• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENJELASAN SISWA KELAS ENAM INDONESIA TE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENJELASAN SISWA KELAS ENAM INDONESIA TE"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENJELASAN SISWA KELAS ENAM INDONESIA TERHADAP ARAH MATA ANGIN PADA PETA DATAR DAN GLOBE, ROTASI BUMI YANG MENYEBABKAN SIANG DAN MALAM DAN POSISI RELATIF BUMI, BULAN DAN MATAHARI PADA SAAT GERHANA

BULAN DAN MATAHARI

oleh: Surachman Dimyati

Abstract

The purpose of the study was to elicit and analyze sixth grade students’ explanations

concerning concepts taught in the national Indonesian sixth grade science curriculum. In this study; students were asked to identify the cardinal directions on flat maps and a globe; to describe what causes night and day on the earth; to identify the direction of

the earth’s rotation; and to identify the relative positions of the earth, sun, and the moon

during either a solar or lunar eclipse.

The findings in the study can be summarized as follows.

1. Eighty out of 88 students (91%) were able to explain what causes night and day. 2. Approximately 50% could identify the direction the earth rotates to cause night and day.

3. Using a solar system model, about 64% of the students could describe the relative position of the earth, sun, and moon during an eclipse.

4. Cultural differences affect student thinking. One student thought that Mecca had to be west of everywhere, not just west of Indonesia.

5. The way teachers teach seems to influence student thinking. It is easy for students to form the misconception that up is north. Most maps in classrooms are hung vertically. 6. Some students were confused by the globe. Teachers need to explain why the globe is tilted. Also, they need to help students understand how to determine the cardinal directions on the

globe.

More research is needed to determine what is needed to help students truly understand these concepts and to determine whether these concepts are best taught at the

elementary level.

Key Words: Arah, peta, globe, rotasi bumi, gerhana

PENDAHULUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan dan menganalisis pemahaman siswa kelas

enam sekolah dasar dalam mengidentifikasi arah mata angin (utara, timur, selatan, barat)

pada peta datar dan globe; serta kemampuan mereka menjelaskan rotasi bumi dikaitkan

(2)

bumi, bulan dan matahari pada gerhana bulan atau matahari. Semua kemampuan dan

(3)

mendokumentasikan penjelasan siswa terhadap dua konsep utama berikut ini:

1. Siang dan malam disebabkan oleh adanya rotasi bumi pada porosnya..

a. Bumi memerlukan waktu 24 jam untuk berotasi satu kali putaran.

b. Bumi berotasi menuju arah timur.

c. Matahari berada di belakang bumi pada waktu malam.

2. Gerhana

a. Bulan beredar mengelilingi bumi dan pada waktu yang bersamaan keduanya juga

mengelilingi matahari, karena itu pada posisi tertentu terjadilah gerhana.

b. Gerhana bulan terjadi jika matahari, bumi, bulan berada pada posisi garis lurus yang

menyebabkan bulan tertutup bayangan bumi.

c. Gerhana matahari terjadi jika matahari, bulan, dan bumi berada pada posisi garis

lurus yang menyebabkan cahaya matahari yang menuju bumi terhalang oleh bulan.

Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut:

1. Dapatkah siswa mengindentifikasi empat arah mata angin (utara, timur, selatan, barat)?

a. Pada peta datar?

b. Pada globe?

2. Dapatkah siswa mengidentifikasi penyebab terjadinya siang dan malam ?

a. Apakah mereka dapat menjelaskan bahwa siang dan malam disebabkan oleh perputaran

bumi

Pada porosnya?

b. Apakah mereka dapat menunjukkan arah ke mana bumi berotasi?

c. Dapatkah mereka menjelaskan berapa lama bumi berotasi sekali putaran penuh?

d. Dapatkah mereka menjelaskan dimana matahari pada waktu malam hari?

3. Dengan menggunakan model gerhana, dapatkah siswa menjelaskan/menunjukkan posisi

bumi,

matahari, dan bulan ketika gerhana bulan atau gerhana matahari?

4. Apakah kesalahan konsep yang terjadi dalam kaitan konsep sains dalam penelitian ini?

(4)

Banyak anak-anak di berbagai tempat di dunia ini mengalami kesulitan untuk memahami

Konsep isi ke konsep sains yng diajarkan di sekolah. Banyak dari hasil penelitian yang

menunjukkan adanya gambaran masalah yang sangat jelas pada anak-anak dalam memahami

konsep-konsep sains.[Driver 1983, 1989, Driver & Oldham, 1986, Linn, 1987].

