• Tidak ada hasil yang ditemukan

Literature Review Pentingnya Media Pembe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Literature Review Pentingnya Media Pembe"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

APRESIASI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh: Imam Santoso 1815163331

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

Literatur Review : Pentingnya Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Siswa di Sekolah Dasar

Abstrak

Dari hasil kajian ini didapat beberapa temuan bahwa media pembelajaran mempunyai peran penting dalam setiap proses pembelajaran, khususnya di kelas rendah, karena siswa kelas rendah belum mampu berpikir abstrak, sehingga materi yang diajarkan oleh guru perlu divisualisasikan dalam bentuk yang lebih nyata/kongkrit. Selanjutnya, penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi para peserta didik. Dalam tataran praksis media dapat dirancang melalui lima langkah antara lain: (1) media harus dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (2) media hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; (3) media hendaknya dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak menjadi bingung; (4) media hendaknya dirancang dengan bahan-bahan yang sederhana dan mudah didapat, tetapi tidak mengurangi makna dan fungsi media itu sendiri; (5) media dapat dirancang dalam bentuk model, gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud. Temuan terakhir bahwa penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat berimplikasi pada tiga hal, antara lain pada diri guru, pada diri siswa dan pada proses pembelajaran di ruang kelas.

Kata-Kata Kunci: Media pembelajaran,kualitas pembelajaran

I. Pendahuluan

Dalam perkembangan yang semakin cepat ini, pendidikan pun juga semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman. Berbicara soal pendidikan, tidak dapat dilepaskan dari proses pembelajaran di ruang kelas. Pembelajaran di ruang kelas mencakup dua aspek penting yakni guru dan siswa. Guru mempunyai tugas mengajar dan

(3)

lingkungannya (Hamalik,1990:4). Perlu disadari bahwa pembelajaran itu merupakan suatu system, yang di dalamnya terdapat sejumlah komponen yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam rangka mencapai tujuan. Beberapa komponen dimaksud meliputi: (1) tujuan, (2) bahan/materi ajar, (3) metoda, (4) alat/media dan, (5) evaluasi (Ali,1992:30). Karena pembelajaran merupakan suatu system maka keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh mana efektifitas tiap-tiap komponen tersebut berinteraksi.

Kata edia berasal dari bahasa Lati

ediu ya g berarti pera tara atau pe ga tar . Lebih la jut, edia erupaka sarana penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Penggunaan media pengajaran dapat membantu pencapaian keberhasilan belajar. Ditegaskan oleh Danim bahwa hasil penelitian telah banyak membuktikan efektivitas penggunaan alat bantu atau media dalam proses belajar-mengajar di kelas, terutama dalam hal peningkatan prestasi siswa. Terbatasnya media yang dipergunakan

dalam kelas diduga merupakan salah satu penyebab lemahnya mutu belajar siswa. Media sebagai salah satu komponen dalam sistem itu, mempunyai fungsi sebagai sarana komunikasi non-verbal. Sebagai salah satu komponen sistem, berarti media mutlak harus ada atau harus dimanfaatkan di dalam setiap pembelajaran. Dikatakan demikian sebab jika salah satu komponen itu tidak ada maka hasil yang 3 diperoleh tidak akan maksimal. Terkait dengan hal itu, Carpenter dan Dale (dalam Darma,1983:6) e yataka : bah a belajar e erluka partisipasi da latiha . Belajar pada dasarnya melakukan aktivitas, maka dalam proses pembelajaran para siswa perlu banyak berpartisipasi. Partisipasi siswa dapat dilakukan dengan jalan mendengarkan, melihat, menulis, merasakan, dan memikirkan. Terkait hal tersebut Carpenter dan Dale mengemukakan betapa pentingnya media pembelajaran dalam proses belajar para siswa.

(4)

dari yang diharapkan. Secara realitas pada jenjang pendidikan SD ada kecendrungan para guru masih terpaku pada 5 pendekatan verbal dengan metoda ceramah tanpa

menggunakan media dalam

mengkomunikasikan materi pelajaran pada siswa. Adanya kecendrungan seperti itu di satu sisi, dan di sisi lain rendahnya kualitas pembelajaran di Indonesia yang bermuara pula pada rendahnya kualitas Human Depelovment Index, membuat media pembelajaran menjadi issu menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Memang selama ini telah ada ahli yang mengkaji persoalan ini, seperti Wilkinson, telah mengkaji persoalan serupa de ga si pula : bah a edia merupakan alat mengajar dan belajar. Di mana alat ini harus ada untuk memenuhi kebutuhan/keperluan siswa dalam proses

