• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURISM DESTINATION (CBBETD) KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA BELANJA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN MALAYSIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURISM DESTINATION (CBBETD) KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA BELANJA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN MALAYSIA."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1888/UN.40.2.5.2/PL/2013

PENGARUH CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURISM

DESTINATION (CBBETD) KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI

WISATA BELANJATERHADAP PROSES KEPUTUSAN BERKUNJUNG

WISATAWAN MALAYSIA

(Survei pada Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Pusat Perdagangan/ Trade Center dan Factory Outlet di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata

Oleh Syifaa Novianti

0909221

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGARUH CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURISM DESTINATION (CBBETD) KOTA BANDUNG SEBAGAI DESTINASI WISATA BELANJA TERHADAP PROSES KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN

MALAYSIA

(Survei pada Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Pasar Baru Trade Center dan

Factory Outlet di Kota Bandung)

Oleh

Syifaa Novianti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Pemasaran Pariwisata

© Syifaa Novianti Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH CUSTOMER-BASED BRAND EQUITY FOR TOURISM

DESTINATION (CBBETD) KOTA BANDUNG SEBAGAI

DESTINASI WISATA BELANJATERHADAP PROSES

KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN MALAYSIA

(Survei pada Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Pusat Perdagangan/

Trade Center dan Factory Outlet di Kota Bandung)

Skripsi ini disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Ridwan Purnama, SH., M.Si. NIP: 19600915 198803 1 003

Pembimbing II

Yeni Yuniawati, S.Pd. MM. NIP. 19810608 200604 2

001

Mengetahui : Ketua Program Studi

Manajemen Pemasaran Pariwisata,

HP. Diyah Setiyorini,MM NIP. 19761031 200812 2 001

Tanggung Jawab Yuridis Ada Pada Penulis,

(4)
(5)

ABSTRAK

Syifaa Novianti, 0909221, Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia

(Survei pada Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Pusat Perdagangan/Trade Center dan Factory Outlet di Kota Bandung). Skripsi 2013, Di bawah bimbingan Ridwan Purnama SH. M.Si.,dan Yeni Yuniawati S.Pd. MM.

Kota Bandung merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang terus berkembang dan telah dikenal oleh wisatawan ASEAN. Hal ini dilihat dari data jumlah kunjungan wisatawan ASEAN yang terus bertambah setiap tahunnya, Malaysia sebagai salah satu negara ASEAN menjadi penyumbang kunjungan wisatawan mancanegara terbesar di Kota Bandung. Hal ini disebabkan ragam jenis wisata Kota Bandung yang semakin menarik bagi wisatawan Malaysia., salah satunya adalah wisata belanja. Wisata belanja merupakan jenis wisata andalan yang dimiliki oleh Kota Bandung untuk menarik wisatawan. Perkembangan wisata belanja di Kota Bandung dapat dilihat dari semakin tingginya pertumbuhan factory outlets dan pusat perbelanjaan di Kota Bandung yang pada akhirnya menjadikan Kota Bandung dikenal sebagai destinasi wisata belanja. Gelar destinasi wisata belanja yang telah melekat dibenak para wisatawan khususnya wisatawan Malaysia dianggap sebagai Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung. Menguatkan CBBETD suatu destinasi dapat menjadi bagian dari strategi pemasaran yang dapat dimanfaatkan untuk mempengaruhi proses keputusan berkunjung wisatawan dalam memilih destinasi pilihan mereka. CBBETD sebagai variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari destination awareness, destination image, destination quality, dan destination loyalty. Sedangkan proses keputusan berkunjung sebagai variabel terikat terdiri dari pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan keputusan berkunjung. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif verifikatif, dan metode yang digunakan adalah survei dengan teknik cluster sampling dengan jumlah sampel sebesar 100 responden. Teknik analisis data dan uji hipotesis yang digunakan adalah path analyisis (analsis jalur) dengan bantuan SPSS 20.0 for windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable CBBETD Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja memberikan pengaruh yang signifikan dalam proses keputusan berkunjung Wisatawan Malaysia.

(6)

ABSTRACT

Syifaa Novianti, 0909221, The Impact of Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Bandung as Shopping Destination to The Visit Decision Making Process of Malaysian Tourist(Survey to Malaysian tourist who visit Trade Center and Factory Outlets in Bandung), Thesis 2013, supervised by Ridwan Purnama SH. M.Si. and Yeni Yuniawati, S.Pd. MM.

Bandung is one of the tourist destinations in Indonesia that continues to grow and has been well known by ASEAN travelers. The data explains that the number of ASEAN tourists arrivals to Bandung continues to grow each year. And Malaysia, as one of the ASEAN countries, is being the largest contributor of tourist arrivals to Bandung. This is due to diverse types of tourist attraction in Bandung that is getting more attractive for Malaysian tourists, one of them is leisure shopping attraction. Leisure shopping is a mainstay of tourist attraction possessed by Bandung to attract tourist to come. The development of leisure shopping in Bandung can be seen from the high growth of factory outlets and shopping centers in Bandung, which in turn makes Bandung is well known as a tourist destination shopping by Malaysian. The byname of Bandung as shopping destination that have been attached to the minds of Malaysian is considered as Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination ( CBBETD ) of Bandung. Strengthening CBBETD can be a part of the destination marketing strategy that can be used to influence the visit decision making process of tourists in choosing their preferred destination. CBBETD as independent variables in this study is consisted of destination awareness, destination image, destination quality, and destination loyalty. And the visit decision making process, as the dependent variable, is consisted of the need recognition, information search, evaluation of alternatives, and visit decision. The type of this research is descriptive and verificative research, and the method is cluster sampling survey with 100 respondents being the sample. Techniques of data analysis and hypothesis testing used is path analysis using SPSS 20.0 for windows . The results showed that the variable CBBETD of Bandung as shopping destination influences significantly the visit decision making process of Malaysian tourits.

(7)

DAFTAR ISI

1.4Kegunaan Penelitian ... .... 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1Kajian Pustaka . ... .... 25

2.1.1 Konsep Customer-Based Brand-Equity for Tourism Destination (CBBETD) ... 25

2.1.1.1 Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Bagian dari Pemasaran Destinasi Pariwisata... 25

2.1.1.2 Bauran Pemasaran Destinasi Pariwisata... ... ... 27

2.1.1.3 Pemasaran Destinasi Pariwisata... 30

2.1.1.4 Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD)... 33

2.1.1.5 Dimensi Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD)... 38

2.1.2 Konsep Kepariwisataan... 42

2.1.2.1 Wisata Belanja Bagian dari Daya Tarik Wisata... 43

2.1.3Konsep Proses Keputusan Berkunjung ... 46

2.1.3.1 Perilaku Konsumen... 46

2.1.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen... 46

2.1.3.3 Tingkatan Pembuatan Keputusan Konsumen... 50

2.1.3.4 Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan ... .... 52

2.1.4Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) terhadap Proses Keputusan Berkunjung ... .... 60

2.1.5Orisinalitas Penelitian ... 66

2.2Kerangka Pemikiran. ... .... 70

2.3Hipotesis . ... .... 80

(8)

3.2Metode Penelitian... .... 82

3.2.1Jenis Penelitian dan Metode Penelitian yang Digunakan ... 82

3.2.2Operasionalisasi Variabel ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 118

4.1.1 Tinjauan Umum... 118

4.1.1.1 Sejarah Singkat Kota Bandung... 118

4.1.1.2 Perkembangan Bandung Sebagai Kota Wisata Belanja... 119

4.1.1.3 Pasar Baru Trade Center Bandung... 121

4.1.1.4 Factory Outlets di Kota Bandung... 123

4.1.2 Karakteristik Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Kota Bandung.... 125

4.1.2.1 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 126

4.1.2.2 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan Terakhir... 127

4.1.2.3 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Asal Daerah dan Rata-Rata Pendapatan Per Bulan... 129

4.1.2.4 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Frekuensi Kunjungan dan Atraksi Wisata Favorit... 131

