OLEH:
OLEH:
Drs. SLAMET SUMARNO.
Drs. SLAMET SUMARNO.
Pertemuan. I.
Pertemuan. I.
1. PENDAHULUAN.
1. PENDAHULUAN.
Tujuan:Tujuan:
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mampu
menerangkan:
menerangkan: 1.
1. Perbedaan pernafasan Otomatis dan terkontrol.Perbedaan pernafasan Otomatis dan terkontrol.
2.
2. Jalan nafas dan fungsinya.Jalan nafas dan fungsinya.
3.
3. Tempat pertukaran oksigen dan carbon diaksida serta Tempat pertukaran oksigen dan carbon diaksida serta proses normalnya.
proses normalnya. 4.
4. Volume dan kapasitas paru serta mampu Volume dan kapasitas paru serta mampu mempraktekkannya.
mempraktekkannya. 5.
5. Pusat pengatur pernafasan. Pusat pengatur pernafasan.
6.
6. Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pernafasan. Hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam pernafasan.
7.
Pernafasan otomatis.
Pernafasan otomatis.
• Manusia agar bisa hidup harus bernafas.Manusia agar bisa hidup harus bernafas.
• Pernafasan (respirasi) ada dua macam: otomatis dan terkontrol.Pernafasan (respirasi) ada dua macam: otomatis dan terkontrol.
• Respirasi ada dua cara: Inspirasi dan Ekspirasi.Respirasi ada dua cara: Inspirasi dan Ekspirasi.
• Pusat pernafasan di medula oblongata dan pons varuli melalui Nerves Pusat pernafasan di medula oblongata dan pons varuli melalui Nerves Vagus (N.X).
Vagus (N.X).
• Untuk otot-otot inspirator :C. 3-5 dan Th 3-6.Untuk otot-otot inspirator :C. 3-5 dan Th 3-6.
• N. Sympatis dan para simpatis yang berfungsi mempercepat dan N. Sympatis dan para simpatis yang berfungsi mempercepat dan
memperlambat frekuensi pernafasan yang di stimulasi keadaan oksigen memperlambat frekuensi pernafasan yang di stimulasi keadaan oksigen
dan corbondiaksida dalam tubuh. dan corbondiaksida dalam tubuh.
• Pernafasan otomatis bila kebutuhan dan penyediaan seimbang tetapi Pernafasan otomatis bila kebutuhan dan penyediaan seimbang tetapi bila hal ini tidak seimbang maka pernafasan dapat berubah dengan bila hal ini tidak seimbang maka pernafasan dapat berubah dengan
terkontrol. terkontrol.
• Atau bila terjadi masalah dalam proses pernafasan, Hal ini dapat karena Atau bila terjadi masalah dalam proses pernafasan, Hal ini dapat karena kontrol, jalan nafas, tempat pertukaran dan tranportasi terganggu.
KONTROL PERNAFASAN.
KONTROL
KONTROL
Jalan
Jalan
nafas
nafas
.
Otot
Otot
pernafasan.
Volume dan kapasitas paru.
Volume dan kapasitas paru.
• Volume paru:Volume paru:
TV, IRV, ERV dan RV.TV, IRV, ERV dan RV.
• Kapasitas paru:Kapasitas paru:
Kapasitas Vital.Kapasitas Vital.
Kapasitas Total.Kapasitas Total.
Kapasitas InspirasiKapasitas Inspirasi
Kapasitas Ekspirasi.Kapasitas Ekspirasi.
Volume ekspirasi paksa/detik
Volume ekspirasi paksa/detik
PRIA
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.
Gangguan systen neurologi.
2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.
Gangguan Sangkar thorak.
3.
3.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
4.
4.
Gangguan pleurae.
Gangguan pleurae.
5.
5.
Gangguan perfusi / restriktif.
Gangguan perfusi / restriktif.
6.
6.
Gangguan system sirkulasi pulmonal.
Gangguan system sirkulasi pulmonal.
7.
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Neuromuscular disease adalahkasus kegagalan Neuromuscular disease adalahkasus kegagalan pernafasan pada pasien dengan paru normal. pernafasan pada pasien dengan paru normal. Gagal nafas akibat kelemahan neuromuscular Gagal nafas akibat kelemahan neuromuscular atau gangguan fungsi otot-otot pernafasan. atau gangguan fungsi otot-otot pernafasan. Diharapkan denga fisioterapi dapat mencegah Diharapkan denga fisioterapi dapat mencegahkomplikasi fungsi pernafasan. komplikasi fungsi pernafasan.
2.
2. Depresi pusat pernafasan mengakibatkan gangguan Depresi pusat pernafasan mengakibatkan gangguan ventilasi, yang mengakibatkan gagalnya pemenuhan
ventilasi, yang mengakibatkan gagalnya pemenuhan
oksigen kebutuhan hidup dasar: tidak ditandai dengan
oksigen kebutuhan hidup dasar: tidak ditandai dengan
penyakit paru dan perlu bantuan ventilasi, Potensial
penyakit paru dan perlu bantuan ventilasi, Potensial
komplet fiaioterapi.
komplet fiaioterapi.
Contoh Neuromuscular respirasi paralisis: Poliomyelitis, Contoh Neuromuscular respirasi paralisis: Poliomyelitis,
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.
Gangguan systen neurologi.
2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.
Gangguan Sangkar thorak.
Trauma: fraktur costae, Skoliosis,
Trauma: fraktur costae, Skoliosis,
kiposis, barel chest dan kelainan
kiposis, barel chest dan kelainan
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.
Gangguan systen neurologi.
2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.
Gangguan Sangkar thorak.
3.
3.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
Sinusitis, paringitis, asma, bronkitis
Sinusitis, paringitis, asma, bronkitis
kronik, emphysema.
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.
Gangguan systen neurologi.
2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.
Gangguan Sangkar thorak.
3.
3.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
4.
4.
Gangguan pleurae.
Gangguan pleurae.
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.
Gangguan systen neurologi.
2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.
Gangguan Sangkar thorak.
3.
3.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.
4.
4.
Gangguan pleurae.
Gangguan pleurae.
5.
5.
Gangguan perfusi / restriktif.
Gangguan perfusi / restriktif.
Abses, Tbc Paru, Fibrotik, atelektasis,
Abses, Tbc Paru, Fibrotik, atelektasis,
pneumonia, Bronkiektaisi dll
PROBLEM PERNAFASAN.
PROBLEM PERNAFASAN.
1.
1.
Gangguan systen neurologi.Gangguan systen neurologi.2.
2.
Gangguan Sangkar thorak.Gangguan Sangkar thorak.3.
3.
Gangguan jalan nafas / obtruktif.Gangguan jalan nafas / obtruktif.4.
4.
Gangguan pleurae.Gangguan pleurae.5.
5.
Gangguan perfusi / restriktif.Gangguan perfusi / restriktif.6.
6.
Gangguan system sirkulasi pulmonal.Gangguan system sirkulasi pulmonal.Edem paru, hypertensi pulmonal, Edem paru, hypertensi pulmonal,
cardiapulmonal dan gangguan system cardiapulmonal dan gangguan system
Tugas untuk permahasiswa.
