Makalah Ini Disusun untuk Pemenuhan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan
Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan sebagai Upaya
Kesehatan Promotif Pemerintah dalam Menangani Penyakit Kardiovaskular
di Indonesia
Studi Kasus Pasien Kardiovaskular di Rumah Sakit Harapan Kita
Disusun Oleh:
Eveline Ramadhini, 1306384914
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS INDONESIA
1. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan masyarakat. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sehat adalah keadaan sejahtera secara fisik, mental dan sosial dan bukan hanya sekedar tidak adanya penyakit maupun cacat. Sedangkan menurut UU Kesehatan No 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kehidupan masyarakat yang sehat mencerminkan negara yang baik. Di dalam suatu negara, kesehatan merupakan salah satu aspek yang ditunjang oleh Negara untuk memfasilitasi masyarakatnya. Negara berperan menetapkan kebijakan tertentu untuk diaplikasikan terhadap masyarakat. Hal itu dilakukan sebagai upaya terbentuknya masyarakat yang makmur dan sejahtera melalui akses kesehatan yang terjangkau dan mudah.
Saat ini, pemerintah sudah melakukan upayanya dalam hal menunjang kesehatan masyarakat. Hal ini tercantum dalam UU No. 36 tahun 2009 mengenai upaya preventif, upaya kuratif, dan upaya promotif. Salah satu upaya promotif yang dilakukan oleh pemerintah adalah adanya lembaga BPJS (Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial) Kesehatan yang diresmikan pada 1 Januari 2014 lalu. Lembaga ini terbentuk berdasarkan UU No. 24 tahun 2011 untuk melaksanakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). JKN mencakup beberapa kartu identitas, yaitu 1) Kartu Indonesia Sehat (KIS), 2) Kartu Jakarta Sehat, 3) Askes, dan 4) BPJS Kesehatan. Keempat kartu tersebut dapat sebagai jaminan (asuransi) yang digunakan untuk mengakses pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan, seperti puskesmas dan rumah sakit.
Penyakit degeneratif merupakan salah satu penyakit yang tidak luput dari masyarakat Indonesia, khususnya penyakit kardiovaskular yang notabene merupakan penyakit tidak menular. Menurut data Federasi Jantung Dunia, kasus kematian akibat penyakit jantung mencapai angka 17,1 juta orang setiap tahunnya. Sedangkan menurut Yayasan Jantung Indonesia, prevalensi kasus kematian akibat penyakit jantung antara 7 sampai 12% per tahunnya. Dari jumlah tersebut, sekitar 50% kasus penyakit jantung diidap oleh orang-orang berusia 30 sampai 50 tahun (necturajuice.com)
Salah satu sampel mengenai implementasi kebijakan menganai BPJS terhadap masyarakat adalah mengenai studi kasus Rumah Sakit Harapan Kita. Studi kasus ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana fungsi BPJS terimplementasi kepada masyarakat, khususnya terhadap pasien penyakit kardiovaskular di Rumah Sakit Harapan Kita.
2. Permasalahan
Adapun permasalahan yang menjadi fokus dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peran BPJS Kesehatan sebagai upaya promotif pemerintah?
2. Bagaimana upaya yang diberlakukan pemerintah untuk menangani penyakit degeneratif kardiovaskular?
3. Bagaimana peran BPJS Kesehatan sebagai upaya kesehatan promotif pemerintah dan implikasinya terhadap upaya menangani penyakit degeneratif kardiovaskular di Indonesia dihubungkan dengan studi kasus Rumah Sakit Harapan Kita?
3. Kerangka Konseptual
a. BPJS Kesehatan
jaminan kesehatan merupakan setiap orang, termasuk Warga Negara Asing (WNA) yang membayar iuran tertentu per bulannya. Kepesertaan jaminan kesehatan ini bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penerima Bantuan Iuran (PBI) merupakan fakir miskin dan orang tidak mampu yang diatur dalam perundang-undangan. Sedangkan Non-PBI mencakup 1) pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, 2) pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, 3) bukan pekerja dan anggota keluarganya, 4) Veteran, 5) perintis kemerdekaan, 5) Janda, duda, atau anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan, 6) bukan pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan e yang mampu membayar iuran.
