• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERD"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT

PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta Akhmad Yafiz Syam Saifhul Anuar Syahdan

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE Indonesia) Banjarmasin Jln. H. Hasan Basry No. 9-11 Banjarmasin 70123

Abstracts: This study aimed to find empirical evidence of the influence of emotional intelligence and spiritual intelligence of accounting students to the level of understanding of accounting students at the college in Banjarmasin. Respondents who participated and viable research instrument used for data analysis were as many as 89 pieces of research instruments. Most of accounting students who were respondents in this study, have emotional intelligence consists of the personal skills of emotional intelligence and social emotional intelligence skills and spiritual intelligence in average category or level, while the level of understanding of accounting is at a high level or category. The test results indicate that the first hypothesis of emotional intelligence in the form of personal skills (self-awareness, self-regulation, and motivation) of accounting students have a positive and significant effect on the level of understanding of accounting, is unacceptable because it is not significant. While the second hypothesis shows that emotional intelligence in the form of social skills (empathy and social skills) of accounting students have a positive and significant effect on the level of understanding of accounting, is unacceptable because the direction to the negative coefficient. Then, for test the third hypothesis shows that spiritual intelligence of accounting students have a positive and significant effect on the level of understanding of accounting, is unacceptable because it is not significant.

Keywords: kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, tingkat pemahaman akuntansi

PENDAHULUAN

Tujuan dan arah pendidikan tinggi di Indonesia seperti yang tercantum dalam Kep-men 232/U/2000, bahwa pendidikan tinggi sebagai pendidikan akademik yang merupa-kan kelanjutan pendidimerupa-kan menengah pada program sarjana khususnya, para lulusan diharapkan memiliki kualifikasi menguasai dasar-dasar ilmiah dan keteram-pilan dalam bidang keahlian tertentu sehingga mampu

(5)

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan 318

di masyarakat; dan mampu mengikuti per-kembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian yang merupakan keahlian-nya. Tidak hanya itu, secara umum pendidik-an di Indonesia juga untuk mengembpendidik-angkpendidik-an manusia Indonesia yang beriman dan ber-taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap, dan mandiri serta mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Dari tujuan dan arah pendidikan tinggi serta tujuan pendidikan secara umum di In-donesia tersebut tersirat tuntutan yang juga harus dipenuhi sebagai seorang lulusan per-guruan tinggi tidak hanya memiliki kecerdas-an intelektual, tetapi juga juga kecerdaskecerdas-an emosional dan kecerdasan spiritual.

Pendidikan tinggi akuntansi ditujukan mendidik mahasiswa menjadi akuntan profe-sional yang tidak hanya secara hard skill teta-pi juga soft skill. Seperti yang diidentifikasi oleh De Mong, Lindgrenn dan Perry (1994) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003), salah satu keluaran dari proses pengajaran akuntansi dalam kemampuan intelektual yang terdiri dari keterampilan teknis, dasar akun-tansi dan kapasitas untuk berpikir kritis dan kreatif. Selain ini juga kemampuan komuni-kasi organisasional, interpersonal, dan sikap.

Sisi lain Sundem (1993) dalam Mach-foedz (1998), mengkhawatirkan akan keti-dakjelasan industri akuntansi yang dihasil-kan oleh pendididihasil-kan tinggi akuntansi. Pendi-dikan tinggi, tidak sanggup membuat anak didiknya menguasai dengan baik pengetahu-an dpengetahu-an keterampilpengetahu-an hidup (karena ypengetahu-ang di-ajarkan cuma menghapal). Prakarsa (1996) dalam Trisniwati dan Suryaningsum (2003), mengkritisi pendidikan tinggi akuntansi ka-rena lulusannya kurang memiliki keteram-pilan dan orientasi profesional yang diperlu-kan guna mengimplementasidiperlu-kan pengetahuan yang diserap dalam dunia nyata. Kelemahan tersebut diperparah karena peserta didik ku-rang mendapat pendidikan yang memadai

dalam keterampilan intelektual, komunikasi, serta interpersonal.

