• Tidak ada hasil yang ditemukan

FENOMENA IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FENOMENA IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FENOMENA IKLAN ROKOK SAMPOERNA A MILD DALAM

PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI

MELLY MAULIN PURWANINGWULAN

Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia

Masalah periklanan tampaknya tetap menyimpan misteri, mistik dan kontradiktif. Tidak sedikit orang percaya bahwa iklan memiliki kekuatan luar biasa, melalui sebuah mekanisme yang disebut subliminal (bawah sadar). Untuk memaksimalkan efektivitas iklan, pihak pengiklan berlomba-lomba untuk mengembangkan gaya yang unik, namun kreativitas tidak akan cukup tanpa didasari oleh informasi yang tepat tentang keadaan lingkungan sosial budaya di mana iklan itu akan disebarluaskan. Tidak sedikit iklan dengan budget besar gagal karena kreativitas yang salah, isi pesan ternyata berbenturan kondisi penerimanya.

Semiotika, Sampoerna

.

Keberhasilan dari suatu perekonomian secara nasional banyak ditentukan oleh kegiatan-kegiatan periklanan, periklanan menunjang usaha penjualan yang menentukan kelang-sungan produksi pabrik-pabrik, terciptanya lapangan pekerjaan, serta adanya hasil yang menguntungkan dari seluruh uang yang telah diinvestasikan. Apabila proses ini terhenti, maka terjadilah resesi. Hal ini dibuktikan oleh kenyataan bahwa negara-negara maju senan-tiasa disemarakkan oleh kegiatan-kegiatan periklanan yang gencar. Sedangkan di negara-negara dunia ketiga, di mana dasar perekono-miannya masih lemah dan kegiatan perik-lanannya masih berada dalam taraf minimum, lapangan kerja begitu sulit di dapat sehingga begitu banyak kaum muda yang potensial tidak dapat menemukan sumber nafkah. Ke-hidupan modern saat ini sangat tergantung pada iklan. Tanpa iklan para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya, sedangkan di sisi lain konsumen tidak memiliki informasi yang memadai

me-ngenai produk-produk barang dan jasa yang tersedia di pasar.

Jika sebuah perusahaan ingin memper-tahankan tingkat keuntungannya, maka ia harus melangsungkan kegiatan-kegiatan periklanan secara memadai dan terus menerus. Produksi massal menuntut adanya suatu ting-kat konsumsi yang juga bersifat massal dan prosesnya mau tidak mau harus melibatkan berbagai kegiatan periklanan melalui media-media iklan yang diarahkan ke pasar-pasar yang juga bersifat massal.

SEKILAS TENTANG PT H. M. SAMPOERNA Tbk.

PT H.M. Sampoerna Tbk., salah satu pro-dusen rokok terkemuka di Indonesia, masuk dalam jajaran perusahaan keluarga terbesar di dunia yang masih tetap berkiprah dari gen-erasi ke gengen-erasi. Sejarah perusahaan ini tidak dapat dipisahkan dari keberadaan keluarga

Alamat koespondensi pada Melly Maulin Purwaningwulan, Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur 114, Bandung 40132.

(2)

Sampoerna secara turun menurun. Kesuksesan diawali dari perintisan bisnis oleh Liem Seeng Tee, dilanjutkan kesuksesan Liem Swie Ling membangun pondasi bisnis yang kokoh, lalu kemudian diteruskan hingga kini oleh Putera Sampoerna dan Michael Joseph Sampoerna, putranya.

Generasi Pertama

Sejarah perusahaan ini di mulai jauh sebelum 1913 ketika Liem Seeng Tee dan istrinya, Tjiang Nio, mendirikan perusahaan bernama Handel Maastchapij Liem Seeng Tee yang kemudian berubah menjadi NV Handel Maastchapij Sampoerna (H.M. Sampoerna). Setelah Perang Dunia II nama perusahaan tersebut di-Indonesiakan menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna dengan tetap menonjol-kan inisial HM. Ditengah situasi keuangan yang sulit, Liem Seeng Tee tetap bertekad menjadikan perusahaannya sebagai “Kerajaan Tembakau” dengan menempatkan karakter bahasa Mandarin “Wang” (yang dalam dialek Hokkian disebut “ong”) yang berarti raja di depan produk keunggulannya Dji Sam Soe.