4.1.2.5 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Jenis Wisatawan dan Motivasi Kunjungan... 132

4.1.2.6 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Pengaturan Perjalanan... 134

4.1.2.7 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Moda Transportasi dan Pintu Masuk Wisatawan... 136

4.1.2.8 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Lama Kunjungan dan Pengeluaran Wisatawan... 137

(9)

Wisatawan Malaysia... 140

4.2 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 142

4.2.1 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Destination Awareness Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 144

4.2.2 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Destination Image Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 146

4.2.2 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Destination Quality Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 148

4.2.2 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Destination Loyalty Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 151

4.2.5 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap (CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja... 153

4.3 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 156

4.3.1 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Tahap Pengenalan Kebutuhan dalam Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 159

4.3.2 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Tahap Pencarian Informasi dalam Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 161

4.3.3 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Tahap Evaluasi Alternatif dalam Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 163

4.3.4 Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Tahap Keputusan Berkunjung dalam Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 165

4.3.5 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Wisatawan Malaysia terhadap Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 166

4.4 Pengujian Hipotesis... 168

4.4.1 Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja terhadap Proses Keputusa Berkunjung... 168

4.5 Implikasi Hasil Temuan Penelitian... 179

4.5.1 Temuan Penelitian Bersikap Teoritik... 179

4.5.1 Temuan Penelitian Bersikap Empirik... 180

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan... 183

5.2 Rekomendasi... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 187

(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Hal

1.1 Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara Di Indonesia

Tahun 2007-2011... ..3

1.2 Jumlah Kedatangan Wisatawan ASEAN Ke Indonesia Tahun 2007-2011... .4

1.3 Fokus Pasar Pariwisata Indonesia 2012-2014 ... 5

1.4 Potensi Kuantitatif Daya Tarik Kepariwisataan Kota Bandung... .15

1.5 Nama Wisata Belanja Dan Jumlah Outlet/Bangunan Di Kota Bandung ...17

2.1 Penelitian Yang Berkaitan dengan CBBETD dan CBBE dalam Hospitality Industry... .66

3.1 Operasionalisasi Variabel...85

3.2 Jenis dan Sumber Data... ...89

3.3 Populasi Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Tempat Perbelanjaan di Kota Bandung Tahun 2011... 91

3.4 Jumlah Wisatawan Malaysia yang Diambil sebagai Populasi Sasaran ...91

3.5 Proporsi Sampel ...96

3.6 Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ...101

3.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian... 102

3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian... 108

3.7 Alternatif Jawaban Menurut Skala Likert ...110

4.1 Daftar Nama Factory Outlets di Kota Bandung... 125

4.2 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin... 126

4.3 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Pekerjaan dan Pendidikan Terakhir... 128

4.4 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Asal Daerah dan Rata-Rata Pendapatan... 129

4.5 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Frekuensi Kunjungan dan Atraksi Wisata Favorit... 131

4.6 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Jenis Wisatawan dan Motivasi Kunjungan... 133

(11)

Transportasi dan Pintu Masuk... ...136 4.9 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Lama

Kunjungan dan Pengeluaran Wisatawan... 138 4.10 Karakteristik Wisatawan Malaysia Berdasarkan Sumber

Informasi Berwisata... ...139 4.11 Analisis Top of Mind Awareness Ikon Kota Bandung

Menurut Wisatawan Malaysia... ...141 4.12 Destination Awareness dalam CBBETD Kota Bandung

sebagai Destinasi Wisata Belanja... ...145 4.13 Destination Image dalam CBBETD Kota Bandung

sebagai Destinasi Wisata Belanja... ...147 4.14 Destination Quality dalam CBBETD Kota Bandung

sebagai Destinasi Wisata Belanja... ...149 4.15 Destination Loyalty dalam CBBETD Kota Bandung

sebagai Destinasi Wisata Belanja... ...152 4.16 Rekapitulasi Hasil Tanggapan Wisatawan Malaysia

terhadap CBBETD Kota Bandung sebagai Destinasi

Wisata Belanja... 154 4.17 Tahap Pengenalan Kebutuhan dalam Proses Keputusan

Berkunjung ke Kota Bandung... .159 4.18 Tahap Pencarian Informasi dalam Proses Keputusan

Berkunjung ke Kota Bandung... .162 4.19 Tahap Evaluasi Alternatif dalam Proses Keputusan

Berkunjung ke Kota Bandung... .163 4.20 Tahap Keputusan Berkunjung dalam Proses Keputusan

Berkunjung ke Kota Bandung... .165 4.21 Rekapitulasi Hasil Tanggaoan Wisatawam Malaysia

terhadap Proses Keputusan Berkunjung ke Kota Bandung... 166 4.22 Matrik Korelasi antara Sub Variabel CBBETD Kota Bandung

dengan Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia ...169 4.23 Tabel ANOVA (Uji F) ...171 4.24 Koefisien Model ...171 4.25 Hasil Pengujian Koefisien Jalur, Pengaruh Langsung dan Tidak

Langsung CBBETD Kota Bandung terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia Setelah Trimming ...175 4.2.6 Koefisien Korelasi dan Pengaruh Secara Simultan CBBETD

Kota Bandung terhadap Proses Keputusan Berkunjung

(12)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Hal

1.1 Grafik Kunjungan Wisatawan Malaysia Bulanan Melalui Pintu

Masuk Bandara Husein Sastranegara Tahun 2010 -2012 ... 9

1.2 Share Indonesia pada Total Outbound Wisatawan Malaysia Tahun 2007-2011...11

1.3 Persentase Wisatawan Malaysia Berdasarkan Motivasi Berkunjung Ke Jenis-Jenis Wisata Di Kota Bandung Tahun 2011 . 16 1.4 Persentase Pengunjung Wisatawan Malaysia Di Atraksi Wisata Belanja Kota Bandung ... 18

2.1 Penciptaan Brand Equity For A Destination Brand ... 35

2.2 Customer-Based Brand Equity (CBBE) for a Destination ... 37

2.3 Intergrated Model Of Destination Image And Destination Preference... 40

2.4 Model Perilaku Konsumen... 48

2.5 Visit Decision Process ... 52

2.6 Model Sederhana dari Proses Pengambilan Keputusan Berkunjung. ... 56

2.7 Proses Pengambilan Keputusan Berkunjung ... 63

2.8 Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination Terhadap Proses Keputusan Berkunjung ... 79

2.9 Paradigma Penelitian Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination Terhadap Proses Keputusan Berkunjung . 80 3.1 Struktur Kausal X dan Y ... 111

3.2 Diagram Jalur Hipotesis ... 112

3.3 Jalur Sub Hipotesis ... 113

4.1 CBBETD Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja ... 143

4.2 Variabel CBBETD pada Garis Kontinum ... 156

4.3 Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia ke Kota Bandung ... 158

4.4 Variabel Proses Keputusan Berkunjung pada Garis Kontinum ... 168

4.5 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis CBBETD terhadap Proses Keputusan Berkunjung ... 174

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan

potensial dan prioritas pengembangan bagi sejumlah negara. Hal ini dibuktikan

dengan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin

meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya. Terus

meningkatnya perkembangan kepariwisataan dunia ini tidak lain karena sektor

pariwisata telah dipandang sebagai kontributor penting dalam pertumbuhan

ekonomi global. Menurut Organisasi Kepariwisataan Dunia (UNWTO, United

Nations World Tourism Organization) posisi pariwisata sebagai pilar penting perekonomian terus ditingkatkan di seluruh dunia dengan pertumbuhannya saat ini mencapai angka 5% atau dua-tiga kali lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi dunia.

Tidak hanya sektor pariwisata global yang sedang berkembang, sektor pariwisata Indonesia pun sedang mengalami pertumbuhan yang membanggakan. Menurut data dari Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), ada 125 juta penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dengan total jumlah perjalanan mencapai 240 juta perjalanan setahun. Hingga pada tahun 2012 pertumbuhan sektor pariwisata Indonesia mencapai 11%.