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang le-bih luas dan kaya, menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. Kecerdasan spiritual berkaitan dengan unsur pusat dari bagian diri manusia yang paling dalam men-jadi pemersatu seluruh bagian diri manusia lain, yang bertumpu pada bagian dalam diri manusia yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar, sehingga menja-dikan manusia yang benar-benar utuh secara intelektual, emosional dan spiritual. Sehingga kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa yang dapat membantu manusia menyembuh-kan dan membangun diri manusia secara utuh (Zohar dan Marshall, 2002). Kecerdasan spi-ritual mampu mendorong mahasiswa menca-pai keberhasilan dalam belajarnya karena ke-cerdasan spritual merupakan dasar untuk mendorong berfungsinya secara efektif kecer-dasan intelektual dan kecerkecer-dasan emosional.

Penelitian pengaruh kecerdasan emosi-onal terhadap tingkat pemahaman akuntansi yang dilakukan oleh Trisniwati dan Surya-ningsum (2003), menunjukkan bahwa kecer-dasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pemahaman akun-tansi. Sedangkan penelitian Trihandini (2005), menunjukkan bahwa kecerdasan inte-lektual, kecerdasan emosional, dan kecer-dasan spiritual mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Hotel Horison Semarang.

(6)

kepercayaan diri kuat dengan mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri lemah, sedangkan untuk pengendalian diri, empati, dan keterampilan sosial tidak terdapat perbedaan. Penelitian dengan topik sinkro-nisasi komponen kecerdasan emosional dan pengaruhnya terhadap tingkat pemahaman akuntansi dalam sistem pendidikan akuntansi kembali dilakukan oleh Melandy dkk (2007), menunjukkan bahwa secara simultan kompo-nen kecerdasan emosional saling pengaruh dan sinkron, namun bila dilihat secara parsial hanya beberapa komponen yang saling ber-pengaruh.

Pengaruh trio kecerdasan (intelektual, emosional, dan spiritual) terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi yang dilakukan oleh Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo (2007), menyatakan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiri-tual secara simultan berpengaruh signifikan terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Tetapi secara parsial, hanya kecerdasan in-telektual yang berpengaruh signifikan ter-hadap sikap etis mahasiswa.

Dari hasil-hasil penelitian tersebut, peneliti termotivasi untuk meneliti pengaruh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiri-tual mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi pada perguruan tinggi yang ada di Kota Banjarmasin, bahwa lokasi geografis dan budaya yang berbeda dapat mempengaruhi perspektif individual, yang peneliti juga berpendapat ada kemungkinan perbedaan temuan penelitian karena adanya perbedaan lokasi geoegrafis dan budaya setempat teru-tama untuk mahasiswa perguruan tinggi yang berada di Banjarmasin.

Menanggapi isu global, the Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) mengeluarkan satuan tugas khusus “The Skill for 21 Century Task Force” untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan pe-rubahan kualifikasi para akuntan di abad 21.

Satuan tugas tersebut menemukan bahwa di abad 21 ini para akuntan (auditor) yang dibutuhkan, haruslah memiliki beberapa kompetensi dan kualifikasi, seperti: keteram-pilan akuntansi, komunikasi, negosiasi, inter-personal, kemampuan intelektual, pengeta-huan manajemen dan organisasi, dan atribut personel, yaitu integritas, keadilan etika, dan komitmen untuk belajar seumur hidup karena product life cycle pengetahuan yang semakin pendek. Menjawab tuntutan global tersebut, secara lokal khususnya sistem pendidikan tinggi akuntansi khususnya perguruan tinggi yang ada di Banjarmasin perlu meng-antisipasi tuntutan global tersebut. Salah satu-nya dengan mengeksplorasi secara empiris dengan penelitian ini bagaimana kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual maha-siswa akuntansi berpengaruh terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Kecerdasan Emosional