Tugas untuk permahasiswa.
•
Mencari literatur
Mencari literatur
•
Menyimpulkan pencetus gangguan 1-6
Menyimpulkan pencetus gangguan 1-6
•
Menentukan masalah fisioterapi masing-
Menentukan masalah fisioterapi
masing-masing kondisi atau secara umum 1-6.
masing kondisi atau secara umum 1-6.
•
Masing-masing membuat proses
Masing-masing membuat proses
terjadinya kondisi sampai terjadi masalah
terjadinya kondisi sampai terjadi masalah
fisioterapi.
fisioterapi.
•
Upaya pencegahan agar tidak terjadi
Upaya pencegahan agar tidak terjadi
kondisi,
Pertemuan II.
Pertemuan II.
•
Tujuan.Tujuan.1.Memahami secara deteil maslah fisioterapi pada
1.Memahami secara deteil maslah fisioterapi pada
gangguan neurologi pernafasan.
gangguan neurologi pernafasan.
2.Mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran
2.Mampu melakukan pemeriksaan dan pengukuran
maslah fisioterapi neurologi pernafasan.
maslah fisioterapi neurologi pernafasan.
3. Mampu melakukan analisa masalah prioritas
3. Mampu melakukan analisa masalah prioritas
penyebab masalah neurologi pernafasan.
penyebab masalah neurologi pernafasan.
4.Mampu memilih prioritas intervensi tepat guna.
4.Mampu memilih prioritas intervensi tepat guna.
5.Mampu menentukan dosis fisioterapi dengan
5.Mampu menentukan dosis fisioterapi dengan
benar.
benar.
6.Mampu melakukan intervensi dan
6.Mampu melakukan intervensi dan
7. Mampu melakukan evaluasi dengan terukur dan
7. Mampu melakukan evaluasi dengan terukur dan
benar.
Pertemuan II.
Pertemuan II.
•
Problem gangguan neuropernafasan.
Problem gangguan neuropernafasan.
•
Kondisi ini sering dijumpai pada ICU atau
Kondisi ini sering dijumpai pada ICU atau
intesive care unit.
intesive care unit.
•
Sehingga penanganan kasus ini lebih
Sehingga penanganan kasus ini lebih
ditekankan pada Fisioterapi acute atau
ditekankan pada Fisioterapi acute atau
Kegagalan respirasi Neurogenic.
Kegagalan respirasi Neurogenic.
1.
1.
Neuromuscular disease.Neuromuscular disease.2.
2.
Guilain Barre Syndrome.Guilain Barre Syndrome.3.
3.
Myasthenia gravisMyasthenia gravis4.
4.
Multiple SclerosisMultiple Sclerosis5.
5.
MyopathiesMyopathies6.
6.
Amyotrophic lateral scerosis.Amyotrophic lateral scerosis.7.
7.
PoliomyelitisPoliomyelitis8.
Acute Idiopathic Polyneuritis.
Acute Idiopathic Polyneuritis.
•
Identik dengan Guillain Barre Syndrome. Pada Identik dengan Guillain Barre Syndrome. Pada umumnya polyneuritis menggangu mekanikumumnya polyneuritis menggangu mekanik
pernafasan kasus ini sering tidak diketahui
pernafasan kasus ini sering tidak diketahui
penyebabnya tetapi virus merupakan unsur
penyebabnya tetapi virus merupakan unsur
pertimbangan (GBS) pada gastrointestinal dan
pertimbangan (GBS) pada gastrointestinal dan
infeksi pernafasan acute (2-3 hari) masa kritis
infeksi pernafasan acute (2-3 hari) masa kritis
pernafasan dengan sesak nafas tinggi (gagal
pernafasan dengan sesak nafas tinggi (gagal
nafas).
nafas).
•
Pada minggu pertama sebelum gejala neuritis Pada minggu pertama sebelum gejala neuritis muncul gangguan jalan nafas mendahuluimuncul gangguan jalan nafas mendahului
seperti hidung, jalan nafas tersumbat, sehingga
seperti hidung, jalan nafas tersumbat, sehingga
mengganggu pernafasan.
symptom neuritis adalah:
symptom neuritis adalah:
1.
1. Adanya kelemahan otot pernafasan.Adanya kelemahan otot pernafasan.
2.
2. Dysphagia (kesulitan menelan).Dysphagia (kesulitan menelan).
3.
3. Paresthesia dari fingers dan toes.Paresthesia dari fingers dan toes.
4.
4. Progressif flaccid motor paralisis.Progressif flaccid motor paralisis.
5.
5. Trunk dan upper extremitas progresif: otot melunak & Trunk dan upper extremitas progresif: otot melunak & menghilangnya sensasi.
menghilangnya sensasi.
6.
6. Pasien komplin kepala, punggung nyeri dan kaku.Pasien komplin kepala, punggung nyeri dan kaku.
7.
7. Temperatur batas normal.Temperatur batas normal.
8.
8. Berlangsung sampai 2-3 minggu recaery sangat Berlangsung sampai 2-3 minggu recaery sangat tergantung keadaan biasanya minggu/ bulan.
tergantung keadaan biasanya minggu/ bulan.
9.
9. Tetapi akan terajdi degenerasi 8-18 bln.Tetapi akan terajdi degenerasi 8-18 bln.
10.
10. Setelah 18 bln akan terjadi residual : athropi dan Setelah 18 bln akan terjadi residual : athropi dan kelemahan otot.
Progression symptoms.
Progression symptoms.
•
Muncul maksimum pada minggu pertama
Muncul maksimum pada minggu pertama
dan berlangsung kontinyu 3mg atau lebih.
dan berlangsung kontinyu 3mg atau lebih.
•
Recavery variable antara minggu s/d bln
Recavery variable antara minggu s/d bln
tergantung systen syaraf yang degeneratif
tergantung systen syaraf yang degeneratif
dan penyembuhan mencapai maksimal
dan penyembuhan mencapai maksimal
setelah 6-18 bulan.
setelah 6-18 bulan.
•
Residual neurologic terjadinya atropi dan
Residual neurologic terjadinya atropi dan
kelemahan otot permanen.
Pengobatan medis.
Pengobatan medis.
1.
1. Mechanical ventilasi pada pasien yang mengalami Mechanical ventilasi pada pasien yang mengalami paralisis otot pernafasan.
paralisis otot pernafasan.
2.
2. Tracheotomy.Tracheotomy.
3.
3. Derajat paralisis ditentukan qualitas hasil pengukuran Derajat paralisis ditentukan qualitas hasil pengukuran vital capasity pernafasan.
vital capasity pernafasan.
4.
4. Fisioterapi pada Aseptic atau nontraumatic paru Fisioterapi pada Aseptic atau nontraumatic paru
bertujuan untuk mencegah infeksi paru dan trauma
bertujuan untuk mencegah infeksi paru dan trauma
trachea.
trachea.
5.
5. Sejak reflek pernafasan depresi, regurgitasi lambung Sejak reflek pernafasan depresi, regurgitasi lambung secara umum juga muncul. Sehingga tindakan
secara umum juga muncul. Sehingga tindakan
mencegah aspirasi sangat penting.
mencegah aspirasi sangat penting.