(14)

Sektor pariwisata diharapkan menggantikan sektor migas yang selama ini menjadi

peringkat pertama dalam penerimaan devisa negara (Badan Pusat Statistik, 2011).

Upaya-upaya pemerintah mengembangkan sektor pariwisata ditandai dengan

dilakukannya strategi promosi pariwisata pemerintah dengan membentuk

branding pariwisata Indonesia. Jika pada tahun 2009, pemerintah mengusung

„Visit Indonesia‟, pada tahun 2011 pariwisata Indonesia mempunyai branding

baru yakni dengan mengusung tema „Wonderful Indonesia‟.

Wonderful Indonesia memiliki arti bahwa Indonesia indah dalam hal:

Wonderful Natural Beauty, Wonderful Culture, Wonderful People, Wonderful

Food, dan Wonderful Value of Money (Kemenparekraf, 2012). Wonderful Natural

Beauty mempunyai makna bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki

keindahan alam seperti laut, pantai, safana, gunung dan hutan yang mengagumkan

serta keanekaragaman flora dan fauna. Wonderful Culture yakni budaya Indonesia

beraneka ragam dari Sabang hingga Merauke sehingga menjadi aset dalam

mengembangkan pariwisata. Wonderful People menunjukan bahwa masyarakat

Indonesia dikenal dunia sebagai masyarakat yang mempunyai keramahtamahan

yang tinggi. Wonderful Food yakni dengan kekayaan rempah-rempah yang

dimiliki, kuliner Indonesia memiliki ciri khas dan cita rasa yang tinggi yang

mampu menjadi daya tarik pariwisata Indonesia. Wonderful Value of Money

memiliki makna bahwa pariwisata Indonesia mempunyai daya saing yang tinggi

yakni harga-harga produk dan jasa di Indonesia jauh lebih menarik dibanding

(15)

Berbagai usaha yang dilakukan pemerintah serta didukung oleh

membaiknya situasi nasional mendorong wisatawan untuk berkunjung ke

Indonesia. Perkembangan ke arah kestabilan khususnya dalam bidang politik dan

keamanan dapat memberikan jaminan kepercayaan serta rasa aman kepada

wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Tentunya hal ini akan mendorong

peningkatan wisatawan asing ke Indonesia dari tahun ke tahun. Meningkatnya

kunjungan wisatawan asing ke Indonesia dapat dilihat dari Tabel berikut:

TABEL 1.1

STATISTIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA

Sumber: PES (Passenger Exit Survey) - P2DSJ Kemenparekraf, 2012

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa kunjungan wisatawan

mancanegara (wisman) ke Indonesia terus meningkat dalam enam tahun terakhir.

Akan tetapi rata-rata lama tinggal wisman pada tahun 2012 mengalami penurunan

dari tahun 2011 sebesar 1,18 persen. Meskipun demikian, penurunan lama tinggal

tersebut tidak berdampak pada rata-rata pengeluaran wisman yang mengalami

kenaikan tipis sebesar 1,37 persen. Secara keseluruhan, pariwisata Indonesia

(16)

juta orang, Indonesia mampu mendatangkan sebanyak 8 juta orang, jauh

melampaui target yang ditentukan.

Sementara itu pada tahun 2013, Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata

dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), pun menargetkan sembilan juta turis asing

datang ke Indonesia, dengan pemasukan 10 miliar dolar AS atau setara 97 triliun

Rupiah.

Menurut Sapta Winandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,

wisatawan asing yang banyak mengunjungi Indonesia didominasi oleh wisatawan

ASEAN dan Australia. Berikut ini dapat dilihat pertumbuhan jumlah wisatawan

asal ASEAN yang berkunjung ke Indonesia.

TABEL 1.2

JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN ASEAN KE INDONESIA TAHUN 2007 – 2011

Negara Asal 2007 2008 2009 2010 2011

Brunei 11.209 12.134 15.709 39.063 48.193

Malaysia 891.353 1.117.454 1.179.366 1.277.476 1.302.237 Filipina 137.317 159.003 162.463 189.486 223.779 Singapura 1.352.412 1.397.056 1.272.862 1.373.126 1.505.588 Thailand 68.050 76.842 109.547 123.825 141.771

Vietnam 9.754 12.215 14.456 28.196 36.917

Asean Lainnya 19.981 19.903 18.281 21.113 26.179 Asean Total 2.490.076 2.794.607 2.772.684 3.052.285 3.284.664 Sumber: Statistical Report of Visitor Arrival, Pusdatin Kemenparekraf, 2011

Berdasarkan Tabel 1.2 diatas dapat diketahui bahwa dalam lima tahun

terakhir kunjungan wisatawan ASEAN ke Indonesia terus meningkat. Wisatawan

Singapura dan Malaysia mendominasi kunjungan wisatawan ASEAN ke

Indonesia, dimana pada tahun 2011 Singapura menempati urutan pertama dengan

(17)

kunjungan. Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan ASEAN terkecil berasal dari

negara-negara ASEAN lainnya seperti Laos, Kamboja, dan Myanmar. Akan

tetapi, jumlah kunjungan wisatawan Singapura sempat mengalami penurunan

sebesar -8,9% pada tahun 2009. Tidak seperti Singapura, wisatawan Malaysia

terus memperlihatkan peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya.

Besarnya jumlah wisatawan ASEAN ke Indonesia ini sejalan dengan

rencana fokus pasar pariwisata Indonesia. Dari sejumlah kawasan di dunia,

ASEAN merupakan fokus pasar primer pariwisata Indonesia tahun 2012-2014.

Hal tersebut ditetapkan berdasarkan analisis prospek pasar Indonesia oleh

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahwa Indonesia

berpeluang merebut pasar utama terumata medium-short haul yaitu negara dengan

jarak jangkauan yang dekat.

TABEL 1.3

FOKUS PASAR PARIWISATA INDONESIA 2012 - 2014

FOKUS PASAR KAWASAN NEGARA

Primary Market ASEAN Singapura, Malaysia,

Filipina, Thailand East Asia Jepang, Korea, China,

Taiwan

Secondary Market Europe Inggris, Belanda,

Perancis, Jerman, Rusia Australia + New Zealand Australia dan Selandia

Baru

Tertiary Market North America USA dan Kanada

West Asia India

Middle East & South Africa

Arab Saudi, UAE, Iran, Afrika Selatan

Others Tunisia, Brazil,

Argentina

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2012

(18)

Singapura, Malaysia, dan Filipina saja. Mari Elka Pangestu mengatakan, hingga

2014, target utama pemerintah adalah membidik 1,6-1,9 juta wisatawan asal

Singapura per tahun. Sedangkan untuk wisatawan Malaysia sekitar 1,3-1,55 juta

orang per tahun selama periode itu. Beliau menambahkan jika target wisatawan

asal Singapura dan Malaysia itu tercapai, masing-masing akan mengkontribusi

19-20 persen dan 15-16 persen terhadap total target wisatawan selama 19-2012-19-2014.

Langkah yang diambil Kemenparekraf dapat dikatakan merupakan

langkah tepat dalam menentukan fokus pasar primer. Menurut DESMA

(Destination Management Centre for Sustainable Tourism and Conservation)

memaksimalkan pasar ASEAN yang negara anggotanya bertetangga yakni berada

di satu kawasan yang relatif mudah dijangkau dari Indonesia sangat patut

diperhitungkan. Sebagai contoh, kesuksesan Perancis sebagai negara nomor satu

yang paling banyak dikunjungi di dunia dengan 76,8 juta pengunjung, didapat dari

banyaknya kunjungan negara-negara tetangganya seperti Inggris, Belgia,

Luxemburg dan Jerman (Euromonitor International, 2011). Pasar ASEAN juga

relatif lebih “kebal” terhadap isu-isu non-pariwisata dan memiliki budaya yang

tidak terlalu jauh berbeda sehingga lebih memudahkan perjalanan. Indonesia tidak

hanya menargetkan pasar konvensional tetapi juga

pengunjung-pengunjung repeater untuk memaksimalkan destinasi wisata unggulan. Untuk itu

Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Filipina sangat besar potensinya sebagai

pasar untuk Indonesia.

