• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DENGAN KON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DENGAN KON"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DENGAN KONSEP SMART GREEN INDUSTRIAL DEVELOPMENT

(Studi Kasus: Desa Gemulak, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak) Kelompok 3b dan 4b

Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro (weblog: www.industrializm.blogspot.com, www.studiorancang3b.blogspot.com)

Abstrak: Kabupaten Demak termasuk ke dalam salah satu Kawasan Strategis Nasional yaitu kawasan Kedungsepur. Hal ini berimplikasi pada pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Demak yang mengalami pertumbuhan lebih pesat dibandingkan dengan kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah lainnya. Harga tanah yang masih murah dan upah tenaga kerja yang rendah mendorong para investor memilih Kabupaten Demak untuk didirikan industri. Termasuk pula di dalamnya yaitu Desa Gemulak yang berada pada Kecamatan Sayung. Bedasarkan RTRW Kabupaten Demak, Desa Gemulak merupakan salah satu desa yang menjadi fokus perencanaan kawasan industri. Jarak permukiman dengan industri eksisting yang kurang dari 10 km, tergolong ke dalam kelas kelerengan datar yaitu 0-8%, permukiman Desa Gemulak yang sebagian besar dijadikan tempat tinggal pegawai industri yang bekerja di pabrik, serta sudah terlayaninya seluruh desa oleh sistem jaringan listrik dan sistem jaringan telekomunikasi menjadikan Desa Gemulak sangat potensial untuk dibangun kawasan industri yang terintegrasi dengan kawasan permukiman. Namun, kawasan industri yang ada saat ini belum memiliki sistem pengolahan limbah yang terpadu, sehingga mengakibatkan tingkat pencemaran udara dan pencemaran lingkungan yang cukup tinggi. Ditambah lagi dengan keberadaan jalur pantura yang merupakan jalan nasional dan dilewati oleh kendaraan terutama kendaraan berat seperti truk dan bus juga memberikan efek terhadap polusi udara yang ada. Ancaman banjir merupakan salah satu permasalahan di Desa Gemulak yang merupakan salah satu akibat dari tidak tersedianya prasarana yang memadai seperti drainase, dan berdampak pada kondisi jalan yang rusak. Tidak terdapatnya pedestrian ways, belum adanya sistem transportasi yang mumpuni dan terintegrasi, hingga ruang terbuka hijau yang tidak dimaksimalkan dengan baik merupakan permasalahan-permasalahan yang menarik untuk dikaji. Sehingga nantinya dapat diusung konsep perancangan yang tepat bagi pembangunan kawasan industri di Desa Gemulak dengan menggunakan manajemen pengelolaan serta pembiayaan yang realistis dan tepat sasaran.

Kata kunci: kawasan industri, permukiman, konsep perancangan, pengelolaan, pembiayaan.

Abstract: Demak. Regency of Demak is one of the National Strategic Areas called Kedungsepur. This case has an implication for the economic growth in Regency of Demak, which is more rapidly than the other regency or city in Central Java Province. Cheap land prices and low labor wages encourage investors choose to established industry in Demak. This also included Village Gemulak in District Sayung. According to the spatial plans of Demak, Village Gemulak is one of the villages that are focused to be planned as an industrial area. The distance between settlement and existing industries that are less than 10 km, belong to the class of flat slope which is 0-8%, Village Gemulak settlements are mostly used as residence by industrial employees that are working in the factory, and the fact that the entire villages have been served by the electricity grid system and telecommunication network systems makes the Village Gemulak potential for an industrial area built integrated with residential areas. However, the existing industrial area not currently have an integrated waste management system, resulting in air pollution and environmental pollution are high enough. In addition, the presence of northern coast path which is the national roads and impassable by vehicle, especially heavy vehicles such as trucks and buses also have an effect on the existing air pollution. The threat of flood is one of the problems in Village Gemulak which is a result of the unavailability of adequate infrastructure such as drainage, and the impact is on the condition of the road. The absence of pedestrian ways, lack of qualified and integrated transportation system, also unmaximized of the green open space are interesting issues to be studied. So that in the future can be made a proper concept design for the development of industrial area in Village Gemulak using realistic and right on target management and financing.

