• Tidak ada hasil yang ditemukan

Healthcare Garden Sebagai Theraupetic L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Healthcare Garden Sebagai Theraupetic L"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

“Healthcare Garden” SebagaiTheraupetic Landscape Dalam Upaya Mencegah Gangguan Kesehatan Mental di Perkotaan

Diki Nurul Huda– 1606901306

Departmen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Indonesia, Depok

diki.nurul@ui.ac.id

Abstract

The city is one form of ecological system that is complex, dynamic, and dominated by humans. The city is a region that has a high population density, the results of studies have shown that urba n ecology and mental health disorders there is a tendency prevalence and symptoms of general mental disorder is more prevalent in urban areas. Some of the factors that cause it are lack of social support, physical environment, and stressful life in urban a reas. Healthcare garden is a solution offered to answer the problems associated with mental health disorders with the basis of theraupetic landscape concept. In research, the method used is litelature review so that it can compile theories to be used as the criteria determined for the manufacture of healthcare garden as a preventive effort of mental health disorders in urban areas.

Keywords: Theraupetic Landscape, Healthcare Garden, Mental Health Disorders, Urban Ecology

Abstrak

Kota merupakan salah satu bentuk sistem ekologi yang kompleks, dinamis, dan didominasi oleh manusia. Kota merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa ekologi urban dan gangguan kesehatan jiwa terdapat kecenderungan prevalensi dan gejala-gejala gangguan mental umum lebih banyak terjadi di perkotaan. Beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu kurangnya dukungan sosial, suasana lingkungan fisik, serta kehidupan yang penuh stress di kawasan perkotaan. Healthcare garden merupakan solusi yang ditawarkan untuk menjawab permasalahan terkait dengan gangguan kesehatan mental dengan didasari oleh konsep theraupetic landscape. Dalam penelitian, metode yang digunakan yaitu litelature review sehingga dapat mengkompilasi teori-teori untuk dijadikan dasar sebagai kriteria-kriteria yang ditentukan untuk pembuatan healthcare garden sebagai upaya preventif terjadinya gangguan kesehatan mental di wilayah perkotaan.

Kata Kunci: Theraupetic Landscape, Healthcare Garden, Gangguan Kesehatan Mental, Ekologi Perkotaan

Pendahuluan

(2)

kemiskinan, suasana lingkungan fisik, serta kehidupan yang penuh stres di wilayah perkotaan.

Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) atau SDGs, yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari Tujuan Pembangunan Milenium atau MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015. Satu dari 17 tujuan SDG menyangkut kesehatan tersebut yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia. WHO dalam konstitusinya mendefinisikan kesehatan sebagai kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kecacatan. Definisi ini menunjukan bahwa kesehatan mencakup tiga dimensi, yaitu aspek fisik, kesehatan, mental, dan sosial (Caplan et al. Dalam Sriningsih, 2013).

Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Prevalensi gangguan mental pada populasi penduduk dunia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 memperoleh data gangguan mental sebesar 12%, tahun 2001 meningkat menjadi 13%. Tahun 2002 hasil survei menunjukkan bahwa 154 juta orang secara global mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia, 15 juta orang berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang, 50 juta orang menderita epilepsy dan sekitar 877.000 orang meninggal karena bunuh diri tiap tahunnya. Diprediksikan pada beberapa dekade kedepan akan terjadi peningkatan prevalensi pada negara-negara berkembang. Kondisi kesehatan mental di negara Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan pada tahun 2007 angka rata-rata nasional gangguan mental emosional (cemas dan depresi) pada penduduk usia 15 tahun adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk. Sedang gangguan jiwa berat rata-rata sebesar 0,46% atau sekitar 1 juta penduduk lebih tinggi.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, diperlukan suatu konsep untuk merekayasa ekologi agar masalah gangguan kesehatan mental di wilayah perkotaan akibat faktor ekologi urban (urban ecology) setidaknya dapat diminamisir.

Theraupetic Landscape

Sejak munculnya konsep ‘theraupetic landscape’, yang dipelopori dalam geografi kesehatan, telah muncul bukti kuat untuk mendukung pengamatan bahwa lanskap dapat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan (Rose, 2012). Gagasan awal dari theraupetic landscape sebagai tempat fisik dengan asosiasi penyembuhan yang digunakan orang untuk melakukan perawatan atau penyembuhan baik itu fisik, psikologis atau spiritual telah banyak berkembang selama 20 tahun terakhir. Saat ini, konsep theraupetic landscape dibangun atas lanskap fisik yang bersifat alami, lingkungan sosial dan simbolisnya, serta atas pikiran (mind). Menurut Gesler,

Theraupetic landscape merupakan konsep yang mencakup pengaturan atau situasi

(3)

Salah satunya yaitu Cooper Marcus dan Barnes (1999 dalam Bengtsson, 2014) dalam penelitiannya ia menunjukan tiga aspek yang mampu memperjelas bagaiamana konsep healthcare garden yang dipadukan dengan lingkungan dapat mengoptimalkan fungsi ruang sebagai penerapan konsep theraupetic landscape yaitu 1) Relief from physical; 2) stress reduction; 3) improvement of the overall

sense of well-being. Potensi healthcare garden untuk dijadikan sebagai sarana

untuk mengoptimalkan pencegahan gangguan kesehatan mental, kita perlu mempertimbangkan aspek desain yang berhubungan dengan pengalaman pasif lingkungan serta kegiatan di lingkungan. Pada penelitian ini, istilah 'taman kesehatan' merujuk pada potensi unik untuk mempromosikan kesehatan lingkungan akan sering digunakan.

Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkompilasi teori-teori yang telah terbukti memiliki implikasi untuk mengkonsep dan merancang “healthcare

garden” sebagai penerapan theraupetic landscape dalam upaya pencegahan

terjadinya gangguan kesehatan mental. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu adalah litelature review yaitu menelaah berbagai sumber pustaka mengenai theraupetic landscape, healtcare

garden, dan gangguan kesehatan mental. Dengan menggunakan metode ini

bertujuan untuk mendapatkan memperkuat konsep yang akan dibangun mengenai

“healthcare garden” berdasarkan teori-teori yang memiliki relevansi agar dapat

dilakukan. Pembahasan

Konsep Segitiga Daya Dukung Lingkungan dan Relasinya dengan Gradient of Challenge

(4)

Konsep daya dukung linkungan akan memiliki pengaruh terhadap gradient of

challange (kesehatan tinggi, kesehatan rendah), ketika ruang dalam taman memiliki

keterlibatan aktif dimana terdapat unsur-unsur ekologis yang bersifat alamiah, terapi hortikultura, dan kondisi aktivitas sosial yang dibangun, hal tersebut akan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kondisi kesehatan seseorang menjadi tinggi (high well-being). Sebaliknya, ketika ruang dalam taman hanya memiliki keterlibatan pasif, hanya memunculkan pengalaman alam dan kontemplasi maka pengaruh terhadap penurunan kondisi kesehatan seseorang menjadi rendah (low

well-being)

Berlandaskan konsep-konsep tersebut, maka disusunlah kriteria-kriteria dalam menentukan pembuatan healthcare garden sebagai upaya penerapan theraupetic

landscape agar dapat mencegah terjadinya gangguan mental yaitu:

Kontak dengan Kehidupan di Sekitarnya (Contact With Surrounding Life) Salah satu faktor penyebab rendahnya mutu kesehatan mental menurut Hadjam (2005) yaitu adalah ditinggalkannya nilai-nilai kearifan lokal. Kearifan lokal adalah sumber nilai beretika. Hidup dengan keragaman, damai, toleran, penuh maaf, harmonis dengan lingkungan. Dengan konsep healthcare garden ini memungkinkan individu yang datang untuk menjalin interaksi dengan kehidupan sekitarnya, hal ini dapat mendorong tumbuhnya cinta terhadap kearifan lokal sehingga salah satu faktor penyebab rendahnya mutu kesehatan mental dapat di antisipasi. Kontak dengan kehidupan disekitarnya juga memungkinkan untuk seseorang terlibat dalam kehidupan yang terjadi di sekitarnya, misalnya hewan peliharaan, orang, lalu lintas dan kehidupan kota atau komunitas sehingga dapat terbentuk interaksi (Bengtsson dan Carlsson, 2006, 2013; Rodiek, 2008).

Gambar 3. Kontak dengan Kehidupan Sekitar, Pemandangan Nursing Home

(5)

Kesempatan Sosial (Social Opportunities)

Terdapat ruang yang memiliki fungsi untuk hiburan dan kesenangan di mana seseorang bisa bertemu dengan orang lain (Bengtsson dan Carlsson, 2006, 2013;Grahn dkk., 2010). Ada tanaman dan hal yang harus didiskusikan. Healthcare

garden dirancang dengan memiliki tempat untuk pertemuan informal (Cooper

Marcus, 2007). Ada kemungkinan untuk bersosialisasi dengan cara yang berbeda. Misalnya, tempat dimana banyak orang bisa berkumpul, tempat bagi pengguna dan pengunjung untuk bisa bertemu, dan tempat-tempat yang ditawarkan kemungkinan untuk berinteraksi dengan orang-orang (Bengtsson dan Carlsson, 2013)

Gambar 4. Ruang Taman Lingkar Perpustakaan Universitas Indonesia menciptakan Kesempatan Sosial

Simbolisasme (Symbolism)

(6)

Gambar 5. Pohon Sebagai Simbolisasi Alam

Pemandangan (Prospect)

Konsep healtcare garden harus memunculkan pemandangan lanskap yang natural dengan menyediakan ruang terbuka hijau dan pemandangan alam, tanaman hijau yang dikelola dengan baik (Bengtsson dan Carlsson, 2006, 2013; Grahn et al., 2010).

