan
yang sudah disiapkan sebelumnya
sebagai pedoman wawancara.
4.
Observasi
Observasi dilakukan dengan meninjau
serta
melakukan
pengamatan
langsung terhadap objek yang diteliti
yaitu Kota Bandung,
khususnya
mengenai
wisata
gastronomi
pengaruhnya
terhadap
keputusan
berkunjungwisatawan
ke
Kota
Bandung.
99
Tabel 2. Teknik pengumpulan data No. Teknik Pengumpulan
Data
Sumber data
1. Studi literatur Wisata gastronomi dan Keputusan berkunjung 2. Kuesioner Wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung 3. Wawancara Wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung 4. Observasi Wisata gastronomi terhadap keputusan berkunjung
wisatawan ke Kota Bandung
HASIL DAN PEMBAHASAN
Besar Koefisien Antar Variabel
Berikut ini disajikan
output
nilai pengaruh
wisata gastronomi terhadap keputusan
berkunjung.
Tabel 3.
Output
nilai pengaruh wisata gastronomi
terhadap keputusan berkunjung
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate 1 ,795a ,632 ,617 2,307 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan hasil pada tabel di atas
maka
dapat
diketahui
bahwa
pengaruhwisata
gastronomi
terhadap
keputusan berkunjung memiliki hubungan
yang kuat yakni dengan koefisien korelasi
sebesar 0,795. Hal ini menunjukan bahwa
ketika
wisata
gastronomi
mampu
memberikan kontribusi yang positif, maka
keputusan berkunjung wisatawan ke Kota
Bandung pun akan cenderung bernilai
positif atau baik pula.
b. Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menguji pengaruh antara wisata
gastronomi terhadap keputusan berkunjung
wisatawan, berikut ini peneliti sajikan
perhitungan pada tabel 4.
Tabel 4. Tabel ANOVA (UJI F)
ANOVAaModel Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 868,880 4 217,220 40,806 ,000b Residual 505,710 95 5,323 Total 1374,590 99 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2
Berdasarkan hasil perhitungan di atas,
diketahui bahwa nilai F
hitungadalah sebesar
40,806.
Untuk
mengetahui
tingkat
signifikansi pengaruh X terhadap Y maka
dibandingkan antara F
hitungdengan F
tabel.
Apabila nilai F
hitung> F
tabelmaka dapat
disimpulkan H
oditolak. Artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara wisata
gastronomi terhadap keputusan berkunjung
wisatawan. Dari Tabel di atas diperoleh
F
hitungadalah 40,806 dan diketahui F
tabelsebesar 2,47. Sedangkan nilai signifikansi
0,000 dari taraf signifikasi 5% maka
regresi
dapat
digunakan
untuk
memprediksi keputusan berkunjung, atau
variabel wisata gastronomi berpengaruh
terhadap keputusan berkunjung wisatawan
pada taraf kepercayaan 95%.
Tabel 5. Output koefisien regresi
CoefficientsaModel Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 8,442 2,274 3,713 ,000 X1 ,873 ,131 ,441 6,667 ,000 X2 1,080 ,193 ,395 5,600 ,000 X3 ,421 ,145 ,213 2,895 ,005 X4 ,268 ,124 ,136 2,169 ,033 a. Dependent Variable: Y
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara
parsial variabel wisata gastronomi yang
terdiri dari
food as a symbol
(X1)
, food as
class marker
(X2)
, food as emblem
(X3),
dan
food as a sign of communion
(X4)
berpengaruh
terhadap
keputusan
berkunjung wisatawan (Y). Hal ini dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara sub variabel
food as a symbol
(X1) terhadap
keputusan
berkunjung
wisatawan dengan nilai Sig.
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Ho di
tolak dan Ha diterima.
2.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara sub variabel
food as class marker
(X2)
terhadap keputusan berkunjung
wisatawan dengan nilai Sig.
sebesar 0,000 < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Ho di
tolak dan Ha diterima.
3.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara sub variabel
food as emblem
(X3) terhadap
keputusan
berkunjung
wisatawan dengan nilai Sig.
sebesar 0,005 < 0,05. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Ho di
tolak dan Ha diterima.
4.
Terdapat
pengaruh
yang
signifikan antara sub variabel
food as a sign of communion
(X2)
terhadap
keputusan
berkunjung wisatawan dengan
nilai Sig. sebesar 0,033 < 0,05.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
Ho di tolak dan Ha diterima.
101
c. Model
Persamaan
Regresi
Berganda Pengaruh Wisata Gastronomi
Makanan Tradisional Sunda terhadap
Keputusan Berkunjung Wisatawan ke
Kota Bandung
Hasil analisis data dengan bantuan
pengolahan berdasarkan perhitungan
SPSS
20.0
diperoleh persamaan regresi berganda
sebagai berikut.
Berdasarkan hasil pengolahan data maka
persamaan
regresi
berganda
untuk
pengembangan wisata gastronomi adalah:
Dimana :
Y = Keputusan pembelian X1 = Food as a symbol X2 = Food as class marker X3 = Food as emblem
X4 = Food as sign of communion