Rangkaian produk awal yang dibuat Sam-poerna antara lain SamSam-poerna Star, Summer Palace, dan Statue of Liberty. Mulai awal 1940, bisnis H.M. Sampoerna terus tumbuh dengan pesat. Produksi gabungan rokok lintin-gan tanlintin-gan dan lintinlintin-gan mesin mencapai kurang lebih 3 juta batang per minggunya. Untuk melinting Dji Sam Soe saja diperlukan sekitar 1300 pekerja. Perang Dunia II menghancurkan asset perusahaan ini yang tertinggal hanya merk Dji Sam Soe. Pada ta-hun 1949 kondisi usaha PT H.M. Sampoerna sudah dapat pulih kembali.

Generasi Kedua

Liem Sien Nio dan Liem Hwee Nio putera dari Liem Seeng Tee melanjutkan roda usaha perusahaan, namun karena kondisi politik dan ekonomi pada tahun 50-an dan awal 60-an yang memburuk usaha perusahaan tidak ter-lalu memuaskan. Kemudian Aga Sam-poerna

melanjutkan kepemimpinan orang tuanya den-gan suatu manajemen baru, dilengkapi denden-gan kemampuan dan kemauannya bekerja sama dengan semua tingkat karyawan. Pada 16 Juni 1968 Aga Sampoerna mulai memproduksi rokok kretek bermerek Sampoerna A di Den-pasar, Bali. Kini merek tersebut lebih dikenal dengan sebutan Sampoerna Hijau. Di masa itu pula muncul merk Panamas Kuning. Kini si-garet kretek tangan buatan Surabaya tersebut lebih banyak beredar di wilayah Sumatera.

Generasi Ketiga

Putera Sampoerna, putera kedua Liem Swie Ling mulai aktif dalam perusahaaan pada awal 70-an. Dengan kian berkembangnya perusa-haan, ruang untuk produksi di Taman Sampo-erna dan di Malang menjadi kian terbatas, sehingga pada tahun 1982 manajemen memu-tuskan pemindahan pusat usaha ke kawasan industri Rungkut Surabaya. Pada saat itu telah banyak prestasi yang berhasil dicetak, antara lain pendirian laboratorium kontrol untuk me-menuhi standar internasional dan perolehan lisensi untuk transportasi komersial bagi PT Sampoerna Transportasi Nusantara (STN). STN dimanfaatkan untuk keperluan distribusi produk-produk Sampoerna. Pada tahun 1989, muncul ide brilian Putera Sampoerna dalam mengembangkan jajaran merk rokok berlabel “A”, ditandai dengan peluncuran A Mild-rokok dengan kadar tar dan nikotin terendah.

Keberhasilan lainnya adalah dengan ter-daftarnya PT H.M. Sampoerna sebagai peru-sahaan publik pada 27 Agustus 1990. Ketika itu PT H.M. Sampoerna Tbk menjual saham-nya sebasaham-nyak 27 juta lembar dengan harga Rp 12.600,00 per lembar saham. Sejak saat itu, saham PT H.M. Sampoerna Tbk selalu men-duduki lapisan saham papan atas (blue chip).

Generasi Keempat

(3)

Sedangkan Putera Sampoerna kini tetap aktif di perusahaan sebagai Presiden Komisaris PT H. M. Sampoerna Tbk.

PENGERTIAN DAN FUNGSI IKLAN

Istilah periklanan sebagai terjemahan dari Advertising berasal dari bahasa Latin ad-vertere yang berarti to run toward atau dalam terjemahan fungsional berarti sasaran iklan adalah mengubah jalan pikiran konsumen untuk membeli Kasali, 1993 : 10). AMA (Ame ri can Mar ket in g Asso ci ati on) mendefinisikan iklan sebagai any paid form of non personal presentation and promotion of ideas, goods or services by an identified spon-sor, sedangkan Masyarakat periklanan Indo-nesia mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat (Kasali, 1993 : 11).