Gambar 6. Taman Universitas Indonesia memunculkan Pemandangan Ruang Terbuka Hijau

(7)

Konsep heathcare garden sebagai theraupetic landscape dapat digunakan untuk merekayasa ekologi perkotaan (urban ecology) dengan memiliki kondssep dasar yang mencakupi aspek lingkungan fisik, psikologi, dan sosial terkait penyembuhan

(healing). Rekayasa ekologi perkotaan disini diwujudkan dalam penyediaan Hutan

Kota dan Taman Kota sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang harus dilakukan pembaharuan yaitu dibangun tidak hanya dalam bentuk fisik saja, pembangunan tersebut harus melibatkan aspek psikologi, sosial, dan emosi berdasarkan kriteria-kriteria yang telah disusun dengan konsep healtcare garden. Dengan demikian, diharapkan pembangunan Hutan Kota dan Taman Kota diharapkan akan mengacu terhadap konsep tersebut, sehingga dapat memiliki pengaruh yang besar agar masyarakat yang memiliki risiko gangguan kesehatan mental dapat berkunjung dapat menemukan lingkungan yang membuat dirinya merasa aman dan tenang baik dari segi fisik, sosial, dan psikologinsnya dengan demikian akan memberikan dampak berupa proses penyembuhan (healing) baik secara langsung maupun tidak langsung.

Saran

Dalam penelitian ini hanya dilakukan dalam bentuk litelature review, sehingga harus diperkuat dengan bukti empiris. Oleh karena itu, diharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap pembuktian empiris dari kriteria-kriteria yang menjadi komponen dasar healtcare garden sebagai penerapan konsep

theraupetic landscape.

Referensi

[1] Bengtsson, A., Carlsson, G., 2013. Outdoor environments at three nursing homes:qualitative interviews with residents and next of kind. Urban For. Urban Green.12 (3), 393–400.

[2] Hadjam, M.N.R. 2005. Keterampilan Psikologis dalam Mewujudkan Kesehatan Mental. Universitas Gadjah Mada.

[3] Harsiti. 1992. Pusat Analisis Ekologi Perkotaan. Perpustakaan Universitas Indonesia

[4] Grahn, P., Stigsdotter, U., 2010. The relation between perceived sensory dimen-sions of urban green space and stress restoration. Landsc. Urban Plann. 94 (3–4),264–275.

[5] Pratiwi, Yunita Satya. Ekologi Daerah Urban (Perkotaan) dan Gangguan Kesehatan Jiwa. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Vol. VIII No.1 Jan 2016

[6] Rodiek, S., 2008. A new tool for evaluating senior living environments. Sr. Hous. CareJ. 16 (1), 3–9.

[7] Rose, Emma. “Encountering place: A psychoanalytic approach for

understanding how theraupetic landscape benefit health and welllbeing” Health

and Place vol.18 pp 1381-1387, 2012.

[8] Sriningsih. 2010. Problem Kesehatan Mental Masyarakat Pedesaan

Gambar

Gambar 1. The Triangle Supporting of Envronment dan Relasinya dengan Gradient of Challenge
Gambar 3. Kontak dengan Kehidupan Sekitar, Pemandangan Nursing Home Garden di Swedia
Gambar 4. Ruang Taman Lingkar Perpustakaan Universitas Indonesia menciptakan Kesempatan Sosial
Gambar 5. Pohon Sebagai Simbolisasi Alam

Referensi

Dokumen terkait

Entrepreneurship Education Laboratory (EEL) merupakan laboratorium Entrepreneur- ship terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan pembelajaran Kewirausahaan baik

Untuk dermaga jamrud yang terdiri dari jamrud utara dan jamrud selatan terdapat tiga titik di sisi darat yaitu BD-1 sampai BD-3 dan empat titik di sisi laut yaitu BL-1 sampai

Dengan mempertimbangkan persyaratan pembuangan sampah di bawah MARPOL Annex V yang diadopsi oleh resolusi MEPC.201(62), skema klasifikasi untuk kargo curah padat untuk

Status Kecemaran Tanah oleh Kadmium pada Lahan Budidaya Sawi Putih (Brassica chinensis L.) di Sentra Produksi Hortikultura Lembang, Jawa Barat.. Dibimbing oleh

Dan yang ditanyakan adalah luas  PQR , maka dalam hal ini siswa akan terkecoh dalam menentukan sisi mana yang dipakai sebagai alas segitiga, karena kalau kita lihat

Hasil analisis komponen utama (prin- cipal component analysis/PCA) (Gam- bar 6.) terhadap parameter fisika-kimia- biologi penyusun habitat yang mem- pengaruhi kelimpahan polychaeta

Teknik yang digunakan untuk pengamanan informasi pada Steganografi dengan menyembunyikan informasi dengan metode tertentu ke dalam media digital agar perbedaannya

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru RSMABI di Kota