Para siswa mengalami kesulitan dalam pengajaran konsep secara formal jika siswa tidak

pada tahapan formal reasoning dan mereka memerlukan model yang nyata atau memegang

benda

yang sebenarnya untuk benar-benar mengerti. Nelson [1991] menyatakan implikasi dari

penelitian

yang telah dilakukan Hall yang menyatakan bahwa anak-anak tidak pernah secara

sepenuhnya bebas

dari kesalahan konsep. Hall menyatakan bahwa apresiasi terhadap ‘isi pikiran’ anak-anak

adalah

yang terbaik sangat terbatas. Penelitian terhadap anak-anak mengenai pemahaman mereka

terhadap

api, Hall menggambarkan bahwa konsep matahari yang dipegang anak-anak benar-

benar ‘kacau

dan tidak membantu’. [Hall & Browne, 1903, p. 78]. Estimasi yang rendah terhadap

kemampuan

anak-anak dalam menerangkan dan menginterpretasikan sesuatu menggiring Hall

menggunakan

pendekatan “penelitian yang alami” dalam sains sekolah dasar dengan pengajaran yang

menekankan

pada penamaan benda-benda.

Menurut Smith [1963], Hall menyatakan bahwa, secara akal seorang anak “seharusnya

dipandang dari sisi keterbatasannya bukan dari kemampuannya” [p.202]

Penelitian menunjukkan bahwa individu membentuk teori informal yang ia gunakan untuk

menerangkan bebagai phenomena alam. Sering kali teori informal ini dimaksudkan sebagai

(5)

konsep. [Helm & Novak, 1983], alternative pemikiran (Drive, 1981), prakonsep/pengetahuan

(6)

dan “pemikiran alternativ” digunakan dalam penelitian ini. Ini berdasarkan asumsi bahwa

pemahaman

awal tidak semestinya dipandang sebagai suatu kesalahan konsep bagi evaluator yang lain.

Konsep alternativ diketahui sangat penting pada anak-anak pada berbagai tingkatan kelas

tanpa memandang

proses pengajarannya. Konsep-konsep alternatif yang dimiliki anak-anak merupakan refleksi

kelemahan dalam proses pengajaran atau kelemahan pengajaran sains atau kelemahan

kurikulum yang dilakukan untuk mengatasi kesalahan anak-anak tapi berdasarkan konsep

mereka sendiri. Anak-anak

membawa pengetahuan yang ada dalam pikirannya dan malah sering kesalahan pengertian

dan pengetahuan sains ke dalam kelas. Kebanyakan guru tidak menyadari bagaimana pesepsi

anak-anak,

atau para guru tidak tahu begaimana menggunakan cara yang efektif untuk mengatasi hal ini.

(Adeniyi, 1985)

Kesalahan konsep anak-anak ini mempengaruhi cara mereka belajar. Daripada membentuk

pengertian dan pemahaman yang baru, seharusnya kesalahan konsep yang ada harus dibuang

atau

dimodifikasi. Karena itu pemahaman awal anak-anak mengenai sains haruslah dikenal dan

dimengerti

oleh praktisi pengajar maupun pengembang kurikulum.

Penelitian ini menggunakan pendekatan interpretasi untuk melihat konsep yang dipahami

anak-anak terhadap konsep mata angin serta konsep-konsep astronomi seperti yang telah

diuraikan sebelumnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kota Bangkalan. Kota ini terletak 25 km sebelah utara kota

Surabaya, kota kedua terbesar di Indonesia. Sampel kecil sekitar 100 siswa dilibatkan.

Dana dan kemampuan tidak memungkinkan untuk meneliti semua siswa kelas 6 sekolah

(7)
(8)

satu kota, namun lima lokasi yang berbeda dipilih untuk memberikan sample masyarakat yang

lebih luas.

