• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKI ANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KECEMASAN IBU YANG MEMILIKIANAK AUTIS USIA 6-7 TAHUN DI SEKOLAH LUAR BIASA SEMESTA MOJOKERTO

MILA TUSSOFA NIM: 1212020017

SUBJECT:

Kecemasan, Ibu, Anak Autis

DESCRIPTION:

Gangguan perkembangan seperti autisme yang dialami oleh seorang anak dapat menjadi stres psikologi yang dirasakan oleh orang tua. Stres yang dirasakan oleh ibu ini dapat berlanjut menjadi kecemasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetehaui tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autis usia 6-7 tahun di Sekolah Luar Biasa Semesta Mojokerto yang dilaksanakan pada tanggal 6-13 Mei 2015.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif denganrancang penelitian survey dengan jumlah populasi 17 responden.Variabel dalam penelitian ini adalahgambaran tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autis. Penelitian ini menggunakan non probability sampling dengan teknik total sampling. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi yang mengacu pada skala likert dan diolah dengan caraediting, coding, scoring dan tabulating.

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Sekolah Luar Biasa Semesta Mojokerto menunjukkan bahwa responden mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak (5,9%) tingkat kecemasan sedang sebanyak (52,9%), mengalami kecemasan berat sebanyak (41,2%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 9 responden.

Peran tenaga kesehatan khususnya perawat memberikan masukan informasi dan pemahaman untuk mengurangi tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autis.Bagi responden sebaiknya tidak terlalu khawatir dan cemas kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) khususnya autis.karena kecemasan apabila dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan stress dan tidak akan mampu berperan maksimal mengasuh anaknya.

ABSTRACT:

Developmental disorders such as autism experienced by a child can be psychological stress felt by parents. Stress felt by parents can lead to anxiety. This study aims to understand the anxiety levels of mothers with autistic children aged 6-7 years at SLB Semesta Mojokerto which was held from 6-13 May 2015.

The type of research is descriptive with survey research design with a sample of 17 respondents. This study used a non-probability sampling with total sampling technique. The questionnaire used in this study refers to the psychological scale Likert scale and processed by means of editing, coding, scoring and tabulating .

(2)

moderate anxiety level are (52.9%), severe anxiety are (41.2%). The result suggests that the majority of respondents experienced moderate anxiety level by 9 respondents.

The role of health professionals, especially nurses, is to provide information and understanding to reduce anxiety levels of mothers of children with autism. For the respondents, they should not be overly worried and anxious regarding children with special needs (ABK), especially autism. Because anxiety if left too long can lead to stress and they will not be able to properly take care of their children.

Keywords: Anxiety, Mothers , Children Autism

Contributor :1. Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm-Klin

2. Mohammad Nur Firdaus S.Kep Ns

Date : 31 Juli 2015

Type Material : Laporan Penelitian Identifer : -

Right : Open Document Summary :

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.Penyelenggaraan pembangunan kesehatan berasaskan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminatis serta norma-norma agama (KemenKes RI, 2010).Autis merupakan suatu gangguan pada tumbuh kembang anak.Seorang anak yang mengalami autis, sebetulnya sudah dapat dikenali sejak memasuki masa kanak-kanak.Di kota-kota besar, dengan berkembangnya teknologi informasi sekarang ini masyarakat sudah mulai awam dengan keberadaan anak berkebutuhan khusus.Namun, di daerah-daerah masih banyak masyarakat yang belum mengetahui permasalahan autis (Kemenkes RI, 2012).

Menurut Data WHO jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan. Jika tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, maka di 2012 terjadi peningkatan yang cukup memprihatikankan dengan jumlah rasio 1 dari 88 orang anak saat ini mengalami autism. Hasil penelitian ini dilakukan pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Amerika Serikat atau Centers For Disease Control and Prevention (CDC).

(3)

peningkatan yang luar biasa. “Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang auits diperkirakan satu per 5.000 anak, sekarang meningkat menjadi satu per 500 anak”( Kompas, 2000). Tahun 2000 yang lalu, Dr.Ika Widyawati; staf bagian psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autis di Indonesia.Jumlah tersebut menurutnya setiap tahun terus meningkat.Hal ini sungguh patut diwaspadai karena jika penduduk di Indonesia saat ini mencapai lebih dari 160 juta, kira – kira berapa orang sungguh – sungguh penyandang autis. Perbandingan antara laki – laki dan perempuan adalah 4 : 1, namun anak perempuan yang terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Jika benar demikian sungguh sudah mulai saatnya pemerintah Indonesia memberikan perhatian serius terhadap fenomena tersebut demi menjaga kualitas generasi bangsa (Depkes RI, 2008 : 121 dalam Rauf dkk, 2014).

