• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Zakat Profesi dalam Perbank (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Zakat Profesi dalam Perbank (1)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Zakat Profesi dalam Perbankan

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fikih Kontemporer Perbankkan

Dosen:

Imam Mustofa, SHI,MSI

Disusun Oleh:

Nama: Oviantari Puput Agustina Vayanti NPM: 141270710

Kelas: B

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JURAI SIWO METRO

(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin pesatnya perkembangan keilmuan yang diiringi dengan perkembangan teknologi dan ekonomi dengan ragam dan coraknya, maka perkembangan kehidupan saat ini tidak dapat disamakan dengan kehidupan zaman sebelum masehi atau di zaman Rasulullah saw dan generasi setelahnya. Tetapi subtansi kehidupaan tentunya tidak akan terlalu jauh berbeda. Kegiatan ekonomi misalnya, diera manapun jelas akan selalu ada, yang berbeda adalah bentuk dan corak kegiatannya, karena subtansinya dari kegiatan tersebut adalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan semakin berkembangnya pola kegiatan ekonomi maka pemahaman tentang kewajiban zakat pun perlu diperdalam sehingga ruh syariat yang terkandung didalamnya dapat dirasakan tidak bertentangan dengan kemajuan tersebut. Maka pemahaman fiqh zakat kontemporer dengan mengemukakan ijtihad-ijtihad para ulama kontemporer mengenai zakat tersebut perlu difahami oleh para pengelola zakat dan orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap masalah zakat ini

(3)

PEMBAHASAN

IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI DALAM PERBANKAN

A. Zakat pada Gajian Bulanan

Sebagian kalangan mengadakan zakat profesi yang dikeluarkan dari gaji yang diterima setiap bulannya. Di antara alasannya, jika petani yang dengan susah payah bekerja lalu ketika panen harus mengeluarkan zakat hasil panennya, maka pegawai yang menerima gaji dengan tanpa susah payah lebih utama mengeluarkan zakat gajinya.1

B. Cara Mengeluarkan Zakat Profesi

Jika kita mengikuti pendapat ulama yang mewajibkan zakat penghasilan, lalu bagaimana cara mengeluarkannya? Dikeluarkan penghasilan kotor (bruto) atau penghasilan bersih (neto)? Ada tiga wacana tentang bruto atau neto seperti berikut ini. Dalam buku Fiqh Zakat karya DR Yusuf Qaradlawi, bab zakat profesi dan penghasilan, dijelaskan tentang cara mengeluarkan zakat penghasilan. Kalau kita klasifikasi ada tiga wacana:

1. Pengeluaran bruto

Yaitu mengeluarkan zakat penghasilan kotor. Artinya, zakat penghasilan yang mencapai nisab 85 gr emas dalam jumlah setahun, dikeluarkan 2,5 % langsung ketika menerima sebelum dikurangi apapun. Jadi kalau dapat gaji atau honor dan penghasilan lainnya dalam sebulan mencapai 2 juta rupiah x 12 bulan = 24 juta, berarti dikeluarkan langsung 2,5 dari 2 juta tiap bulan = 50 ribu atau dibayar di akhir tahun = 600 ribu. Hal ini juga berdasarkan pendapat Az-Zuhri dan ‘Auza’i, beliau menjelaskan: “Bila seorang memperoleh penghasilan dan ingin membelanjakannya sebelum bulan wajib zakat datang, maka hendaknya ia segera mengeluarkan zakat itu terlebih dahulu dari membelanjakannya” (Ibnu Abi Syaibah, Al-mushannif , 4/30). Dan juga menqiyaskan dengan beberapa harta zakat yang langsung dikeluarkan

1

(4)

tanpa dikurangi apapun, seperti zakat ternak, emas perak, ma’dzan dan rikaz.

2. Dipotong oprasional kerja

Yaitu setelah menerima penghasilan gaji atau honor yang mencapai nisab, maka dipotong dahulu dengan biaya oprasional kerja. Contohnya, seorang yang mendapat gaji 2 juta rupiah sebulan, dikurangi biaya transport dan konsumsi harian di tempat kerja sebanyak 500 ribu, sisanya 1.500.000. maka zakatnya dikeluarkan 2,5 dari 1.500.000= 37.500,- Hal ini dianalogikan dengan zakat hasil bumi dan kurma serta sejenisnya. Bahwa biaya dikeluarkan lebih dahulu baru zakat dikeluarkan dari sisanya. Itu adalah pendapat Imam Atho’ dan lain-lain. Dari zakat hasil bumi ada perbedaan prosentase zakat antara yang diairi dengan hujan yaitu 10% dan melalui irigasi 5%.