pe belajara Bakhtiar : . I i berarti

di dalam proses pembelajaran, baik siswa maupun guru sama-sama memerlukan alat tersebut (media) agar kebutuhan yang beragam dari kurikulum dan siswa secara individual dapat terpenuhi melalui pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Di bagian lain Bakhtiar (1986) juga menjelaskan bahwa di dalam pembelajaran hendaknya tidak terpaku pada satu media saja

melainkan dapat menggunakan media yang bervariasi. Artinya, di dalam setiap pembelajaran akan lebih baik menggunakan berbagai media atau menggunakan media yang kondusif terhadap materi yang dipelajari siswa. Sejalan dengan itu Sulaiman (1981:8) mengatakan bahwa alat-alat audio-visual tidak saja menghasilkan cara belajar yang efektif dalam waktu yang lebih singkat tetapi apa yang diterima melalui alat-alat audio-visual lebih lama dan lebih baik tinggal dalam ingatan. Namun, kajian-kajian yang dilakukan beberapa pakar di atas belum menekankan pentingnya penggunaan media dalam proses pembelajaran di ruang kelas, terlebih lagi tidak mengkaji penggunaan media dalam pembelajaran bagi siswa di kelas rendah. Oleh karena itu issu ini sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam lagi. II. Pembahasan

Media sebagai Alat Komunikasi Non-Verbal

(5)

Dengan rancangan media yang efektif dan efisien guru dapat mempermudah pemahaman siswa atas materi pelajaran yang disampaikannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Hamalik (1980 : 23) bahwa media pembelajaran adalah alat-alat komunikasi yang dapat mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran di ruang kelas. Hal senada dikemukakan pula oleh Suparno (1987:1) bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan yang dalam hal ini adalah pesan dari guru kepada siswa.

Jadi di dalam sebuah proses komunikasi antara guru dan siswa perlu ada alat komunikasi, yang dalam proses belajar-mengajar disebut media pembelajaran. Maka media bisa dikonotasikan dengan istilah alat dala pe didika . Dala konteks pendidikan alat didefinisikan sebagai apa saja yang dapat dijadikan perantara untuk mencapai tujuan pendidikan.

Jenis Media Pembelajaran

Dari penelusuran berbagai sumber yang ada secara umum sebenarnya banyak media

yang bisa digunakan untuk menunjang proses pembelajaran di ruang kelas. Namun, dalam konteks ini dapat diidentifikasi tujuh jenis media pembelajaran antara lain: 1. Realthing adalah manusia (pengajar) benda yang sesungguhnya (bukan gambar, atau model) dan pristiwa yang sebenarnya terjadi.

2. Verbal representation adalah media tulis/cetak, misalnya buku teks, refrensi, dan bahan bacaan lainnya.

3. Grafhic representation adalah berupa chart, diagram, gambar, atau lukisan. 4. Still picture seperti foto, slide, film strif, dan OHP. Still picture kadang-kadang dapat berupa gambar hitam-putih, dan dapat pula berupa gambar berwarna.

5. Audio (recording) seperti pita kaset, reel tape, piringan hitam, sound track pada film ataupun pita pada video tape.

6. Program adalah kumpulan informasi yang berurutan. Program bisa berbentuk verbal, (buku teks) visual, maupun video.

(6)

Selain tujuh kategori media yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran di ruang kelas sebagaimana diuraikan di atas sebenarnya masih ada lagi media yang lain seperti papan tulis, meja, kursi, dan sebagainya. Semua media ini disebut media material, sebab semuanya kongkret, dalam arti dapat dilihat dengan mata. Media material ini disebut juga sebagai alat ba tu isual , sebab dapat membantu memvisualisasikan hal-hal yang abstrak menjadi hal yang bersifat kongkrit (nyata). Penggunaan alat bantu visual dalam proses pembelajaran sejalan dengan pandangan Dwyer (1967) salah seorang tokoh aliran realisme yang menegaskan bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahanbahan visual yang mendekati realitas. Hal ini sejalan pula dengan pandangan Milar, dkk., (1957) yang mengatakan bahwa makin banyak sifat bahan visual yang menyerupai realitas, maka semakin mudah pula terjadinya proses belajar pada diri siswa. Pada praktiknya penggunaan media visual, lebih banyak digunakan pada anak-anak yang berusia 7-13 tahun atau pada anak-anak sekolah dasar, dibandingkan pada anak-anak sekolah menengah ke atas, sebab anak-anak pada

usia ini belum mampu berpikir abstrak sehingga materi yang diajarkan perlu divisualisasikan dalam bentuk yang nyata. Dengan cara seperti itu, dapat membantu anak-anak dalam proses internalisasi berbagai pengetahuan yang diajarkan oleh guru dalam proses pembelajaran.