Konsep pengetahuan yang dipilih dalam penelitian ini merupakan bagian utama yang diambil

karena materi ini biasanya diajarkan pada saat itu sebelum interview dilakukan. Karena

itu konsep tersebut relatif masih segar bagi para siswa, dan ingatan hilangnya karena

jangka waktu lama mestinya bukan merupakan halangan yang berarti. Dalam penelitian

ini setiap siswa diinterview dua kali selama selang waktu dua minggu. Interview pertama

dilakukan hanya semata menggunakan interaksi secara verbal, menggunakan interaksi secara

verbal, dengan pengecualian beberapa siswa menjelaskan dengan menggambar pada secarik

kertas. Dalam interview berikutnya, globe, peta datar, dan model gerhana mengambil peran

yang penting. Dalam interview yang kedua para siswa memanipulasi model ketika mereka

mendemonstrasikan konsep utama yang berkaitan dengan arah mata angin. Pergerakan bumi

dan gerhana bulan atau matahari.

Penggunaan interview individual diterima secara luas yang bertujuan untuk menggali

pendapat anak-anak tentang konsep sains. Kesalahan konsep dapat diidentifikasi dengan

membandingkan pendapat anak-anak dengan konsep yang telah digariskan dalam kurikulum.

Penelitian ini merupakan studi eksplorasi, bertujuan mengindentifikasi ketidak cocokan

antara apa yang diharapkan dalam kurikulum dengan apa yang sebenarnya dipahami anak-

anak. Penelitian ini tidak dimaksudkan untuk membuat sampel terhadap total populasi siswa

kelas enam seluruh Indonesia. Dengan keterbatasan yang ada, hanya sampel terbatas

sebanyak sepuluh sekolah dari satu kota di Indonesia yang digunakan. Karena itu tidak

mungkin bisa digeneralisasikan dari sampel yang kecil ini ke dalam seluruh populasi secara

nasional. Tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan gambaran sejauh mana para siswa

dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan konsep-konsep dan keterampilan yang baru

mereka pelajari dalam kurikulum sains. Peneliti melakukan sendiri interview ini. Peneliti

adalah penduduk asli Indonesia, sudah mengenal dengan baik para siswa dan keberadaan

sekolah dasar di Indonesia.

Pada kurikulum sekolah dasar tahun 1994, pelajaran sains diajarkan mulai kelas tiga hingga

kelas enam. Bumi dan penomena yang terkait yang merupakan focus penelitian ini diajarkan

(9)

Tujuan instrusional kurikulum tahun 1994 pelajaran sains di kelas enam mengenai solar

sistem menguraikan masalah pergerakan bumi dan posisi bumi, bulan serta matahari

pada saat gerhana bulan dan matahari (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia 1995. p. 86)

Hasil penelitian akan memberikan informasi yang mungkin dapat membantu kepada

pemerintah Indonesia, pengelola, dosen, guru dan penulis buku. Hasil penelitian in juga akan

menambah pertumbuhan literatur riset internasional sehubungan dengan kesalahan konsep

siswa sekolah dasar pada konsep sains.

Lebih lanjut, jika konsep belajar dapat ditingkatkan pada tingkat sekolah dasar, para siswa

akan memiliki dasar yang lebih baik untuk mempelajari konsep yang abstrak yang akan

mereka pelajari di SLTP dan SLTA.

Mengerti bagaimana siswa secara individu memahami konsep tertentu akan membantu

strategi belajar mereka. Hal ini akan memberikan suatu strategi belajar yang mungkin

bermanfaat bagi para guru dan siswa.

Menurut pandangan konstruktifist, belajar menrupakan proses aktif bagi pembelajar

membentuk pengetahuan yang berdasarkan pengetahuan sebelumnya. Pengetahuan awal

yang dimiliki siswa tidak hanya mempengaruhui penerimaan dalam berbagai situasi, namun

juga mempengaruhi bagaimana pengalaman-pengalaman baru yang diinterprestasikan, karena

itu pengetahguan tidak hanya sekedar diberikan guru terhadap murid, namun haruslah

secara aktif dibentuk oleh anak-anak atau pembelajar sesuai dengan cara berpikirnya. (Von

Glaserfeld, 1991).

Lebih lanjut Lythcott dan Duschi, (1990), menyatakan bahwa banyak penelitian yang

mendukung pendapat pandangan konstruktifist bahwa: (1) anak-anak membentuk konsep

mereka sendiri terhadap phenomena alam, (2) konsep-konsep ini sering kali berbeda dengan

konsep sains yang benar dan (3) anak-anak sukar sekali mengubahnya dengan konsep sains

yang benar melalui tambahan pengajaran.