3. Pengeluaran neto atau zakat bersih,

(5)

Ibnu Rusd bahwa zakat itu ta’bbudi (pengabdian kepada Allah SWT) bukan hanya sekedar hak mustahiq. Tapi ada juga sebagian pendapat ulama membolehkan sebelum dikeluarkan zakat dikurangi dahulu biaya oprasional kerja atau kebutuhan pokok sehari-hari.2

C. Cara Menghitung Zakat Uang Simpanan

1. Tabungan Uang Simpanan di Bank Syariah

Contoh : Pak andi mempunyai Deposito di Bank Syariah Mandiri dengan setoran awal tanggal 1 Januari 2015 sebesar Rp.75.000.000,- dengan jumlah bagi hasil Rp.3.850.000 setahun. Maka zakatnya wajib dikeluarkan pada akhir tahun, jika deposito tersebut melebihi nishab yaitu sebesar Rp.34.000.000,-. Dengan demikian, zakat yang harus dikeluarkan Pak Andi sebesar : Rp.75.000.000 (pokok) + Rp.3.850.000 (bagi hasil)= Rp.78.850.000,-x2,5%=Rp.1.971.250.

Catatan : Jika bagi hasil yang ada di tabungan BSM selama ini sudah melalui pemotongan zakat, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah dari pokoknya saja.

2. Tabungan Uang Simpanan di Bank Konvesional

Jika masih memiliki tabungan di Bank Konvensional, menurut pendapat sebagian besar ulama, zakat yang dihitung harus dikeluarkan terlebih dahulu bunga banknya. Karena bunga bank adalah termasuk yang dikategorikan sesuatu yang diharamkan, maka bunga bank tidak terkena wajib zakat meskipun bunga bank yang terkumpul mencapai satu nishab (demikian pendapat para ulama). Maka harta dari bunga bank tersebut tetap dianjurkan untuk disalurkan bagi pembangunan fasilitas umum dan kegiatan sosial lainnya (non konsumsi), namun tidak dapat dianggap sebagai sedekah oleh Allah SWT. Contoh : Pak Andi memiliki tabungan di Bank Konvensional Rp.65.000.000, dengan bunga Rp.3.150.000,- setahun,

2 Azis Eksyar Six, “Zakat mal dan Zakat Profesi” dalam www.academia.edu di

(6)

sehingga saldo tabungannya sebesar Rp.68.150.000,- Maka zakat yang harus dikeluarkannya adalah : saldo akhir – bunga = Rp.65.000.000 X 2,5% = 1.625.000.-3

D. Zakat Obligasi

1. Hukum jual beli obligasi

Obligasi merupakan bagian dari pinjaman yang diberikan kepada perusahaan atau pihak yang mengeluarkannya. Perusahaan atau pihak yang bersangkutan memberikan suku bunga tertentu terhadap obligasi tersebut tanpa mengaitkannya dengan keuntungan atau kerugian dan ia berkewajiban melunasinya pada waktu yang telah ditentukan. Obligasi itu memiliki harga nominal, yaitu harga asli ketika pertama kali dikeluarkan dan harga pasaran yang disesuaikan dengan kondisi penawaran dan permintaan (supply dan demand). Hukum jual beli obligasi adalah haram menurut syariat Islam karena mengandung suku bunga riba yang diharamkan dan juga termasuk kategori penjualan utang kepada yang tidak berwenang yang tidak dibolehkan.

2. Cara Membayar Zakat Obligasi

Meskipun jual beli obligasi itu diharamkan karena mengandung unsur riba, namun si pemilik tetap berkewajiban membayar zakat dari total nilai nominal obligasi yang dia miliki dengan cara menggabungkannya dengan kekayaan yang lain dalam pertimbangan nisab dan haul, kemudian membayar 2,5% dari jumlah keseluruhan, tanpa suku bunga. Suku bunga yang diharamkan itu harus dinafkahkan untuk kepentingan bakti sosial dan maslahat umum, di luar pembangunan mesjid dan pencetakan Alquran dan lain-lain. Pembelanjaan bunga riba yang sedemikian itu adalah untuk menghindari penghasilan haram yang tidak boleh dimasukkan dalam pembayaran zakat dan tidak boleh dinafkahkan untuk kepentingan diri sendiri dan keluarga tetapi sebaiknya disumbangkan kepada

3

(7)

orang-orang yang sedang tertimpa kelaparan, bencana alam dan musibah lainnya.4

D. Zakat Saham dan Obligasi

1. Cara Penghitungan Zakat Saham

Contoh :

Untuk menghitung simulasi saham :

Pak Andi memiliki saham PT Amanah Setia 80.000 lembar dengan harga perlembar adalah Rp. 1.000 maka total Rp. 80.000.000,- dan deviden Rp. 200/lembar = 80.000 x 200 = Rp. 16.000.000.

