• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESA ANTI MODERNISASI AKSESORIS : SOLIO PANDU : CARA KE BADUY TIPS : MENDAKI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESA ANTI MODERNISASI AKSESORIS : SOLIO PANDU : CARA KE BADUY TIPS : MENDAKI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

B A D U Y

KOMUNITAS

TIM SERGAP

MENUJU 7 SUMMIT NUSANTARA

BULOK

BADUY

DILAHIRKAN SEBAGAI PERTAPA

CATPER

TRACKING

KE

DESA ANTI MODERNISASI

*

*

AKSESORIS : SOLIO PANDU : CARA KE BADUY TIPS : MENDAKI

WWW.BACKPACKINMAGAZINE.COM

BACKPACKIN’ MAGAZINE.EDISI IV.JULI-AGUSTUS 2010

(2)

SALAM RANSEL

Lonely Planet Indonesia. Padahal, orang Indone

-sia mana yang tidak pernah mendengar Baduy? Rupanya belakangan saya baru tahu bahwa Warga Negara Asing memang tidak diperbolehkan masuk

wilayah Baduy Dalam. Mayoritas konsumen Lone

-ly Planet adalah wisatawan asing, jadi wajar saja kalau Baduy tidak dibahas.

3

DILAHIRKAN SEBAGAI PERTAPA

Tidak banyak komunitas yang memegang erat

prinsipnya. Jangankan memegang erat, terkadang

prinsip pun tak punya. Komunitas Baduy memper

-tahankan prinsip-prinsip dasar berkehidupan yang tertuang dalam pikukuh.

13

GALERI

GUNUNG CEREMAI

Berada di puncak kawah Ceremai dengan keting

-gian 3.078 m dpl rasanya seperti diberi kedamaian dan kekerdilan. Puas rasanya menjejakkan kaki di titik tertinggi Jawa Barat.

23

PANDU BADUY

Kita memberi panduan bagaimana cara menuju Baduy, baik baduy dalam atau luar. Panduan ini berisi jadwal kereta api dari dan ke Rangkasbitung,

transaportasi yang digunakan, dan biaya yang per

-lu disiapkan.

11

BUDAYA PANGAN URANG KANEKES

Beras menjadi sebuah komoditas pangan yang ber

-peran penting bagi warga Baduy. Penyimpanannya

dibuat spesial layaknya menjaga sesuatu yang ber

-nilai tinggi.

19

KEASRIAN DI TENGAH HIRUK PIKUK BANTEN

Sudah beberapa tahun Banten dinobatkan men

-jadi provinsi baru sapihan Jawa Barat. Pemban

-gunan Banten seakan berlari, tapi tidak dengan Baduy. Himpunan suara serangga dan hutan masih mendominasinya.

25

TIM SERGAP :

MENUJU 7 SUMMIT NUSANTARA Cukup Dua Tahun untuk membuat Tim Sergap “mapan” sebagai sebuah komunitas pecinta alam.

Berawal dari hanya pendakian gunung, kini per

-jalanannya juga mencakup beberapa kegiatan lain

berlabel “cinta alam Indonesia”. Tujuh puncak In

-donesia terpatri menjadi tujuan besar mereka.

35

backpackers umumnya hidup jauh dari sumber lis

-trik. Maka kemudian muncul Solio Portable Solar Charge.

A

da yang bilang, uang adalah segalanya. Tidak banyak hal yang bisa terlaksana tan-pa uang. Bahkan, untuk satu jepretan bersama penduduk lokal di India, kita harus mengeluarkan uang. Cuma satu kalimat dalam Bahasa Inggris yang bisa mereka katakan: no money no photo.

Namun, orang-orang Baduy di Banten kontra dengan pernyataan tersebut. Memang, mereka juga menggunakan rupiah dalam perniagaannya, tapi itu hanya dijadikan semacam fasilitator perniagaan. Sejumlah uang dan bermacam fasilitas yang ingin diberikan pemerin-tah mereka tolak dengan alasan ingin memperpemerin-tahankan “amanat” adat. Mereka juga meno-lak pendidikan karena sebuah alasan filosofis, “Kalau kami pintar, kami

akan bisa menipu orang.”

Keunikan orang Baduy dalam mempertahankan adat memanc-ing Backpackin’ melakukan investigasi mendalam tentang Baduy. Kami menghadirkan sebanyak mungkin informasi, tidak hanya sekedar me-maparkan cara dan ongkos ke Baduy, tapi juga tentang budaya, kehidu-pan, hierarki adat, sampai sejarah adanya suku Baduy. Puluhan artikel dan investigasi langsung kami sarikan dalam edisi ini.

“Pandu” sebagai rubrik baru kami hadirkan untuk mempermudah pembaca melangkah ke tempat tujuan. Rute, jadwal kereta, tips, dan be-berapa informasi esensial lain kami pepatkan dalam rubrik ini. Maraknya

komunitas yang bisa dikategorikan sebagai backpacker turut menggoda kami melahirkan rubrik “Komunitas”. Tim Sergap adalah komunitas pertama yang kami angkat. Catatan per-jalanan Backpackin’ bersama Tim Sergap ke Gunung Ceremai untuk memasang papan jalur terpaksa kami lempar ke website karena penuhnya kuota Backpackin’.

Ke depannya, Backpackin’ akan fokus ke satu atau dua lokasi tujuan saja, tentu den-gan informasi yang lebih padat. Harapan kami, semoga Backpackin’ dapat menjadi pedo-man andal dalam berpetualang dan menikmati Indonesia.

Redaksi.

PIMPINAN UMUM : Jeremy Gemarista. PIMPINAN REDAKSI : Ambar Arum. TIM REDAKSI : Muhammad Iqbal, Sri Anindiaty Nursastri. TIM ARTISTIK : Galih Permadi, Ricky Akbar, Aditya Hadi Pratama, Finda Fickle Phantasmgoria. MARKETING : Rininta Meyftanoria. KONTAK REDAKSI : redaksiezinebi@yahoo.com. WEBSITE : www.backpackinmagazine.com

(3)

CATPER

BADUY

JULI - A

GUSTUS

I

2010

3

PACKIN’BACK

4

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK PACKIN’

Matahari awal Mei 2010 belum gagah menyinari stasiun Tanah Abang, tapi 16 orang rombongan kami yang belum saling menge-nal sudah siap memegang tiket kereta Pa-tas menuju Rangkasbitung. Tepat pukul 7.41, kereta bergegas. Sedikit saja penumpang yang terlihat berdiri.

Belum genap dua jam, kereta sudah sampai. Pepi, pemandu kami, sudah menung-gu di stasiun. Ahim, ketua rombongan kami, yang menghubunginya. Ahim cukup men-ghubungi Pepi untuk mengurusi seluruhnya, termasuk transportasi dan tempat menginap. Seorang supir Elf yang dibawa Pepi tidak banyak kata waktu menyupiri kami menuju Ciboleger selama 1,5 jam.

Sebelumnya, untuk perbekalan dan

sekaligus oleh-oleh, kami membeli ikan asin dan beras di Pasar Brata, dekat stasiun Rang-kas. Satu liter beras di sini dijual Rp4.500, ka-tanya sih, berasnya lain dari yang biasa, ini beras kampung. Setengah kilogram ikan asin dibandrol Rp10.000. Dengar-dengar, orang Baduy suka sekali dengan ikan asin, jadi pan-tas untuk dijadikan oleh-oleh buat mereka yang nanti kami tempati rumahnya untuk bermalam.

Pukul 12 siang kami sudah sampai di Ciboleger. Tampak semacam tugu patung sekeluarga petani yang sepertinya dijadikan icon Ciboleger. Walau sudah lumutan di sana sini, tapi tulisan di bawahnya masih terbaca, “Selamat Datang di Ciboleger”.

Sampai di Ciboleger, rombongan isti-rahat, makan, dan sholat. Ada masjid yang cukup besar di dekat tempat kami istirahat. Terdapat beberapa pilihan tempat makan dengan bermacam menu yang ditawarkan, tapi sayangnya harga makanan mahal. Nasi, sayur asem, dan telur dibandrol Rp10.000.

Pukul 1 siang kami lanjutkan perjalanan, tracking ke Baduy Luar. Baru mendaki tang-ga sekitar 100 meter, kami mendapati per-batasan antara Ciboleger dan Baduy Luar. Semua tamu diharuskan registrasi terlebih dahulu. Seorang pemuda gempal dengan lincah memainkan komputernya, mengetik data diri kami, dan mencetak bukti pemba-yaran dari kami. Saya pikir, Baduy sepenuh-nya melepaskan diri dari teknologi, tapi ru-panya ada segelintir warga yang memang harus mengerti teknologi karena tuntutan dari pemerintah untuk urusan administrasi.

A

gak misterius, Baduy tidak ada dalam buku Lonely Planet Indonesia. Padahal, orang Indo

-nesia mana yang tidak pernah mendengar Baduy? Rupanya belakangan saya baru tahu

bahwa Warga Negara Asing memang tidak diperbolehkan masuk wilayah Baduy Dalam.

Mayoritas konsumen Lonely Planet adalah wisatawan asing, jadi wajar saja kalau Baduy tidak

dibahas.