6.
6. Tindakan mechanical ventilator awal dimulai dengan Tindakan mechanical ventilator awal dimulai dengan vital capasity 10 ml/KgBB.
Circulatory failure.
Circulatory failure.
•
Karena tidak ada rangsang sympathic akibatnya Karena tidak ada rangsang sympathic akibatnyarileksasi otot halus pada pembuluh darah, sehingga
rileksasi otot halus pada pembuluh darah, sehingga
sirkulasi jadi lambat dan menurun, sehingga COP
sirkulasi jadi lambat dan menurun, sehingga COP
hypotensi dan reflek tachicardi.
hypotensi dan reflek tachicardi.
•
Penurunan tekanan venous diatasi dengan Penurunan tekanan venous diatasi dengan meningkatkan volume darah, bila hal initidakmeningkatkan volume darah, bila hal initidak
tercapai COP jangka pendek menimbulkan
tercapai COP jangka pendek menimbulkan
vasokontriksi pembuluh darah dengan membloker
vasokontriksi pembuluh darah dengan membloker
vital sign system menamabah dan mengurangi
vital sign system menamabah dan mengurangi
hematokri dan serum protein.
Fisioterapi pada kasus polineuritis.
Fisioterapi pada kasus polineuritis.
1.Pada kasus polineuritis mengalami kesulitan dalam
1.Pada kasus polineuritis mengalami kesulitan dalam
menutup mata harus dilakukan untuk menjaga cornea
menutup mata harus dilakukan untuk menjaga cornea
tidak rusak dengan memberikan tetes mata agar tetap
tidak rusak dengan memberikan tetes mata agar tetap
lembab tidak kering dan rusak cornea.
lembab tidak kering dan rusak cornea.
2.Pasif exercises tiap dua jam selama belum penyembuhan
2.Pasif exercises tiap dua jam selama belum penyembuhan
total, dapat dikurangi setelah ada gerak fungsional.
total, dapat dikurangi setelah ada gerak fungsional.
3. Psychologis perlu dibangun karena depresi keadaan
3. Psychologis perlu dibangun karena depresi keadaan
yang buruk.
yang buruk.
4. Perawatan kulit jangan sampai luka karena sukar
4. Perawatan kulit jangan sampai luka karena sukar
sembuh akibat sirkulasi yang jelek (jegah dekubitus).
sembuh akibat sirkulasi yang jelek (jegah dekubitus).
5.Nutresi dipenuhi dengan memperhatikan agar mudah
5.Nutresi dipenuhi dengan memperhatikan agar mudah
BAB.
BAB.
6.Bowel training dan siapkan bowel dalam posisi duduk
6.Bowel training dan siapkan bowel dalam posisi duduk
dengan kursi yang empuk tidak merangsang luka.
Tetanus /lockjaw.
Tetanus /lockjaw.
Tetanus adalah kasus neuromuskular yang
Tetanus adalah kasus neuromuskular yang
disebabkan oleh neurotoxin
disebabkan oleh neurotoxin Clostridium tetani, Clostridium tetani,
gram positif, anaerobic basilus.
gram positif, anaerobic basilus.
C. Tetani ada di manusia dan binatang hidup di
C. Tetani ada di manusia dan binatang hidup di
pencernakan masuk manusia melalui luka dan
pencernakan masuk manusia melalui luka dan
multipleanaerob.
multipleanaerob.
Tetanus dapat dijegah bila kena luka dengan
Tetanus dapat dijegah bila kena luka dengan
serum tetani.
serum tetani.
Bila kena tetanus gangguan system limpatik dan
Bila kena tetanus gangguan system limpatik dan
sirkulasi dan central nerve system.
sirkulasi dan central nerve system.
Sejak ada anti tetanus hanya 30% kena tetanus.
Symtom.
Symtom.
•
Exotoxin pada saraf motorik di motoe end
Exotoxin pada saraf motorik di motoe end
plate dan AHC spinal cord dan brainstem
plate dan AHC spinal cord dan brainstem
yang menyebabkan gejala tetanus.
yang menyebabkan gejala tetanus.
•
Incubasi 2hari-8 mg masa gejala dibedakan
Incubasi 2hari-8 mg masa gejala dibedakan
Masa incubasi : masa injury s/d ada gejala
Masa incubasi : masa injury s/d ada gejala
Masa antara gejala s/d timbul spasme otot.
Masa antara gejala s/d timbul spasme otot.
Bila periode gejala hilang setelah 2-7 hari
Pembagian tetanus.1
Pembagian tetanus.1
1. MildTetanus (ringan): ada trismus sedang, lokal
1. MildTetanus (ringan): ada trismus sedang, lokal
kekauan sendi (stiffness) dan nyeri otot lokal.
kekauan sendi (stiffness) dan nyeri otot lokal.
Secara umum stiffness tanpa kesulitan menelan
Secara umum stiffness tanpa kesulitan menelan
(disphagia), opisthotonos dan perkembangan
(disphagia), opisthotonos dan perkembangan
spasm.
spasm.
2. Moderat Tetanus (sedang): stiffness
2. Moderat Tetanus (sedang): stiffness
berkembang menyeluruh ada gangguan
berkembang menyeluruh ada gangguan
menelan, kepala retraction, spasm otot
menelan, kepala retraction, spasm otot
pharyngeal dan kapasitas vital ikut terganggu.
Pembagian tetanus. 2.
Pembagian tetanus. 2.
3. Severe tetanus(hebat). Symtom:
3. Severe tetanus(hebat). Symtom:
trismus, dyspagia,irritability, painful tonic trismus, dyspagia,irritability, painful tonic convulsion dan terstimulasi oleh cahaya dan
convulsion dan terstimulasi oleh cahaya dan
kaca dan opisthotonos hebat. Nyeri otot spam
kaca dan opisthotonos hebat. Nyeri otot spam
hebat, rigiditas pernafasan, asphysia, akibatnya
hebat, rigiditas pernafasan, asphysia, akibatnya
diaphoresis, anxiety, tachicardia, BP naik, Dan
diaphoresis, anxiety, tachicardia, BP naik, Dan
cenderung cyanosis, Kerja symmphstic system
cenderung cyanosis, Kerja symmphstic system
over dan menimbulkan fatal pernafasan.
over dan menimbulkan fatal pernafasan.
Termasuk salivasi, RR, HR, BP naik cardian
Termasuk salivasi, RR, HR, BP naik cardian
aritmia sesak nafas tinggi, circulasi collaps dan
aritmia sesak nafas tinggi, circulasi collaps dan
dapat meninggal.
Pengobatan.
Pengobatan.
•
Untuk pasien sedang dan hebat:Untuk pasien sedang dan hebat:1.
1.
Pembebasan jalan nafas (higienes).Pembebasan jalan nafas (higienes).2.
2.
Bantu pernafasan (mechanical respirator)Bantu pernafasan (mechanical respirator)3.
3.
Kontrol mascle spasm (rileksasi otot).Kontrol mascle spasm (rileksasi otot).4.