(2)

PENDAHULUAN

Kedungsepur merupakan kawasan strategis nasional di Jawa Tengah yang meliputi 6 (enam) kabupaten/kota yaitu Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Semarang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak dan Kabupaten Purwodadi. Kawasan ini menjalin berbagai kemitraan salah satu kemitraan yang mengalami pertumbuhan paling pesat terjadi adalah pada kemitraan bidang perdagangan dan industri. Pada bidang perdagangan pertumbuhan paling pesat terjadi di Kota Semarang dan pada bidang industri pertumbuhan paling pesat berada di Kabupaten Semarang. Sedangkan Kabupaten Demak pada bidang perdagangan menempati peringkat ke 4 dan pada bidang industri juga menempati peringkat ke 4 dari 6 kabupaten / kota di Kedungsepur. Pengembangan industri di Kedungsepur terbukti mengalami kemajuan yang baik. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya PDRB Kedungsepur yang banyak disumbang sektor industri. Meningkatnya pendapatan daerah dalam sektor industri ini juga mengindikasikan adanya perkembangan atau tumbuhnya embrio-embrio industri baru yang mulai berkembang. Hal ini juga dapat menunjukan bahwa wilayah Kedungsepur cocok untuk dijadikan kawasan industri. Selain itu munculnya kawasan industri juga akan dibarengi dengan munculnya kawasan perdagangan sebagai penyalur hasil industri dan pemenuhan kebutuhan industri tersebut.

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Demak dari tahun 2011 hingga 2031 salah satunya mengatur peruntukkan kawasan Industri. Aturan tersebut menjadi acuan wilayah mana saja yang boleh dijadikan kawasan industri dalam perencanaannya. Kawasan industri

sebagaimana yang dimaksud terdiri atas industri besar, menengah, kecil/ mikro. Total seluruh kawasan industri yang diperuntukkan oleh perda RTRW Kabupaten Demak memiliki luas kurang lebih 1800 Ha, diantaranya meliputi Kecamatan Sayung, Kecamatan Karangtengah, Kecamatan Demak, Kecamatan Mijen, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan Mranggen, dan Kecamatan Karangawen. Mengacu pada RTRW tersebut Kelompok 3 dan 4 memilih Kecamatan Sayung sebagai lokasi perancangan kawasan industri.

(3)

public space dan barrier, dan pola permukiman yang tidak teratur.

Sumber: Analisis Kelas B, 2014.

Gambar 1

Dari kendala yang dihadapi untuk menjadikan Desa Gemulak sebagai kawasan industry maka perlu dipilih konsep untuk menangani permasalahan tersebut. Konsep yang tepat adalah “Smart Green Industrial Development”.

KAJIAN LITERATUR a. Kawasan Industri

Kawasan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 adalah Wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya. Kawasan industri menurut Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri Pasal 1, merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan industry pengolahan (manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang lainnya yang disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para investor akan memiliki semangat untuk memasukkan modalnya disektor industri. Menurut Unido (1987:6) kawasan industri dapat didefinisikan sebidang lahan yang dipetak sesuai dengan rancangan, dilengkapi dengan jalan dan

kemudahan yang diperuntukan bagi arahan indutri dan dikelola secara khusus.