CATPER

BADUY

OLEH : MUHAMMAD IQBAL

Foto :

Ikan Asin di Pasar Brata

Baduy Luar

Tracking

ke

(4)

CATPER

BADUY

CATPER

BADUY

JULI - A

GUSTUS

I

2010

5

BACK BACK

6

JULI - A

GUSTUS

I

2010

Tidak sulit tracking menuju perkam-pungan Baduy Luar. Di saat mendaki, sudah banyak batu-batu besar, sepertinya jenis batu kali, yang sengaja dibalut masuk ke dalam tanah sehingga memudahkan pijakan kaki. Cuaca sedang berpihak pada kami. Sebuah kampung langsung kami temui. Seluruh ru-mahnya terbuat dari kayu-kayuan. Pasak-pa-sak yang menjuntai vertikal tidak langsung berpijak pada tanah, tapi ada batu -sejenis batu kali atau batu koral- yang menghubung-kan pasak tersebut dengan tanah. Metode yang dipakai penduduk Baduy ini memang jauh lebih tahan gempa dibanding bangunan beton seperti yang banyak ada di kota.

Atap rumah terbuat dari daun-daunan kering yang harus diganti setiap sepuluh ta-hun sekali. Apa mereka tidak takut terbakar waktu musim kemarau ya? Konstruksi dan bahan rumah tersebut tidak berbeda jauh dengan leuit, tempat penduduk Baduy me-nyimpan cadangan beras/padi. Hanya saja, leuit lebih pendek dan lebih ramping.

Sebuah bambu panjang melintang di tengah perjalanan. Ah, inilah rahasia orang Baduy bisa tahan jalan berkilo-kilo tanpa membawa minum. Lubang-lubang di bagian atasnya memungkinkan tangan untuk masuk dan menciduk air yang mengalir di dalam bambu. Airnya tidak keruh. Saya coba masuk-kan air ke botol air mineral, saya perhatimasuk-kan, terlihat beberapa lumut yang melayang-layang. Tapi nyatanya tidak ada dari rombon-gan yang mengeluh mulas.

Dalam perjalanan, sebuah jembatan bambu membuat kami berdecak kagum. Bermacam bambu besar dan kecil disam-bung dengan ijuk pohon enau yang dihim-pun menjadi sebuah jembatan hebat, tanpa paku! Terdapat pegangan di kanan dan kiri jembatan. Tumpuannya tersebar ke banyak titik yang menyatu kembali di pohon besar pada ujung-ujung jembatan.

(5)

CATPER

BADUY

7

BACKPACKIN’ PACKIN’BACK

8

JULI - A

GUSTUS

I

2010

bisa lebih cepat kalau tidak sering istirahat dan jalannya tidak lambat. Rombongan kami sebelumnya tidak ada yang pernah jalan ke Baduy dan hanya beberapa saja yang biasa mendaki gunung, jadilah banyak istirahat se-lama perjalanan.

Di Desa Cikakal, beras dan lauk dikum-pulkan, lalu meminta tolong pemilik rumah memasakkan makan malam dan makan pagi besok untuk kami. Sore harinya kami menuju sungai untuk mandi. Penduduk Baduy sela-lu mandi ke sungai. Tidak boleh ada kamar mandi di Baduy. Kalau masih di Baduy Luar, tidak ada pantangan untuk menggunakan sabun atau shampoo, berbeda dengan kete-gasan di Baduy dalam.

Sempat sebelumnya, saya dan bebera-pa teman duduk-duduk di atas sungai, tiba-tiba ada teriakan dalam bahasa Sunda yang kurang lebih artinya, “Aaaa… jangan turun, jangan turun.” Kami malah justru jadi tahu

Baduy Dalam

bahwa di bawah sana ada gadis-gadis yang sedang mandi, hehe. Daripada kenapa-kena-pa, kami lebih baik kembali ke tempat mengi-nap sajalah.

Selepas Magrib, kami langsung makan hasil masakan Ibu pemilik rumah. Tidak ada aktivitas di malam hari. Biasanya warga lokal Baduy hanya bercengkrama dengan sesama keluarganya atau tetangganya. Kami ngobrol-ngobrol di teras rumah –walau tidak bisa sal-ing melihat karena minimnya cahaya- sampai tidak tahu mau menertawakan apa lagi.

Setelah sarapan, sebelum pukul tujuh, kami sudah beranjak menuju Kampung Cibeo, salah satu kampung di Baduy Dalam. Den-gan berjalan biasa saja, butuh satu setengah

jam. Track cukup mudah, tidak ada tanjakan atau turunan yang sangat curam. Hanya saja jarang ditemukan jalan datar. Beberapa kali rombongan terpeleset, memang jalan agak licin karena semalam hujan lumayan lama.

Batas antara Baduy Luar dan Baduy Dalam adalah sebuah jembatan bambu, sep-erti yang kemarin ditemui. Tepat setelah jem-batan itu, ada tanjakan yang paling melelah-kan sepanjang sekitar setengah kilometer. Beberapa kali kami menemui orang Baduy. Mereka sudah terbiasa jalan berkilo-kilo tan-pa alas kaki. Hanya senyuman yang mereka lempar, tanpa sepatah katapun.

Sesampainya di Cibeo, beberapa war-ga yang ada di sekitar tempat kami beris-tirahat menyambut kami. Salah seorang di antaranya memberi kami minum. Gelas yang ia bawa terbuat dari batang bambu berdiam-eter sekitar 10cm. Sudah aturannya, tidak boleh ada gelas yang terbuat dari “bahan-bahan modern”. Saya cukup kaget melihat semacam teko yang mereka pakai. Saya ke-nal botol besar itu, mirip botol asam klorida pekat ukuran 5 liter di laboratorium waktu kuliah dulu. Persis sekali.

Perkampungan Cibeo tidak jauh ber-beda dengan perkampungan di Baduy Luar. Bahan dan konstruksi bangunan rumah sama, tapi terlihat lebih tidak teratur. Saya hanya bisa membedakan Baduy Luar dan Baduy Da-lam dari pakaiannya saja. Kalau Baduy DaDa-lam selalu memakai ikat kepala putih, baju hitam atau putih, dan semacam rok berwarna ge-lap berlurik. Kalau ikat kepalanya tidak putih, bajunya bukan berwarna hitam atau putih, dan atau memakai celana, bisa dipastikan dia adalah Baduy Luar. Mereka selalu membawa

Foto :

(6)

CATPER

BADUY

Menurutmu, apa yang paling

meny-enangkan dari Baduy?

Roiz

Keteguhan masyarakat baduy dalam untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya mereka.

Alamnya oke gak?

Fara, 17, Pelajar

Oke, apalagi kalo pagi hari dan dilihat dari puncak bukit, oke banget !!

Ada keluhan waktu perjalanan dari

Tanah Abang ke Ciboleger?

Ahim, 24, PNS

Gak ada, ngeluhnya pas pulang dari Ciboleger ke Ta-nah Abang, Elf-nya ngebut gak aturan karena ngejar jadwal kereta

Jalan sampai ke Baduy Dalam

ada keluhan gak?

Haikal, 24, Staf Kantor Auditor

Ternyata capek juga, kalo jalannya pagi mungkin lebih seger ya…

Pesan buat yang mau ke Baduy?

Iin, 24, Pegawai Swasta

1. Untuk yang nggak pernah jalan jauh dan olahraga, sebaiknya

exercise dulu deh,

cardio dan ketahanan tubuh!

2. Pakai sandal atau sepatu yang nyaman untuk treking atau naik gunung. 3. Bawa senter dan tisu basah karena nda ada lampu dan untuk cebok. 4. Rain coat plus sleeping bag juga boleh

semacam tas kecil yang dis-elempangkan. Saya pernah bertanya pada seorang Baduy Dalam, “Apa isinya?” Dia jawab, pakaian yang sewak-tu-waktu bisa menjadi pakaian ganti mereka. Hanya setengah jam kami berada di Baduy Dalam karena harus mengejar kere-ta terakhir dari Rangkas pukul 15.54. Kami pamit, lalu beranjak menuju Ciboleger untuk selanjutnya menuju Jakarta kembali. Kalau dihitung-hitung, hari ini kami total jalan kaki selama enam jam dengan rute Cikakal-Cibeo-Ciboleger. Prediksi saya itu semua berjarak 10 kilometer.

Lepas dari benar atau salah dari sudut pandang ini dan itu, jelas komunitas Baduy dengan kesadarannya menolak teknologi modern. Tidak sama dengan definisi tert-inggal yang identik dengan tidak mampu mengejar teknologi kekinian. Mereka mem-punyai prinsip yang kuat untuk mempertah-ankan sudut pandangnya sendiri.

Seperti yang dipaparkan dalam sebuah video di Yotube, warga Baduy menolak pen-didikan, bahkan ketika pemerintah mau mem-berikannya secara gratis dengan membangun sarana prasarana pendukung, mereka tetap menolak. Jawabannya cukup sederhana tapi mendalam, “Kalau kami pintar, kami jadi bisa menipu orang.”.