Periklanan dapat didefinisikan juga sebagai komunikasi yang disponsori, yang ditempat-kan di media massa dengan bayaran tertentu (Keegan,1996). Hal ini seiring dengan penda-pat Kleppner (1990), periklanan adalah suatu metode penyampaian pesan dari suatu sponsor melalui medium impersonal (bukan tatap muka kepada banyak orang). Iklan merupakan bagian yang pokok dari hampir setiap rencana pemasaran. Anda memiliki suatu produk yang sangat dicari-cari publik, sesuatu yang benar-benar dibutuhkan. Namun jika Anda tidak mengatakan kepada mereka bahwa produk tersebut ada, apa kegunaannya bagi mereka dan bagaimana cara mendapatkannya, Anda juga tidak perlu susah memproduksinya. Hal ini mungkin tampak terbukti dengan sendir-inya, tetapi mengejutkan betapa begitu banyak orang percaya bahwa produk yang baik akan menjual sendiri. Apakah iklan Anda seder-hana atau canggih, apakah Anda mengguna-kan beberapa media atau hanya satu atau dua, itu akan bergantung pada produk dan pasar Anda. Namun, ada sedikit sekali bisnis yang dapat mencapai potensi penuh mereka tanpa iklan sama sekali.

Ada banyak alasan untuk membuat iklan, menurut Bennie (1997) beberapa alasan ter-penting orang membuat iklan adalah

1. Untuk mengumumkan suatu produk baru atau modifikasi dari produk lama

2. Untuk mencapai pembeli-pembeli baru 3. Untuk mengumumkan penjualan obral atau

penawaran istimewa

4. Untuk mengundang para peminta kete-rangan

5. Untuk mengundang penjual 6. Untuk mempertahankan penjualan 7. Untuk tetap berada di depan dan kompetisi

Sebagian besar bisnis memasang iklan untuk berbagai alasan (kombinasi) dan mungkin dengan kombinasi berbagai jenis iklan. Mi-salnya suatu perusahaan hanya mengiklankan penjualan obral atau penawaran istimewa, Anda dapat mengubah citra Anda, publik cenderung menghubungkan Anda dengan citra penawaran istimewa bukan de-ngan kualitas yang Anda tawarkan.

Dari perspektif komunikasi iklan merupakan salah satu sarana komunikasi yang digunakan produsen dalam dunia perdagangan terhadap konsumen, untuk memperoleh lebih banyak calon pembeli dengan biaya lebih rendah, dalam waktu yang lebih singkat. Sedangkan pengaruhnya akan melekat lebih lama pada ingatan pemirsa (Sudiana, 1986). Pembicaraan seputar manfaat iklan masih mengundang pro dan kontra di tengah masyarakat. Sebagian menganggap iklan negatif, sebagian yang lain menganggap iklan bermanfaat bagi pemban-gunan masyarakat dan ekonomi, Menurut Kasali (1992 : 12) manfaat iklan adalah seba-gai berikut :

1. Dapat mengetahui adanya berbagai pro-duk, yang pada giliranya dapat menimbul-kan adanya pilihan.

(4)

3. Iklan membantu orang kenal, ingat, dan percaya diri.

Di lihat dari segi omzet belanja iklan, bisnis di bidang ini masih merupakan kesempatan be-sar. Belanja iklan tahun 1994 akan mencapai kurang lebih 1,66 Trilyun Rupiah. Apabila termasuk industri penunjang iklan seperti rumah produksi dan jasa pembuatan film-film pendek (video klip), proyek tersebut akan menjadi 2,3 Trilyun Rupiah. Menurut Jules Backman dalam Advertising And Competition (1967) : Sesungguhnya iklan tidak akan memeras perekonomian dan memboroskan kehidupan konsumen. Iklan justru akan mampu mengembangkan serta mensejahtera-kan mereka.