Sejumlah penelitian menyarankan beberapa strategi yang mungkin dapat membantu para

siswa meningkatkan pemahaman konsep. Pertama, berilah kesempatan pada anak-anak

mengutarakan apa yang diketahuinya. Di kelas anak-anak didorong untuk menulis dan

(10)

menghayati pengalaman yang mereka miliki dan menemukan kekurangannya. Pertanyaan

yang kritis (Socratic questioning) dan diskusi diantara mereka dapat membantu anak-anak

menyelesaikan masalahnya, yang mungkin anak-anak tidak puas dengan apa yang mereka

ketahui hingga mereka memerlukan pengatahuan yang baru. Dan ketiga, mendorong anak-

anak mengungkapkan berbagai kosep. Jika anak-anak menghadapi sesuatu yang tidak

sesuai, maka mereka akan mempertimbangkan berbagai kemungkinan pemecahannya

dengan cara yang koheren. Akhirnya, berilah kesempatan pada anak-anak mempraktekkan

pengetahuannya dalam berbagai situasi agar menghasilkan konsep yang bermakna. Konsep

yang bermakna berarti bahwa anak-anak dapat mempraktekkan apa yang mereka ketahui ke

dalam konteks yang baru dan mencari kaitan antara konsep dan pengetahuan. (Driver, 1985).

ANALISIS DATA

Data yang diperoleh dianalis sebagai berikut;

1. Dari catatan interview dan trankrip audio, dibuat suatu table atas jawaban serta

penjelasan siswa. Jawaban siswa dikelompokkan ke dalam benar dan salah. Jawaban yang

benar diberi skor 1, dan jawaban yang salah diberi skor 0. Penilaian benar dan salah

berdasarkan atas konsep-konsep yang tercantum dalam kurikulum nasional dan buku teks

yang digunakan.

2. Transkrip dibuat dari rekaman wawancara dengan guru. Biografi guru seperti pengalaman

mengajar, juga dikumpulkan sebagai data pelengkap seperti halnya juga pada murid-murid.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Semua 4 guru yang diinterview mengatakan bahwa beban mengajar mereka sangat berat.

Katanya, ini disebabkan bahwa mereka harus mengulang materi ditahun-tahun sebelumnya

untuk menghadapi EBTANAS.

Kebanyakan dari guru-guru ini menggunakan metode ceramah. Tiga dari empat guru itu

(11)

model solar system, model gerhana, dan globe. Salah seorang guru mengatakan bahwa dia

(12)

perlu penataran tentang penggunaan alat-alat peraga tersebut. Sebagian alat-alat untuk

mengajarkan konsep astronomi tidak dapat digunakan.

Ketika menjajagi kemungkinan adanya miskonsepsi yang mereka miliki, hanya satu kesalahan

konsep muncul. Matahari ada di sebelah barat pada waktu malam. Namun sebagian besar

pertanyaan penjajagan terhadap pengetahuan guru dapat mereka jawab dengan cepat dan

benar.

Respon para siswa atas dua interview diberi skor. Materi interview meliputi empat

pertanyaan utama: “Apa penyebab terjadinya siang dan malam?’, Ke arah mana bumi

berotasi? Bagaimana terjadinya gerhana? Dan dapatkah mereka menunjukkan arah tujuan

jika bergerak dari tempat (A) ke tempat (B) baik pada peta datar dan globe?

Kesalahan Konsep pada siswa

Dari catatan dan rekaman beberapa kesalahan konsep yang dimiliki siswa terungkap.

Pada waktu malam matahari ada di sebelah barat.

Ternyata bahwa siswa ini berasal dari kelas yang gurunya memiliki kesalahan konsep yang

sama. Jadi kesalahan konsep guru mempengaruhi pada kesalahan konsep siswa.

Menghadap kota Mekah Berarti Barat.

Di kota Bangkalan dimana penelitian ini dilakukan, populasinya sebagian besar adalah muslim.

Sebagai muslim mereka melakukan sholat paling tidak lima kali sehari dengan menghadapkan

mukanya ke arah kota mekah. Ka’bah adalah batu berbentuk mirip kubus yang tinggi sebagai

arah persatuan bagi semua muslim di dunia menghadapkan mukanya ketika melakukan sholat.