Implikasi Penggunaan Media dalam Proses

Pembelajaran di Ruang Kelas

Implikasi terhadap Guru

(7)

dapat memudahkan guru dalam melakukan transfer pengetahuan (trenfer of konwledge) dan pada gilirannya dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Bukan hanya itu, dengan menggunakan media guru dapat lebih mudah mengoragnisir materi pelajaran, sehingga penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Namun demikian, harus diakui pula bahwa penggunaan media bagi guru dapat merepotkan dirinya, sebab menyiapak media yang sesuai dengan bahan yang akan dajarkan bukanlah pekerjaan mudah. Sebab selain, pembuatannya rumit, juga memerlukan biaya yang tidak sedikit, sehingga guru harus rela mengeluarkan koceknya untuk hal tersebut. Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengguanan media dalam proses pembelajaran di ruang kelas tidak hanya berimplikasi positif bagi diri guru itu sendiri tetapi juga berimplikasi negatif. Namun demikian, sebagai seorang guru mau tidak mau, suka tidak suka untuk bisa mencapai hasil yang efetif dan efisien dalam proses pembelajaran di sekolah wajib dalam melakukan proses pembelajaran

menggunakan media yang baik dan menarik perhatian siswa.

Implikasi terhadap Siswa

Selain berimplikasi terhadap guru, penggunaan media dalam proses pembelajaran di ruang kelas ternyata berimplikasi pula terhadap diri siswa itu sendiri. Dalam sebuah proses pembelajaran siswa sering hanya dipandang sebagai obyek semata. Padahal seharusnya selain sebagai objek siswa juga harus diperlakukan sebagai subjek didik dalam sebuah proses pembelajaran. Konskuensi dari pernyataan tersebut, guru dalam memberi materi pelajaran terhadap siswa hendaknya memperhatikan kemampuan dan keinginan siswa. Jika guru dalam proses pembelajaran memandang siswa sbagai objek atau klient semata, maka guru tersebut masih melihat fungsi guru sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan sebagai indoktrinator.

(8)

pendidikan. Masing-masing dimensi mempunyai dua kutub ekstrem yang terentang secara kontinyu. Dimensi status anak didik terentang dari anak berstatus sebagai objek atau klient, dan anak didik berstatus sebagai subjek atau warga belajar. Dimensi kedua adalah fungsi guru yang terentang dari kutub fungsi guru sebagai pemegang otoritas tertinggi keilmuan dan indoktrinator, sampai pada kutub lain guru sebagai fasilitator dan motivator dalam proses pendidikan. Dimensi yang ketiga adalah materi pendidikan, yang memiliki rentang dari yang bersifat materi oriented atau subjek oriented sampai problem oriented. Dimensi keempat adalah manejemen pendidikan yang terentang dari manjemen yang bersifat sentralistis sampai manajemen yang bersifat desentralistis atau school-based management.

Dari keempat dimensi yang ada seharusnya guru selalu berpegang pada kutub kedua dari dimensi-dimensi yang ada, seperti siswa harus dipandang sebagai subjek dan bukan sebagai objek semata. Demikian pula guru dalam mengajar harus melihat fungsinya sebagai fasilitator dan motivator dan tidak sebagai pemegang otoritas tertinggi bidang keilmuan atau sebagai indoktrinator, dan

seterusnya. Jika hal ini bisa dilakukan oleh guru, dan dalam proses pembelajaran selalu berpegang pada prinsipprinsip pedagogis, ditambah penggunaan alat bantu mengajar maka bukan merupakan keniscayaan jika tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya akan tercapai secara efektif dan efisien. Dengan demikian siswa akan menjadi senang dan betah mengikuti pelajaran di sekolah, yang pada gilirannya akan dapat berimplikasi pada perubahan sikap dan perilaku siswa itu sendiri.

Implikasi terhadap Proses Pembelajaran di Ruang Kelas

(9)

sendiri. Artinya, tujuan pendidikan tidak akan pernah tercapai apabila interaksi belajar-mengajar tidak pernah berlangsung dalam pendidikan.