Pemasaran produk konsumen lebih memerlu-kan iklan untuk media komunikasi apabila dibandingkan dengan pemasaran produk in-dustri. Produk yang sering dibeli, harganya relatif rendah memerlukan dukungan perik-lanan yang kuat. Tidak mengherankan peru-sahaan produk konsumen terdaftar sebagai pemasang iklan terbesar. Menurut Advertising Age (1989), Procter & Gamble mengeluarkan US$ 2,7 Milyar untuk periklanan di seluruh dunia dan 34% diantaranya untuk iklan di luar Amerika Serikat, kemudian Philip Morris mengeluarkan US$ 2 Milyar untuk periklanan di seluruh dunia dan 17% diantaranya untuk iklan di luar Amerika Serikat, dan Unilever perusahaan di luar Amerika Serikat menge-luarkan US$ 1,7 Milyar untuk iklan di seluruh dunia dan 34% diantaranya untuk iklan di Amerika Serikat.

PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN TENTANG SEMIOTIKA

Semiotika berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang berarti tanda, semiotika diartikan sebagai ilmu tanda, dengan tanda kita mencari keteraturan di pentas dunia. Tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari dan menemukan jalan di tengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia (Sobur, 2003 : xxi). Menurut

Ferdinand de Soussure, semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial (2003 : vii). Sedangkan menurut Umberto Eco dalam A Theory of Semiotics, semiotika komunikasi adalah semiotika yang menekankan pada aspek produksi tanda dari pada sistem tanda. Sebagai sebuah mesin produksi makna, semiotika komunikasi bertumpu pada pekerja tanda, yang memilih tanda dari bahan baku t a n d a - t a n d a y a n g a d a d a n mengkombinasikannya dalam rangka memproduksi sebuah bahasa bermakna.

Istilah semiotika atau semiotik yang dimunculkan pada akhir abad ke –19 oleh filsuf aliran pragmatik Amerika, Charles Sanders Pierce, merujuk kepada “doktrin formal tentang tanda-tanda”. Yang menjadi dasar se-miotika adalah konsep tentang tanda, tak hanya bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda, melainkan dunia itu sendiri pun-sejauh terkait dengan pikiran manusia seluruhnya terdiri atas tanda-tanda karena jika tidak begitu, manusia tidak akan bisa menjalin hubungannya dengan realitas. Bahasa itu sendiri merupakan sistem tanda yang paling fundamental bagi manusia, sedangkan tanda nonverbal seperti gerak-gerik, bentuk-bentuk pakaian serta beraneka praktek konvensional lainnya, dapat dipandang sebagai sejenis bahasa yang tersusun dari tanda-tanda bermakna yang dikomunikasikan berdasarkan relasi-relasi.

(5)

kedua tidak diutamakan tujuan berkomunikasi tapi pemahaman suatu tanda sehingga kognisinya pada penerima tanda lebih diperhatikan dari pada proses komunikasinya.

Pada dasarnya semiotika dipandang sebagai suatu proses tanda yang dapat digambarkan sebagai hubungan antara lima istilah :

mencakup objek. Objek iklan adalah hal yang diiklankan. Dalam iklan produk atau jasa, produk atau jasa itulah objeknya. Yang penting dalam meneelaah iklan adalah penafsiran kelompok sasaran dalam proses interpretan. Jadi sebuah kata seperti eksekutif meskipun dasarnya mengacu pada manajer menengah, tetapi selanjutnya manajer menengah ini ditafsirkan “suatu tingkat keadaan ekonomi tertentu” yang juga kemudian ditafsirkan sebagai “gaya hidup” tertentu yang selanjutnya ditafsirkan “kemewahan” dan seterusnya. Penafsiran yang bertahap ini merupakan segi penting dalam iklan, proses seperti ini disebut Semiosis (Hoed, 2001 : 97).