(7)

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan 320

Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey-Mayer membagi kecerdasan emosional ke dalam lima unsur yang me-liputi: kesadaran diri, pengaturan diri, moti-vasi, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua ke-cakapan, yaitu: kecakapan pribadi yang meli-puti kesadaran diri, pengaturan diri, dan moti-vasi; serta kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial. Mayer, dalam Goleman (2005), menyimpulkan bahwa kecerdasan emosi berkembang sejalan dengan usia dan pengalaman dari kanak-kanak hingga dewasa, lebih penting lagi bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari.

Kecerdasan Spiritual

Khavari (2000) mendefinisikan ke-cerdasan spiritual sebagai fakultas dimensi non material dari jiwa manusia. Khavari menyebutnya sebagai intan yang belum ter-asah dan dimiliki oleh setiap insan. Kita harus mengenali seperti adanya, menggosok-nya sehingga mengkilap dengan tekad yang besar, menggunakannya menuju kearifan, dan untuk mencapai kebahagiaan yang abadi.

Zohar dan Marshall (2000) mengikut-sertakan aspek konteks nilai sebagai suatu bagian dari proses berpikir/berkecerdasan dalam hidup yang bermakna, untuk ini mereka mempergunakan istilah kecerdasan spiritual (Spiritual Quotient/SQ). Kecerdasan spiritual ini dalam pandangan mereka me-liputi kemampuan untuk menghayati nilai dan makna-makna, memiliki kesadaran diri, flek-sibel dan adaptif, cenderung untuk meman-dang sesuatu secara holistik, serta ber-kecenderungan untuk mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya. Oleh Zohar dan Marshall dinya-takan bahwa spiritualitas tidak harus dikait-kan dengan kedekatan seseorang dengan aspek ketuhanan, sebab menurutnya seorang

humanis ataupun atheis pun dapat memiliki spiritualitas tinggi. (Armansyah, 2002)

Lebih lanjut Zohar dan Marshall (2002) dalam Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo (2006), menegaskan bahwa kecer-dasan spiritual tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual menda-hului seluruh nilai spesifik dan budaya manapun, serta mendahului bentuk ekspresi agama manapun yang pernah ada. Namun bagi sebagian orang mungkin menemukan cara pengungkapan kecerdasan spiritual me-lalui agama formal sehingga membuat agama menjadi perlu.

Agustian (2005) memberikan makna berbeda dengan nilai Danah Zohar dan Ian Marshall, yang menyatakan kecerdasan spiritual terkait dengan masalah ketuhanan atau agama. Kecerdasan manusia terwujud karena adanya dorongan suara hati (fitrah) yang bersumber dari Allah dengan unsur-unsur sifat Tuhan atau God-Spot, menjadikan manusia memiliki ketangguhan pribadi dan ketangguhan sosial dalam mewujudkan ke-suksesan manusia. Selanjutnya oleh Agustian (2005) digambarkan bahwa kecerdasan in-telektual dan kecerdasan emosional berfungsi secara horisontal, yakni berperan hanya ke-pada hubungan manusia dan manusia, se-dangkan kecerdasan spiritual adalah ke-cerdasan vertikal berupa hubungan kepada Maha Pencipta. Penggabungan ketiga hal ini akan menghasilkan manusia-manusia pari-purna yang siap menghadapi hidup dan menghasilkan efek kesuksesan atas apa yang dilakukannya.