Melihat peluang yang besar dari negara-negara tetangga, sudah sepatutnya

(19)

ASEAN. Bentuk perhatian tersebut salah satunya adalah dengan membangun

sebuah Badan Promosi Pariwisata atau Tourism Board di negara-negara yang

menjadi target pasar. Mendirikan Badan Promosi Pariwisata dapat menjadi

langkah yang baik dalam mempromosikan destinasi wisata. DESMA (Destination

Management Centre for Sustainable Tourism and Conservation) memaparkan

tidak hanya sebagai alat promosi wisata, Badan Promosi Pariwisata juga berperan

aktif dalam hal memilih produk-produk wisata unggulan yang layak jual untuk

dipromosikan, mengembangkan sumber daya manusia bidang promosi,

menggunakan hasil-hasil riset untuk mengkoneksikan pasar dengan produk

wisata, serta memberikan penghargaan bagi industri yang berprestasi dan kreatif

dalam memberikan layanan dan jasa yang berkualitas.

Jawa Barat sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

beragam atraksi wisata telah mempunyai Badan Promosi Pariwisata di Malaysia,

tepatnya di kawasan Bukit Bintang, Kuala Lumpur. Menurut Ketua PHRI Jawa

Barat, Herman Muchtar, wisatawan mancanegara asal Malaysia memberikan

kontribusi besar pada tingkat kunjungan wisman di Jawa Barat sehingga perlu

dibentuknya sarana promosi yang fokus melayani wisatawan tersebut. Beliau

menambahkan dengan adanya badan promosi tersebut diharapkan industri

pariwisata di Jawa Barat yang mengharapkan wisatawan dari Malaysia, dapat

memanfaatkan kantor perwakilan sebagai media berpromosi. Sejauh ini ada

tujuh travel agent dan kantor Merpati yang membuka cabangnya di Badan

(20)

Mendirikan Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat di Malaysia secara

langsung maupun tidak langsung berdampak positif terhadap kunjungan

wisatawan Malaysia ke Indonesia, khususnya Jawa Barat. Seperti yang telah

dipaparkan sebelumnya, wisatawan Malaysia menempati urutan kedua wisatawan

ASEAN ke Indonesia, dan juga menempati urutan kedua setelah Singapura yang

menyumbang paling banyak wisatawan mancanegara ke Indonesia

(Kemenparekraf, 2011). Terlebih dari sejumlah kota tujuan favorit di Indonesia,

yang paling banyak dikunjungi wisatawan asal dua negara tersebut salah satunya

adalah Kota Bandung. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, Kota Bandung

menjadi magnet paling kuat yang mampu menarik wisatawan mancanegara

berkunjung ke Indonesia. Turis dari Malaysia dan Singapura tercatat sebagai yang

paling banyak mengunjungi kota kembang ini. Kepala BPS Suryamin

mengatakan, turis dari Malaysia dan Singapura kompak mengunjungi Bandung

dengan satu tujuan, yakni berbelanja. Pada Desember 2012, wisman Malaysia

sebanyak 127.917 orang dan Singapura 165.782 orang mengunjungi Indonesia.

Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat mempunyai daya magnet tersendiri

dalam menarik wisatawan mancanegara, khususnya wisatawan Malaysia.

Preferensi wisatawan Malaysia yang menyukai wisata belanja dan kuliner sangat

cocok dengan apa yang ditawarkan Kota Bandung. Dengan julukannya sebagai

Parijs Van Java, Bandung telah dianggap sebagai surganya wisata belanja dan

kuliner. Di mata para wisatawan Malaysia, Bandung mampu menyuguhkan

sesuatu yang lain dibanding kota-kota lain di Indonesia, alam maupun budayanya.

(21)

lebih dalam pembentukan identitas Kota Bandung, juga melalui ekonomi

kreatifnya mampu menimbulkan ketertarikan para wisatawan.

Besarnya hasrat wisatawan Malaysia ditanggapi dengan terus

bertambahnya kunjungan wisatawan Malaysia ke Bandung setiap tahunnya.

Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Jawa Barat Anggoro Dwitjahyono mengungkapkan meningkatnya wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Kota Bandung di antaranya dipengaruhi oleh dibukanya rute penerbangan langsung menuju Bandung tanpa melalui Jakarta oleh beberapa maskapai penerbangan Malaysia; Malaysia Airline, AirAsia, Firefly (Kemenparekraf, 2012) dengan rute penerbangan Kuala Lumpur/Johor Bahru - Bandung di Bandara Husein Sastranegara pada tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada Gambar berikut:

Sumber: Statistical Report of Visitor Arrival, Pusdatin Kemenparekraf, 2012

GAMBAR 1.1

GRAFIK KUNJUNGAN WISATAWAN MALAYSIA BULANAN MELALUI PINTU MASUK BANDARA HUSEIN SASTRANEGARA

TAHUN 2010 -2012

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES

2012 7.509 8.902 10.049 9.733 12.035 14.017 8.957 5.015 10.642 5.259 10.810 12.082

2011 8.478 7.814 8.165 8.797 8.372 9.341 10.139 5.211 5.568 7.205 8.499 9.389

2010 5.476 5.803 6.292 5.967 7.098 6.655 7.611 6.456 4.615 8.524 5.549 9.543

(22)

Berdasarkan Gambar diatas diketahui selama tahun 2010 hingga tahun

2012, kunjungan wisatawan Malaysia ke Bandung melalui pintu masuk Husein

Sastranegara terus mengalami peningkatan. Tahun 2012, kunjungan wisatawan

Malaysia mencatat kenaikan yang signifikan sebesar 18,6% dari tahun

sebelumnya. Pada tahun 2010 hingga 2012, wisatawan Malaysia paling banyak

berkunjung ke Indonesia pada bulan Mei, Juni, November, Desember. Ini

dikarenakan bulan Mei dan Juni merupakan liburan sekolah, dan bulan November

dan Desember adalah libur Hari raya Natal dan tahun baru. Namun kunjungan

pada September 2012 mencatat kenaikan yang signifikan dibanding bulan

September tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh banyaknya

tiket promo dari AirAsia pada bulan tersebut serta waktu yang tepat untuk

berbelanja paska libur Hari Raya di negaranya.

Sekilas melihat fenomena kunjungan di atas, jumlah wisatawan Malaysia

ke Indonesia terlihat terus tumbuh mengesankan setiap tahunnya. Namun,

meskipun jumlah kedatangan wisatawan Malaysia ke Indonesia terus meningkat,

jumlah tersebut masih tergolong sedikit jika dibandingkan dengan total jumlah

keberangkatan wisatawan Malaysia ke luar negeri (outbound). Hal tersebut dapat

(23)

Sumber: Euromonitor International dan Statistical Report of Visitor Arrival, Pusdatin Kemenparekraf 2011

GAMBAR 1.2

SHARE INDONESIA PADA TOTAL OUTBOUND WISATAWAN MALAYSIA TAHUN 2007 -2011

Berdasarkan Gambar diatas diketahui selama tahun 2007 hingga 2011,

share Indonesia pada total outbound wisatawan Malaysia mengalami

pertumbuhan yang fluktuatif dengan besar persentase tidak mencapai 10% dari

total outbound wisatawan Malaysia. Pada tahun 2011, dari sebesar 1.302.237

kunjungan wisatawan Malaysia ke Indonesia, Indonesia hanya mampu meraup

8,75% dari total outbound wisatawan Malaysia yang mencapai 14.875.100.