Menurut Berger (2000 : 199), bila akan menganalisis iklan kita harus mengambil iklan dengan orang, objek, latar belakang menarik, naskah yang menarik. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis iklan :

1. Penanda dan petanda 2. Gambar, indeks dan simbol

3. Fenomena sosiologi, demografi orang dalam iklan dan orang-orang yang menjadi sasaran iklan, refleksikan kelas-kelas sosial ekonomi, gaya hidup dan sebagainya.

4. Sifat daya tarik yang dibuat untuk menjual produk, melalui naskah dan orang-orang yang dilibatkan dalam iklan.

5. Desain dari iklan, termasuk tipe perwa-jahan yang digunakan, warna dan unsur estetik yang lain.

6. Publikasi yang ditemukan di dalam iklan dan khayalan yang diharapkan oleh publikasi tersebut.

Dari Sekian banyak merek rokok mild yang ada di pasar dengan berbagai tampilan kreatif iklan, iklan Sampoerna A Mild termasuk yang sangat patut untuk mendapatkan nilai lebih. Sampoerna A Mild sejak pertama kali hingga sekarang berhasil menjaga stamina untuk tetap hadir dengan iklan-iklan unik, kreatif, dan sedikit nakal. Iklan pertama A Mild lebih berat ke animasi dilengkapi permainan

S ( s, i, e, r, c )

S adalah untuk semiotic relation (hubungan semiotik), s untuk sign (tanda), I untuk inter-preter (penafsir), e untuk effect atau penga-ruh, r untuk reference (rujukan) dan c untuk context (konteks) atau conditions (kondisi). Semiotika berusaha menjelaskan jalinan tanda atau ilmu tentang tanda secara sis-tematik menjelaskan esensi, ciri-ciri, dan bentuk suatu tanda, serta proses signifikasi yang menyertainya.

“KALAU BENDA BISA NGOMONG” TEMA KAMPANYE IKLAN TERBARU A MILD DALAM PERSPEKTIF SEMIOTIKA KOMUNIKASI

Alat dalam komunikasi periklanan selain bahasa, terdapat alat komunikasi lainnya yang sering dipergunakan yaitu gambar, warna dan bunyi. Untuk mengkaji iklan dalam perspektif semiotika, kita bisa mengkajinya melalui sistem tanda dalam iklan. Iklan menggunakan sistem tanda yang terdiri atas lambang baik verbal maupun berupa ikon. Pada dasarnya lambang yang digunakan dalam iklan terdiri dari dua jenis yaitu verbal dan nonverbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal, lambang nonverbal adalah bentuk dan warna yang disajikan dalam iklan yang tidak secara meniru rupa atas bentuk realitas. Ikon adalah bentuk dan warna yang serupa atau mirip dengan keadaan sebenarnya seperti gambar benda, orang atau binatang (Sobur, 2003 : 116).

(6)

kata cerdas dan menantang. Barangkali kita masih ingat ketika iklan A Mild datang de-ngan jargon “How low can you go”. Ke-mudian iklan dengan jargon “Bukan basa-basi” yang hadir dengan banyak versi, iklan itu ditandai dengan simbol gambar dan per-mainan kata-kata yang 3 atau 4 bulan sekali diganti sesuai dengan situasi kondisi yang sedang terjadi. Misalnya pada masa reformasi A Mild datang dengan rangkaian kalimat ber-bau reformis “Silahkan bicara” yang diikuti de-ngan gambar mulut yang tertutup plester.

Setelah konsumen akrab dengan “Bukan basa-basi” dan seiring mantapnya kuda-kuda A mild di pasaran, maka A Mild menerapkan strategi defensif yaitu “Other can only follow” yang merupakan cara untuk bertahan dari gen-carnya serangan pesaing.