Dari perspektif yang berbeda dapat dikatakan bahwa berhasil tidaknya proses pembelajaran di ruang kelas juga ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain : (1) faktor kemampuan guru; (2) faktor sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran; (3) faktor lingkungan sekolah; dan (4) faktor penggunaan alat bantu mengajar (media pembelajaran). Faktor kemampuan guru di sini paling tidak menyangkut dua kemampuan dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikannya kepada siswa. Kedua, modal dasar itu sebenarnya telah terhimpun dalam tiga macam kompetensi sebagai dasar kemampuan guru, yakni keperibadian, penguasaan bahan pengajaran, dan kemampuan dalam cara-cara mengajar. Bila ketiga macam kompetensi itu dapat dipahami dan dikuasai oleh guru, maka guru dapat melaksanakan pengajaran dengan baik.

Namun begitu, guru tidak cukup hanya memiliki dasar-dasar kompetensi itu, tetapi masih ada kompetensi lainnya yang harus

(10)

dapat memberi respon yang positif terhadap proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di ruang kelas.

Dampak Positif dari Penggunaan Media Pembelajaran

1. Membuat pembelajaran menjadi lebih baku

2. Pembelajaran dapat lebih menarik. 3. Pembelajaran lebih interaktif.

4. Waktu pelaksanaan pembelajaran akan lebih pendek

5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan 6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun.

7. Sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkaatkan.

8. Peran guru perubah kearah yang positif III. Kesimpulan

Ada tiga alasan mendasar perlunya digunakan media dalam proses pembelajaran di ruang kelas, terutama bagi para siswa sekolah dasar, yakni karena, pertma siswa SD cenderung masih berpikir kongkrit, sehingga materi pelajaran yang

bersifat abstrak perlu divisualisasikan sehingga menjadi lebih nyata, kedua penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa, mengurangi atau menghindari terjadinya verbalisme, membangkitkan nalar yang teratur, sistematis, dan untuk menumbuhkan pengertian dan mengembangkan nilai-nilai pada diri siswa.

Ketiga, pembelajaran dengan menggunakan media dapat pula memberikan pengalaman bermakna bagi siswa karena dengan penggunaan media siswa dapat menyaksikan secara langsung hal-hal yang terjadi di sekelilingnya. 2. Secara umum ada beberapa cara yang efektif untuk merancang media pembelajaran yang baik, antara lain, (1) media harus dirancang sesederhana mungkin sehingga jelas dan mudah dipahami oleh siswa; (2) media hendaknya dirancang sesuai dengan pokok bahasan yang akan diajarkan; (3) media hendaknya dirancang tidak terlalu menjelimet dan tidak membuat anak-anak

(11)

sendiri; (5) media dapat dirancang dalam bentuk model, gambar, bagan berstruktur, dan lain-lain, tetapi dengan bahan yang murah dan mudah didapat sehingga tidak menyulitkan guru dalam merancang media dimaksud. 3. Penggunaan media dalam proses pembelajaran di ruang kelas ternyata berimplikasi terhadap beberapa hal antara lain: pada diri guru itu sendiri, yakni dengan penggunaan media dapat memudahkan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di ruang kelas; (2) terhadap diri siswa, dimana dengan penggunaan media dalam proses pembelajaran dapat merangsang siswa untuk belajar secara lebih aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan; (3) terhadap proses pembelajaran di ruang kekas, yakni dapat membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan dapat menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan (PAIKEM).

DAFTAR PUSTAKA

Abdelraheem, Ahmad Yousif, and Ahmed Hamed Al-Rabane. Utilisation and Benefits of Instructional Media in Teaching Social Studies Courses as Perceived by Omani Students . Malaysian Online Journal of Instructional Technolog. 2 (2005).

Abdo, Mehadi, and Tesfaye Samela. Teachers of Poor Communities: The Tale of Instructional Media Use in Primary Schools of Gedeo Zone, Southern Ethiopia . Australian Journal of Teacher Education 35. (2010): 78-92.

Arsyad Azhar, 2014. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asnawir, Basyiruddin. Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat.

Reiser, R.A. (2001). A history of instructional design and technology: Part I: A history of instructional media. Educational Technology Research and Development, 49(1), pp. 53-64.

Ngussa , Baraka Manjale and Abel Chiza. The influence of instructional media use on pupils astery of readi g a d riti g i Kiswahili Language in Kinondoni District, Tanzania . International Journal of Educational Policy Research and Review 4. 8 (2017):187-194.

(12)

Jamison, Dean, Patrick Suppes, and Stuart Wells. THE EFFECTIVENESS OF ALTERNATIVE INSTRUCTIONAL MEDIA: A SURVEY . Vol 44 (2014): 47-58.