Dari Indonesia, khususnya Bangkalan, muslim menghadap ke arah barat ketika sholat. Karena

itu ada kemungkinan, kesalahan konsep ini dipengaruhi kebiasaan menghadap ke barat, ke

arah Mekah.

Seorang Siswa Mengalami Kesukaran Berfikir dari Dua Dimensi ke Tiga Dimensi

Salah seorang siswa tidak dapat menunjukkan arah utara. Ia menunjuk arah ke atas untuk

utara. Hal ini mungkin disebabkan siswa mengingat bagaimana gurunya menerangkan arah

(13)

Siswa yang lain juga kebingungan ketika menghadapi peta datar dan globe bersamaan untuk

menunjukkan arah. Hal ini Kemungkinan disebabkan bahwa posisi globe itu yang sedikit

miring 23,5 derajad dari garis vertikal.

Temuan

Berikut ini adalah temuan-temuan penting dari penelitian ini:

1. Sebagian besar siswa memahami penyebab terjadinya siang dan malam. Pertanyaan

ini dapat dikelopokkan pertanyaan ingatan. Selain itu rupanya guru cukup efektif dalam

mengajarkan konsep ini.

2. Hanya sekitar 50% siswa yang dapat menunjukkan arah rotasi bumi yang menyebabkan

siang dan malam. Hasil yang kurang baik ini mungkin disebabkan pengalaman mereka

setiap hari yang menyaksikan bagaimana matahari melintasi langit. Mungkin hal ini

menyebabkan siswa berpikir bahwa siang dan malam disebabkan matahari dan bukannya

rotasi bumi.

3. Sekitar 64% dari siswa kelas 6 dapat menjelaskan terjadinya gerhana (bulan atau

matahari). Ini kemungkinan bahwa model gerhana sangat membantgu cara berpikir siswa.

4. Perbedaan budaya mempengaruhi cara berpikir siswa, seperti arah ke Mekah selalu barat.

5. Cara mengajar guru sangat mempengaruhi cara berpikir murid-muridnya (Kebiasaan

menunjuk arah atas untuk utara pada peta digantung di papan tulis)

6. Posisi globe yang miring terhadap bidang datar membingungkan siswa. Hal ini rupanya

guru seharusnya menerangkan mengapa globe itu diatur miring seperti itu.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah kota kecil Bangkalan, dengan sampel sebanyak 100 siswa.

Penemuan ini seharusnya tgidak digeneralisasi terhadap semua siswa kelas VI di Indonesia

yang jumlahnya sekitar 3,3 juta. (Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan

(14)

kemungkinan yang sama ada, bahwa ke kurang-pahaman terhadap masalah ini mungkin terjadi

di seluruh Indonesia. Penelitian ini merupakan studi eksplorasi. Ini tidak dirancang untuk

menguji suatu hipotesa atau men-generalisasi terhadap semua siswa kelas VI di Indonesia.

Seseorang dapat mengharapkan penemuan yang serupa ditempat-tempat lain di Indonesia

mengingat kebanyakan sekolah dasar negeri memiliki dana yang terbatas dan fasilitas

sekolah hanyalah sedikit berbeda. Ada kemungkinan orang tua dan masyarakat serta

perpedaan budaya dapat mengubah hasil penelitian ini.

Penelitian yang Perlu Dilakukan

Dalam penelitian ini para siswa mengalami kesulitan menjelaskan ‘Bagaimana bumi

berotasi’ Jika hal ini masalahnya, maka untuk meyakini hasil penemuan ini, diperlukan adanya

penelitian lain guna menjajaki informasi secara lebih rinci dan komprehensif. Penelitian

tentang bagaimana bumi bergerak mengelilingi matahari dan dalam waktu yang bersamaan

bulan mengelilingi matahari juga disarankan untuk diteliti.

Kesimpulan Penting dalam Penelitian ini.

Para siswa dengan jelas menunjukan bahwa pertanyaan ingatan (Apa yang menyebabkan

terjadinya siang dan malam lebih mudah dibandingkan dengan pertanyaan yang komprehensif

(bagaimana bumi berotasi?). peran alat peraga, khususnya alat peraga yang baik, seperti

model gerhana, secara jelas menunjukkan membantu siswa memahami dan menjelaskan

konsep yang abstrak terhadap posisi benda-benda langit pada saat gerhana.