4.
Antitoxin dan antibioticAntitoxin dan antibiotic5.
5.
Membantu system sikulasiMembantu system sikulasi6.
6.
Kontrol temperatur tubuhKontrol temperatur tubuh7.
Control muscle spasms.1
Control muscle spasms.1
1. Pelihara jalan nafas, cukupi kebutuhan oksigen,
1. Pelihara jalan nafas, cukupi kebutuhan oksigen,
sehingga mencegah terjadinya tetanic spasms.
sehingga mencegah terjadinya tetanic spasms.
Bila spasms tak terkontrol dengan
Bila spasms tak terkontrol dengan
obat(neuromuscular block dapat diberikan
obat(neuromuscular block dapat diberikan
mekanik ventilator. Pasien dengan obat rilaksasi
mekanik ventilator. Pasien dengan obat rilaksasi
cenderung tidur dan bila tidur kebutuhan
cenderung tidur dan bila tidur kebutuhan
oksigen 75% dari normal rest. Dan tetes mata
oksigen 75% dari normal rest. Dan tetes mata
tiap 2 jam bila perlu tutup mata. Kerja sama
tiap 2 jam bila perlu tutup mata. Kerja sama
team medis perlu agar saling membantu
team medis perlu agar saling membantu
keberhasilan.
Kontrol pernafasan. 2
Kontrol pernafasan. 2
2. Tracheostomy.
2. Tracheostomy.
Bila terjadi spasme laryngeal dan tidak
Bila terjadi spasme laryngeal dan tidak
menguntungkaan dengan mekanik
menguntungkaan dengan mekanik
ventilator dapat dilakukan tracheostomy
ventilator dapat dilakukan tracheostomy
dan ventilator untuk menjegah aspirasi
dan ventilator untuk menjegah aspirasi
baik isi lambung atau skreet.
baik isi lambung atau skreet.
3. Chest fisioterapi. Untuk memelihara
3. Chest fisioterapi. Untuk memelihara
Kontrol spasms. 3
Kontrol spasms. 3
4.
4. Change position.Change position.
Posisikan pasien tiap 2 jam samping kanan dan Posisikan pasien tiap 2 jam samping kanan dan kiri atau terletang secara teratur untuk
kiri atau terletang secara teratur untuk
mencegah gangguan sirkulasi atau decubitus
mencegah gangguan sirkulasi atau decubitus
dengan hati-hati dan gently, perhatikan
dengan hati-hati dan gently, perhatikan
extremitas dan tonjolan tulang yg mudah luka.
extremitas dan tonjolan tulang yg mudah luka.
5.
5.
Blader kontrol. Adanya spasms blader Blader kontrol. Adanya spasms blader sphincter sehingga mengganggu kencingsphincter sehingga mengganggu kencing
Terdapat retensi urin di blader, dan dilakukan
Terdapat retensi urin di blader, dan dilakukan
cateterisasi jegah infeksi saluran kecing
cateterisasi jegah infeksi saluran kecing
6.
6.
Body temperature: ciri tetanus adanya Body temperature: ciri tetanus adanya Hyperpyrexia setelah kena tetanus, panasHyperpyrexia setelah kena tetanus, panas
tinggi dapat menyebabkan hypothermia karena
tinggi dapat menyebabkan hypothermia karena
lepas kontrol
lepas kontrol
Myasthenia gravis.
Fisioterapi pernafasan pada
Fisioterapi pernafasan pada
spinal cord injury.
spinal cord injury.
Pernafasan terganggu bila otot pernafasan yang
Pernafasan terganggu bila otot pernafasan yang
terinervasi dibawah level injury mengalami paralise. Hal
terinervasi dibawah level injury mengalami paralise. Hal
ini berhubungan dengan kekuatan, integritas
ini berhubungan dengan kekuatan, integritas
kemampuan otot pernafasan untuk memelihara ventilasi
kemampuan otot pernafasan untuk memelihara ventilasi
thorak secara efektif dan efisien.
thorak secara efektif dan efisien.
Pasien dengan injury cervical spine mempunyai problem
Pasien dengan injury cervical spine mempunyai problem
otot-otot thorak bawah, teta[I pada injury lumbal hanya
otot-otot thorak bawah, teta[I pada injury lumbal hanya
sedikit gangguan fungsi pernafasan.
sedikit gangguan fungsi pernafasan.
Pada lesi akut umumnya diberikan prophylactic respirasi
Pada lesi akut umumnya diberikan prophylactic respirasi
therapy pada semua gangguan hypostatik pneumonia.
therapy pada semua gangguan hypostatik pneumonia.
Pasien komplit atau sebagia palise otot-otot pernafasan
Pasien komplit atau sebagia palise otot-otot pernafasan
perlu fisioterapi khusus.
Fungsi sangkar thorak dan otot
Fungsi sangkar thorak dan otot
pernafasan.
pernafasan.
Pada dasarnya bila otot inspirator bekerja akan
Pada dasarnya bila otot inspirator bekerja akan
meningkatkan ventilasi thorak dengan terangkatnya
meningkatkan ventilasi thorak dengan terangkatnya
tulang rusuk dan dada kedepan atas sehingga tekanan
tulang rusuk dan dada kedepan atas sehingga tekanan
udara paru turun dan udara atmosfer masuk paru.
udara paru turun dan udara atmosfer masuk paru.
Sedang ekspirasi terjadi rekoil otot inspirasi akan terjadi
Sedang ekspirasi terjadi rekoil otot inspirasi akan terjadi
peningkatan tekanan thorak dan udara keluar apa lagi
peningkatan tekanan thorak dan udara keluar apa lagi
denganpernafasan kuat otot-otot ekspirator bekerja
denganpernafasan kuat otot-otot ekspirator bekerja
membantu meningkatkan tekanan thorak sehingga udara
membantu meningkatkan tekanan thorak sehingga udara
yang keluar lebih banyak.
yang keluar lebih banyak.
Untuk menekan atau mengembangkan thorak ada goup
Untuk menekan atau mengembangkan thorak ada goup
otot. Inspirator utama dan pembantu, ekspirator utama
otot. Inspirator utama dan pembantu, ekspirator utama
dan pembantu.
Inervasi Diaphragm : C3,4&5
Inervasi Diaphragm : C3,4&5
Diaphragm otot inspiatot utama 65% kontraksi
Diaphragm otot inspiatot utama 65% kontraksi
mengembangkan thorak.
mengembangkan thorak.
Bila kontraksi tendan yg berada di tengah bergerak
Bila kontraksi tendan yg berada di tengah bergerak
kebawah dan menekan isi perut.
kebawah dan menekan isi perut.
Pengembangan rusuk dan tuas di perut. Efisiensi
Pengembangan rusuk dan tuas di perut. Efisiensi
kerja diaphragm tergantung keseimbangan rusuk
kerja diaphragm tergantung keseimbangan rusuk
dan perut complince.
dan perut complince.
Pasien dengan spinal cord lesi diatas C5 diaphragm
Pasien dengan spinal cord lesi diatas C5 diaphragm
bias sebagian atu semua paralise.
bias sebagian atu semua paralise.