Untuk dicatat sebagai anggota BPJS, masyarakat diharuskan melalui mekanisme pendaftaran, baik melalui kantor BPJS Kesehatan atau melalui online dengan menyertakan berkas-berkas tertentu seperti Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), pasfoto dan lain sebagainya. Setelah itu melakukan pengisian formulir dan membayar iuran per bulannya yang disesuaikan dengan prosentase pendapatan per bulannya dan diberi kartu keanggotaan yang nantinya dapat digunakan untuk mengakses pelayanan kesehatan.
Fasilitas kesehatan yang dapat diakses oleh peserta BPJS Kesehatan terdiri dari 1) fasilitas kesehatan tingkat pertama (kelas I), 2) fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (kelas II), 3) fasilitas kesehatan penunjang (kelas III). Pelayanan kesehatan yang dijamin yaitu, 1) kelas I: administrasi pelayanan; pelayanan promotif dan preventif, pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis, tindakan non-medis non spesialistik, pelayanan obat, transfusi darah, rawat inap tingkat pertama. 2) kelas II dan kelas III: administrasi pelayanan, pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis, tindakan medis spesialistik, pelayanan obat, rehabilitasi medis, pelayanan darah, pelayanan jenazah, perawatan rawat inap non intensif dan perawatan inap di ruang intensif.
iuran yang dibayarkan tiap bulannya berdasarkan presentase gaji, 4) Jaminan Kesehatan Nasional bersifat nirlaba.
b. Upaya Kesehatan Promotif
Upaya kesehatan promotif adalah upaya yang dilakukan dalam rangka mengendalikan atau mempromosikan kesehatan untuk masyarakat sehingga mereka bisa lebih memperhatikan bagaimana mengantisipasi suatu penyakit yang bisa datang kapan saja. Upaya ini lebih cenderung efektif jika masyarakat mampu terlibat dengan aktif agar dapat merasakan manfaatnya. Dalam upaya kesehatan promotif, pemerintah memberikan fasilitas kepada masyarakat agar lebih peduli terhadap kondisi kesehatanannya dan mampu mempertahankannya. Biasanya, bentuk upaya kesehatan promotif bisa berupa asuransi kesehatan.
c. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang berhubungan dengan kondisi jantung, yaitu jantung koroner dan hipertensi. Seringkali terdapat gangguan terhadap fungsi jantung dan pembuluh darah. Penyakit ini salah satu faktornya adalah proses degeneratif pada tubuh manusia. Seiring dengan bertambahnya umur, penyakit ini cenderung lebih rentan, ditambah lagi sering menyebabkan kematian mendadak (serangan jantung) pada penderitanya. Penyakit kardiovaskular biasa disebut juga penyakit jantung koroner yang bisa menyebabkan serangan jantung.
4. Deskripsi Data
Sumber Data: Jendela Data dan Informasi Kesehatan – Kementrian Kesehatan RI
Sumber Data: Riskerdas 2013
Sumber Data: Riskesdas 2013
RS Harapan Kita Layani 3.000 Pasien Jantung/Tahun
dan peran BPJS Kesehatan adalah menyelenggarakan program jaminan sosial dengan cakupan seluruh penduduk Indonesia berdasarkan pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Saat ini pemerintah baru menetapkan Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan BPJS sebanyak 86,4 juta orang. Padahal jumlah penduduk miski yang tercatat adalah sebanyak 96,7 juta orang. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah penerima BPJS masih dibatasi dalam jumlah tertentu, belum menyeluruh terhadap semua kalangan masyarakat di Indonesia.
Menurut data yang telah disajikan di tabel pada deskripsi data, dapat diketahui bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyakit terbanyak kedua yang dialami setelah stroke. Pada data tingkat kefatalan penyebab kematian pada pengendalian penyakit tidak menular, terdapat indikasi bahwa penyakit jantung merupakan penyakit tidak menular yang paling berbahaya. Pada usia lanjut, penyakit kardiovaskular rawan terkena.