PENGELUARAN KE BADUY

Kereta Api Patas

Tanah Abang-Rangkasbitung PP

Rp8.000

Carter Elf Rangkas-Ciboleger PP

Rp500.000:16 orang =

Rp32.000

Pemandu Rp400.000:16 orang =

Rp25.000

Administrasi masuk Baduy

dan uang daftar ke Jaro Dainah

Rp3.000

Mau!! Masih penasaran sama Cikartawana dan Cikeusik. Tapi kalau ada waktu dan uangnya sih

Ahim

Mau tapi butuh waktu yang lebih panjang, jangan marathon kayak kemarin

Roiz

Ikut donk

Haikal

Lihat sikon dan toleransi

Iin

Kalo yang ngajak mau bayarin sewa porter, hayuk atuh!

“ Jawabannya

(7)

PANDU

BADUY

JULI - A

GUSTUS

I

2010

11

PACKIN’BACK

12

JULI - A

Berangkat Dari Ke Keterangan

7.41 Jak Mer Patas

8.00 Thb Rk Rangkas Jaya 8.30 Jak Rk Pnp Lokal 9.17 Pse Rk Pnp Lokal 10.17 Pse Rk Pnp Lokal 11.40 Jak Rk Pnp Lokal 13.40 Jak Mer Banten Express 15.40 Jak Rk Pnp Lokal 16.40 Pse Rk Pnp Lokal 17.00 Thb Rk Rangkas Jaya 17.30 Jak Rk Pnp Lokal 18.02 Pse Rk Pnp Lokal 19.30 Thb Prp Pnp Lokal 20.05 Jak Rk Pnp Lokal

Berangkat Dari Ke Keterangan

4.10 Rk Jak Ekonomi 4.50 Rk Pse Ekonomi 5.20 Rk Pse Ekonomi 6.00 Rk Thb Rangkas Jaya 6.30 Rk Jak Ekonomi 7.53 Mer Jak Banten Express 10.00 Rk Thb Rangkas Jaya 11.10 Rk Jak Ekonomi 12.05 Rk Pse Ekonomi 13.05 Rk Pse Ekonomi 14.35 Rk Jak Ekonomi 15.57 Mer Jak Patas

JADWAL KERETA JAKARTA - RANGKASBITUNG

JADWAL KERETA RANGKASBITUNG - JAKARTA

Keterangan:

Jak = Jakarta Kota; Pse = Pasar Senen; Thb = Tanah Abang; Mer = Merak; Rk = Rangkasbitung;; Prp = PR Panjang

1. Kereta api Tanah Abang-Rangkasbitung; 2 jam perjalanan; Ekonomi Rp2.000; Patas Rp4.000

Dilanjutkan Angkot Rangkas-Aweh Rp4.000 dan Aweh-Ciboleger Rp12.000

2. Untuk rombongan bisa menggunakan Elf yang dicarter Rangkas-Ciboleger (1 jam per-jalanan) Tarif PP Rp500.000; hubungi Pepi

3. Menggunakan kendaraan pribadi dengan rute: Jakarta-Tol Tangerang-pintu tol Balara-ja Timur belok kiri-Rangkasbitung-Lebak-Aweh- Ciboleger.

MENUJU BADUY DALAM

Hanya bisa diakses dengan berjalan kaki. Track menurun dan mendaki, cukup me-lelahkan. Kalau berjalan normal, butuh waktu sekitar 3,5 jam dari Ciboleger ke Baduy Da-lam (Kampung Cibeo) atau 2 jam dari Baduy Luar (Kampung Cikakal) ke Baduy Dalam (Cibeo). Tidak ada trek ekstrim seperti me-manjat atau melompat.

WAKTU TERBAIK

Semua waktu, kecuali:

1. Hapit-lemah (penanggalan Baduy) atau bu-lan Kawalu (penanggabu-lan Sunda dan Jawa) atau bulan Februari-Maret (penanggalan Masehi). Pada bulan ini, Baduy Dalam tidak boleh dimasuki pengunjung. Ambil jarak 1 bulan ke depan dan belakang untuk aman-nya, jadi bulan Januari atau April.

2. Juli-Agustus. Biasanya pengunjung ramai karena sedang libur sekolah.

3. Musim hujan, jalan jadi licin.

NOMOR KONTAK

Pepi (pemandu)

085883328798

Agus Bule (pemandu)

085710421217

atau

0857161122124

Kantor Sekretariat Desa Kanekes

(untuk perizinan)

085710421117

PANDU

BADUY

AKTIVITAS PILIHAN

1. Bercengkrama dengan warga Baduy asli, banyak warga yang bisa berbahasa Indone-sia dengan lancar

2. Tracking menuju Baduy Dalam

3. Camping di pinggir danau

4. Mandi di sungai

5. Hunting oleh-oleh kerajinan khas Baduy

INFO

1. Ada pantangan di Baduy Dalam, misalnya dilarang pakai sabun, shampoo, dan kamera

2. Baduy (Luar dan Dalam) tidak ada WC, cuma sungai yang jadi andalan untuk MCK

3. Masuk Baduy ada tiket masuk Rp2.000/ orang

4. Bisa dibilang tidak mungkin ke Baduy tan-pa pemandu

MENUJU CIBOLEGER

TIPS

1. Hati-hati memilih sungai untuk mandi, di beberapa tempat banyak sekali lintah.

2. Sejak dini hari sampai subuh, agak sulit melawan dinginnya udara. Sleeping bag akan sangat membantu.

3. Jas hujan perlu untuk jaga-jaga.

4. Membawalotion anti nyamuk, karena ban-yak nyamuk

5. Sepatu lebih disarankan, karena ketika hu-jan jalan licin

6. Lebih baik bawa senter, karena komponen rumah di Baduy berbahan kayu yang mudah terbakar.

7. Kain basahan untuk wanita ketika mandi.

(8)

BULOK

BADUY

BULOK

BADUY

JULI - A

GUSTUS

I

2010

13

BACK

14

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK

Beberapa versi cerita menyatakan asal muasal keberadaan penduduk Baduy. Berdasarkan sebuah buku karya CL Blume, komunitas Baduy berasal dari Kerajaan Pa-jajaran. Sekelompok orang ini bersembunyi ketika Pajajaran runtuh pada awal abad ke-17, seiring bergeliatnya islam di Indonesia.

Tidak seirama dengan pernyataan tersebut, Van Tricht, seorang dokter yang pada tahun 1928 melakukan riset kesehatan, mengatakan bahwa komunitas Baduy hany-alah orang asli dari daerah ini yang mempu-nyai daya tolak yang kuat terhadap pengaruh dari luar.

Asal kata Baduy juga masih banyak pendapat. Spanoghe, seorang pejabat Be-landa dalam laporannya tahun 1838

menya-takan bahwa nama Baduy mungkin berasal dari kata Buddha. Ia juga menduga Baduy berasal dari nama Sungai Cibaduyut. Ketika sekelompok orang ini lari dari Pajajaran dan berha-sil lolos dari pengikut islam, mereka menetap di sepanjang anak sungai itu. Saat ini, tidak ada lagi yang namanya sungai Cibaduyut, tapi sungai Cibaduy masih mengalir membelah kawasan Baduy. Aliran sungai itu memisahkan daerah Baduy dari daerah muslim di utara. Namun demikian, pemisahan tidak terlalu berarti lagi karena beberapa jembatan bambu sudah dibuat untuk melintasi sungai tersebut.

WR van Hoevell, seorang penulis, punya pendapat yang lain. Nama Baduy, katanya, mungkin berasal dari sebu-tan orang-orang muslim. Karena sekelompok orang ini tidak mau mengikuti ajaran islam, maka mereka disamakan dengan orang-orang Badawi Arab yang biasa berkelana di padang pasir. Orang Belanda membuyarkan pengucapan dengan logatnya, muncullah sebutan Baduy.

T

idak banyak komunitas yang meme

-gang erat prinsipnya. Jangankan me

-megang erat, terkadang prinsip pun

tak punya. Komunitas Baduy mempertahankan

prinsip-prinsip dasar berkehidupan yang tertu

-ang dalam pikukuh.

Dilahirkan

Sebagai

Petapa

OLEH : MUHAMMAD IQBAL

“ WR van

Ho-evell, seorang

penulis, punya

pendapat yang

lain. Nama

Baduy, katanya,

mungkin

be-rasal dari

sebu-tan orang-orang

(9)

BULOK

BADUY

15

PACKIN’BACK

16

JULI - A

Masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam, sangat memegang erat pikukuh, yaitu ketentuan adat mutlak yang diwariskan tu-run-temurun. Pikukuh ini mereka pertahank-an agar tidak terjadi perubahpertahank-an apapun atau sesedikit mungkin. Banyak contoh konkret penolakan yang dilakukan masyarakat Baduy. Di antaranya, yang paling dirasakan pengun-jung, mereka tidak menerima masuknya lis-trik dan alat-alat elektronik. Bermacam jenis pengajian dan pendidikan juga mereka to-lak. Dalam bidang pertanian, mereka tidak mengubah kontur lahan persawahan, tidak menggunakan alat-alat seperti pacul dan bajak, tidak membuat terasering, dan tidak mengubah aliran sungai.