Pemeriksaan fungsi diaphragm ini dapat dilakukan
Pemeriksaan fungsi diaphragm ini dapat dilakukan
palpasi di perut bagian atas (diaphragm) didak
palpasi di perut bagian atas (diaphragm) didak
menekan kebawah (intra thoracic presusre
menekan kebawah (intra thoracic presusre
negative) selama inspirasi. Bila sensasi hyper
negative) selama inspirasi. Bila sensasi hyper
sensitif kesulitan fisioterapi dan pasien untuk
sensitif kesulitan fisioterapi dan pasien untuk
belajar pernafasan.
Otot-otot pernafasan intercostal
Otot-otot pernafasan intercostal
disyarafi oleh: Th 1-7.
disyarafi oleh: Th 1-7.
Otot-otot intercostal internnal mempunyai fungsi
Otot-otot intercostal internnal mempunyai fungsi
ekspirasi dan otot intercostalis eksternal
ekspirasi dan otot intercostalis eksternal
mempunyai fungsi inspirasi.Pada pernafasan berat
mempunyai fungsi inspirasi.Pada pernafasan berat
dan diaphragma lelah maka intercostalis mengambil
dan diaphragma lelah maka intercostalis mengambil
alih fungsi inspirasi sampai diphrgma pulih kembali.
alih fungsi inspirasi sampai diphrgma pulih kembali.
Kemampuan pergantian ini terjadi bila otot
Kemampuan pergantian ini terjadi bila otot
intercostalis tidak paralise, kerja otot pembantu
intercostalis tidak paralise, kerja otot pembantu
nafas ini mudah lelah dan sebetulnya tidak disukai.
nafas ini mudah lelah dan sebetulnya tidak disukai.
Otot inter costal juga membuat stabilitas sangkar
Otot inter costal juga membuat stabilitas sangkar
thorak pada full inspirasi dan mencegah rongga
thorak pada full inspirasi dan mencegah rongga
intercostal negatif (paradksal breathing)
Otot accessory terinervasi C1-8.
Otot accessory terinervasi C1-8.
1.
1.
Scaleni. Otot pernafasan primer untuk
Scaleni. Otot pernafasan primer untuk
mengangkat, mengembangkan,
mengangkat, mengembangkan,
menstabilisasi tl rusuk dari insersio ke atas.
menstabilisasi tl rusuk dari insersio ke atas.
2.
2.
Sternomastoid dan Trapezius. Otot inspirator
Sternomastoid dan Trapezius. Otot inspirator
yg bekerja bila aktifitas berat (OR) dengan
yg bekerja bila aktifitas berat (OR) dengan
ventilasi tinggi dan lama. Pada inkomplet lesi
ventilasi tinggi dan lama. Pada inkomplet lesi
diatas C3 menyebabkan paralise diaprhagm
diatas C3 menyebabkan paralise diaprhagm
dengan bekerjanya otot diatas menibulkan
dengan bekerjanya otot diatas menibulkan
Otot Abdominal innervasi Th 6-12
Otot Abdominal innervasi Th 6-12
Otot: Rectus internal dan eksterna, obligues dan tranversal
Otot: Rectus internal dan eksterna, obligues dan tranversal
abdominalis merupakan otot ekspirator penting (de
abdominalis merupakan otot ekspirator penting (de
troyer 1983) ekspirasi adalah selalu gerakan pasif
troyer 1983) ekspirasi adalah selalu gerakan pasif
(recoil) pada ekspirasi kuat saat batuk menggunakan
(recoil) pada ekspirasi kuat saat batuk menggunakan
otot ini, dan ikut menstabilkan diaphragm, kontrol sikap
otot ini, dan ikut menstabilkan diaphragm, kontrol sikap
saat diaphragm kontraksi akan meningkatkan tekanan
saat diaphragm kontraksi akan meningkatkan tekanan
abdominal dan otot abdominal membuat stabil.
abdominal dan otot abdominal membuat stabil.
Paralise abdominal pada lesi thorak atas atau cervical akan
Paralise abdominal pada lesi thorak atas atau cervical akan
menjadikan cadangan force ekspirasi menjadi lemah dan
menjadikan cadangan force ekspirasi menjadi lemah dan
akan terjadi penumpukan sputum, penyebab
akan terjadi penumpukan sputum, penyebab
microatelektasis pada mayor segmen , lobular atau
microatelektasis pada mayor segmen , lobular atau
colapnya paru atau infeksi paru. Microatelektasis
colapnya paru atau infeksi paru. Microatelektasis
menimbulkan ventilasi dan perfusi rendah dan hypoksia
menimbulkan ventilasi dan perfusi rendah dan hypoksia
dengan CO2 rendah atau normal ini tanda akibat spinal
dengan CO2 rendah atau normal ini tanda akibat spinal
cord injury.
Selamaperiode spinal shock, dimana tanus
Selamaperiode spinal shock, dimana tanus
otot menghilang sehingga tidak
otot menghilang sehingga tidak
mampunya melakukan inspirasi diphragm
mampunya melakukan inspirasi diphragm
dan abdominal justru sebagai penahan
dan abdominal justru sebagai penahan
pernafasan (guttman 1965, silver 1970)
pernafasan (guttman 1965, silver 1970)
Akibatnya vital capasitas dibawah
Akibatnya vital capasitas dibawah
kebutuhan, kekuatan akan dikerahkan
kebutuhan, kekuatan akan dikerahkan
untuk memenuhi akibatnya tambah lelah
untuk memenuhi akibatnya tambah lelah
mempercepat gangguan neuromuskular
mempercepat gangguan neuromuskular
activity dan reflek distorsi dan timbul
activity dan reflek distorsi dan timbul
Tanda-tanda Paralise otot-otot
Tanda-tanda Paralise otot-otot
respirator.
respirator.
1.
1.
Pasien tidak mampu batuk (letupan ekspirasi)Pasien tidak mampu batuk (letupan ekspirasi)2.
2.
Total rusuk dan paru inflasi Total rusuk dan paru inflasi3.
3.
Lemahnya otot inspirasi akibat sebagian Lemahnya otot inspirasi akibat sebagianparalise, fungsi pleura turun, diaphragm turun
paralise, fungsi pleura turun, diaphragm turun
dan memungkinkan timbulnya pernafasan
dan memungkinkan timbulnya pernafasan
paradoksal, hal ini terlihat adanya gerakan
paradoksal, hal ini terlihat adanya gerakan
dada minimal saat inspirasi dan tidak ada
dada minimal saat inspirasi dan tidak ada
udara keluar masuk jalan nafas.
udara keluar masuk jalan nafas.
4.
4.
Terjadi peningkatan frekuensi dan beban kerja Terjadi peningkatan frekuensi dan beban kerja diaphragm.diaphragm.
5.
5.