Pemahaman Akuntansi

(8)

Tidak ada definisi autoritatif yang cu-kup umum untuk dapat menjelaskan apa se-benarnya akuntansi itu, sehingga banyak definisi yang diajukan oleh para ahli dan buku teks tentang pengertian akuntansi. Akuntansi secara operasional oleh Suwardjono (2003), didefinisikan dari dua sudut pengertian yaitu sebagai disiplin/bidang pengetahuan (studi) yang diajarkan di ins-titusi pendidikan dan sebagai kegiatan/proses yang dilakukan di dalam praktik. Dari sudut bidang studi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai seperangkat pengetahuan yang mem-pelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif suatu unit or-ganisasi dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang ber-kepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Sedang-kan akuntansi sebagai proses dapat didefi-nisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, peringkasan dan penyajian data keuangan dasar yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi atau kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang ber-kepentingan.

Berdasar dari definisi pemahaman dan definisi akuntansi sebagai bidang studi, dapat diartikan pemahaman akuntansi sebagai ting-kat kepandaian dan mengerti benar tentang akuntansi. Mata kuliah initi program studi akuntansi yang di dalamnya menggambarkan akuntansi secara umum adalah Pengantar Akuntansi 1 dan 2, Akuntansi Keuangan Menengah 1 dan 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 dan 2, Pengauditan 1 dan 2, serta Teori Akuntansi.

Pengembangan Hipotesis

Kecerdasan emosional yang baik dapat dilihat dari kemampuan mengenal diri sendiri, mengendalikan diri, memotivasi diri,

berempati, dan kemampuan sosial. Kelima unsur tersebut dikelompokkan ke dalam dua kecakapan, yaitu: (1) kecakapan pribadi; yang meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi; serta (2) kecakapan sosial; yang meliputi empati dan keterampilan sosial. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki kecerdasan emosional yang baik akan berhasil di dalam kehidupan dan me-miliki motivasi untuk terus belajar. Sehingga hipotesis pertama, bahwa kecerdasan emosio-nal yang berupa kecakapan pribadi maha-siswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pema-haman akuntansi, dan hipotesis kedua, bahwa kecerdasan emosional yang berupa kecaka-pan sosial mahasiswa akuntansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

Kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan kecer-dasan intelektual dan kecerkecer-dasan emosional secara efektif. Kecerdasan spiritual yang baik dapat dilihat dari ketuhanan, kepercayaan, ke-pemimpinan pembelajaran, berorientasi masa depan, dan keteraturan. Oleh karena itu, mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiri-tual yang tinggi akan termotivasi untuk lebih giat belajar karena mahasiswa yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga liki motivasi untuk selalu belajar dan memi-liki kreativitas yang tinggi pula. Dari uraian ini, maka dapat ditarik hipotesis ketiga, bahwa kecerdasan spiritual mahasiswa akun-tansi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

(9)

Banjar-JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan 322

masin. Adapun mahasiswa yang dipilih se-bagai sampel adalah mahasiswa semester akhir yang telah menempuh 120 SKS, dengan pertimbangan atau dapat dianggap mahasiswa tersebut telah mendapat manfaat maksimal dari pengajaran akuntansi.

Operasionalisasi Variabel

Untuk pengukuran kecerdasan emosional diadopsi dari Goleman (2005) yang mengadaptasi model Salovey-Mayer. Sedangkan untuk kecerdasan spiritual ins-trumen mengadopsi pengukuran yang dikem-bangkan oleh Agustian (2005). Untuk pengu-kuran tingkat pemahaman akuntansi adalah nilai rata-rata mata kuliah Pengantar Akun-tansi 1 dan 2, AkunAkun-tansi Keuangan Mene-ngah 1 dan 2, Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 dan 2, Pengauditan 1 dan 2 serta Teori Akuntansi. Pengukuran tingkat pemahaman akuntansi dengan menggunakan nilai rata-rata mata kuliah inti akuntansi ini.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Profil 89 responden mahasiswa akuntansi yang berpartisipasi dalam penelitian ini, responden pria 48 orang dan wanita 41 orang, jumlah SKS yang telah ditempuh oleh mahasiswa yang bersangkutan, 49 orang sudah menempuh antara 120 sampai dengan 130 SKS, dan di atas 130 SKS adalah sebanyak 40 orang.