Dalam berdagang, mereka tidak melakukan tawar-menawar. Alasannya jelas, masyarakat Baduy sebisa mungkin tidak menerima budaya-budaya baru selain yang

diajarkan nenek moyang mer-eka.

Berbeda dengan Baduy Luar yang sudah terlihat mengadopsi sebagian teknologi. Kantor sek-retaris desa sudah mempunyai seperangkat komputer leng-kap dengan printer-nya. Kalau masyarakat Baduy Luar berkun-jung ke kenalannya yang ada di Jakarta dan sekitarnya, mereka sudah biasa menggunakan

san-dal dan alat transportasi umum. Secara tu-run-temurun, aturan-aturan tersebut tidak dicatat, tapi hanya disampaikan secara lisan, sambung-menyambung sampai sekarang. Ingatan masyarakat Baduy memang terkenal tajam.

Kepercayaan yang dianut komunitas Baduy adalah Sunda Wiwitan yang bisa dikat-egorikan sebagai animisme. Pada perkem-bangan selanjutnya, kepercayaan mereka juga dipengaruhi oleh Budha, Hindu, dan Is-lam. Sebuah Arca bernama Domas dianggap sebagai Arca yang paling sakral, tidak boleh dikunjungi oleh tamu. Letaknya juga diraha-siakan.

Penemuan-penemuan arkeologis memberikan kesimpulan bahwa Arca Domas adalah sebuah pemakaman, tapi komuni-tas Baduy berpendapat bahwa Arca Domas adalah tempat para leluhur mereka mening-galkan dunia dengan lenyapnya roh sekaligus raga mereka.

Agama -bagi komunitas Baduy- meru-pakan hubungan antara cara berpikir dan

pe-rilaku seperti yang dijabarkan dalam pikukuh. Setiap individu dalam komunitas Baduy yang melanggar pikukuh akan “diber-sihkan” dengan upacara nyapu. Beratnya hukuman tergantung pada kedudukannya. Semakin tinggi kedudukannya semakin tinggi hukumannya.

Segala aspek kehidupan berpusat pada pikukuh. Semua orang dilahirkan untuk menja-di petapa, memenuhi kewajibannya dengan sungguh-sungguh sesuai kedudukannya, menjalani hidup sederhana, dan tidak mem-bebani siapapun.

Berdasarkan agama atau sistem adat, kepemimpinan, sistem kerabat, kemurnian turunan, dan orientasi adat serta agama perkampungan Baduy dapat dibedakan menjadi Baduy Dalam, Baduy Luar, dan Dan-gka. Kampung Tangtu merupakan kampung utama, yaitu kampung para leluhur, letaknya di Baduy Dalam. Kampung Panamping ada-lah kampung pinggiran yang menjadi tempat tinggal warga Baduy Luar. Sedangkan Kam-pung Dangka berarti “kamKam-pung kotor” atau kampung tempat tinggal orang-orang ber-dosa yang berlokasi masih satu wilayah den-gan Baduy Luar. Beberapa nama kampung di Baduy Luar, yaitu Cikadu, Kadu Ketuk, Kadu Kolot, Gajeboh, Cisagu, dan Cikakal.

Komunitas Baduy mempunyai pemimpin tertinggi yang disebut Pu’un. Mas-ing-masing kampung di Baduy Dalam (Cibeo, Cikeusik, dan Cikertawana) mempunyai satu

Arca Domas

ing sakral, tidak

boleh dikunjungi

(10)

BULOK

BADUY

Pu’un. Jadi secara keseluruhan ada tiga Pu’un yang bertindak seperti seorang pemimpin. Pu’un ini adalah jabatan yang diwariskan tu-run-temurun walaupun tidak otomatis dari Bapak ke Anak, bisa juga kerabat yang lain. Jangka waktu jabatannya tidak ditentukan, hanya berdasarkan kemampuannya meme-gang jabatan itu.

Pemimpin-pemimpin yang penting lainnya adalah Tangkesan (dukun kepala), Jaro Tangku (kepala desa), Girang Seurat (pe-mangku adat), Baresan Salapan, Tanggunan Jaro Duawelas (kepala para jaro), Jaro Dan-gka (kepala kampung danDan-gka), Kokolotan (kepala kampung panamping), kolot (kepala kampung pajaroan), dan Penghulu (dukun atau pemimpin upacara siklus kehidupan).

Pu’un lah yang menjadi kepala pemer-intahan. Para pemimpin lain hanya memban-tunya. Kewajiban Pu’un, seperti ditetapkan dalam pikukuh, adalah memelihara Sasaka

Pusaka Buana dan Sasaka Domas, mem-bimbing komunitas menjadi petapa, dan mengadakan upacara kawula yang ketika itu tidak boleh ada pengunjung masuk ke Baduy Dalam kecuali mereka yang datang bukan untuk berkunjung, tetapi untuk mem-inta bantuan Pu’un dalam urusan pribadinya. Terkadang, pengunjung yang datang pada bulan-bulan terlarang itu tetap berkehendak masuk ke Baduy Dalam. Para pengunjung nakal ini biasanya dibekali beberapa bahan dan alat ritual yang dibawa oleh pemandu.

Paradigma orang pada umumnya yang menyatakan bahwa komunitas Baduy ter-tutup sepenuhnya dari dunia luar dapat di-patahkan. Buktinya, ada Seba, yaitu sebuah acara yang dilakukan oleh beberapa perwak-ilan masyarakat Baduy untuk memberikan sebagian hasil bumi mereka kepada pemer-intah. Belakangan, Seba mendapat defi-nisi baru, sebagai ajang “curhat” komunitas Baduy kepada pemerintah.

Memang, dalam setiap acara yang di-lakukan setahun sekali ini, perwakilan Baduy selalu menyampaikan keluh kesahnya kepada pemerintah yang sedang menjabat. Namun, inti dari Seba bukanlah demikian, melainkan memberikan semacam oleh-oleh kepada pe-merintah dan sebagai ajang untuk mempere-rat silaturahim. Begitulah amanat dari leluhur mereka yang tidak berani mereka langgar. Setiap tahun, Seba selalu mereka jalankan.

Seba terakhir dilakukan pada 19 April 2010. Dalam kesempatan itu, komunitas Baduy meminta pemerintah Banten dan Kabupaten Lebak menjaga keutuhan tanah

ulayat di wilayah Baduy (Kompas, 20 April 2010). Jaro Dainah sebagai ketua rombon-gan adat Baduy menyerukan beberapa keluh kesah mereka di aula Setda Provinsi Banten. Dainah mengatakan, saat ini banyak war-ga Baduy yang memiliki lahan di luar tanah ulayat tapi belum memiliki bukti kepemilikan tanah. Sementara, warga Baduy terus ber-tambah.

Dalam Seba yang diikuti sekitar 605 warga Baduy tersebut, mereka juga meminta pemerintah memperhatikan kesejahteraan warga di luar Baduy yang tinggal di wilayah perbatasan tanah ulayat. Sebab, kata Dain-ah, jika banyak warga yang menganggur di wilayah perbatasan, dampaknya akan

meru-Seba

sak hutan dan lahan di kawasan Baduy. Mas-duki, wakil Gubernur Jawa Barat menanggapi, “Saya menitipkan gunung-gunung yang ada di Banten agar tetap terjaga kelestariannya, warga Baduy harus bertindak jika ada orang yang akan merusak hutan.”

(11)

PENGANAN

BADUY

PENGANAN

BADUY

Adat istiadat suatu suku tercermin da-lam kebiasaan penduduknya. Tidak terkecuali

urang Kanekes atau orang Baduy. Mereka pu-nya cara tersendiri dalam mengelola pangan untuk kebutuhan hariannya. Memang tidak ada yang khas dari makanan di Baduy, tapi nilai-nilai yang mereka anut untuk menjaga dan mengelola makanan menarik untuk dite-lusuri. Pada umumnya, warga Baduy masih makan makanan yang sangat sederhana, yaitu nasi, sayur, serta ikan asin atau telur asin.

Masyarakat Baduy hidup berladang dengan beras sebagai hasil utamanya. Warga Baduy dikenal pandai mengatur persediaan beras mereka. Komoditas ini bernilai tinggi di kalangan warga Baduy. Mereka sangat irit

B

eras menjadi sebuah komoditas pangan yang ber

-peran penting bagi warga Baduy. Penyimpanannya

dibuat spesial layaknya menjaga sesuatu yang ber

-nilai tinggi.

Budaya Pangan

Urang

Kanekes

OLEH : AMBAR ARUM FOTO : BERBAGAI SUMBER

dalam mengonsumsi beras. Setelah panen, mereka me-nyimpan beras hasil panen tersebut di leuit, tempat sep-erti rumah namun lebih kecil yang berfungsi menampung beras.

Uniknya, beras hasil ladang mereka bu-kan menjadi sumber beras yang dikonsumsi sehari-hari. Mereka lebih memilih untuk mem-beli beras dari luar ketimbang menggunakan beras hasil panen mereka sendiri. Setidaknya ada dua alasan yang mendasari pilihan itu. Pertama, dengan membeli beras ke luar, warga Baduy bisa menjaga hubungan baik dengan masyarakat di luar wilayah Kanekes. Biasanya mereka membeli beras dari pasar Ciboleger, atau membeli ketika ada operasi pasar yang diadakan Pemprov Banten. Ked-ua, sebagai persiapan menghadapi kemung-kinan terburuk apabila terjadi kekeringan.