Mulai akhir Maret 2004, A Mild sebagai pionir dan pemimpin di pasar rokok rendah tar dan rendah nikotin di Indonesia kembali memperkenalkan kampanye tematik iklan Bukan Basa Basi (BBB) versi baru yang men-gangkat tema “Kalau benda bisa ngomong”. Kreativitas kampanye BBB ini kembali menunjukan kekuatan visual dan kata-kata yang merupakan ciri khas iklan A Mild yang selalu mengkomunikasikan attitude A Mild dengan nilai-nilai yang dianut, antara lain kreatif, trendsetter, cerdas dan tidak mudah diterka. Kampanye BBB “Kalau benda bisa ngomong” dimulai serentak secara nasional dengan menampilkan dua versi media cetak dan elektronik serta media luar ruang.

Iklan versi kursi menggambarkan apa yang akan dikatakan sebuah kursi kalau dia bisa ngomong yaitu “Kalo nggak dibersihin, kutu busuknya nggak bakalan pergi”. Sebuah ung-kapan yang cerdas, berani, jenaka dan bukan basa basi. Sedangkan versi wajan mengung-kapkan isi hati sebuah wajan yaitu “Jangan Cuma bisa manas-manasin doang” yang ten-tunya memancing senyum bagi mereka yang tahu artinya.

Untuk menganalisis iklan, kita juga bisa

menggunakan model Ronald Barthes dengan berdasarkan pesan yang dikandung dalam iklan. Pesan yang dianalisis dalam iklan terdapat tiga jenis (Sobur, 2003 : 119), yaitu : 1. Pesan linguistik (semua kata dan kalimat

dalam iklan)

2. Pesan ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)

3. Pesan ikonik tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)

IKLAN A MILD VERSI KURSI

1. Pesan linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan)

Iklan A Mild merupakan ekspresi kreatif dari usaha untuk lebih mendekatkan diri pada tar-get pasar yang jadi bidikannya. Proses pene-muan tag line dan ide-ide A Mild memang cukup memakan waktu, mulai dari brieft sam-pai tayangan iklannya membutuhkan waktu satu tahun. Menurut tim kreatif A Mild yang terdiri dari Biro Iklan Ogilvy dan pihak H. M Sampoerna, agar tidak kehabisan ide A Mild selalu menyiapkan 2 sampai 3 ide sekaligus.

Iklan versi kursi menggambarkan apa yang akan dikatakan oleh sebuah kursi kalau dia bisa ngomong yaitu “Kalo nggak dibersihin, kutu busuknya nggak bakalan pergi”. Ung-kapan ini secara denotatif menunjukan kursi yang tidak pernah dibersihkan akan kotor dan dihuni banyak kutu busuk dan orang yang duduk di kursi itu tidak akan nyaman. Secara konotasi ungkapan ini menggambarkan kondisi Indonesia menjelang sampai pada pelaksanaan Pemilu yang “memperebutkan” kursi kekuasaan di tingkat Legislatif dan Pre-siden. Jadi ungkapan ini mempunyai harapan kursi-kursi kekuasaan nanti jangan ditempati lagi oleh orang-orang yang sudah terlibat ka-sus KKN yang merugikan masyarakat.

(7)

dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)

Foto iklan A Mild versi mengandung konotasi visual :

• Kursi mengandung arti kekuasaan

• Kutu busuk mengandung arti masalah-masalah atau kasus-kasus yang merugikan masyarakat

• Papan yang berisikan tulisan mengan-dung arti peringatan atau larangan bagi orang-orang berkasus untuk duduk di kusri kekuasaan.

Foto mengandung arti bahwa kursi yang terlanjur berkutu harus dibersihkan dulu diasosiasikan dengan pemerintah Indonesia yang harus bersih dulu dari orang-orang bermasalah baru Indonesia bisa lebih maju.

3. Pesan ikonik tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)

Foto iklan A Mild versi kursi mengandung arti denotasi visual, kursi sebagai alat untuk tempat duduk manusia sambil melakukan aktivitas yang lain. Supaya dapat duduk dengan nyaman maka kursi itu harus dijaga keber-sihannya.