Secara umum kecerdasan emosional (kecakapan pribadi dan kecakapan sosial), dan kecerdasan spiritual mahasiswa akuntansi berada pada kategori sedang. Sedangkan untuk tingkat pemahaman akuntansi menun-jukkan bahwa tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi pada kategori tinggi.

Hasil uji kualitas data secara statistik dapat diinterpretasikan bahwa variabel kecer-dasan emosional baik kecakapan pribadi dan sosial adalah konsisten dan akurat untuk

di-gunakan dalam analisis selanjutnya. Begitu pula pada variabel kecerdasan spiritual. Untuk uji asumsi klasik, hasil evaluasi juga dapat diinterpretasikan model regresi yang digunakan layak dipakai.

Pengujian hipotesis penelitian yang diajukan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda dengan bantuan program aplikasi statistik SPSS. Dari tampilan output besar Adjusted R Square (R2) adalah 0,036, berarti 3,6% variasi tingkat Pemahaman Akuntansi (PA) yang mencerminkan nilai rata-rata mata kuliah inti program studi akuntansi dapat dijelaskan oleh variasi dari ketiga variabel independen, yaitu kecerdasan emosional kecakapan pribadi, kecerdasan emosional kecakapan sosial, dan kecerdasan spiritual, sedangkan sisanya 96,4% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model.

Pengaruh kecerdasan emosional yang terdiri dari kecakapan pribadi dan kecakapan sosial, serta kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi secara simultan menunjukkan nilai F sebesar 2,105 dengan tingkat signifikansi 0,106. Karena probabilitas lebih besar dari 0,05, maka dapat diinterpretasikan bahwa kecerdasan emosi-onal yang terdiri dari kecakapan pribadi dan sosial dan kecerdasan spiritual secara ber-sama-sama tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.

(10)

Selanjutnya pengujian pengaruh ke-cerdasan emosional kecakapan sosial ter-hadap tingkat pemahaman akuntansi maha-siswa akuntansi diperoleh nilai koefisien negatif sebesar 0,120 dengan nilai t statistik sebesar -2,127 dengan tingkat signifikansi 0,036. Nilai signifikansi t ter-sebut menun-jukkan lebih kecil dari tingkat kepercayaan 0,05, sehingga dapat diintterpretasikan bahwa pada tingkat pengaruh kecerdasan emosional kecakapan sosial terhadap tingkat pema-haman akuntansi mahasiswa akuntansi adalah negatif dan signifikan.

Untuk pengujian pengaruh variabel individual ketiga adalah pengaruh kecerdasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akun-tansi mahasiswa akunakun-tansi diperoleh nilai koefisien positif sebesar 0,076 dengan nilai t statistik sebesar 0,982 dengan tingkat signi-fikansi 0,329. Nilai signisigni-fikansi t tersebut menunjukkan lebih besar dari tingkat ke-percayaan 0,05, sehingga dapat diinterpre-tasikan bahwa pengaruh kecerdasan spiritual mahasiswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi adalah positif dan tidak signifikan.

Pembahasan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa secara simultan, kecerdasan emosional pada kecakapan pribadi dan sosial, kecerdasan spi-ritual tidak mempunyai pengaruh yang signi-fikan terhadap tingkat pemahaman maha-siswa akuntansi. Hasil ini tidak mengejutkan, karena konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisniwati dan Suryaningsum (2003) dan Melandy, Widiastuti, dan Aziza (2007), yang juga menunjukkan bahwa komponen-komponen kecerdasan emosional secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi. Salah satu hal yang dapat menjelaskan adalah ukuran atau output utama yang dihasilkan dari kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual bersifat

lebih kualitatif, sedangkan tingkat pemaham-an akuntpemaham-ansi ypemaham-ang direpresentasikpemaham-an dengpemaham-an ukuran kuantitatif. Dalam hanyak hal mungkin saja kecerdasan emosional dan ke-cerdasan spiritual tidak terkait langsung dengan hasil dari sebuah prestasi belajar.