Dalam kawasan indsutri, zona industri dan area industri terbagi 3 (tiga) unsur utama kegiatan produksi yaitu : (a) modal (investasi); (b) tenaga kerja (wiraswasta) ; (C) pengusaha (wiraswasta) di bidang investasi; ketiganya dapat mengubah struktur ekonomi daerah menjadi lebih industrial dan produktif. Berdasarkan batasan di atas ada beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dari kawasan industri, yaitu:

a) Berkaitan deengan besaran dan lokasi Kawasan Industri bisa menghasilkan dampak-dampak tertentu bagi wilaya sekitarnya, yang bila diinginkan bisa diarahkan;

b) Bisa menjadi bidang usaha pengadaan dan pemasaran “lahan industri” menurut kaidah-kaidah ekonomi pertanahan kota; c) Bisa menjadi sarana kemudahan usaha

yang secara nyata dapat diberikan berbagai bentuk insentif atau subsidi.

b. Smart Green Industrial Development

(4)

Kata kunci green terilhami dari konsep Green City, Green city yang bisa dikatakan sebagai kota ekologis (Nicholas, 2012) memiliki pengertian ialah adanya keseimbangan antara pembangunan dan perkembangan kota dengan kelestarian lingkungan. Konsep ini menekankan pada kebutuhan terhadap rencana pengembangan kota dan kota-kota baru memperhatikan kondisi ekologis lokal dan meminimalisir dampak yang merugikan dari pengembangan kota. Konsep Green city memiliki 8 atribut yakni Green Planning and Design, Green Open Space, dan Green Community, Green Energy, Green Waste, dan Green Water, Green Transportation, Green Building.

Smart Green Industrial Development ini merupakan kumpulan industry dalam satu tempat, dimana pelakunya mencoba meningkatkan performansi, lingkungan, ekonomi, dan sosial. Konsep ini berusaha mengintegrasikan elemen-elemen fisik maupun sistemnya, melalui penggunaan teknologi untuk meminimalisir dampak lingkungan.

METODE PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan kawasan industri dengan konsep Smart Green Industrial Development di Desa Gemulak akan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang sifatnya deskriptif dan induktif. Pada metode ini, penelitian sebuah fenomena akan berangkat dari data yang ada, bukan dari sebuah teori. Jadi fokus penelitian kualitatif bukan pada pembuktian sebuah teori yang sudah ada, adapun landasan teori yang digunakan biasanya sekedar digunakan sebagai penopang

fokus penelitian. Sedangkan metode kuantitatif adalah metode penelitian yang sifatnya induktif.

Pada metode penelitian kualitatif, data biasanya dikumpulkan melalui kegiatan wawancara, observasi, pelibatan langsung peneliti serta diskusi. Sedangkan data pada metode penelitian kuantitatif diperoleh dengan cara pengisian angket maupun telaah dokumen. Sehingga, dalam penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan beragam cara yaitu observasi, wawancara dan kuisioner yang dilakukan untuk mendapatkan data primer seperti kondisi air baku, tingkat penurunaan tanah (land subsidence), tingkat kemaikan muka air laut, dll. Disamping itu juga ada metode telaah dokumen yang digunakan untuk mendapatkan data sekunder seperti data jumlah penduduk, luas wilayah administrasi, penggunaan lahan dan lain sebagainya.

Jenis analisis yang digunakan dalam penelitian, untuk menjawab pertanyaan dan mencapai tujuan penelitian sesuai dengan sasaran penelitian yang akan dicapai yaitu :

 Analisis Aktivitas dan Kebutuhan Ruang.

Analisis aktivitas dilakukan untuk mengetahui kegiatan yang berlangsung pada kondisi kawasan. Apabila karakteristik aktivitas telah teridentifikasi, maka selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan ruang untuk menampung segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat.

 Analisis Tapak merupakan analisis yang

(5)

 Analisis Infrastruktur merupakan analisis

yang dilakukan untuk mengetahui kondisi infrastruktur eksisting pada wilayah studi, serta akan menjadi pedoman pada rencana pembuatan infrastruktur baru.

 Analisis Elemen Perancangan Kota yang

terdiri dari land use, building form and building mass, open space, parking and circulation, signage, pedestrian ways, activity support dan preservation.

 Analisis Elemen Citra Kota merupakan analisis mendasar yang digunakan untuk membangunan gambaran mental terhadap sebuah kota, yang terdiri dari elemen path, edge, district, nodes, dan landmark.