Adegbija, M.V. & M.A. Fakomogbon. INSTRUCTIONAL MEDIA IN TEACHING AND LEARNING: A NIGERIAN PERSPECTIVE . Global Media Journal African Edition 6. 2 (2012): 216-230.

ADENIREGUN, Gbolahan Solomon. INSTRUCTIONAL MEDIA FOR EFFECTIVE

TEACHING AND LEARNING .

Jatmika, Herka Maya. Pemanfaatan Media Visual dalam Menunjang Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar . Volume 3, No. 1, 2005.

Purwono, Joni, Sri Yutmini, dan Sri Anitah. PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM . JURNAL TEKNOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN 2.(2014): 127 – 144.

De i, Kur ia. PENTINGNYA MEDIA

PEMBELAJARAN UNTUK ANAK USIA DINI .

Mah u , Nu u. MEDIA PEMBELAJARAN

(Kajian terhadap Langkah-langkah Pemilihan Media dan Implementasinya dalam Pembelajaran) .

Ekaya i, Ni Luh Putu. PENTINGNYA

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA . .

Yus a ti. Pengunaan Media Gambar Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran IPS Di Kelas IV SD PT. Lestari Tani Teladan (LTT) . Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 3 No. 4. (2016).

Muhso , Ali. PENGEMBANGAN MEDIA

PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI . Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 (2010), Hlm. 1 – 10. Ali, H., Muhamad, 1992. Guru dalam Proses Belajar-Mengajar. Penerbit Sinar Baru : Bandung.

Bachtiar, Harsja, W., 1984. Media dalam Pembelajaran. Penelitian selama 60 tahun Gene L. Wilkinson. Penerbit CV. Rajawali : Jakarta.

(13)

Pendidikan, untuk Siswa SPG negeri Denpasar.

Djamarah, Syaiful Bakri, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Penerbit Usaha Nasional : Surabaya.

Hamalik Oemar, 1990a. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Penerbit CV. Sinar Baru: Bandung.

Hamalik, Oemar, 1990. Media Pendidikan. Penerbit Alumni : Bandung.

Hasnidah, 2015. Media Pembelajaran Kreatif. Jakarta: Luxima Metro Media. Khadijah, 2015. Media Pembelajaran AUD. Medan: Perdana Publishin.

Khadijah, 2016. Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini. Medan: Perdana Publishing.

‘ahardjo, ‘. Media Pe belajara .

Dalam Yusufhadi Miarso dan kawankawan. Rusdi Susilana & Cepi Riyana, Media Pembelajaran hakikat pengembangan, pemanfaatan, dan Penilaian,, Wacana Prima, Bandung 2007.

Sadiman S., Arief, dkk. (1996). Media Pendidikan. Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suparno, 1987. Media Pengajaran Bahasa. Penerbit Intan Pariwara : Yogyakarta.Sutarno, Ap., dkk., 1978. Teknik Penilaian Pendidikan. Penerbit Tiga Serangkai : Solo.

Referensi

Dokumen terkait

Realistik meningkat dapat dilihat dari rata-rata nilai peserta didik saat ulangan1. harian sebesar 74, 13 setelah diterapkan Pembelajaran Berbasis Masalah

Deskripsi Bahasa yang digunakan untuk menjelaskan konsep, menunjukkan contoh dan memberikan latihan, sesuai dengan perkembangan afeksi (sosial dan emosional) peserta didik usia

H.. Suatu adegan yang dititikberatkan pada daerah permainan tertentu perlu disoroti dengan Baby Spot yang khusus untuk daerah tersebut. Daerah khusus ini dapat diperluas menjadi

Tampilan ini berisi informasi / penjelasan mengenai Tentang Aplikasi Virtual tour. Gambar V.14 Antarmuka Menu Kontak. Tampilan ini berisi informasi kontak telepon, alamat dan

ةسردما سماخا فص باط لك ثحبلا اذه عمتجا امأ .دعب ناحتمإ و لبق ناحتمإ ميمصت ا نوجانيبرابمأ ةيدمح ةيئادتبإ تانايبلا عم ةقيرط .)أ( سماخا فصلا باطلا وه تانيعلا.

Ketiklah “fuzzy” pada command window untuk membuka jendela Fuzzy Inference System (FIS) editor, sehingga muncul tampilan seperti gambar di bawah ini:.. Pilih edit >> add

Hasil analisis data menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama antara kekuatan otot lengan dan koordinasi mata-tangan terhadap hasil servis

Diberitakan : “Mendapat keluhan dari masyarakat mengenai tingginya tarif pajak Bumi dan Bangunan (PBB), membuat Komisi III DPRD Kabupaten Kampar memanggil Dinas Pendapatan