Hasil pengujian secara parsial me-nunjukkan bahwa kecerdasan emosional pada kecakapan pribadi yang meliputi: kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi mem-punyai pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi tetapi pengaruhnya tidak signifikan.

Sedangkan komponen ketiga dari ke-cerdasan emosional pada kecakapan pribadi adalah motivasi. Oleh Goleman (2005) di-kemukakan bahwa motivasi adalah kemam-puan menggunakan hasrat agar setiap saat dapat membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik, serta mampu mengambil inisiatif dan ber-tindak secara efektif. Unsur-unsur motivasi, yaitu: dorongan prestasi, komitmen, inisiatif, dan optimisme.

Dalam mempengaruhi tingkat pema-haman akuntansi mahasiswa akuntansi, ke-cerdasan emosional pada kecakapan pribadi ditunjukkan secara statistik positif tapi tapi tidak bermakna penting (tidak signifikan). Meningkatkan kecerdasan emosional pada kecakapan diri dapat diwujudkan melalui proses pembelajaran dalam lingkungan kampus yang mendidik mahasiswanya men-jadi lebih mengenal dirinya, kemampuan diri-nya, pengendalian diri, dan meningkatkan motivasi diri mahasiswa sehingga pada akhir-nya juga akan meningkatkan pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi.

(11)

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan 324

Hasil pengujian secara parsial menun-jukkan bahwa kecerdasan emosional pada ke-cakapan sosial yang meliputi: empati dan keterampilan sosial mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat pemahaman akun-tansi mahasiswa akunakun-tansi tetapi pengaruh-nya tidak signifikan. Pengaruh negatif walau-pun tidak signifikan perlu dikritisi lebih lanjut, apakah dengan meningkatnya kecer-dasan emosional pada kecakapan sosial yang meliputi empati dan keterampilan sosial justru akan menurunkan tingkat pemahaman mahasiswa akuntansi.

Konfirmasi atas hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu oleh Trisniwati dan Suryaningsum (2003) serta Melandy dan Aziza (2006), juga konsisten bahwa kecerdasan emosional pada kecakapan sosial yang meliputi empati dan keterampilan sosial mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi, walaupun pengaruh negatif terse-but tidak signifikan. Bahwa apabila kecaka-pan sosial pada empati dan keterampilan mahasiswa akuntansi ditingkatkan justru akan menurunkan tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi. Empati dan keteram-pilan sosial yang mungkin dipersepsikan oleh mahasiswa akuntansi diwujudkan dalam ben-tuk kerjasama dan kegiatan non kurikuler di dalam dan di luar kampus justru akan menu-runkan tingkat keberhasilan studi atau diang-gap mengganggu fokus keberhasilan studi mereka.

Hasil pengujian secara parsial ketiga menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi tetapi pengaruhnya tidak signifikan. Ketidak-bermaknaan pengaruh kecerdasan spiritual walaupun pengaruhnya positif mencerminkan bahwa dengan meningkatnya kecerdasan spiritual akan meningkatkan tingkat pema-haman akuntansi mahasiswa akuntansi.

Oleh Agustian (2005), bahwa kecer-dasan spiritual adalah kecerkecer-dasan vertikal be-rupa hubungan kepada Maha Pencipta, yang oleh Zohar dan Marshall (2002), bahwa in-dikasi dari kecerdasan spiritual yang telah berkembang dengan baik mencakup: kemam-puan untuk bersikap fleksibel; adanya tingkat kesadaran diri yang tinggi; kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan; kemampuan untuk menghadapi dan melam-paui perasaan sakit; kualitas hidup yang di-ilhami oleh visi dan nilai-nilai; keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu; kecenderungan untuk berpandangan holistik; kecenderungan untuk bertanya

“mengapa” atau “bagaimana jika” dan ber -upaya untuk mencari jawaban-jawaban yang mendasar; dan memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi.