 Analisis Elemen Estetika merupakan salah

satu elemen dalam perancangan kota, yang terdiri dari proporsi, sumbu, simetri, hirarki, balance, irama, skala, konteks dan kontras serta organisasi ruang.

 Analisis Kriteria Terukur merupakan kriteria

dasar perancangan kota yang dapat diukur secara kuantitatif, yang diperoleh dari pertimbangan-pertimbangan faktor fisik dasar, faktor ekonomi maupun faktor budaya. Analisis ini meliputi perhitungan kepadatan bangunan (building coverage), ketinggian bangunan, sempadan bangunan dan jarak antar bangunan dengan tujuan untuk menentukan amplop bangunan.

 Analisis Kriteria Tak Terukur kriteria yang

tidak dapat diukur secara kuantitatif, tetapi dapat memberi persepsi yang sama bagi pengamat yang melihatnya. Oleh karena itu, kriteria tak terukur lebih menekankan pada aspek kualitatif di lapangan. Kriteria tak

terukur terdiri dari acces, compatibility, views, identity, sense dan livability.

HASIL PEMBAHASAN

Kawasan Industri yang akan direncanakan berada di Desa Gemulak dengan luas perancangan sebesar + 50 Ha. Namun di sana masih terdapat beberapa permasalahan yang harus diselesaikan jika sebelum menjadi kawasan industri. Masalah inti yang ada di wilayah studi yaitu tidak terintegrasinya kawasan industri yang menyebabkan belum tersedianya infrastruktur dan fasilitas penunjang.

Masalah inti tersebut mencul karena beberapa isu dan permasalahan yang timbul di wilayah studi. Isu dan masalah yang ada antara lain Industri yang tidak saling terintegrasi, industri masih berdiri sendiri-sendiri belum terintegrasi baik proses produksi maupun penggunaan infrastruktur. Belum optimalnya fungsi infrastruktur, hal ini seperti belum adanya pengolahan limbah, drainase buruk, jalan rusak, dll.

Terjadinya degradasi lingkungan, seperti polusi suara, udara, air, dll, karena belum adanya open space dan barrier di kawasan industri. Permasalahan lain yaitu pola permukiman yang tidak teratur serta belum adanya sistem transportasi yang terpadu. Isu dan permasalahan yang ada secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada perkembangan kawasan industri yang tidak terarah, terpadu dan tidak menghasilkan hasil guna yang optimal bagi Kabupaten Demak.

(6)

Gemulak menerapkan konsep “Smart Green Industrial Park”. Konsep Smart Green Industrial Park terdapat 9 elemen yang dapat diterapkan ke dalam perancangan Kawasan Industri Gemulak dan diharapkan dapat menyelesaikan isu permasalahan di wilayah tersebut. 9 elemen tersebut antara lain terdiri dari 8 elemen green dan 1 elemen smart, yaitu berupa Green Open Space, Green Waste, Green Transportation, Green Water, Green Energy, Green Community, Green Building, Green Planning and Design, dan Smart Production.

Green Open Space, elemen ini diterapkan dengan pengadaan barrier, serta penyediaan RTH 30% (20% RTH aktif dan 10% RTH pasif). Green Open Space ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan belum adanya public dan open space yang memadai. Green Waste, diterapkan dengan pengadaan IPAL dikawasan industri, hal ini dikarenakan belum terdapat pengolahan limbah terpadu di wilayah studi eksisting sehingga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan.

Green Transportation, digunakan untuk menyelesaikan masalah transportasi yang belum terintegrasi sehingga penerapannya berupa adanya sistem TOD. Green Water, penerapan berupa pengadaan rain water harvesting yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sistem drainase yang buruk dan rawan banjir. Green Energy, dengan menerapkan solar system (untuk lampu jalan, dll) sehingga mengurangi penggunaan energi yang kurang ramah lingkungan.