Beras menjadi semacam tabungan un-tuk masa tua mereka, sehingga tidak perlu

JULI - A

GUSTUS

I

2010

19

PACKIN’BACK

20

JULI - A

GUSTUS

I

(12)

PENGANAN

BADUY

tang, cukup sulit

mendapatkan

merepotkan atau bergantung pada

anak-cucu. Dengan demikian, maka Baduy tidak pernah mengalami kelaparan ataupun krisis beras. Uang memang sangat penting, namun beras tentu lebih penting. Dapat kita lihat banyak tempat penyimpanan beras (leuit) dibangun untuk berjaga-jaga agar tidak kekurangan.

Karena kebiasaan menyimpan beras, maka tidak heran apabila beras yang ada di Baduy banyak yang berusia puluhan tahun. Benih yang digunakan adalah benih tradis-ional, bukan hasil rekayasa genetik atau hibr-ida seperti yang biasa kita konsumsi. Dengan begitu, mereka membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk panen, itupun dengan jumlah yang lebih sedikit. Namun, kadar air berasnya rendah sehingga lebih awet

disim-pan sampai puluhan tahun, bahkan ratusan tahun.

Selain beras, warga Baduy memiliki produk kuliner unggulan yang sering mereka jual ke masyarakat luar Baduy. Salah satunya adalah madu. Madu Baduy sangat terkenal karena selain rasanya enak, keasliannya juga terjamin. Madu langsung diambil dari hutan dan diolah secara alami, tanpa bahan pen-gawet.

Durian Baduy tidak kalah pamornya dengan madu di mata masyarakat luar Baduy. Harganyapun terhitung sangat murah. Tiga buah durian hanya dihargai Rp10 ribu. Bahkan kalau beruntung, pendatang yang sedang ke Baduy dapat menikmati durian ini dengan cuma-cuma bersama tuan rumahnya. Jenis durian Baduy berbeda dengan jenis yang biasa dijumpai di perkotaan. Biji duriannya lebih kecil sehingga daging buahnya lebih banyak.

Walaupun nilai budaya dan kesederhanaan masih sangat kental di Baduy, tapi arus mod-ernisasi melibas tanpa pandang bulu, termasuk kepada urang Kanekes. Makanan dan minuman modern seperti softdrink, mie instan, dan makanan ringan lain-nya, sudah tak asing lagi di lidah warga Baduy, terutama mereka yang senang melancong ke luar daerah Baduy.

Namun, bukan berarti mereka melanggar peraturan adat. Aturan adat Baduy

han-ya melarang mashan-yarakatnhan-ya makan daging kambing, anjing, dan kucing serta minum se-suatu yang memabukkan. Karena itulah, ma-kanan-makanan instan bisa diterima warga Baduy, walaupun tidak terlalu mendominasi.

Bagi pendatang, cukup sulit

menda-patkan variasi makanan. Di Baduy tidak ada warung, apal-agi tukang makanan gerobak. Biasanya, pendatang meminta tolong untuk dibuatkan

(13)

GUNUNG

CEREMAI

B

erada di puncak kawah Ceremai dengan ketinggian 3.078 m dpl rasanya seperti diberi kedamaian dan kekerdilan. Puas rasanya menjejakkan kaki di titik tertinggi Jawa Barat. Belasan jam pendakian seperti tak ada arti, walau-pun menggunakan jalur yang paling sulit, Linggarjati.

GALERI

FOTO :

(14)

ORDINAT

BADUY

ORDINAT

BADUY

JULI - A

GUSTUS

I

2010

25

BACK

26

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK

Baduy bukanlah merupakan nama desa, bukan nama kampung, dan bukan nama tempat apapun. Baduy yang biasa disebut-sebut selama ini sejatinya merupakan nama suku yang bertempat di kaki pegunungan Kendeng, desa Kanekes, kecamatan Leuwi-damar, kabupaten Lebak, Banten, sekitar 60 kilometer sebelah selatan Rangkasbitung. Ketinggian wilayah yang masuk cakupan Baduy adalah 300-600 meter di atas per-mukaan laut dengan topografi berbukit dan bergelombang.

Luasan total kawasan Baduy adalah 501 hektar. Tanahnya terbagi menjadi tiga jenis relief; sebuah gunung vulkanis di utara, sedimen vulkanis di tengah, dan campuran tanah vulkanis-sedimen di selatan. Pegunun-gan, jurang yang dalam, air terjun, dan riam banyak terdapat di bagian selatan. Sumber air panas ikut memenuhi keindahan alam Baduy di sebelah timur.

Total kampung yang ada di Baduy adalah 59 buah. Hanya 3 yang ada di Baduy Dalam, yaitu Cibeo, Cikeuseik, dan Cikeurta-warna. Uniknya, 56 kampung lainnya manut dengan apa yang dikatakan 3 kampung di Baduy Dalam tersebut. Tidak ada istilah pe-makzulan ataupun kudeta walau jumlah mer-eka jauh lebih banyak. Masyarakat percaya, dahulu memang asal muasal Baduy Luar ada-lah dari Baduy Dalam. Leluhur Baduy Luar

S

udah beberapa tahun Banten dinobatkan menjadi

provinsi baru sapihan Jawa Barat. Pembangunan Ban

-ten seakan berlari, tapi tidak dengan Baduy. Himpu

-nan suara serangga dan hutan masih mendominasinya.

Keasrian di Tengah

Hiruk Pikuk Banten

adalah Baduy Dalam. Itulah salah satu faktor kuat yang mendorong Baduy Luar ma-nut terhadap Baduy Dalam.

Seiring perkembangan waktu, jumlah penduduk berkembang sampai mem-bludak 18 kali lipat dalam waktu 1 abad, 1888-1986. Tercatat, pada tahun 2003, jumlah desa Baduy menjadi 52 buah dengan populasi 7.180 jiwa1). Saat ini,

Bahasa sehari-hari yang digunakan ko-munitas Baduy adalah Bahasa Sunda dengan dialek Sunda-Banten atau orang biasa me-nyebutnya “Sunda Kasar”. Inilah salah satu faktor kenapa komunitas Baduy cenderung diam ketika berhadapan dengan orang as-ing. Mereka malu dengan cara biacara mer-eka yang kasar, maka diam menjadi bernilai emas.

Sifat komunitas Baduy sudah terke-nal jujur, polos, dan tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar. Segala atribut yang digu-nakan serba sederhana, bahkan sabun pun tidak mereka pakai ketika mandi, terutama untuk Baduy Dalam.

Salah satu keunggulan Baduy adalah jumlah kerajinan yang berlimpah. Biji petai bisa mereka sulap menjadi semacam mini lonceng yang unik. Bermacam kulit kayu bisa berubah fungsi menjadi gelang-gelang ra-jutan yang cantik. Sebuah gelang dibandrol Rp3.000. Harga yang sama untuk pernak-pernik gantungan kunci. Bermacam bahan dasar alami tersebut tidak sulit mereka temu-OLEH : MUHAMMAD IQBAL

(15)

ORDINAT

BADUY

ORDINAT

BADUY

27

BACKPACKIN’

kan di lingkungannya.

Sepanjang hari, kalau sedang tidak pergi ke ladang, Ibu-Ibu warga Baduy mera-jut benang menjadi kain khas Baduy hanya dengan alat rajut sederhana. Bunyi “tek-tek-tek” dari mesin rajutan sederhana itu kerap menyemarakkan suasana bersama dengan suara serangga.

Mayoritas, warga Baduy bermata pencaharian sebagai petani dengan padi se-bagai tanaman utama. Selain itu, mereka juga menanam jagung, kacang panjang, ketimun, terong, dll. Saking kuatnya pertanian mem-pengaruhi mereka, sampai mereka membuat kalender sendiri yang berbeda dengan kalen-der Sunda, Jawa, apalagi Masehi. Sistem kal-ender tersebut berkaitan erat dengan usaha

tani mereka.

Selain tanaman musiman, komunitas Baduy juga pandai menanam albasia, durian, kelapa, dan pohon nira. Kalau sudah saatnya, pohon albasia ditebang lalu dijual ke luar Baduy. Nira yang dihasilkan dari pohon yang mereka tanam, dibuat semacam gula batu berwarna cokelat. Bahan yang sama diguna-kan untuk membuat brown sugar yang biasa kita lihat di kafe-kafe dan hotel-hotel. Hanya saja, brown sugar berbentuk serbuk halus sedangkan nira olahan warga Baduy masih besar-besar dan kasar-kasar.

Madu juga menjadi ciri khas hasil bumi dari Baduy. Madu Baduy dijamin keasliannya. Mereka bukan menernakkan lebah untuk di-ambil madunya, tapi mengdi-ambil langsung ke hutan. Jadi, kalau di tanaman pangan ada istilah tanaman organik, maka madu Baduy juga bisa dilabeli madu organik.