Jadi total saham ditambah deviden = 80.000.000 + 16.000.000 = 96.000.000,- Karena harta Pak Andi lebih dari Nishab (85 gram emas = Rp. 25.500.000,-) maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5% x 96.000.000,- = Rp. 2.400.000,- (wajib zakat).

Al-hasil, zakat saham perusahaan dikenakan pada saham dan keuntungannya sekaligus karena dianalogikan dengan perdagangan besarnya 2,5%, jika harta tersebut cukup nishab dan haul saat itulah zakat wajib diwajibkan. 5

2. Cara Penghitungan Zakat Obligasi

a. Obligasi Konvensional

Pak Andi memiliki obligasi PT. Infrastruktur Jaya sebesar Rp 550.000.000 untuk proyek pembangunan pabrik baru. Bunga yang akan diberikan adalah 10% per tahun dengan jangka waktu obligasi 10 tahun. Pada akhir tahun pertama. Bagaimana perhitungan zakatnya?

JAWABAN :

Nilai Obligasi = Rp 550.000.000

Bunga 1 th = 10% x Rp 550.000.000 = Rp 55.000.000

4

Muhammad Mujahidin, “Fiqh Zakat Kontemporer”, dalam

https//Mujahidinmeins.wordpress.com diunduh pada 05 Maret 2017

5

(8)

Total kekayaan 1 th = Rp 550.000.00 + Rp 55.000.000 550.000.000 untuk proyek pengembangan produk. Bagi hasil yag disepakati adalah 60:40 per tahun dimana 60% untuk Pak andi, dengan jangka waktu sukuk 10 tahun. Pada akhir tahun pertama. Bagaimana perhitungan zakatnya? Rp 60.000.000, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah : Nilai sukuk + keuntungan = Rp 550.000.000 + Rp 60.000.000

= Rp 610.000.000

Nilai zakat = 2,5% x Rp 610.000.000

= Rp 15.250.000

E. Distribusi Zakat Profesi

Distribusi zakat profesi sama dengan zakat mal lainnya, sebab ia termasuk dalam kelompok zakat mal. Berdasarkan dalil-dalil yang ada zakat dapat didistribusikan dalam dua bentuk yaitu bentuk komsumtif dan produktif. Penyaluran zakat secara produktif ini pernah terjadi di zaman Rasulullah SAW. Dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa Rasulullah saw telah

6

(9)

memberikan zakat kepadanya lalu menyuruhnya untuk dikembangkan atau disedekahkan lagi.

Diriwayatkan juga bahwa Mu’az Ibn Jabal membolehkan pemberian zakat berdasarkan kebutuhan mustahiq (orang yang berhak menerima zakat). Mu’az berkata kepada penduduk Yaman; berikanlah baju gamis yang engkau miliki sebagai pembayaran zakat gandum dan biji-bijian. Hal ini lebih mudah bagi kalian dan lebih baik bagi sahabat Nabi di kota Madinah.

Yusuf Qardhawi berpendapat, bahwa zakat merupakan ibadah maaliyah ijtimaiyah yang memiliki posisi yang sangat penting, strategis, dan menentukan, baik dari sisi ajaran maupun sisi pembangunan dan kesejahteraan ummat. Selain daripada itu, zakat dapat memberikan solusi dalam masalah kemiskinan, pengangguran dan pemerataan ekonomi, apabila dilakukan secara optimal. Siapa saja yang dikendalikan olaeh hawa nafsunya lalu tidak mau membayar zakat, bahkan mengambilnya secara tidak sah, ia dapat diganjar dengan hukuman penyitaan separuh daripada hartanya, agar dapat menjadi pelajaran bagi orangorang yang menyembunyikan hak Allah dalam kekayaannya.7