Green Community, penerapannya dengan membentuk komunitas hijau yang kreatif dan proaktif di kawasan permukiman. Green

Building, penerapan dengan menggunakan bahan material bangunan yang daur ulang sehingga ramah lingkungan. Green Planning and Design, bentuk penerapan dengan perancangan yang mixed use serta ramah terhadap manusia, sehingga menjadi lingkungan yang livable dan dapat mengurangi permasalahan lingkungan. Terakhir yaitu Smart Production, dengan penerapan saling terintegrasi antar industri sehingga dapat meningkatkan efisiensi suatu proses produksi.

Sumber: analisis kelompok 3dan 4b Gambar 2

Siteplan dan penerapan kosep

Berikur merupakan amplop bangunan yang diterapkan:

industri

(7)

Sumber: analisis kelompok 3dan 4b Gambar 3 Amplop bangunan

Setelah menetapkan konsep yang dilakukan kemudian dilakukan penyusunan Logical Framework. Logical framework (kerangka kerja logis) merupakan sebuah instrumen utama yang mempunyai metode yang jelas dalam mengelola program serta kemampuan teknis manajemen program. Logical framework memudahkan untuk mengukur bagaimana suatu program dan kegiatan dilaksanakan dan dievaluasi. Berikut ini adalah ringkasan dari tabel logical framework dari Kawasan Industri Desa Gemulak.

Goals: adalah tingkatan dengan tujuan tertinggiatau tujuan jangka panjang. Goals kawasan industri Gemulak adalah “Mewujudkan kawasan industri tekstil yang mampu memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Daerah Kab. Demak melalui penyerapan tenaga kerja dan mampu berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan melalui konsep green manufacture industrial dan konsep green livable housing.”

Purpose: adalah rincian/bagian dari goals sebagai tujuan jangka pendek. Purpose kawasan industri Gemulak adalah “Membuat Lisiba industri dan permukiman yang terdiri dari jaringan infrastruktur untuk menunjang kawasan industri seperti jaringan jalan, listrik, drainase, telekomunikasi, sanitasi, air bersih, dan persampahan serta bangunan pabrik dan rusun pekerja.”

Output: adalah hasil spesifik yang harus diperoleh sesudah program berakhir.

Output di kawasan ini terbagi berdasarkan pengaplikasian konsep yang diusung yang terdiri dari penerapan green building, green waste, green transportation, green energy, green open space, green community, green planning, green water, dan smart production.

Input: merupakan masukan yang harus disusun untuk memperoleh output. Input di kawasan industri Gemulak antara lain perlu adanya kerjasama pemerintah dan swasta, kerjasama antar lembaga/instansi terkait, dukungan pemerintah Desa Gemulak terkait peruntukan kawasan industri, tenaga kerja yang akan ditampung, sumber dana, dan sumber modal.

Network Planning Analysis merupakan analisis yang menunjukkan tahapan-tahapan dalam pembangunan suatu proyek yang berurutan disertai waktu/lama pelaksanaan sehingga pelaksanaan proyek dapat berjalan tepat waktu sesuai yang direncanakan. Critical Path Method adalah metode untuk menentukan tahapan-tahapan krusial/kritis yang menjadi tahapan-tahapan penting dalam suatu proyek.Keseluruhan waktu yang diperlukan dari persiapan, pembangunan hingga pengelolaan kawasan yaitu selama 20 tahun.

(8)

 Pra konstruksi : terdiri dari

tahapan-tahapan yang berhubungan dengan persiapan-persiapan seperti persiapan lahan, perencanaan kawasan, penentuan kontrak perjanjian dan perizinan serta penentuan AMDAL.

 Konstruksi : yang dibagi menjadi 2 bagian

yaitu konstruksi untuk industri dan perumahan. Yang menjadi prioritas penyelesaian tentu pada bagian konstruksi industri terlebih dahulu agar kegiatan industri dapat segera dijalankan. Setelah itu baru dilaksanakan konstruksi untuk perumahan para pekerja industri.

