• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERIALITAS DAN RISIKO audit terhadap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MATERIALITAS DAN RISIKO audit terhadap"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Hilda Vivi Christiyanti dikeluarkan. FASB 2 mendefinisiskan materialitas sebagai :

Besarnya keputusan salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut munkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut

Pertimbangan Awal Materialitas

Pertimbangan awal materialitas adalah auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang disebut dengan Pertimbangan tentang Materialitas yang Direvisi.

Alokasi Materialitas Awal ke dalam Segmen Audit

Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen – segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti persegmen dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan kedalam saldo akun tertentu itu disebut dalam SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi.

Tiga kesulitan utama yang dialami auditor dalam mengalokasikan materialitas pada akun – akun neraca :

1. Auditor memperkirakan akun – akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji dibandingkan akun-akun biaya

2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan 3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini

Melihat kesulitan diatas, maka sangat penting bagi auditor untuk menggabungkan semua salah saji aktual yang diestimasi lalu membandingkannya dengan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas pada akhir audit.

Konsep Risiko Audit

(2)

Model Risiko Audit PDR= AAR

IR × CR Dimana :

PDR = risiko deteksi yang direncanakan AAR = risiko audit yang dapat diterima IR = risiko inheren

CR = risiko pengendalian

Hubungan Antar Komponen-komponen Risiko Audit

1. Ketergantungan pemakai eksternal, kemunkinan kegagalan keuangan, integritas menejemen. Berhubungan dengan Risiko Audit yang dapat diterima. Risiko audit yang dapat diterima berhubungan langsung dengan risiko deteksi terencana dan bukti audit yang direncakan. Tetapi juga bisa berhubungan terbalik dengan bukti audit yang direncanakan.

2. Sifat bisnis, hasil audit sebelumnya, penugasan awal versus penugasan berulang, pihak-pihak yang terkait, transaksi non rutin, pertimbangan yang diperlukan, unsur-unsur populasi, faktor – faktor yang berkaitan dengan salah saji yang timbul akibat pelaporan keuangan yang curang, kerentanan aktiva terhadap misapropriasi berhubungan dengan risiko inheren. Risiko inheren berhubungan terbalik dengan risiko deteksi terencana. Risiko deteksi terencana berhubungan terbalik dengan bukti audit yang direncanakan.

3. Efektifitas pengendalian internal dan rencana pengendalian berhubungan dengan risiko pengendalian. Risiko pengendalian berhubungan kebalik dengan risiko deteksi terencana dan berhubungan langsung dengan bukti audit yang direncanakan.

Referensi

Dokumen terkait

Based on the analysis above, the result of illocutionary acts that belonging in persuasive expression found in The Jakarta Post February 10-16 2014 advertisement

Standart akademik para guru SDN Klino 2 Kecamatan Sekar Kabupaten Bojonegoro sembilan puluh delapan prosen (98%) berpendidikan akhir S1 dan mayoritas guru mengajar

Kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan komitmen guru terhadap disiplin dan motivasi kerja guru dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang bersifat situasional bagi

Kitab ini bersifat polemik yang (a) menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya sebagai allah, dan (b) menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan

terkait sub keluaran laporan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kajian dampak lingkungan hidup di kabupaten/kota (pemantauan terhadap RKL-RPL, pengawasan Komisi

Dalam penjelsannya terdapat 8 (delapan) prinsip ekonomi kerakyatan yaitu, 1) sistem Ekonomi Pancasila bertujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat; 2) keikutsertaan rakyat

Berpedoman pada Perpres RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah beserta perubahan dan aturan turunannya dan aturan terkait lainnya serta dokumen

matematika tinggi, sedang atau rendah, 4) pada masing – masing kategori kreativitas belajar matematika siswa tinggi, sedang dan rendah, manakah yang memberikan