PENUTUP

Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk men-dapatkan bukti secara empiris pengaruh ke-cerdasan emosional dan keke-cerdasan spiritual mahasiswa akuntansi terhadap tingkat pema-haman akuntansi mahasiswa pada perguruan tinggi di Banjarmasin. Dimana hasil pene-litian diharapkan dapat memberikan kontri-busi pada pengembangan sistem pendidikan tinggi akuntansi khususnya pengembangan kurikulum akuntansi untuk menghasilkan lu-lusan yang berkualitas tidak hanya secara akademis (intelektual), tetapi juga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yang baik.

(12)

mempunyai pengaruh yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi. Untuk kecakapan sosial terhadap tingkat pemahaman akuntansi mempunyai pengaruh negatif tetapi tidak signifikan. Selanjutnya, kecerdasan spritual mahasiswa terhadap tingkat pemahaman akuntansi berpengaruh positif tetapi tidak signifikan.

Ketidakbermaknaan secara statistik pengaruh kecerdasan emosional dan kecer-dasan spiritual terhadap tingkat pemahaman akuntansi mahasiswa akuntansi ini menim-bulkan pertanyaan yang tentu harus tetap di-kritisi lebih lanjut. Apakah memang pen-didikan tinggi akuntansi juga terjebak dalam proses pendidikan teknis akuntansi saja (hard skill), tetapi belum atau tidak dapat mem-bekali para calon lulusan akuntansi dengan pengetahuan dan keterampilan hidup (soft skill) sehingga nanti lulusannya kurang me-miliki keterampilan dan orientasi profesional yang diperlukan guna mengimplementasikan pengetahuan yang diserap dalam dunia nyata. Seperti yang ditengarai oleh Wilopo (Harian Kompas, 08 Februari 2010), bahwa sebagian besar pendidikan tinggi yang melahirkan akuntan hanya membekali/melahirkan hard skill, tidak seimbang dengan soft skill. Imple-mentasi dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan integrasi mata kuliah non akun-tansi terutama yang berkaitan dengan pe-ngembangan kepribadian mahasiswa akun-tansi menjadi suatu kenyataan yang harus diwujudkan untuk tujuan luhur pendidikan secara umum di Indonesia. Pembentukan dan pengembangan kecerdasan intelektual ber-sama dengan kecerdasan emosional dan ke-cerdasan spiritual secara komprehensif dan proporsional oleh perguruan tinggi khususnya untuk mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan, dapat dilakukan dengan pendekatan: (1) intellectual-psychological process, yang diarahkan pada pengasahan unsur akal pada diri manusia, (2) social interaction process, yang diarahkan pada pengendalian nafsu dan

akal dalam konteks interaksi sosial, dan (3) spiritual process, yang diarahkan untuk menciptakan divine conciousnes pada diri manusia. (Triyuwono, 2002 dalam Tikollah, Triyuwono, dan Ludigdo, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2005. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual: The ESQ Way 165. Cetakan ke-25. Arga: Jakarta. Armansyah. 2002. Intellency Quotient,

Emotional Quotient, dan Spiritual Quotient Dalam Membentuk Perilaku Kerja. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis. Vol.2 No.1. Hal.13-22. (www.manbisnis.tripod.com diakses 22 April 2011).