 Pasca konstruksi: adalah tahapan

pelaksanaan pembangunan pelengkap seperti penanaman hutan kota, pelengkap estetika kawasan, yang dilanjutkan dengan mengoperasionalkan kawasan dan monitoring evaluasi.

Penyediaan kawasan industri

membutuhkan nilai investasi yang besar, kebutuhan investasi ini pada umumnya sulit dipenuhi jika menggunakan dana dari APBD. Oleh karena itu kerjasama antara pemerintah dan swasta dianggap penting dalam upaya menyediakan pembangunan kawasan industri baik dari segi pembiayaan,pembangunan,hingga pengelolaan. Banyak skema dan konsep dalam melakukan kerjasama pemerintah dan swasta, konsep BOO (Build Operate Own) adalah salah satu alternatifnya sebagai konsep yang yang paling menguntungkan kedua belah pihak. Manfaat yang didapat selain sharing anggaran, adalah pembangunan yang lebih efisien dan mendorong terjadinya proses alih teknologi.

Jangka waktu kerja sama dilakukan selama 25 tahun, sesuai dengan arahan RTR Kawasan Strategis Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Pemerintah Kabupaten Demak. Di dalam Kawasan Industri Gemulak, terdapat 2 area yang akan dikerjasamakan pembangunannya, yaitu area industri dan permukiman.

Dalam kerjasama ini pemerintah memiliki peran dalam menyediakan lahan, namun pemerintah berhak mendapatkan Pajak Bumi Bangunan (PBB) serta sharing benefit selama jangka waktu 25 tahun dengan pembagian 5% untuk pemerintah dan 95% untuk pihak swasta, yang kemudian digunakan untuk membayar cicilan pembelian lahan yang akan di-own-kan. Selain mendapatkan sharing benefit 95% pihak swasta juga akan mendapatkan semua asset pada akhir waktu setelah kerjasama. Pada area industri, swasta juga mendapatkan keuntungan dari omset pabrik, showroom, biaya sewa semua fasilitas umum dan retribusi fasilitas.

Peran swasta pada kerjasama ini harus mampu membangun pabrik dan hunian serta segala fasilitas dan infrastruktur di dalamnya, selain itu swasta juga bertanggungjawab untuk memelihara asset dengan baik sampai akhir waktu kerjasama.

(9)

Pemerintah sebagai penyedia lahan. Keuntungan yang didapatkan per-tahunnya akan dibagi menjadi 5% untuk pemerintah dan 95% untuk swasta. Dan dalam analisis kelayakannya dibagi antara pemerintah dan swasta, sehingga dapat dilihat kelayakan dan keuntungan kedua stakeholder tersebut.

Analisis sosial ekonomi diperuntukan untuk tahapan konstruksi dan pasca kosntruksi dan yang bertanggung jawab ialah pihak swasta dan masyarakat di sekitar kawasan industri. Swasta memberikan kompensasi ke masyarakat karena kerugian yang ditimbulkan akibat pembangunan kawasan industri. Timbal baliknya, masyarakat mendapat peluang usaha dengan memproduksi hasil daur ulang sampah plastic, kain dan benang dari limbah industri dan permukiman. Keuntungan per-tahunnya akan dibagi menjadi 30% untuk swasta dan 70% untuk masyarakat.

Berikut ini adalah hasil perhitungan analisis finansial dan analisis sosial ekonomi :

Tabel 1 Analisis Pembiayaan

Sumber: Hasil Analisis Kelompok, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan analisis finansial dan sosial ekonomi proyek pembangunan Kawasan Industri Gemulak layak untuk direalisasikan. Analisis kelayakan tersebut dapat dilihat dari nilai Benefit Cost Ratio melebihi 1, nilai NPV positif dan nilai IRR melebihi nilai Discount Factor 7,5%.