Sisanya lebih dari 50% wisatawan Malaysia melakukan perjalanan ke Singapura

dan Thailand (Euromonitor International, 2011)

Dua negara tetangga Malaysia tersebut menjadi pesaing Indonesia dalam

meraup pasar wisatawan Malaysia. Aksesibilitas yang lebih mudah menjadi salah

satu faktor pendorong wisatawan Malaysia lebih memilih berkunjung ke

Singapura dan Thailand dibanding Indonesia. Selain itu tingkat kompetisi antara

12.261.500 13.025.400

13.178.600

14.184.500

14.875.100

7,27% 8,58% 8,95% 9,01% 8,75%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00%

5.000.000 7.000.000 9.000.000 11.000.000 13.000.000 15.000.000

2007 2008 2009 2010 2011

(24)

negara-negara pesaing ini semakin ketat sejak jumlah rute penerbangan dari

Malaysia bertambah. Tidak hanya itu, produk dan atraksi wisata antara

negara-negara pesaing pun semakin beragam. Sebagai contoh Thailand sedang

mengedepankan wisata belanja murah untuk meraup pasar wisatawan Malaysia

(Euromonitor International, 2011). Hal ini dapat menjadi ancaman bagi Indonesia

khususnya Kota Bandung yang juga mengedepankan wisata belanja untuk

menarik pasar wisatawan Malaysia. Dengan didukung oleh aksesibilitas yang

lebih mudah di negara-negara pesaing tentu menjadi ancaman bagi Kota Bandung

untuk terus mempertahankan jumlah kunjungan wisawatan Malaysia ke kota ini.

Sehingga pada akhirnya adanya pesaing dari negara-negara tetangga dapat

mempengaruhi proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia dalam memilih

Kota Bandung sebagai destinasi mereka.

Mengetahui lebih dalam proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia

menjadi hal yang penting dalam memasarkan wisata belanja Kota Bandung untuk

dapat menarik wisatawan Malaysia di antara pilihan destinasi wisata belanja yang

ada. Proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia ditandai dengan

pengenalan kebutuhan mereka dalam berwisata khususnya berwisata belanja

hingga akhirnya menentukan pilihan destinasi yang dikunjungi. Lebih jauh

tahapan proses keputusan berkunjung berakhir pada sikap wisatawan Malaysia

setelah berkunjung yakni apakah mereka berniat untuk kembali dan

(25)

Dalam teorinya, keputusan berkunjung pada konteks pariwisata diadaptasi

dari konsep keputusan pembelian konsumen. Menurut Buchari Alma (2008: 63)

keputusan pembelian adalah suatu keputusan yang dilakukan oleh konsumen yang

dipengaruhi oleh kebudayaan, kelas sosial, keluarga dan referensi grup yang akan

membentuk suatu sikap pada diri individu kemudian melakukan pembelian. Teori

mengenai keputusan berkunjung konsumen sudah banyak dilakukan oleh para

ilmuwan. Menurut Kotler dan Amstrong (2012: 152), konsumen akan melewati

tahap proses pengambilan keputusan yaitu pengenalan masalah, pencarian

informasi, evaluasi altenatif, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.

Begitu juga dalam memilih destinasi yang dikunjungi untuk bewisata

belanja, wisatawan Malaysia tentu melakukan serangkaian tahap tersebut dengan

melalui proses pengenalan kebutuhan berwisata belanja, pencarian informasi

mengenai destinasi-destinasi belanja, mengevaluasi destinasi dengan

membandingkan destinasi satu dan lainnya. pembuatan keputusan terhadap

destinasi yang akan dikunjungi, hingga akhirnya membentuk perilaku mereka

setelah berkunjung yakni apakah mereka akan kembali serta merekomendasikan

kepada orang lain atau tidak.

Disinilah peran penting seorang pemasar atau dalam hal ini pemerintah

Kota Bandung sebagai regulator rencana dan strategi pemasaran daya tarik wisata

belanja Kota Bandung dalam memahami perilaku dan keinginan wisatawan. Kota

Bandung dengan keunggulan dan kekurangannya tentu akan mempengaruhi

wisatawan Malaysia dalam menentukan pilihan destinasi mereka. Informasi yang

(26)

dibandingkan dengan pilihan destinasi alternatif lain, sebelum akhirnya

menentukan pilihan destinasi yang akan dikunjungi. Oleh karena itu mengingat

pentingnya setiap tahapan dalam proses keputusan berkunjung, pemerintah Kota

Bandung wajib mengetahui lebih dalam bagaimana proses keputusan berkunjung

wisatawan Malaysia dalam memilih suatu destinasi. Hasilnya pemerintah Kota

Bandung dapat menentukan rencana dan strategi pemasaran dan pengembangan

Kota Bandung yang pada akhirnya dapat mempengaruhi proses keputusan

berkunjung wisatawan Malaysia untuk memilih Kota Bandung sebagai pilihan

destinasi wisata belanja mereka.

Salah satu strategi pemasaran Kota Bandung yang dapat dilakukan oleh

pemerintah adalah dengan memaksimalkan potensi daya tarik wisata. Daya tarik

wisata Kota Bandung merupakan produk pariwisata yang dimiliki Kota Bandung

yang mempunyai nilai jual dan dapat memberikan dampak positif bagi berbagai

sektor, baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan. Pemerintah Kota

Bandung sendiri menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor termasuk dalam

10 common goals (sepuluh kegiatan unggulan) yang terdiri dari:

1. Ekonomi, berupa peningkatan pendapatan, penyediaan lapangan kerja, dan

lapangan usaha, peningkatan pajak serta penggunaan sektor pariwisata

sebagai penggerak bagi ekspansi sektor lain.

2. Sosial, berupa mengembangkan dan mendorong pertukan budaya kreatif

serta memperkenalkan budaya kepada masyarakat luar/asing, mendidik

masyarakat untuk mencintai daerahnya sendiri dan menyediakan

(27)

3. Konservasi dan pelestarian berupa mengembangkan dan mendorong

pencapaian konservasi lingkungan dan budaya yang dikembangkan secara

berkelanjutan. (Sumber: Disbudpar Kota Bandung, 2012)

Adapun potensi kuantitatif daya tarik kepariwisataan yang dimiliki Kota

Bandung dapat dilihat pada Tabel berikut.

TABEL 1.4

POTENSI KUANTITATIF DAYA TARIK KEPARIWISATAAN KOTA BANDUNG 2011

Sumber: Dinas Pariwisata Kota Bandung 2011

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui salah satu daya tarik Kota

Bandung ialah wisata belanja. Memaksimalkan potensi daya tarik wisata terutama

NO JENIS POTENSI YANG ADA

1. DAYA TARIK WISATA

Wisata Alam Wisata taman skala kota, Kebun Binatang (11) Taman skala lingkungan (38)

Wisata Budaya

Galeri (25)

Gedung pertunjukan (7) Lingkungan seni budata (342) Wisata Sejarah

Museum (8)

Gedung bersejarah (13) Taman lalu lintas dan lain-lain

Wisata Belanja Factory Outlet, Mall, Distro, Pusat Perdagangan/Trade Center

Wisata Minat Khusus 1. Wisata pengetahuan: PT DI, PT Pindad,

Fabrikasi/Pengelolaan produk (susu, vaksin, obat, tekstil) Wisata Religi 2. Wisata rohani: Ponpes Daarut Tauhid, Mesjid Agung

Bandung

2 SARANA PARIWISATA

Akomodasi Hotel berbintang (76) Hotel melati (186)

Restoran Restoran (162)

Rumah Makan Rumah makan (465)

Usaha Perjalanan Wisata

(28)

daya tarik wisata yang paling diminati oleh wisatawan Malaysia dapat menjadi

salah satu strategi pemasaran Kota Bandung yang dapat dilakukan oleh

pemerintah. Terlebih seperti yang telah disebutkan sebelumnya, wisata belanja

bagi wisatawan Malaysia menjadi salah satu jenis atraksi wisata favorit selama

kunjungan mereka ke Kota Bandung. Gambar 1.2 menunjukan persentase

kunjungan wisatawan Malaysia berdasarkan jenis atraksi wisata di Kota Bandung.