Prevalensi jantung koroner berdasarkan provinsi Sulawesi Tengah sebanyak 0,7% dan disusul oleh provinsi Sulawesi Barat sebesar 0,5%. Sedangkan prevalensi jantung koroner berdasarkan karakteristik umur paling tinggi dialami oleh orang usia produktif yaitu 55-64 tahun sebesar 0,9%. Hal ini mengindikasikan bahwa penyakit kardiovaskular lebih rentan terhadap usia produktif dan penduduk yang sulit memiliki akses terhadap kesehatan.
Peran BPJS Kesehatan merupakan salah satu implementasi kebijakan yang memberikan upaya kesehatan promotif yang tujuannya adalah untuk memberikan akses terhadap kesehatan yang lebih baik dan efektif untuk masyarakat Indonesia. Tentunya terdapat implikasi dari kebijakan terhadap masyarakat Indonesia secara umum, khususnya terhadap penanganan penyakit kardiovaskular di Indonesia.
perbedaan terhadap jamkesmas, askes, gakin dan jaminan kesehatan lainnya dengan BPJS yang bisa dibilang pengganti tapi kenyataannya menggunakan sistem baru sehingga masih sulit dipahami oleh masyarakat. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya sosialisasi terhadap sistem baru bernama BPJS yang telah menggantikan/disamakan dengan Askes, jamsostek, dan jaminan kesehatan lainnya. Terkhusus pada penyakit jantung koroner di RS harapan kita, dapat disimpulkan bahwa peran BPJS sebelum diberlakukan di tahun 2014 sudah banyak, namun karena pergantian nama jadi kurang sosialisasi mengenai mekanisme baru yang diberlakukan.
.
6. Penutup
Di satu sisi, peran BPJS Kesehatan sangat membantu masyarakat umum untuk memberikan jaminan kesehatan, khususnya terhadap penyakit kardiovaskular (penyakit gangguan jantung dan pembulu darah). Tetapi di sisi lain, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui sosialisasi BPJS secara menyeluruh. Maka dari itu, diperlukan upaya sosialisasi yang lebih masif, sehingga kebijakan tersebut menyeluruh terhadap masyarakat umum.
BPJS Kesehatan yang notabene merupakan lembaga yang berupaya memberikan jaminan terhadap kesehatan masyarakat, mampu memberikan peran yang siginifikan, terbukti pada studi kasus RS Harapan Kita yang didominasi oleh pasien pengguna Jamkesmas, askes, gakin, dan lain sebagainya sebesar 80% yang setiap tahunnya akan bertambah sebesar 5-15%.
7. Daftar Pustaka
[1] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
[2] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Penyakit Tidak Menular. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
[4] Leisinger, M Klaus. 2012. “Meeting the Global Health Challange: The Role of The Pharmaceutical Industry” dalam Majalah MakingIt Industry for Development: The Health of Nation, Vol: 9.
[5] Narain, Sunita. 2012. “Watch What You Eat” dalam Majalah MakingIt Industry for Development: The Health of Nation, Vol: 9.
[6] Katalog Dalam Terbitan. 2014. Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS. Jakarta: Penerbit Visimedia.
[7] BPJS Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan. 2014.
[8] Japardi, Iskandar. Penyakit Degeneratif pada Medula Spinalis. Fakultas Kedokteran Bagian Bedah: Universitas Sumatera Utara.
[9] Handajani, Adianti, Betty Roosihermiatie, dkk. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Kematian pada Penyakit Degeneratif di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol: 13 No. 1 Januari 2010: 42-53.
[10] Yahya, Fauzi. Menaklukkan Pembunuh No. 1: Mencegah dan Mengatasi Penyakit Jantung Koroner secara Cepat dan Tepat. 2010. Bandung: Penerbit Qanita.
[11] Laseduw, Jeffry. Peningkatan Penderita Jantung Koroner pada Usia Produktif.
http://www.necturajuice.com/peningkatan-penderita-jantung-koroner-pada-usia-produktif/. Diakses pada 22 Desember 2014 pkl. 12:21 WIB.
[12] ____. RS Harapan Kita Layani 3.000 Pasien Jantung/Tahun.