Berdasarkan perhitungan pembiayaan antara analisis finansial dan analisis sosial ekonomi, kedua analisis tersebut dikatakan layak, shingga proyek pembangunan Kawasan Industri Gemulak dapat direalisasikan. Analisis kelayakan dalam analisis finansial antara pemerintah dan swasta dinyatakan layak, sehingga proyek pembangunan ini menguntungkan bagi kedua stakeholder tersebut.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI a. Kesimpulan

Perencanaan Kawasan Industri Gemulak merupakan suatu bentuk pengembangan wilayah di Kabupaten Demak dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah, mengurangi ketergantungan terhadap Kota Semarang dan meningkatkan peran Kabupaten Demak di wilayah Kedungsepur. Potensi wilayah yang ada akan dikembangkan dan masalah yang ada akan diselesaikan melalui konsep Smart Green Industrial Park.

(10)

Kawasan Industri Gemulak layak untuk dapat dibangun.

b. Rekomendasi

Kerjasama antara pemerintah dengan pihak swasta, telah dilakukan pembagian peran antara keduanya. Peran pemerintah tidak hanya mengalokasikan lahan. Di sisi lain, terdapat fungsi pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Diharapkan untuk masa yang akan datang, pemerintah dapat menetapkan kebijakan terkait perindustrian di Kabupaten Demak yang lebih komprehensif sehingga para investor dalam pembangunan proyeknya mendapat suatu acuan demi terciptanya kondisi yang baik dan kondusif, tidak hanya bagi investor sendiri, namun juga lingkungan di wilayah Kabupaten Demak. Peran pengawasan pemerintah pun diharapkan lebih intensif dalam mengontrol pengembangan perindustrian di Kabupaten Demak.

DAFTAR PUSTAKA

Alonso, 1972, A Theory of The Urban Land Market, The City : Program of Planning, Alonso W. diterjemahkan oleh Endang Titi Sunarti dalam Laporan Penelitian Perumahan Pekerja di Lingkungan Permukiman Sekitar Kawasan Industri, dengan kasus Wilayah Pemda Tk. II Surabaya, Lemlit ITS 1989

Amir, Salim, Suparti, 1994, Perumahan Pekerja Industri antara Teknologi, Kelayakan dan Keterjangkauan, bulletin berkala ATAP ITB edisi No. 1, Juli 1994

Arahan Dan Kriteria Penyediaan RTH Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 Mengenai

Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH

Butler, David, John W. Davis. 2000. Urban Drainage. London: E & FE Spon

De Chiara and Koppelman. 1990. Standar Perencanaan Tapak. Jakarta: Erlangga Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor :

648--384 Tahun 1992 Nomor :

739//Kpts//1992 Nomor :

09//Kpts//1992Tentang Pedoman

Pembangunan Perumahan dan Permukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang

Gambar

Gambar 1Kawasan  Industri  bisa  menghasilkan

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih warna dominan hijau dan orange, hijau memberi kesan fresh pada rubrik ini tetapi tetap masuk dalam konsep karna halaman ini membahas pramuka, sedangkan

Dengan perkambangan teknologi smartphone, dibutuhkan konten berbasis web yang dapat disajikan melalui perangkat mobile tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan juga

Nizam, M.Sc., DIC., Ph.D pada wisuda daring mengatakan selamat kepada wisuda daring program sarjana dan magister Universitas Medan Area periode I Tahun 2021, saat ini kita

Pada hasil pengujian, logika fuzzy menggunakan metode sugeno mampu digunakan sebagai pendeteksi dalam menentukan serangan DDOS berbasis HTTP dengan tingkat

Hasjrat Abadi di Manado, untuk variabel People dan Proses, berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Keputusan Pembelian mobil Toyota, sehingga sebaiknya

Dalam restoran ini, unsur tradisional dan unsur modern saling bersandingan dan diharapkan dengan cara seperti itu, kebudayaan Indonesia, yang pada restoran ini mengedepankan

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

KEPALA DINAS PENDAPATAN KABUPATEN