Sumber: BPS Kota Bandung

diolah kembali oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung, 2011

GAMBAR 1.3

PERSENTASE WISATAWAN MALAYSIA BERDASARKAN MOTIVASI BERKUNJUNG KE JENIS-JENIS WISATA DI KOTA BANDUNG TAHUN

2011

Berdasarkan Gambar di atas dapat diketahui bahwa wisata belanja

merupakan jenis wisata yang paling diminati oleh wisatawan Malaysia dengan

memperoleh persentase kunjungan sebesar 45% pada tahun 2011, disusul oleh

wisata alam dan wisata budaya berturut-turut sebesar 12% dan 10%. Sementara

itu, wisata religi memperoleh persentase yang paling sedikit yakni hanya sebesar 12,9%

10,1%

45,7%

19,3%

8,8%

3,2%

Wisata Sejarah

Wisata Budaya

Wisata Belanja

Wisata Alam Wisata Minat Khusus

(29)

Oleh karena itu dengan terus berkembangnya usaha pariwisata khususnya

wisata belanja di Kota Bandung, usaha distro dan factory outlet pun kian

menjamur dari waktu ke waktu di kota ini. Hampir setiap akhir pekan Kota

Bandung dipadati oleh para wisatawan domestik maupun mancanegara yang

membelanjakan uangnya di pusat-pusat perbelanjaan. Tabel berikut menunjukan

nama wisata belanja yang terdapat di Kota Bandung menurut Dinas Perdagangan

dan Perindustrian Kota Bandung.

TABEL 1.5

NAMA WISATA BELANJA DAN JUMLAH OUTLET/BANGUNAN

DI KOTA BANDUNG

No. Nama Wisata Belanja Jumlah Outlet

1 Pusat Perdagangan/ Trade Center

11

2 Mall/Supermall/Plaza 23

3 Factory Outlet 98

4 Distro 135

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung

Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah outlet/bangunan

yang paling banyak pada tahun 2011 adalah wisata belanja distro, sedangkan

jumlah outlet/bangunan yang paling sedikit adalah wisata belanja pusat

perdagangan/trade center.

Melihat banyaknya tempat perbelanjaan di Kota Bandung, hal itu tentu

kian menunjukan kota ini sebagai kota yang menyuguhkan atraksi wisata belanja

yang beragam yang dapat menarik wisatawan domestik dan mancanegara, salah

satunya wisatawan Malaysia. Namun, tidak hanya menyuguhkan banyaknya

(30)

relatif terjangkau dengan kualitas yang bersaing. Bagi wisatawan Malaysia hal ini

menjadi poin penting dalam mempertimbangkan Bandung sebagai tujuan mereka.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara dengan Ibu Chrismiastutie (2013),

Kasubdit Wilayah ASEAN Direktorat Promosi Pariwisata Luar Negeri

Kemenparekraf, dan Bapak Marudut Hutagalung (2013) selaku Kasi Informasi

Pasar Luar Negeri Direktorat Pengembangan Pasar dan Informasi Pasar

Pariwisata Kemenparekraf, yang mengatakan bahwa aktivitas favorit wisatawan

Malaysia dalam mengunjungi sebuah destinasi wisata tidak lain adalah berbelanja.

Mereka sangat mempertimbangkan sebuah destinasi yang mempunyai tempat

belanja yang nyaman dan murah. Itulah sebabnya mengapa Bandung menjadi

salah satu tujuan favorit wisatawan ini. Hingga pada akhirnya, Bandung dikenal

oleh wisatawan Malaysia sebagai destinasi wisata untuk berbelanja murah.

Gambar 1.3 berikut menunjukan persentase jumlah pengunjung wisatawan

Malaysia di atraksi wisata belanja Kota Bandung.

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung diolah kembali oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung, 2011

58,7%

5,2%

18,5%

1,8% 60,9%

6,6%

30,5%

2,0%

Pusat Perdagangan Mall Factory outlets Distro

(31)

GAMBAR 1.4

PERSENTASE PENGUNJUNG WISATAWAN MALAYSIA DI ATRAKSI WISATA BELANJA KOTA BANDUNG

Berdasarkan Gambar di atas dapat diketahui bahwa persentase wisatawan

Malaysia yang mengunjungi tempat perbelanjaan di Kota Bandung paling banyak

terdapat pada Pusat Perdagangan/Trade Center disusul oleh Factory Outlet.

Sementara itu wisatawan Malaysia paling sedikit berbelanja di outlet-outlet distro

dan kawasan mall. Hal ini sejalan dengan hasil observasi yang menunjukan

banyaknya wisatawan Malaysia yang berbelanja di pusat perdagangan seperti

Pasar Baru Trade Center, dan factory outlets di sepanjang Jalan Dago, Jalan

Setiabudhi, dan Jalan R.E. Martadinata, dibanding dengan beberapa distro dan

mall di Kota Bandung.

Fenomena terus meningkatnya kedatangan wisatawan Malaysia ke Kota

Bandung dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk merancang strategi dan

rencana pengembangan serta pemasaran Kota Bandung sebagai destinasi wisata

belanja. Dengan mengetahui bahwa wisata belanja merupakan atraksi wisata

favorit wisatawan Malaysia, hal ini dapat menjadi dasar bagi pemerintah Kota

Bandung untuk memaksimalkan potensi wisata belanja di Kota Bandung. Adapun

cara yang dilakukan pemerintah dalam memaksimalkan wisata belanja Kota

Bandung adalah dengan mengetahui ekuitas merek dari daya tarik wisata belanja

Kota Bandung yang dilihat dari sudut pandang wisatawan Malaysia itu sendiri

(Customer-Based Brand Equity).

Pada teorinya, konsep Customer-Based Brand Equity (CBBE) telah

(32)

konteks destinasi wisata, konsep CBBE yang dimplementasikan pada sebuah

destinasi atau dalam istilahnya Customer-Based Brand Equity for Tourism

Destinasion (CBBETD) merupakan konsep baru dalam kepariwisataan. Adapun

pada penelitian ini, gelar destinasi wisata belanja sebagai salah satu atraksi wisata

yang dimiliki pemerintah Kota Bandung adalah CBBETD Kota Bandung yang

muncul dari perspektif wisatawan Malaysia.

Mengidentifikasi CBBETD kota Bandung dengan pengaruhnya terhadap

proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia dirasa penting bagi penulis

untuk dikaji lebih dalam melalui serangkaian proses penelitian. Sekilas melihat

fenomena kunjungan wisatawan Malaysia ke Bandung yang semakin meningkat,

CBBETD Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja berdampak positif

terhadap meningkatnya kedatangan wisatawan Malaysia ke kota ini. Jika hipotesis

ini terbukti maka pemerintah sebagai pemangku kebijakan dalam usaha

memasarkan Bandung sebagai destinasi wisata tentu dapat menjadikan hal ini

sebagai bahan pertimbangan.

Dalam memasarkan sebuah destinasi, pemerintah harus menentukan

strategi pemasaran apa yang akan dilakukan. Menentukan brand equity pada

destinasi yang akan dipasarkan merupakan salah satu bentuk strategi pemasaran.

Namun dalam menentukan brand equity, pemerintah harus cermat serta fokus

terhadap identitas apa yang ingin dikedepankan pada destinasi tersebut kepada

wisatawan. Secara teori, hal ini sejalan dengan apa yang pernah dikaji oleh

Konecnik dan Gartner. Menurut Konecnik dan Gartner (2007: 417):

(33)

should increase tourists’ destination awareness, appeal to their image or quality perceptions, or influence their loyalty dimension. It is reasonable to employ different marketing strategies for different foreign markets, but all marketing strategies should be prepared in consideration of the destination’s brand identity”

Konecnik dan Gartner juga mengungkapkan bahwa sebuah strategi

pemasaran yang baik selain harus dapat meningkatkan kesadaran (awareness),

daya tarik citra (image), serta persepsi kualitas (quality) destinasi tersebut juga

harus mempengaruhi loyalitas (loyalty) wisatawan untuk mengunjungi kembali

destinasi tersebut.