Tidak terlihat aktifnya otot abdominal dalam Tidak terlihat aktifnya otot abdominal dalam pernafasn dan tidak mampu batuk.6. Tidak kemampuan membersihkan jalan
6. Tidak kemampuan membersihkan jalan
nafas memungkinkan timbulnya
nafas memungkinkan timbulnya
microatelektasis dengan konsekuensinya
microatelektasis dengan konsekuensinya
tibul fibrosis atau jaringan scartissue paru
tibul fibrosis atau jaringan scartissue paru
7. Sebagian area colap setelah injury dan
7. Sebagian area colap setelah injury dan
ventilasi turun dan hypoxaemia.
ventilasi turun dan hypoxaemia.
8. Otot tidak mampu memenuhi kebutuhan
8. Otot tidak mampu memenuhi kebutuhan
pernafasan dan akibatnya meningkatkan
pernafasan dan akibatnya meningkatkan
frekuensi atau force (beban keja otot)
frekuensi atau force (beban keja otot)
meningkat pernafasan meningkat otot
meningkat pernafasan meningkat otot
Pengaruh posisi (sikap) thd
Pengaruh posisi (sikap) thd
pernafasan.
pernafasan.
Pada posisi tidur terlentang aksi diaphragm
Pada posisi tidur terlentang aksi diaphragm
dibantu oleh berat isi abdomen untuk inspirasi,
dibantu oleh berat isi abdomen untuk inspirasi,
karena pada paralise otot abdominal viseral akan
karena pada paralise otot abdominal viseral akan
turun kebawah depan. Diaphragm kebawah
turun kebawah depan. Diaphragm kebawah
masuk rongga perut dan daerah rongga dada
masuk rongga perut dan daerah rongga dada
bawah start kontraksi diaphragm (inspirasi)
bawah start kontraksi diaphragm (inspirasi)
terbatas karena mengangkat rusuk bagian
terbatas karena mengangkat rusuk bagian
bawah serta mengarah ke lateral.
bawah serta mengarah ke lateral.
Pada penelitian Vital capasity tetraplegi naik 6%
Pada penelitian Vital capasity tetraplegi naik 6%
bila posisi kepada semi fleksi 15o atau sama
bila posisi kepada semi fleksi 15o atau sama
posisi 15o extensi, tetapi pada posisi berdiri vital
posisi 15o extensi, tetapi pada posisi berdiri vital
capacity naik 45% maks .
Prinsip umum ft respirasi pada
Prinsip umum ft respirasi pada
spinal cord injury.
spinal cord injury.
1. Ft respirasi harus terukur pada pasien
1. Ft respirasi harus terukur pada pasien
rawat dng spinal cord injury, dimana otot
rawat dng spinal cord injury, dimana otot
pernafasan yg paralise akan melakukan
pernafasan yg paralise akan melakukan
force inspirasi untuk mencapai volume
force inspirasi untuk mencapai volume
pernafasan yg cukup padahal tidak
pernafasan yg cukup padahal tidak
mampu untuk force ekspirasi dengan
mampu untuk force ekspirasi dengan
meningkatkan tekanan intrathorak yg
meningkatkan tekanan intrathorak yg
lemah, vital capasity turun 30 %
lemah, vital capasity turun 30 %
dibandingakn sebelum injury akibat
dibandingakn sebelum injury akibat
peningkata kualitas terjadi pada minggu 3-5 dan
peningkata kualitas terjadi pada minggu 3-5 dan
naik setelah 5 bulan setelah edema berkurang
naik setelah 5 bulan setelah edema berkurang
dan spastisitas intercostal terjadi paradoksal,
dan spastisitas intercostal terjadi paradoksal,
mungkin karena reinervasi.
mungkin karena reinervasi.
Tujuan :
Tujuan :
1.
1.
Memobilisasi sputum dan mengeluarkan.Memobilisasi sputum dan mengeluarkan.2.
2.
Perbaikan jalan nafas.Perbaikan jalan nafas.3.
3.
Meningkatkan ventilasi dan perfusi paru.Meningkatkan ventilasi dan perfusi paru.4.
4.
Yg penting memelihara continuitas ft edukasi , Yg penting memelihara continuitas ft edukasi , supor, membantu keluarga untu perawatansupor, membantu keluarga untu perawatan
pernafasan.
Prophylactic treatment.
Prophylactic treatment.
1.
1.
Assesment frekuensi pernafasan, untuk Assesment frekuensi pernafasan, untuk efektifnya program ft.efektifnya program ft.
2.
2.
Pemeriksaan meliputi:Pemeriksaan meliputi:a. Riwayat pengobatan, pernafasan, cordiovas
a. Riwayat pengobatan, pernafasan, cordiovas
problem.
problem.
b. Periksa kemampuan gerak dasar, penglihatan,
b. Periksa kemampuan gerak dasar, penglihatan,
paradoksal mov, fungsi diaphagm.
paradoksal mov, fungsi diaphagm.
c.
c.
Kemampuan batuk, kekuatan otot abdoomen Kemampuan batuk, kekuatan otot abdoomen dan efisiensinya.dan efisiensinya.
d.
d.
Auskultasi. Sputum, whezeeng.Auskultasi. Sputum, whezeeng.e.
e.
Vital capasityVital capasityf.
f.
Gas darahGas darahg.
Breathing exercise.
Breathing exercise.
Tujuan:
Tujuan:
1.
1.
Memelihara pengembangan paru dan thorakMemelihara pengembangan paru dan thorak2.
2.
Meminimalis otot pernafasan yg tak aktif: apical, Meminimalis otot pernafasan yg tak aktif: apical, basal, lateral dan diphragm tiap hari dua kali.basal, lateral dan diphragm tiap hari dua kali.
3.
3.
Relaksasi yg comfort tanpa kelelahan.Relaksasi yg comfort tanpa kelelahan.4.
4.
Belajar bicara didepan kaca untuk feedback sensasiBelajar bicara didepan kaca untuk feedback sensasi5.
5.
Program latihan otot pernafasan dengan latihan Program latihan otot pernafasan dengan latihan tahanan untuk relaksasai dan pengembangantahanan untuk relaksasai dan pengembangan
thorak.
thorak.
6.
6.
Tujuan umum adalah meningkatkan kekuatan dan Tujuan umum adalah meningkatkan kekuatan dan daya tahan setelah kelelahan agar nilai cadangandaya tahan setelah kelelahan agar nilai cadangan
pernafasan meningkat dan pasien mampu bernafas
pernafasan meningkat dan pasien mampu bernafas
efektif untuk mengatasai problem yang mungkin
efektif untuk mengatasai problem yang mungkin
terjadi.
Posisioning dan Postural Drainage(PD)
Posisioning dan Postural Drainage(PD)
Frekuensi pengaturan posisi untuk mencegah
Frekuensi pengaturan posisi untuk mencegah
terlalu lama terjadi penekanan tumpuan dan
terlalu lama terjadi penekanan tumpuan dan
juga memperbaiki pernafasan.
juga memperbaiki pernafasan.
PD. Mengautur posisi yg membuat gravitasi
PD. Mengautur posisi yg membuat gravitasi
memudahkan mengalirkan sputum tidak
memudahkan mengalirkan sputum tidak
menumpuk di jln nafas tetapi menuju oral.
menumpuk di jln nafas tetapi menuju oral.