F. Hikmah Diwajibkan Zakat Profesi

Dalam ajaran Islam zakat profesi menempati posisi yang sangat urgen Kewajiban zakat Profesi merupakan bukti integralitas syari‟ah Islam. Artinya Islam datang membawa sebuah konsep kehidupan (manhaj al-hayah) yang sempurna, tidak hanya memperhatikan aspek individual belaka, tetapi juga misi sosial yang baik.Secara garis besar hikmah diwajibkan zakat profesiyaitu, sebagai asuransi sosial karena adakalanya manusia itu hidup dalam memiliki kekayaan dan ada pula dalam keadaan berikutnya ia malah termasuk orang yang berhak menerima zakat.8

7 Siti Habibah, “ Zakat Profesi dalam Pemikiran Fikih Kontemporer, UIN

-Suka.ac.id di unduh pada 03 maret 2017

8

(10)

Secara umum hikmahnya zakat profesi yaitu:

a. Mensyukuri Karunia Ilahi, Menumbuhsuburkan harta dan pahala Serta Membersihkan diri dari sifatsifat kikir dan loba, dengki, iri serta dosa.

b. Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat kemelaratan

c. Mewujudkan rasa solidaritas dan kasih sayang antara sesama d. Manifestasi kegotong royongan dan tolong-menolong dalam

kebaikan dan takwa

e. Mengurangi kefakirmiskinan yang merupakan masalah social f. Membina dan mengembangkan stabilitas social

(11)

KESIMPULAN

Dengan semakin berkembangnya pola kegiatan ekonomi maka pemahaman tentang kewajiban zakat pun perlu diperdalam sehingga ruh syariat yang terkandung didalamnya dapat dirasakan tidak bertentangan dengan kemajuan tersebut. Maka pemahaman fiqh zakat kontemporer dengan mengemukakan ijtihad-ijtihad para ulama kontemporer mengenai zakat tersebut perlu difahami oleh para pengelola zakat dan orang-orang yang memiliki kepedulian terhadap masalah zakat ini

Sebagian kalangan mengadakan zakat profesi yang dikeluarkan dari gaji yang diterima setiap bulannya. Di antara alasannya, jika petani yang dengan susah payah bekerja lalu ketika panen harus mengeluarkan zakat hasil panennya, maka pegawai yang menerima gaji dengan tanpa susah payah lebih utama mengeluarkan zakat gajinya

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ibrahim Muhammad Ali M, “Fiqh Kontemporer Zakat” dalam Ibnu Majjah, 2014

Azis Eksyar Six, “Zakat mal dan Zakat Profesi” dalam www.academia.edu

di unduh pada 05 Maret 2017

www.laznasbsm.or.id/content/FiqhZakat diunduh pada 03 Maret 2017

Muhammad Mujahidin, “Fiqh Zakat Kontemporer” dalam https//Mujahidinmeins.wordpress.com diunduh pada 05 Maret 2017 Siti Habibah, “ Zakat Profesi dalam Pemikiran Fikih Kontemporer, UIN

-Suka.ac.id di unduh pada 03 maret 2017

Hertina, “ Hukum Islam”, Zakat Profesi dalam Perspektif Hukum Islam untuk Pemberdayaan Umat. Vol 13, NO. 1 (2013) : juni 2013

Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang : UIN Malang

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya regulasi mengenai pengelolaan keuangan Organisasi Pengelola Zakat, maka pengelolaan zakat baik oleh Badan Amil Zakat (BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ),

Implementasi Good Governance Studi Kasus Organisasi Pengelola Zakat (OPZ) yang dilakukan di lembaga zakat, tidak mungkin rasanya kewajiban zakat tersebut dapat diwujudkan

Industri Perakitan Kendaraan Bermotor Industri Tekstil (Perawatan, Penenunan, Pengolahan, Pencelupan) Industri Farmasi Insdustri Kimia Industri Semen Industri Penyamakan,

Dari uraian diatas dapat dikatakan terjadinya morfologi pola mukiman adati Bali dimulai semenjak adanya perkembangan kemampuan, dan keinginan masyarakat untuk merubah diri

[r]

Penyusunan publikasi Incremental Capital Output Ratio Kabupaten Lumajang di Tahun 2016 ini, dimaksudkan untuk mendapatkan rasio penghitungan yang bisa digunakan untuk

Adapun penangan pada setiap permasalahan yang dihadapi anak TK akan sangat bergantung pada masalah yang diahadapi oleh anak tetapi dalam hal ini diperlukannya kerjasama