Keseluruhan dimensi-dimensi di atas (destination awareness, destination

image, destination quality, destination loyalty) merupakan dimensi dari

Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD). Sebuah destinasi yang

dianggap baik oleh wisatawan adalah ketika wisatawan telah menyadari dan

mengenal destinasi tersebut sebagai destinasi wisata, mengenal dengan baik daya

tarik yang terdapat di destinasi tesebut, menilai baik setiap aspek kualitas

destinasi, serta memiliki loyalitas yang tinggi terhadap destianasi tersebut.

Sehingga memfokuskan CBBETD Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja

agar memiliki penilaian yang baik dari wisatawan diharapkan dapat menjadi

strategi pemasaran yang tepat bagi Kota Bandung agar tidak hanya secara

kuantitas meningkatkan jumlah wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Kota

Bandung, tetapi juga meningkatkan kualitas pada aspek-aspek destinasi wisata

belanja serta fasilitas yang mendukung di kota tersebut guna mendapatkan

kepuasan serta loyalitas wisatawan Malaysia.

(34)

Malaysia yang berkunjung ke Kota Bandung mendorong penulis untuk mengkaji

penelitian mengenai “Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja terhadap Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia” Survei pada

Wisatawan Malaysia yang Berkunjung ke Pusat Perdagangan/Trade Center dan

Factory Outlet di Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana penilaian wisatawan Malaysia terhadap Customer-Based

Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai

destinasi wisata belanja yang terdiri dari destination awareness,

destination image, destination quality, dan destination loyalty.

2. Bagaimana proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia untuk

berbelanja ke Kota Bandung.

3. Sejauh mana pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism

Destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja

(35)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh hasil temuan mengenai tanggapan wisatawan Malaysia dalam

hal:

1. Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD)

Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja yang terdiri dari

destination awareness, destination image, destination quality, dan

destination loyalty.

2. Proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia

3. Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination

(CBBETD) Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja terhadap

proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Kegunaan teoritis:

Secara teoritis, hasil penelitian ini dilakukan sebagai pengembangan

ilmu pemasaran pariwisata khususnya mengenai pengaruh CBBETD

sebuah destinasi wisata terhadap proses keputusan berkunjung wisatawan

serta memberikan gambaran dan pengetahuan yang lebih luas bagi peneliti

yang akan melakukan penelitian lebih jauh mengenai masalah yang sama.

2. Kegunaan praktis:

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

(36)

wisata di Kota Bandung, serta pihak lainnya yang berkaitan dengan bidang

pariwisata dalam upaya menciptakan Kota Bandung sebagai destinasi

wisata belanja guna terus mempertahankan serta meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan Malaysia ke Kota Bandung. Selain itu diharapkan

hasil penelitian ini juga dapat menjadi evaluasi strategi bagi pihak

(37)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai pengaruh customer-based brand

equity for tourism destination (CBBETD) Kota Bandung sebagai destinasi wisata

belanja terhadap proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia. Adapun yang

menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah

customer-based brand equity for tourism destination yang meliputi destination

awareness, destination image, destination quality, dan destination loyalty.

Adapun variabel terikat (dependent variable) adalah proses keputusan berkunjung

yang meliputi pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, dan

keputusan berkunjung. Pada penelitian ini, subjek yang dijadikan responden

adalah wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Penentuan jenis penelitian dan metode yang digunakan terlebih dahulu

harus dilakukan pada setiap penelitian, sehingga tujuan dari penelitian tersebut

dapat diketahui dan dicapai. Penelitian dapat berupa eksplorasi (exploratory

study), deskriptif, atau penelitian untuk menguji hipotesis (Sekaran, 2010:119).

Adapun jenis penelitian pada penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif

(38)

Sekaran (2010:121) menjelaskan “A descriptive study is undertaken in

order to ascertain and be able to describe the characteristic of the variable of

interest in situation”, yakni penelitian deskriptif dilakukan untuk memastikan

dan mampu menggambarkan karakteristik dari variabel dalam sebuah situasi.

Sedangkan Sugiyono (2010:53) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif

adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik

satu variabel atau tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan

variabel lain. Penelitian deskriptif disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi

atau gambaran mengenai CBBETD Kota Bandung sebagai destinasi wisata

belanja dan proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia.

Sementara itu, penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji

hipotesis dengan mengumpulkan data di lapangan. Sekaran (2010:124)

mengungkapkan “Studies that engage in hypotheses testing usually explain the

nature of certain relationship, or establish the difference among groups or the

independence of two or more factor in a situation”, yakni penelitian dengan

pengujian hipotesis biasanya menjelaskan sifat hubungan tertentu, atau

membentuk perbedaan antar kelompok atau independensi dua faktor atau lebih

dalam sebuah situasi. Adapun hubungan yang diuji dalam penelitian ini adalah

pengaruh CBBETD Kota Bandung sebagai destinasi wisata belanja terhadap

proses keputusan berkunjung wisatawan Malaysia.

Berdasarkan jenis penelitiannya, yakni deskriptif dan verifikatif, maka

metode penelitian yang akan digunakan adalah metode explanatory survey.

(39)

penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang

diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain.

Berdasarkan waktu penelitian, penelitian ini dilakukan pada kurun

waktu kurang dari satu tahun, sehingga metode yang digunakan adalah

cross-sectional method. Sekaran (2010:135) menjelaskan:

A study can be done in which data are gathered just once, perhaps over a period of days or weeks or months, in order to answer research question. Such studies are called one-shot or cross-sectional studies.

Husein Umar (2004:43) juga menambahkan cross-sectional method

adalah metode penelitian dengan cara mempelajari objek, dalam kurun waktu

tertentu tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang. Pada penelitian

dengan penggunaan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan

langsung ditempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui

pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah Customer-Based Brand

Equity for Tourism Destination (CBBETD) (X) yang terdiri dari dimensi

destination awareness (X1.1), destination image (X1.2), destination quality

(X1.3), dan destination loyalty (X1.4). Sedangkan proses keputusan berkunjung

sebagai variabel (Y) dengan dimensi pengenalan kebutuhan (need recognition),

pencarian informasi (information search), evaluasi alternatif (evaluation of

alternatives), dan keputusan berkunjung (visit decison).

Secara lebih rinci operasionalisasi variabel dalam penelitian ini

(40)

TABEL 3.1

OPERASIONAL VARIABEL

Variabel Sub-variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No Item

CBBE adalah efek diferensial pada pengetahuan merek yang ditanggapi oleh konsumen terhadap pemasaran merek tersebut (Keller, 1993). Pada tingkat destinasi pariwisata, konsep evaluasi CBBE

dan ditransfer dan diaplikasikan terhadap sebuah destinasi wisata (Konecnik dan Gartner, 2007:416) Kota Bandung di antara destinasi lain Center (Pasar Baru)

Ordinal 3

Tingkat kemenarikan atraksi wisata belanja:

Factory outlets (Jalan Setiabudhi, Jalan Dago, Jalan R.E. Martadinata)

Ordinal 4

(41)

Variabel Sub-variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No yang dibeli di Kota Bandung sebagai salah satu pilihan destinasi untuk dikunjungi

(42)

Variabel Sub-variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No

berwisata belanja Ordinal 16

Pengaruh dari massa, consumer rating organization (contoh: TripAdvisor.com), Internet (contoh: blogs, social media untuk berkunjung ke Kota Bandung dibanding dijual di Kota Bandung dibanding destinasi lain

(43)

Variabel Sub-variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No

3.2.3 Jenis dan Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya data dapat dibedakan menjadi dua,

yaitu data primer dan data sekunder. Menurut Sekaran (2010:219), “Primary

data refer to information obtained firsthand by the researcher on the variables

of interest for specific purpose of study”. Artinya data primer merupakan data

yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti

yang berkaityan dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sedangkan

Hermawan (2006:168) menambahkan:

(44)

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh melalui

penyebaran kuesioner secara langsung kepada wisatawan Malaysia yang

berkunjung ke Kota Bandung.