Penyebab autisme sampai saat ini belum diketahui secara pasti walaupun diperkirakan jumlah anak dengan autisme semakin meningkat.Beberapa ahli menyebutkan autisme disebabkan karena terdapat gangguan biokimia, ahli lain berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh gangguan psikiatri, tapi ada juga yang berpendapat bahwa autisme disebabkan karena vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella) (Widodo, 2006 dalam Putra ,2010). Gangguan perkembangan seperti autisme yang dialami oleh seorang anak dapat menjadi stres psikologi yang dirasakan oleh orang tua. Stres yang dirasakan oleh orang tua ini dapat berlanjut menjadi kecemasan dan bila tidak segera ditangani akan menjadi parah dan dapat berdampak pada semua anggota keluarga terutama anak. Kecemasan yang dirasakan oleh orang tua yang mempunyai anak menderita autisme disebabkan karena kekhawatiran orang tua terhadap kondisi dan perkembangan anak pada saat disekolah dasar.

Penelitian yang pernah dilakukan oleh Susirah Soetardjo (dalam Soenardi, 2007,) menyatakan bahwa 70% dari orang tua yang mempunyai anak yang menderita autisme mengatakan merasa cemas terhadap kesembuhan anak,. Sedangkan berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di Sekolah Luar Biasa Semesta Kota Mojokerto pada tanggal 02 April 2015 dengan jumlah sempel 5 orang tua dari anak autis usia 6-7 tahun diperoleh kesimpulan sementara yang menyatakan cemas berat sebesar 60% dan yang menyatakan cemas ringan sebesar 40%. Dampak dari kecemasan tersebut dapat mengakibatkan terlambatnya penanganan dini yang seharusnya dapat dilakukan oleh orang tua. Penanganan yang lambat pada anak yang mengalami autisme dapat mengakibatkan lamanya proses penyembuhan pada anak. Fenomena semakin meningkatnya jumlah prevalensi autisme maka,akan semakin banyak pula orang tua yang mengalami konflik batin dalam menerima keberadaan anaknya yang autis. Konflik ini dapat terjadi karena adanya kesenjangan, karena adanya keinginan dan harapan orang tua yang tidak terpenuhi untuk memiliki anak yang dapat dibanggakan dalam keluarga, sehingga dapat mempengaruhi penerimaan orang tua yang memiliki anak autis khususnya Ibu.

(4)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis perlu melakukan penelitian mengenai tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autisusia 6-7 tahun di Sekolah Luar Biasa Semesta Kota Mojokero.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif denganrancang penelitian survey.Variabel dalam penelitian ini adalahgambaran tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autisusia 6-7 tahun di SLB Semesta Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak autis usia 6-7 tahun di SLB Semesta Mojokertosebanyak 17 orang. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih untuk bisa mewakili populasi. Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah ibu yang mempunyai anak autis usia 6-7 tahun yang bersekolah di SLB Semesta Mojokerto. Teknik sampling adalah cara-cara yang ditempuhdalam pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang representative.Penelitian ini menggunakan sampling non probability, yaitu dengan teknik sampling total sampling.Pengambilan data dilakukan pada tanggal 6 Mei - 13Mei 2015.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki kecemasan sedang yaitu sebanyak 9 responden (52,9%), yang mengalami kecemasan berat adalah sebanyak 7 responden (41,2%) dan kecemasan ringan sebanyak 1 responden (5,9%).Hal ini dipengaruhi oleh faktorusia, pendidikan dan pekerjaan.

Menurut (Stuart, 2007) Ansietas sedang, memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu.Dengan demikian, individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya. Penelitian yang pernah dilakukan oleh (Susirah Soetarjo, dalam Soenardi 2007) menyatakan bahwa 70% dari orang tua yang mempunyai anak yang menderita autis mengatakan merasa cemas terhadap kesembuhan anaknya khususnya ibu.

Kecemasan merupakan reaksi yang normal dirasakan oleh ibu yang mempunyai anak menderita autis selama hal tersebut tidak mengganggu aktifitas sehari-hari.Kecemasan yang terjadi pada responden yang memiliki anak autisdisebabkan permasalahan yang ditimbulkan karena memiliki anak gangguan perkembanganlebih kompleks dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak normal. Sehingga khawatir akan kesembuhan anaknya

(5)

lebih baik (Siswanto, 2007). Riset yang dilakukan oleh Stuart dan Sundeen (1998) menunjukkan responden yang berpendidikan tinggi lebih mampu menggunakan pemahaman mereka dalam merespon mempunyai anak menderita autisme secara adaptif daripada kelompok responden yang berpendidikan rendah. Kecemasan yang terjadi pada responden karena banyak responden yang hanya berpendidikan rendah sehingga responden kurang pengetahuan tentang bagaimana cara menangani dan menghadapi anak berkebutuhan khusus (ABK) seperti anak autis, sehingga tidak dapat meminimalisir atau mengontrol tingkat kecemasan yang terjadi pada dirinya.