Seluruh hasil bumi yang mereka dapat biasanya dijual, kecuali beras/padi yang mer-eka simpan dalam leuit. Hasil penjualan hasil bumi tersebut dibelikan bahan makanan lain seperti ikan asin, ikan mas, dan sebagainya.

Rumah yang banyak dibuat komunitas Baduy hampir seluruh bahannya dari kayu-kayuan dan daun-daunan kering sebagai at-apnya. Menurut pikukuh (aturan baku) yang ada, paku haram digunakan, seperti banyak rumah adat di pelosok Indonesia lain. Sekilas, rumah satu dengan lainnya tidak terlihat per-bedaannya. Tidak bisa terlihat apakah pemilik rumah itu kaya, biasa saja, atau miskin. Hanya sedikit perbedaan di luas teras rumah.

Pikukuh yang ada mengharuskan war-ga Baduy untuk tidak memasak di atas ta-nah, melainkan harus di dalam rumah

pang-Foto :

Gula Merah Baduy

Foto Atas :

(16)

ORDINAT

BADUY

B

erikut ketentuan-ketentuan bagi para pengunjung Baduy, disa-dur dari papan besar yang ada di dekat perbatasan Baduy Luar dengan Ciboleger:

1. Menghargai atau menghormati adat istiadat Baduy

2. Mengisi buku tamu yang telah disedia-kan

3. Tidak membawa radio tape serta tidak membunyikannya selama berada di Baduy

4. Tidak membawa gitar atau memaink-an selama di Baduy

5. Tidak membawa senapan angin atau sejenisnya

6. Tidak menangkap atau membunuh bi-natang yang di perjalanan

7. Tidak membuang sampah sembaran-gan (terutama dari kaleng atau plastik)

8. Tidak membuang sampah ataupun se-jenisnya ke sungai

9. Tidak membuang puntung rokok yang masih menyala

10. Tidak meninggalkan api bekas masak atau api unggun dalam keadaan meny-ala

11. Tidak menebang pohon secara

sem-barangan

12. Tidak mencabut atau merusak tana-man sepanjang jalan yang dilalui

13. Tidak membawa atau mengkonsumsi minuman yang memabukkan

14. Tidak membawa atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang (narkoba, sabu, dan lain-lain)

15. Tidak melanggar norma susila

16. Tidak menggunakan sabun dan odol jika mandi di sungai

17. Melaksanakan ajaran atau perintah agama secara tertib dan tidak mencolok

18. Bagi orang kulit putih (bukan Bangsa Indonesia) dilarang masuk ke Baduy Da-lam (Cibeo, Cikeurtawana, Cikeusik, hu-tan tutupan/larangan)

19. Dilarang memotret, membawa reka-man video, membuat film, membuat re-kaman suara di wilayah Baduy Dalam

20. Pada bulan Kawalu menurut penang-galan Baduy selama 3 (tiga) bulan ber-turut-turut Baduy Dalam Tertutup untuk semua tamu

21. Semua tamu atau pengunjung tanpa terkecuali dilarang memasuki hutan tutu-pan.

gung yang semuanya terbuat dari bahan mudah terbakar itu. Keadaan ini rawan sekali memancing kebakaran. Banyak pihak telah mengingatkan komunitas Baduy untuk men-inggalkan kebiasaan tersebut, tapi bagi mer-eka pikukuh harus ditaati, apapun risikonya. Menurut salah seorang warga Baduy Dalam, sekitar dua puluh tahun yang lalu ada keba-karan hebat yang melahap lebih dari seratus rumah hanya dalam waktu singkat. Namun demikian, sampai detik ini mereka tetap me-masak di atas rumahnya seakan tidak kenal kata jera.

Salah satu keunikan yang juga men-jadi ciri khas komunitas Baduy adalah adan-ya leuit, adan-yaitu tempat menyimpan gabah bagi masyarakat Sunda yang juga diadopsi oleh komunitas Baduy. Khusus untuk leuit di Baduy, setiap rumah biasanya mempunyai

2-3 leuit. Semakin tinggi status ekonominya, semakin banyak leuit yang dimilikinya. Leuit mampu menangkal cuaca dan hama penya-kit. Sirkulasi udara dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan gabah kering dalam waktu yang lama.

Kumpulan leuit terpisah dari pemuki-man penduduk. Alasan sederhana, kalau pe-mukiman terbakar, cadangan makanan tidak ikut terbakar. Walau tidak dijaga, tapi tidak ada yang berani mencuri gabah dalam leuit, karena tentu ada sanksi adat tersendiri untuk itu.

Bisa saja orang mengkategorikan ko-munitas Baduy kuno, tidak mengikuti zaman, tapi itu bukan berarti miskin dan tidak mam-pu. Tidak ada istilah kelaparan selama masih ada leuit yang kokoh berdiri. Ratusan tahun mereka menjaga budaya leuit lestari. Jangan heran kalau suatu saat ditawari makan beras berwarna merah oleh orang Baduy, lalu dia bilang, “Nasi yang kamu makan itu adalah hasil panen tiga puluh tahun yang lalu, loh.”

Leuit

Foto Atas :

(17)

Djaro Dainah ketika itu sedang memotong kayu saat ditemui di rumahnya. Kayu itu sepertinya untuk stok kayu bakar. Ia lang-sung masuk dan menggunakan kemeja hitam berlengan pan-jang dengan lencana di kantong dada bagian kanannya, siap menjawab beberapa pertanyaan Backpackin’.

Kepala Desa itu beda dengan Pu’un ya?

Pu’un itu statusnya

se-bagai ketua adat, kalau di luar itu sama seperti kiai, jadi ngurus kebatinan, ngurus keagamaan. Kalau Kepala Desa itu ngurus ad-ministrasi, membawahi seluruh desa Kanekes, baik Baduy Luar maupun Baduy Dalam.

Jadi Pu’un sebagai tokoh adat, ngurus paranormal, batiniah, cara hidup di dunia di akhirat, itu dikelola oleh lembaga adat. Kalau Kepala Desa itu sama seperti di luar Baduy, cuma bedanya tidak modern. Secara aturan administrasi, aturan tugas fungsi itu sama. Kami punya Sekdes, punya pamong, RT RW. Karena kami itu di 59 kampung maka diben-tuklah istilahnya Pamong Desa. Pamong Desa itu mewakili desa di atas RT RW.

Apa fungsi utama Kepala Desa?

Kerja kepala desa itu adalah sebagai

JULI - A

GUSTUS

I

2010

31

PACKIN’BACK

32

JULI - A

OLEH : MUHAMMAD IQBAL

peringatan jangan melanggar, itu kan mengawasi. Tapi bisa dilihat secara lahiriah dan ba-tiniah. Itu fungsi adat. Hukum adat menurut saya itu paling kuat di seluruh Bangsa Indone-sia karena adat itu takut kepada Yang Maha Kuasa, takut kepada malaikat. Kalau hukum nasional bisa direvisi, bisa diamandemen, tiap hari bisa diubah-ubah. Ka-lau hukum adat sebagai hukum Qur’an, ada patokan. Panjang tidak bisa dipotong pendek tidak bisa disambung. Harus jelas. Itu hukum adat namanya.

Memang orang sini gak mau dipanggil orang Baduy ya Pak, maunya disebut orang Kanekes?

Masalah panggilan itu, Baduy, Kanekes, Kolot, Maneh, tidak masalah. Paling agak tersinggung kalau disebut Rawayan. Raw-ayan itu statusnya jembatan, dulunya itu kan jembatan gantung, raweyan, goyang-goyang, makanya disebut Rawayan.

Kalau disebut Baduy itu memang di lokasinya ada Cibaduy, ada Bukit Baduy, ka-lau nama kampung Baduy memang gak ada. Kalau desa itu namanya Desa Kanekes. Kalau di KTP itu statusnya Desa Kanekes, Kecama-tan Leuwi Damar, Lebak, Banten.

P

enduduk Baduy mempunyai pemimpin

tertinggi yang biasa disebut Pu’un,

tinggal di Baduy Dalam. Selama

melaksanakan tugasnya, Pu’un dibantu oleh

pemimpin-pemimpin yang lebih kecil, disebut

Jaro yang tersebar di Baduy Luar dan Dalam.

BACK PACKIN’

Backpackin’ tidak memilih juru bicara tersebut, melainkan dua orang Djaro sebagai sosok

yang diangkat dalam edisi ini. Pertama adalah Djaro Dainah sebagai pemimpin yang mempunyai

garis koordinasi langsung dengan pemerintah. Bisa dibilang, Djaro Dainah adalah lurah yang di

-tunjuk Pu’un sebagai koordinator urusan kepemerintahan.

TOKOH

DJARO

DAINAH

“ Pu’un itu

sta-tusnya sebagai

ketua adat, kalau

di luar itu sama

seperti kiai,

jadi ngurus

ke-batinan, ngurus

keagamaan.”

Sayang, Backpackin’ belum diberi kesempatan

untuk mewawancarai Pu’un karena memang

menurut kabar yang beredar, Pu’un tidak bisa

ditemui hanya sekedar untuk wawancara. Ada

semacam juru bicara khusus sebagai perwaki

-lannya.