Kesalahan konsep siswa tidak hanya dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, seperti

pengalaman sehari-hari, (melihat matahari terbit dari timur dan terbenam di barat), namun

juga oleh latar belakang budaya dan metode mengajar (penggunaan peta datar di dinding dan

digelar di atas meja, dan penggunaan globe).

Mungkin kesimpulan yang paling penting dalam penelitian ini adalah perlunya penelitian

(15)

konsep yang abstrak seperti rotasi bumi (yang menyebabkan terjadinya siang dan malam )

(16)

pada kurikulum nasional. Hal ini mungkin bahwa kurikulum yang berlaku sekarang ini dan

kurikulum yang bisa dilakukan (experienced curiculllum) adalah berbeda dimana para

pendidik, baik guru maupun perancang kurikulum, mengharapkan harapan yang kurang

realistis terhadap apa yang seharusnya dipelajari tentang Solar System di sekolah dasar.

REFERENCES

Adeniyi, E. O. (1985). Misconceptions of selected Ecological concepts held by some

Nigerian Students, Journal of Biological Education. 19(4), 311-316 ,

Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1993),

Rangkuman Statistik Persekolahan 1991/1992. Balitbang Dikbud, Jakarta. Indonesia.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1994/1995),, Direktorat Pendidikan Tinggi, Bagian

Proyek Pengembangan Pendidikan guru Sekolah Dasar,,Kurikulum Sekolah Dasar, Landasan,

Programdan Pengembanga, Jakarta Indonesia.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994/1995), Kurijulum pendidikan Dasar.

Garis-garis besar program pengajaran - Sekolah Lanjutan Tingkat Pergtama Jakarta,

Indonesia.

Dimyati, S (2001), Sixth grade students’ comprehension regarding the earth, the sun, and

the moon during the eclipse and cardinal directions,

Driver, R,. (1989) The Constructon ogf Scientific Knowledge in School Classroom. In R.

Millar (Ed), Doing Science: Images of Science in Science Education (pp.8-105)., new York,

Falmer Press.

Gilbert. J. K. Osborne, R.J. & Fensham, P.J. (1982) Children’s Science and Science and it’s

(17)

Hall. G.S. & Browne, C.E. (1903) Children’s ideas of fire, heat, frost and coldPedagogical

Seminary,10 27-85.

Helm H. Novak J.D, (Eds). (1983).Proceeding of the International Seminar on

Misconceptions in Science and Mathematics, Itaca, NY: Cornell Univercity

Linn, M.C., (1987). Establishing a Research Base of Science Education: Challenges, Trends

and Recommendations, Journal of Research in Science Teaching 24(3), 191-216

Lythcott, J., & Dusch R. (1990), Qualitative Research: From Methods to Conclusions.

Science Education 74(4), 445-460 .

Nelson D.J. (1991), Children’s Explanagtion for Phenonmena Relatged to Manned Space

Exploration -Gravity, Orbit, and Weightless: An interview Study, Unpulshied Doctoral

Dissertation, The University of Iowa.

Von Glassersfeld, E. (1989). Cogniton, Consturuction of Knowledge, and Teaching, Synthese,

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan pembinaan batas wilayah, pada tahun 2017 dilaksanakan Kegiatan Inventarisasi Permasalahan Batas Daerah, dengan realisasi terlaksananya inventarisasi yang

[r]

Artinya Fear of Missing Out memiliki pengaruh sebesar 12% terhsadap kecanduan media sosial, selebihnya kecanduan media sosial dapat dipengaruhi oleh faktor lain

 Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang ideal untuk penyakit saluran napas adalah obat dapat sampai pada organ target dengan menghasilkan

Kemudian postur pergelangan tangan fleksi sebesar sudut > 15° maka diberi skor 2 dan karena pergelangan tangan kiri berputar (twisted) untuk menahan beban dari barang yang sedang

Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir/Skripsi dengan judul “Perancangan

Berdasarkan tindakan, pengamatan dan analisis data selama penelitian, dapatdisimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa

• Jika Anda menambahkan biaya Anda (tetap dan tidak tetap) ke harga pembelian Anda, Anda akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai harga jual yang