Berdasarkan faktor usia 17 dari 11 responden berusia 30-40 tahun dan mengalami cemas sedang sebanyak 9 responden. Makin tua umur seseorang makin konstruktif dalam menggunakan koping terhadap suatu masalah yang dihadapi.(Nursalam, 2008). Pada rentang umur 30-40 tahun merupakan usia yang produktif yang sangat rentan mengalami kecemasan. Hasil survey tim kesehatan penelitian yang dilakukan (Molby, 2005) memperlihatkan adanya hubungan umur terhadap kecemasan pada orang tua, ditemukan sebagian besar kelompok umur ibu dibawah 40 tahun yang mempunyai anak menderita gangguan fisik dan mental mengalami kecemasan yang lebih berat dibandingkan kelompok umur diatas 40 tahun. Pada umur tersebut sering kali tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif dalam menghadapi suatu permasalahan atau suatu tekanan karena pada usia tersebut merupakan usia produktif.

Dalam penelitian ini juga ditemukan 7 responden mengalami tingkat kecemasan berat.Hal ini terbukti dari 11 responden yang hanya ibu rumah tangga dan 8 responden mengalami kecemasan berat.Menurut (Stuart, 2007) Ansietas berat, sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lain. Tingkat kecemasan berat bisa disebabkan karena faktor pekerjaan.Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Isaac, 2004).Penelitian yang dilakukan oleh (Met B, dalam Trismiati 2006) menunjukkan bahwa orang tidak bekerja akan mengalami kecemasan yang lebih berat akibat keadaan ekonominya dibandingkan dengan orang yang bekerja. Berdasarkan yang dikemukakan Azwandi (2005) banyak hal yang bisa memicu timbulnya kecemasan yang akan dirasakan oleh orang tua khususnya ibu yang memiliki anak autis, mulai dari problem yang berkaitan dengan tata laksana program dan pendidikan untuk anak autis yang langka dan mahal.Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan sangat mempengaruhi kemampuan individu dalam mengatasi kecemasan yang dialami.Tidak bekerja dapat meningkatkan jumlah kecemasan yang dirasakan seseorang.

(6)

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.Menurut (Safaria, 2005) mengemukakan bahwa kecemasan merupakan reaksi yang normal dirasakan oleh ibu yang mempunyai anak menderita autisme selama hal tersebut tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.Pandangan setiap ibu terhadap anak autisberbeda-beda, ada ibu yang memandang masa depan anaknya dengan rasa was-was karena melihat anak yang belum bisa berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Adapun ibu yang tidak merasakan khawatir pada anaknya karena sudah terbiasa melihat sikap dan tingkah laku anak.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Luar Biasa Semesta Mojokerto sebagian besar ibu yang memiliki anak autis usia 6-7 tahun mengalami kecemasan sedang sebanyak 9 responden (52,9%).

Rekomendasi 1.Peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan pola pikir peneliti tentang tingkat kecemasan ibu yang memiliki anak autis

2.Bagi Ibu

Ibu sebaiknya tidak terlalu khawatir dan cemas kepada anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK) khususnya autis.karena kecemasan apabila dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan stress dan tidak akan mampu berperan maksimal mengasuh anaknya.

3.Bagi tenaga kesehatan atau perawat

Peran perawat sangat penting dalam upaya memberikan masukan informasi dan pemahaman untuk mengurangi tingkat kecemasan orang tua yang memiliki anak autis.Agar orang tua yang memiliki anak autis dapat memahami dan mampu berperan secara optimal mengasuh anaknya.

4.Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini nuntuk mengembangkan penelitian berikutnya yang terkait, misalnya menambahkan variabel dan menambah lebih banyak lagi responden..

5.Bagi institusi kesehatan

Diharapkan melakukan promosi kesehatan dan penyuluhan pada orang tua anak autis agar menambah pengetahuan orang tua tentang anak berkebutuhan khusus (ABK)

Korespondensi

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi ini dapat dimanfaatkan pula oleh pedagang dan produsen untuk memperkirakan jumlah sayur yang akan dijual keesokan harinya melalui data pemesanan yang masuk

The aim of this study was to identify both institutional and production constraints to the success of poultry-based poverty alleviation projects (PAPs) in

Dilengkapi dengan kalender puasa dan hari-hari peringatan umat islam. Dipersiapkan oleh Alhabib - Mewarnai

48 ASRM ASURANSI RAMAYANA Tbk BSRE1 - BSR INDONESIA PT... BSRE1 - BSR

Catatan atas laporan keuangan harus: (a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan; (b) Mengungkapkan

[r]

Setiap Pemegang saham public DVLA yang secara tegas memberikan suara tidak setuju atas rencana Penggabungan Usaha pada saat RUPSLB DVLA dan bermaksud untuk menjual saham

Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas nasabah dan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, maka