(18)

JULI - A

GUSTUS

I

2010

33

BACK BACK

34

JULI - A

GUSTUS

I

2010

TOKOH

DJARO

DAINAH

TOKOH

DJARO

DAINAH

Oh Baduy Dalam ada KTP juga Pak?

Oh kalau Baduy Dalam enggak. Hanya kalau dia mau ke Jakarta saya kasih identitas. Ada surat. Takut ada hal-hal lain. Takut ada kecelakaan. Kalau KTP hanya ada di Baduy Luar.

Selanjutnya, Backpackin’ menemui Djaro Sami di kampong Cibeo, Baduy Dalam.

Kalau Boediyono disebut RI 2, maka bisa pula Djaro Sami disebut Baduy 2. Ia ada

-lah Djaro Adat yang biasanya dijadikan wakil bagi Pu’un. Berikut petikan wawan

-caranya:

Saya pernah sekali melihat orang Baduy jalan di Jakarta dan beberapa kali melihat mereka berjualan di kampus Bogor. Sebetulnya apa tujuannya?

Itu mau silaturahim. Banyak teman di sana yang dulu pernah main ke sini men-inggalkan alamat. Biasanya mereka sambil membawa madu atau barang-barang kera-jinan asli Baduy. Dari sini mereka jalan kaki, bagi warga Baduy Dalam memang tidak boleh pakai sandal dan kendaraan. Ada yang pernah jalan sampai Bandung, tapi tidak boleh menyeberang laut karena otomatis itu memakai kapal laut, tidak boleh. Kalau sudah sampai Jakarta dan sekitarnya tenang saja, banyak teman.

Bapak sendiri terakhir jalan kapan?

Sudah sekitar 5 tahun yang lalu, waktu SBY belum 100 hari. Saya dan beberapa orang Baduy ke istana, kami ketemu Andi Malarangeng. Kami ngomong tentang ling-kungan Baduy.

Kan suka ada pembersihan Pak oleh Baduy Dalam ke Baduy Luar, apa masyarakat Baduy Luar gak marah dengan pembersihan itu?

Nah itu Hukum Adat, ada setahun sekali, kalau istilah polisi itu razia. Tapi kalau teguran, peringatan itu setiap bulan. Itu oleh seluruh tokoh adat Baduy Luar dan Baduy Dalam. Tidak ada tersinggung. Itu memang aturan adat.

Tapi betul gak sih Pak gak boleh pakai ge-las dan teko?

Oh itu di Baduy Dalam memang gak boleh. Kalau di Baduy Luar lebih bebas. Di rumah saya sendiri ada, itu ada toleransi karena saya harus bersinggungan dengan orang-orang di luar Kanekes.

Nah, kalau tentang baju, aturan sebenarnya gimana?

Baduy Dalam itu harus selalu pakai baju hitam atau putih. Ikat kepalanya harus putih. Kalau Baduy Luar tidak harus putih. Sarung (pakaian bawah-red) Baduy Dalam namanya Samping Aros, warna hitam lurik-lurik. Kalau Baduy Luar bebas, boleh pakai celana.

Apa memang harus begitu ya Pak?

Ini amanat nenek moyang, kami bukannya ketinggalan.

Itu kan banyak peraturan yang dibuat oleh petinggi Baduy, apa yang terjadi kalau itu dilanggar?

Ada yang cukup ditegur, ada yang diberi sanksi hukum. Di sini ada Rutan (rumah tahanan-red) adat. Dia bisa ditahan di situ 40 hari cuma dikasih makan.

Tentang Seba sebagai ajang ketemu orang Baduy dan pemerintah, apa itu wajib?

Itu kewajiban, setahun sekali. Itu amanat adat. Bukan Pu’un yang jalan kaki ke tempat pemerintah tapi ada perwakilan. Saya ikut yang kemarin (Seba 2010-red).

Tentu banyak keluhan yang disampaikan waktu Seba itu, keluhan masyarakat Baduy yang paling berat apa sih Pak?

Kalau ada yang ngejarah lahan. Kami minta hak Ulayat tolong dijaga. Kalau ada kerbau, sapi, kambing tolong dijaga (wilayah Baduy tidak boleh diinjak hewan-hewan tersebut-red). Akhirnya pemerintah yang pagari itu supaya hewan tidak masuk.

Nah, kalau yang dikeluhkan ke tamu yang biasanya jalan-jalan ke Baduy?

Saya minta tolong bacaan itu supaya ditaati (Sebelum masuk Baduy, ada papan yang memaparkan 21 ketentuan kalau hendak memasuki Baduy-red). Yang paling ser-ing dilanggar itu mereka ambil foto di Baduy Dalam. Kami tidak enak.

Terakhir Pak, ada gosip yang bilang bahwa kalau ada wanita Baduy yang suka laki-laki pendatang yang sedang jalan-jalan ke Baduy, maka laki-laki-laki-laki itu tidak boleh ke-luar?

Bohong. Gak ada itu. Di sini laki-laki Baduy dan perempuan Baduy dijodohkan. Tidak boleh cerai sampai meninggal.

(19)

KOMUNITAS

SERGAP

KOMUNITAS

SERGAP

C

ukup Dua Tahun untuk mem

-buat Tim Sergap “mapan” sebagai

sebuah komunitas pecinta alam.

Berawal dari hanya pendakian gunung, kini

perjalanannya juga mencakup beberapa keg

-iatan lain berlabel “cinta alam Indonesia”.

Tujuh puncak Indonesia terpatri menjadi tu

-juan besar mereka.

TIM SERGAP:

Menuju

7 Summit

Nusantara

JULI - A

GUSTUS

I

2010

35

PACKIN’BACK

36

JULI - A

GUSTUS

I

2010

Kicauan burung langsung tertangkap gendang telinga ketika kaki menjejak ke Desa Linggarjati, Kuningan. Cuaca pagi di penghu-jung Mei 2010 rupanya mendukung pendaki-an kami menuju puncak Ceremai. Dua puluh tujuh orang siap dengan macam bawaannya masing-masing. Mayoritas baru kenal be-berapa jam sebelumnya, ketika bertemu di meeting point, terminal Kampung Rambu-tan, Jakarta. Merupakan hal biasa bagi Tim

Sergap untuk mengkoordinasikan pendakian seperti ini.

Melihat puncak gunung Ceremai, seakan kenangan terhempas ke dua tahun silam. Pendakian pertama Tim Sergap dilaku-kan di gunung ini. Andi Rahadi merasa kurang cocok dengan salah satu komunitas pecinta alam yang diikutinya. Tim Sergap dibuat se-bagai pelampiasan. Ia kemudian memasang iklan pada sebuah media online terbitan 29

Juli 2008 untuk mengajak orang ikut dalam pendakian perdana Tim Sergap.

Malang, hanya tiga orang yang terjar-ing. Namun, pendakian tetap dilanjutkan. Andi dan ketiganya berhasil sampai ke pun-cak Ceremai. Sekembalinya, Andi menyusun ulang strategi untuk mengajak lebih banyak orang mendaki gunung. Berhasil, pendakian-pendakian berikutnya menuju Merapi, Pan-grango, Cikurai, Salak, Sumbing, Gede, dan

OLEH : MUHAMMAD IQBAL

(20)

KOMUNITAS

SERGAP

Sindoro terlaksana dengan sukses. Bahkan, di Merapi pesertanya mencapai 45 orang.

Tim Sergap semakin besar dengan tetap memaparkan catatan-catatan hasil pendakiannya di dalam sebuah blog. Bantuan lalu datang dari seorang simpatisan yang ke-mudian mengubahnya menjadi sebuah situs cantik, www.sergapindonesia.com. Pergera-kan meluas, semakin banyak anggota yang bisa dijaring.

Kemudian muncul ide dari para ang-gota untuk tidak hanya melakukan aktivitas pendakian gunung. Lima divisi lain diben-tuk, yaitu Wisata Bahari, Jelajah Goa, Panjat Tebing, Arung Jeram, dan Wisata Keluarga. Kelimanya berjalan sebaik Divisi Pendakian Gunung. Tiap divisi punya pemimpin sendi-ri, jadi ada 6 Koordinator Divisi yang diberi tanggung jawab mengatur perjalanan sesuai bidangnya. Tim Sergap dibuat terorganisir, bahkan ada AD-ART sendiri untuk membuat sistem kokoh. Namun, kehangatan hubun-gan antaranggota tetap

dipegang kuat seperti layaknya sebuah ko-munitas berbasis hobi.

Tidak ada batasan umur untuk mengikuti perjalanan Tim Sergap.

Seperti ilmuwan yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, Tim Sergap juga selalu haus untuk menikmati alam Indonesia. Ra-ta-rata perjalanan dilakukan sebulan sekali. Beberapa bulan terakhir ini, Gunung Guntur dan Pulau Seribu menjadi muara kehausan Tim Sergap. Sempat juga Tim Sergap men-gadakan pelatihan panjat tebing di Ciampea, Bogor. Ke depan, pelatihan penjinakan buaya akan diadakan Tim Sergap di Tangerang.