Sementara itu, data sekunder merupakan struktur data historis mengenai

variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan dihimpun sebelum oleh pihak

lain (Hermawan, 2006:168). Sedangkan Sekaran (2010:219) menjelaskan

Secondary data refer to information gathered from sources already existing”,

yakni data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber

yang telah ada. Pendapat ini sejalan dengan Sarwono (2006:11) yang

mengungkapkan bahwa data sekunder merupakan data yang sudah tersedia

sehingga kita tinggal mencari dan mengumpulkannya.

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang

selanjutnya diterangkan pada Tabel 3.2.

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

No. Data Jenis Data Sumber Data

Digunakan untuk Tujuan Penelitian

T1 T2 T3

1. Statistik Kunjungan

Wisatawan Mancanegara di Indonesia Tahun 2007-2011

Sekunder PES (Passenger Exit Survey) - P2DSJ

Kemenparekraf, 2011

- - -

2. Jumlah Kedatangan Wisatawan ASEAN ke

3. Fokus Pasar Pariwisata Indonesia 2012 - 2014

Sekunder Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2012

(45)

4. Data Kunjungan Wisatawan Malaysia Bulanan melalui Pintu Masuk Bandara Husein Sastranegara Tahun 2010 -2012

Sekunder Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah

kembali oleh Pusdatin - Kemenparekraf).

- - -

5. Potensi Kuantitatif Daya Tarik Kepariwisataan Kota Bandung 2011

Sekunder Dinas Pariwisata Kota Banduing 2011

- - -

6. Presentase Wisatawan Malaysia Berdasarkan Motivasi Berkunjung Ke Jenis-Jenis Wisata Di Kota Bandung Tahun 2011

Sekunder BPS Kota Bandung (diolah kembali oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung, 2011)

- - -

7. Nama Wisata Belanja Dan Jumlah Outlet/Bangunan Di Kota Bandung

Sekunder Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung

- - -

8. Persentase Pengunjung Wisatawan Malaysia Di Atraksi Wisata Belanja Kota Bandung

Sekunder Dinas Perdagangan dan Perindustrian

5. Tanggapan wisatawan Malaysia mengenai

6. Tanggapan wisatawan Malaysia mengenai proses

T-1 : Untuk mengetahui tanggapan mengenai Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination (CBBETD).

T-2 : Untuk mengetahui tanggapan mengenai proses keputusan berkunjung. T-3 : Untuk menjelaskan seberapa besar Customer-Based Brand Equity for

(46)

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.2.4.1 Populasi

Dalam mengumpulkan dan menganalisa suatu data, menentukan

populasi merupakan langkah yang penting dalam sebuah penelitian.

Sugiyono (2010:215) mendefinisikan bahwa populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan. Sedangkan Sekaran (2010:265)

mengungkapkan “Population refers to the entire group of people, events, or

things of interest that the researcher wishes to investigate”, yakni populasi

mengacu pada seluruh kelompok orang, peristiwa, atau hal-hal menarik

yang peneliti ingin selidiki. Selanjutnya dalam menentukan populasi juga

terdapat batasan-batasan populasi. Batasan populasi menurut Silalahi

(2009:147) adalah sebagai berikut:

Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit atau elemen dimana penyidik tertarik. Populasi adalah jumlah total dari seluruh unit yang darinya sampel dipilih. Populasi dapat berupa organisme, orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi, benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya memiliki dari dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak secara mendua.

Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan yang jelas

mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya, yang disebut

populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan

(47)

kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya

berlaku untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi sasaran populasi

penelitian Pengaruh Customer-Based Brand Equity for Tourism Destination

(CBBETD) Kota Bandung sebagai Destinasi Wisata Belanja terhadap

Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Malaysia adalah wisatawan asal

Malaysia itu sendiri yang berkunjung ke Kota Bandung. Berdasarkan data

dari Dinas Pariwisata Kota Bandung, jumlah wisatawan Malaysia yang

mengunjungi Kota Bandung dilihat dari motivasi mereka untuk berwisata

belanja pada tahun 2011 adalah sebesar 156.070 orang atau sebesar 45,67%

(lihat Gambar 1.2). Namun, pada penelitian ini tidak semua wisatawan

Malaysia yang berkunjung ke semua jenis wisata belanja dijadikan

responden, mengingat hanya jenis wisata belanja Pusat Perdagangan/Trade

Center dan Factory Outlet saja yang mempunyai presentase terbesar

dikunjungi dan paling diminati oleh wisatawan Malaysia (lihat Gambar 1.3).

Maka survei pada penelitian ini dilakukan kepada populasi wisatawan

Malaysia yang berkunjung ke Pusat Perdagangan/Trade Center dan Factory

Outlet. Jumlah wisatawan Malaysia yang berkunjung ke Pusat

Perdagangan/Trade Center dan Factory Outlet yakni sebesar 142.648

(48)

TABEL 3.3

POPULASI WISATAWAN MALAYSIA YANG BERKUNJUNG KE TEMPAT PERBELANJAAN DI KOTA BANDUNG TAHUN 2011

Wisata Belanja Jumlah

Pusat Perdagangan/

Trade Center 95.047 60,9%

Mall 10.301 6,6%

Factory outlets 47.601 30,5%

Distro 3.121 2,0%

Jumlah Total 156.070

Sumber: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Bandung diolah kembali oleh Dinas Pariwisata Kota Bandung, 2011

TABEL 3.4

JUMLAH WISATAWAN MALAYSIA YANG DIAMBIL SEBAGAI POPULASI SASARAN

Wisata Belanja Jumlah

Pusat Pedagangan/

Trade Center 95.047 66,6%

Factory outlets 47.601 33,4%

Jumlah Total 142.648

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2013

3.2.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Menurut Sekaran (2010:266), “A sample is a subset of the

population. It comprises some members selected from it”, yakni sampel

adalah bagian dari populasi yang meliputi beberapa anggota terpilih darinya.

Penjelasan lebih lanjut dikemukakan oleh Hermawan (2006:145), “Sampel

merupakan suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah

anggota yang dipilih dari populasi. Dengan demikian, sebagian elemen dari

populasi merupakan sampel. Dengan mengambil sampel peneliti ingin

Gambar

Tabel ANOVA (Uji F) ...................................................................171
TABEL 1.1 STATISTIK KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI
TABEL 1.2 JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN ASEAN KE INDONESIA
TABEL 1.3 FOKUS PASAR PARIWISATA INDONESIA 2012 - 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Melalui pembelajaran online peserta didik mampu menentukan nilai variabel pada sistem persamaan linear dua variabel dengan metode eliminasi dan substitusi dalam

Potensi material yang kuat dapat digunakan dan didemostrasikan secara seutuhnya apabila digunakan sebagai komponen interior yang berguna sebagai sarana display,

BOP metode harga pokok pesanan adalah semua elemen biaya produksi selain Biaya Bahan Baku ( BB ) dan Biaya Tenaga Kerja Langsung ( BTKL ), elemennya: Biaya Bahan Penolong ( BBP

Membuat link yang menuju pada bagian dokumen yang sama dapat dilakukan dengan cara yang sama seperti link absolut atau relatif, namun nama dokumen dalam link diganti

Untuk memproduksi 3 macam produk tersebut perusahaan menggunakan mesin yang sama, gedung pabrik yang sama, gudang bahan baku yang sama, sehingga biaya yang

Dilihat dari perspektif hadis Nabi saw, zuhud bukan berarti mengharamkan yang halal atau me ,ry ia- ,ry iakan hal-hal duniawi, tetapi merasa hati lebih te,paut kepada

square , diperoleh informasi bahwa dengan penambahan penghalang square pada titik percabangan memberikan pengaruh terhadap nilai rata-rata kecepatan aliran fluida. Aliran

Menempatkan diri dengan tepat sesuai datangnya bola dari lawan merupakan salah satu kunci keberhasilan untuk melakukan passing bawah. Hal ini karena bola dari lawan tidak