Posisi kepala semi ekstensi dan rotasi agar
Posisi kepala semi ekstensi dan rotasi agar
saluran nafas terbuka di daerah cervical atau
saluran nafas terbuka di daerah cervical atau
Forced expiration.
Forced expiration.
Pasien dengan paralise otot abdominal tidak mampu untuk
Pasien dengan paralise otot abdominal tidak mampu untuk
batuk efektif perlu dibantu untuk menjegah retensi sputum
batuk efektif perlu dibantu untuk menjegah retensi sputum
dan collap paru.
dan collap paru.
Normal batuk.
Normal batuk.
Singgle batuk dilatih teratur dengan deep inspirasi dengan
Singgle batuk dilatih teratur dengan deep inspirasi dengan
force expirasi dan menutup glotis diulang-ulang (widdicombe
force expirasi dan menutup glotis diulang-ulang (widdicombe
1980).
1980).
Efectifitas batuk juga dipengaruhi volume udara inspirasi yang
Efectifitas batuk juga dipengaruhi volume udara inspirasi yang
tinggi, penyempitan jalan nafas saat batuk dan kekentalan
tinggi, penyempitan jalan nafas saat batuk dan kekentalan
sputum (macklem ‘74)
sputum (macklem ‘74)
Spinal injury timbulkan keterbatasan volume respirasi sehingga
Spinal injury timbulkan keterbatasan volume respirasi sehingga
tidak mempunyai cadangan untuk mendorong sputum keluar
tidak mempunyai cadangan untuk mendorong sputum keluar
tanpa bantuan batuk .
tanpa bantuan batuk .
Secara normal batuk tidak dng force asalkan udara inspirasi
Secara normal batuk tidak dng force asalkan udara inspirasi
cukup tinggi dan recoil otot inspirasi kuat shingga otot
cukup tinggi dan recoil otot inspirasi kuat shingga otot
expirasi tidak perlu kerja keras.
Assited Coughing.
Assited Coughing.
Pasien dengan sebagian atau komplet
Pasien dengan sebagian atau komplet
paralise dari otot abdominal shg tidak
paralise dari otot abdominal shg tidak
mampu batuk efektif.
mampu batuk efektif.
Ft dapat mengajarkan fungsi maks otot
Ft dapat mengajarkan fungsi maks otot
abdominal yg paralise untuk batuk dengan
abdominal yg paralise untuk batuk dengan
creatifitasnya agar tekanan saat batuk
creatifitasnya agar tekanan saat batuk
meningkat baik bantuan fisioterapis,
meningkat baik bantuan fisioterapis,
Methode Assisted couging.
Methode Assisted couging.
Posisi pasien supine lying
Posisi pasien supine lying
.
.
1. Ft meletakkan tangan kanannya didada
1. Ft meletakkan tangan kanannya didada
samping atas kiri,
samping atas kiri,
dan tangan kiri di dada
dan tangan kiri di dada
bawah kanan sampin,
bawah kanan sampin,
kemudian
kemudian
meminta pasien inspirasi maksimal dan
meminta pasien inspirasi maksimal dan
saat
saat
batuk ft menekan kedua tangan
batuk ft menekan kedua tangan
untuk membatu meningkatkan tekanan
untuk membatu meningkatkan tekanan
2.Ft. tangan kanan dan kiri diletakkan didada
2.Ft. tangan kanan dan kiri diletakkan didada
bawah kanan dan kiri, methode sama diatas, jari
bawah kanan dan kiri, methode sama diatas, jari
tangan dilateroposterior.
tangan dilateroposterior.
3. Posisi kedua tangan ft telapak tangan diletakkan
3. Posisi kedua tangan ft telapak tangan diletakkan
dibawah xipoid.
dibawah xipoid.
Dua fisioterapis.
Dua fisioterapis.
4. Dua tangan diletekkan di dada samping kanan
4. Dua tangan diletekkan di dada samping kanan
atas dan bawah didepan ft dan ft yang lain sama
atas dan bawah didepan ft dan ft yang lain sama
dari sisi yg berbeda.
dari sisi yg berbeda.
5. Seperti nomor 4 hanya tangan diletakkan di
5. Seperti nomor 4 hanya tangan diletakkan di
seberang dada samping, atas dan bawah dan ft
seberang dada samping, atas dan bawah dan ft
yg lain sebaliknya dengan sedikit menekankan
yg lain sebaliknya dengan sedikit menekankan
lengan bawah ke dada pasien.
Posisi duduk.
Posisi duduk.
Pasien duduk di bed, kursi, kursi roda.
Pasien duduk di bed, kursi, kursi roda.
6. Fisioterapis dibelakang pasien dengan
6. Fisioterapis dibelakang pasien dengan
meletakan kedua tangan diperut pasien
meletakan kedua tangan diperut pasien
saling pegangan, pasien inspirasi maks
saling pegangan, pasien inspirasi maks
dan batuk bersamaan ft menekan perut
dan batuk bersamaan ft menekan perut
dan semi fleksi thrunk dengan mendorong
dan semi fleksi thrunk dengan mendorong
tubuh pasien kedepan dengan badan ftis.
tubuh pasien kedepan dengan badan ftis.
7. Self assisted. Pasien dengan tangan
7. Self assisted. Pasien dengan tangan
kanan membantu menekan perut saat
kanan membantu menekan perut saat
Frekuensi batuk.
Frekuensi batuk.
Untuk pasien yg mampu batuk dianjurkan
Untuk pasien yg mampu batuk dianjurkan
sesuai kebutuhan dan ada indikasi
sesuai kebutuhan dan ada indikasi
sputum.
sputum.
Untuk pasien lesi berat yg tidak mampu
Untuk pasien lesi berat yg tidak mampu
batuk sendiri dibantu bila ada sputum yg
batuk sendiri dibantu bila ada sputum yg
harus dikeluarkan dan latihan dilakukan
harus dikeluarkan dan latihan dilakukan
Ftis pada komplikasi respirasi
Ftis pada komplikasi respirasi
1.
1.
Proses ft: mulai assesment, menentukan Proses ft: mulai assesment, menentukanproblem utama, diagnosa, program, intervensi
problem utama, diagnosa, program, intervensi
dan evaluasi.
dan evaluasi.
2.
2.
Oksigen terapi indikasi bila gas darah tidak Oksigen terapi indikasi bila gas darah tidak normal, PaO2 < 90 mmHg. Oksigen terapinormal, PaO2 < 90 mmHg. Oksigen terapi
dapat diberikan dengan : kanul (slang),
dapat diberikan dengan : kanul (slang),
masker, tracheotomy dll.
masker, tracheotomy dll.
3.
3.
Humidifikasi , aerosol dllHumidifikasi , aerosol dll4.
4.
Mobilisasi sputum. Chest ft : PD, topotement, Mobilisasi sputum. Chest ft : PD, topotement, breathing dan couging (huffing) bersamaanbreathing dan couging (huffing) bersamaan
dengan fibrasi dan assisted presure couging.
dengan fibrasi dan assisted presure couging.
5.
Fisiopterapi pd pasien dng
Fisiopterapi pd pasien dng
respirator
respirator
1.
1.
Periksa keadaan atau kondisi pasien.Periksa keadaan atau kondisi pasien.2.