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Cetakan IV. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goleman, Daniel. 2005. Kecerdasan Emosi

untuk Mencapai Puncak Prestasi. Cetakan Keenam. Diterjemahkan oleh Alex Tri Kuntjahyo Widodo dari Working with Emotional Intellegence. 2000. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Khavari, Khalil A. 2000. The Art of Happiness: Mencipta Kebahagiaan dalam Setiap Keadaan. Diterjemah-kan oleh Agung Prihantono 2006. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Machfoedz, Mas’ud. 1998. Survei Minat

Mahasiswa Mengikuti Ujian Sertifi-kasi Akuntan Publik (USAP). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol.13 No.4. Hal.110-124

(13)

JURNAL SOCIOSCIENTIA KOPERTIS WILAYAH XI KALIMANTAN

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI

Riswan Yudhi Fahrianta, Akhmad Yafiz Syam, Saifhul Anuar Syahdan 326

Pendidikan Tinggi Akuntansi. Makalah SNA X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.

Melandy, Rissyo dan Aziza, Nurna. 2006. Pengaruh Kecerdasan Emosional Ter-hadap Tingkat Pemahaman Akun-tansi, Kepercayaan Diri sebagai Variabel Pemoderasi. Makalah SNA IX. Padang 23-26 Agustus 2006. Rachmi, Filia. 2010. Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Univer-sitas Diponegoro Semarang dan Universitas Gadjah Mada Yogya-karta). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang: Fakultas Ekonomi UNDIP. Solimun. 2011. Aplikasi Statistika Mutakhir. Makalah disajikan dalam Pelatihan Aplikasi Statistika-PLS di Program Pascasarjana Magister Manajemen STIE Indonesia Banjarmasin. Banjar-masin 15-16 Januari 2011.

Suwardjono. 2003. Akuntansi Pengantar: Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Svyantek. D J. 2003. Emotional Intelligence and Organizational Behavior. The International Journal of Organizational Analysis. Hal.167-169.

Tikollah, M Ridwan dan Triyuwono, Iwan dan Ludigdo, Unti. 2007. Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa Akuntansi (Studi pada Perguruan Tinggi Negeri di Kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan). Makalah SNA X. Unhas Makassar 26-28 Juli 2007.

Trihandini, R A Fabiola M. 2005. Analisis Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosi dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan(Studi Kasus di Hotel Horison Semarang). Tesis Tidak Dipublikasikan. Semarang: Program Pascasarjana Magister Manajemen UNDIP.

Trisniwati, Eka Indah dan Suryaningsum, Sri. 2003. Pengaruh Kecerdasan Emosio-nal Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Makalah SNA VI. Surabaya 16-17 Oktober 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam dunia ini, orang yang melakukan dosa besar itu bukanlah mukmin dan bukan pula kafir, tetapi fasiq , tidak boleh disebut mukmin, walaupun dalam dirinya ada iman,

Dengan melihat judul bacaan tersebut di atas mungkin saja akan diprediksi oleh siswa bahwa dalam tulisan itu barangkali banyak diperkanalkan cara-cara yang unik

Berdasarkan pendapat tersebut dia atas, menjelaskan bahwa manajemen infrastruktur adalah koordinasi antara lingkungan kerja fisik dengan karyawan dan pekerjaan pada

sekolah” yang menjadi titik awal lahir dan berkembangnya kapitalisme dalam pendidikan (sekolah), selanjutnya membahas potret kapitalisme dalam pendidikan dengan segala

sepenuhnya disetujui dalam sidang Dewan Jabatan Kepangkatan (Wanjak) jabatan Golongan IV/Kolonel (prosentasenya sangat kecil). Lebih jauh, dijelaskan bahwa atensi

PROGRAM : PENGEMBANGAN SARANA DAN PRASARANA KANTOR BANK BENGKULU PEKERJAAN : PEMBANGUNAN POS JAGA/ ATM BANK BENGKULU CABANG MUKO MUKO LOKASI : MUKO MUKO.. VOLUME : 12.5

(c) Penelaah pengendalian mutu perikatan: Seorang rekan, personel lain dalam KAP, personel di luar KAP dengan kualifikasi yang sesuai, atau suatu tim yang terdiri dari

budidaya pertanian, hasil dari pembobotan parameter sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Bina Pengelolaan DAS dan Perhutani Sosial No : P.4/V-SET/2013. Parameter