IKLAN A MILD VERSI WAJAN

1. Pesan linguistik (semua kata dan kalimat dalam iklan)

Iklan A Mild versi wajan mengungkapkan isi hati sebuah wajan yaitu “Jangan cuma bisa manas-manasin doang”. Ungkapan ini secara denotatif menunjuk wajan sebagai benda yang berfungsi sebagai alat memasak, orang dapat memasak bila ada api atau panas sehingga wajan selalu identik dengan panas. Secara konotasi ungkapan ini menggambarkan kondisi Indonesia menjelang sampai dengan pelaksanaan Pemilu yang “panas” dan sangat sensitif. Kondisi yang sensitif ini akan ber-tambah kacau apabila ada pihak-pihak yang memanfaatkannya untuk tujuannya dengan

cara memprovokasi.

Pada saat menjelang dan pelaksanaan Pemilu begitu banyak isu yang berhembus di masyarakat, mulai dari ketidaksiapan KPU, isu money politic, pelanggaran kampanye Pemilu, TPS palsu, kesalahan perhitungan hasil suara, dan lain-lain. Isu-isu tersebut bila dihembuskan tanpa fakta dan ditambah-tambah (dipanas-panasi terus) maka Pemilu akan tambah bermasalah dan menimbulkan ketidakpuasan masyarakat.

2. Pesan ikonik yang terkodekan (konotasi yang muncul dalam foto iklan yang hanya dapat berfungsi jika dikaitkan dengan sistem tanda yang lebih luas dalam masyarakat)

Foto iklan A Mild versi wajan mengandung konotasi visual :

• Wajan mengandung arti benda yang selalu identik dengan panas

• Papan yang berisi tulisan “Jangan cuma bisa manas-manasin doang” mengandung arti peringatan bagi siapa saja untuk memanfaatkan situasi yang sensitif dengan menjadi provokator yang tidak bertanggung jawab.

3. Pesan ikonik tak terkodekan (denotasi dalam foto iklan)

Foto iklan A Mild versi wajan mengandung arti denotasi visual, wajan sebagai alat untuk memasak baik untuk menggoreng, menumis, dan lain-lain, memasak hanya dapat dilakukan bila ada api, sehingga pada saat wajan itu dipergunakan dan setelah dipergunakan selalu dalam kondisi panas.

DAFTAR PUSTAKA

Keegan, W.J. (1996). Manajemen pemasaran global. Jakarta: Prenhallindo.

(8)

Sutherland, M. & Sylvester, A.K. (2000). Ad-vertising and the mind of the consumer. Jakarta: PPM

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan BCP harus diselaraskan dengan IT Disaster Recovery Plan (IT DRP). b) Service Design, merupakan perancangan layanan servis TI yang bermanfaat pada bisnis utama yang

Jika skor tersebut dimasukan ke dalam garis kontinum, maka strategi penetapan harga di Kampung Batu Malakasari menurut persepsi wisatawan berada pada kategori

Guru selalu datang tepat waktu ketika mengajar Guru selalu membangkitkan semangat siswa dan rasa ingin tahu dalam mempelajari bahasa Arab Guru bahasa Arab selalu berpenampilan

Peran olahraga pada dinding pembuluh darah adalah terjadi peningkatan tekanan pada arteri sehingga dapat menyebabkan pelebaran pada dinding arteri dan tekanan

Sistem Informasi Manajemen sebagai Sarana Pembukuan/Pengolahan Transaksi Usaha Dukungan SIM dalam kegiatan bisnis usaha peternakan sapi perah Serambi Mekah telah membuka

Hemoglobinopati menyebabkan keabnormalan kualitatif maupun kuantitatif dalam sintesis rantai protein globin alfa dan beta pada kromosom (merupakan materi

Perancangan destination branding :green tourism pulau Panjang, selain bertujuan untuk memperkenalkan keberadaan pulau Panjang, juga bertujuan untuk mengajak

Hipersomnia mungkin merupakan akibat dari penyakit mental, penyakit organik (termasuk obat-obatan) atau idiopatik. Gangguan ini merupakan kebalikan dari insomnia. Seringkali