2.
Periksa peralatan yg digunakan.Periksa peralatan yg digunakan.3.
3.
Tentukan masalah utama.Tentukan masalah utama.4.
4.
Tentukan penyebab masalah utamaTentukan penyebab masalah utama5.
5.
Identifikasi methode pemecahan masalah Identifikasi methode pemecahan masalah penyebab utama.penyebab utama.
6.
6.
Pilih yang dapat dilakukan dengan Pilih yang dapat dilakukan denganpertimbangan peralatan yg dipakai tidak
pertimbangan peralatan yg dipakai tidak
terganggu.
Bagging (kantong berisi air)
Bagging (kantong berisi air)
Pada pasien hyperinflation = pengembangan perut thorak
Pada pasien hyperinflation = pengembangan perut thorak
berlebih dapat diberikan beban pada abdominal dengan
berlebih dapat diberikan beban pada abdominal dengan
beban 2 liter air atau elastik bandage sebagai PEEP
beban 2 liter air atau elastik bandage sebagai PEEP
(peak end expiartory presure) atau dengan ambu bag
(peak end expiartory presure) atau dengan ambu bag
atau ambu PEEP . Bag diharapkan sebagai stimulasi
atau ambu PEEP . Bag diharapkan sebagai stimulasi
batuk dan mobilisasi secret dengan peningkatan
batuk dan mobilisasi secret dengan peningkatan
ekspirasi . Dilakuak dalam durasi 15-20 min. disamping
ekspirasi . Dilakuak dalam durasi 15-20 min. disamping
untuk mengatasi bronkopsm dengan cara inspirasi pelan
untuk mengatasi bronkopsm dengan cara inspirasi pelan
dengan beban bag shg inspiasi sebagian dan saat
dengan beban bag shg inspiasi sebagian dan saat
ekspirasi bag membantu dengan cepat sehingga mampu
ekspirasi bag membantu dengan cepat sehingga mampu
mendorong sputum, dan juga sebagai mobilisasi thorak
mendorong sputum, dan juga sebagai mobilisasi thorak
dan sputum dengan ekspirasi cepat (spontan).
Suctioning.
Suctioning.
Dilakukan untuk menjegah bradikardi selama
Dilakukan untuk menjegah bradikardi selama
suction dilakukan harus cukup oksigen pasien,
suction dilakukan harus cukup oksigen pasien,
Gunakan kateter suction seperti indotrache
Gunakan kateter suction seperti indotrache
cube.Suction diharapka menstimulasi batuk atau
cube.Suction diharapka menstimulasi batuk atau
disertai batuk untuk mobilisasi scret. Repetisi
disertai batuk untuk mobilisasi scret. Repetisi
dilakukan selama 3-5 detik, dengan
dilakukan selama 3-5 detik, dengan
intensitas………….
intensitas………….
Parengeal suction akan merangsang syaraf
Parengeal suction akan merangsang syaraf
sympatis (N. vagus) menimbulkan aktif sympatik
sympatis (N. vagus) menimbulkan aktif sympatik
dan menyebabkan bradicardi dan henti jantung
dan menyebabkan bradicardi dan henti jantung
dan henti nafas ( vagal reflek). Atropin berfungsi
dan henti nafas ( vagal reflek). Atropin berfungsi
menaikan nadi untuk menjegah bradicardi (vagal
menaikan nadi untuk menjegah bradicardi (vagal
reflek).
Head injury.
Head injury.
Fisioterapi menyesuaikan untuk menjegah
Fisioterapi menyesuaikan untuk menjegah
peningkatan tekanan intracranial pada
peningkatan tekanan intracranial pada
pasien head injury, contoh saat batuk,
pasien head injury, contoh saat batuk,
sucking. Perlu diskusi staf medic untuk
sucking. Perlu diskusi staf medic untuk
mengatasi masalah-masalah pasien yang
mengatasi masalah-masalah pasien yang
tidak kooperatif, yang utama mejegah
tidak kooperatif, yang utama mejegah
Fraktur tulang rusuk.
Fraktur tulang rusuk.
Pada kasus patah tulang rusuk yg perlu
Pada kasus patah tulang rusuk yg perlu
dijaga jangan terjadi pneumothorak,
dijaga jangan terjadi pneumothorak,
paradoksal movement sebagiab dari
paradoksal movement sebagiab dari
sangkar thorak.
sangkar thorak.
Fat emboli.
Fat emboli.
Pada kasus patah tulang panjang
Pada kasus patah tulang panjang
memungkinkan terjadinya fat emboli
memungkinkan terjadinya fat emboli
pembekuan darah meningkat, gas darah
pembekuan darah meningkat, gas darah
turun dan perdarahan mata, oksigen
turun dan perdarahan mata, oksigen
Gagal nafas pada pasien dewasa
Gagal nafas pada pasien dewasa
(Respiratory distress syndrom)
(Respiratory distress syndrom)
Fisioteri menjegah edema paru dan komplikasi
Fisioteri menjegah edema paru dan komplikasi
paru lainnya dan gangguan sirkulasi.
paru lainnya dan gangguan sirkulasi.
Sekian
Sekian
fisioterapi respirasi
fisioterapi respirasi
spinal cord injury.
Sinusitis.
Sinusitis.
•
Biasanya menyertai rhinitis.Biasanya menyertai rhinitis.•
Selaput hidung imflamasi ganggu saluran nafas.Selaput hidung imflamasi ganggu saluran nafas.•
Ciri-ciri hampir sama rhinitis.Ciri-ciri hampir sama rhinitis.•
Sinus berada dalam tulang.Sinus berada dalam tulang.•
Komplikasi: Osteomyelitis, thrombophlebitis sinus Komplikasi: Osteomyelitis, thrombophlebitis sinus cavernosus, cellulitis orbita, miningitis, abses otak cavernosus, cellulitis orbita, miningitis, abses otak•
Pada masa acut sinus penuh mukus timbulkan Pada masa acut sinus penuh mukus timbulkan empyema.empyema.
Rumus test 6 menit wolk test.
Rumus test 6 menit wolk test.
(0,06Xjarak tempuh(meter)-(0,104 X Usia(th)
(0,06Xjarak tempuh(meter)-(0,104 X Usia(th)
+(0,052X Berat Badan(kg) + 2,9 : 3,5 =
+(0,052X Berat Badan(kg) + 2,9 : 3,5 =
0,06 jarak tempuh – 0,104 usia +0,052 BB +2,9 : 3,5 = mets.
0,06 jarak tempuh – 0,104 usia +0,052 BB +2,9 : 3,5 = mets.
Contoh: Tuan A.
Contoh: Tuan A.
Umur :61 th, B B :71,5 Kg, TB: 170 Cm
Umur :61 th, B B :71,5 Kg, TB: 170 Cm
Jarak tempuh selama 6 menit= 523 m
Jarak tempuh selama 6 menit= 523 m
(0,06x523)-(0,104x61)+(0,052X71,5)+2,9
(0,06x523)-(0,104x61)+(0,052X71,5)+2,9 = = 9,04 Mets.9,04 Mets.