Orientasi utamanya bukanlah mencari rupiah. Tidak sepeserpun masuk ke kantong pengurus dari setiap perjalanan yang diga-gasnya. Semua pengeluaran dalam perjalan-an dibuka terperjalan-ang. Tim Sergap hperjalan-anya ingin mengajak lebih banyak orang untuk menjadi Tim Serdadu Gabungan Penikmat Alam, sep-erti kepanjangan dari Tim Sergap. Sebagian besar anggotanya adalah dari Jabodetabek, tapi komunitas ini terbuka untuk seluruh pe-cinta alam Indonesia. Sejak awal, perjalanan Tim Sergap selalu memanfaatkan hari libur, seiring dengan tuturan Andi, “Jangan sampai hobimu mengganggu pekerjaanmu.” Moto yang indah terdengar bagi pekerja karena memecahkan paradigma bahwa berlibur har-us mengambil cuti.

Maka jadilah long weekend kali ini Backpackin’ ikut dalam perjalanan Tim Sergap. Usai pekerjaan kantor, kami

me-nyemut di Kampung Rambutan pada Kamis malam. Jumat pagi pendakian dimulai dari Linggarjati (650 mdpl) kemudian melewati beberapa pos: Cibunar (863 mdpl), Condang Amis (1.212 mdpl), Kuburan Kuda

(1450 mdpl), Pangalap (1.673 mdpl), dan Tan-jakan Seruni (1.812 mdpl). Tenda dibuka hanya untuk beberapa jam istirahat, tapi tidak dike-mas lagi karena sebagian besar barang tidak dibawa ke puncak.

Sabtu pukul 1 dini hari kami bergegas melewati pos Bapa Tere (2.146 mdpl), Batu Lingga (2.365 mdpl), Sangga Buana 1 (2.491 mdpl), Sangga Buana 2 (2.648 mdpl), Pan-gasinan (2.842 mdpl), sampai seluruh peser-ta berhasil menggapai puncak (3.079 mdpl) pada pukul 10 siang. Tuntaslah misi pemasan-gan jalur di tiap pos pendakian oleh Tim Ser-gap. Sekarang, kalau melihat ada nama pos yang tertera sepanjang Linggarjati sampai Pengasinan dengan bahan seng berbalut cat kuning, itulah yang dipasang Tim Sergap pada pendakian ini. Dari puncak Ceremai ter-lihat, awan berhasil menutupi hampir sekujur tubuh gunung Slamet, tapi tidak bagian pun-caknya.

Kami mulai turun pukul 11 siang. Gelom-bang pertama berhasil sampai pos Cibunar pada pukul 1 dini hari, gelombang kedua pu-kul 5 subuh, sedangkan gelombang ketiga

memilih buka tenda lagi sehingga baru sampai Cibunar pukul 11 siang. Ahad itu, kami senang semua ber-jalan lancar, hanya waktu perber-jalanan saja yang agak membelot dari ren-cana.

Dalam pendakian kali ini, dari 27 peserta, Tim Sergap berhasil mem-bawa 25 orang ke puncak gunung Ceremai. Beberapa di antaranya baru pertama kali mendaki. Dua orang si-sanya bukan tidak mampu menuju puncak, tapi memilih untuk tidak ikut demi menjaga barang dan memasakkan makanan untuk kawan-kawannya. Pencapa-ian ini bisa dibilang prestasi besar bagi Tim Sergap mengingat Ceremai adalah gunung tertinggi di Jawa Barat dan Linggarjati ada-lah jalur pendakian terberatnya.

Ceremei merupakan salah satu pema-nasan bagi cita-cita besar Tim Sergap yang terpapar dalam salah satu kaos komunitasnya, yaitu mendaki 7 summit Nusantara: Cartenz (4.884 mdpl), Kinabalu (4.095 mdpl), Kerinci (3.800 mdpl), Rinjani (3.726 mdpl), Semeru (3.637 mdpl), Latimojong (3.445 mdpl), dan Binaiya (3.019 mdpl).

Berikutnya, 17-18 Juli 2010 ini, Tim Ser-gap akan menjelajahi Gunung Semeru. Lalu, 31 Juli hingga 1 Agustus, Divisi Jelajah Goa Tim Sergap akan menuju Bumi Ayu di Suka-bumi Selatan yang didengung-dengungkan sebagai goa terbaik se-Asia Tenggara. Sep-erti biasa, Tim Sergap mengundang siapa saja yang mau menikmati alam Indonesia. Riuh kegiatan Tim Sergap bisa dimonitor di website-nya atau di grup facebook Tim Ser-gap Indonesia. Selamat menyergap!

Foto:

Andi Rahadi

(21)

RESENSI

WEB

RESENSI

WEB

39

PACKIN’BACK

40

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK PACKIN’

F

arid Gaban dan Ahmad Yunus adalah dua wartawan berpengalaman yang mencintai Indonesia. Mereka mempu-nyai misi menyusuri untaian zamrud khatu-listiwa yang terbentang luas dengan meng-gunakan sepeda motor dan kapal nelayan. Lebih dari 100 pulau di nusantara menjadi tujuan berlabuh mereka, mulai dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Perjalanan direncanakan sela-ma delapan bulan, mulai Mei 2009 sampai Desember 2009.

Kita dapat mengikuti lintasan

perjalan-an kedua wartawperjalan-an ini melalui blog yperjalan-ang mer-eka perbarui secara berkala. Membaca blog tersebut seakan kita diajak ikut menjelajahi pulau-pulau Indonesia dan menyelami laut birunya. Catatan perjalanan dibuat menarik dan detail. Apalagi ditambah dengan foto-foto yang seakan menggoda untuk dilihat langsung. Cerita Wakatobi yang semakin ru-sak juga terpapar di blog ini. Memang masih belum banyak tulisan dalam blog tersebut, tapi cukuplah untuk menambah referensi dan pengetahuan umum.

Web: http://zamrud-khatulistiwa.or.id

B

en Groundwater adalah seorang penulis dari Australia. Selama 10 ta-hun dia telah menulis artikel menge-nai perjalanan, gaya hidup, dan musik untuk Sydney Morning Herald, the Sun-Herald, the Courier-Mail, FHM, dan Rolling Stone. Rupa-nya, Ben juga seorang backpacker yang telah menjelajahi berbagai negara di Asia, Eropa, dan Afrika.

Di dalam blognya, kita dapat melihat berbagai pengalaman jelajahnya, tentu den-gan sudut pandangnya sendiri. Lima belas album foto dari lima belas negara tambah memeriahkan blog ini. Menarik karena foto yang diambil tepat dengan kaidah fotografi sehingga enak dilihat.

Dari blog ini pun kita mengetahui ka-lau Ben telah menerbitkan sebuah buku yang berjudul 5 Ways To Carry A Goat. Sebuah buku yang menceritakan tentang perjalanan panjangnya selama 14 minggu ke 14 negara seperti Brasil, Thailand, Republik Ceko, dan Ethopia.

Web: http://bengroundwater.com

Dua Wartawan Susuri

Zamrud Khatulistiwa

5 Ways

to Carry

a Goat

JULI - A

GUSTUS

I

(22)

AKSESORIS

SOLIO

AKSESORIS

SOLIO

41

BACK

42

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK

K

ini, manusia tak bisa lepas dari listrik.

Padahal, backpackers umumnya hidup jauh dari sumber listrik.

Maka kemudian muncul Solio Portable Solar Charge.

Setali tiga uang dengan alat yang memanfaatkan solar panel lain,

Solio juga menyimpan energi panas matahari, kemudian mengubahnya menjadi

energi listrik yang bisa kita gunakan untuk mengisi ulang baterai

telepon seluler, GPS, kamera, dan MP3 player.

Energi matahari yang disimpan Solio dapat kita gunakan kapan saja,

bahkan ketika malam sekalipun.

Empat tipe portable solar charger dalam Solio memiliki

keunggulan masing-masing, tapi fungsi utamanya tetap sama.

Selain praktis, alat ini juga ramah lingkungan.

JULI - A

GUSTUS

I

2010

Solio,

Charger

Praktis

Ramah Lingkungan

1. Letakkan Solio tepat di bawah sinar ma-tahari.

Pastikan solar panel menghadap langsung ke matahari karena solar panel inilah yang ber-fungsi menyerap energi matahari.

Satu jam energi matahari yang tersimpan di Solio dapat diubah menjadi kurang lebih 30-45 menit waktu bicara (talk-time) dengan telepon seluler, tergantung kualitas sinar ma-tahari, tipe Solio, dan tipe telepon seluler.

Waktu terbaik untuk mendapatkan energi matahari adalah pukul 10-14. Pastikan tidak ada benda atau bayangan yang menghalangi sinar langsung matahari ke solar panel karena akan mempengaruhi penyerapan energi Solio.

2. Hubungkan Solio dangan alat yang ingin kita charge.

Solio menyediakan kabel ke telepon seluler, kamera, MP3 player, dan GPS den-gan merek ternama. Viola! Baterai lang-sung terisi! Tidak perlu lagi kuatir keha-bisan baterai di tengah perjalanan ketika naik gunung atau di tengah-tengah alam liar, karena selama ada matahari dan Solio, kebutuhan listrik terjamin.

Solio bisa didapat di toko-toko out-door atau toko online seperti kaskus den-gan harga mulai Rp350.000. Lebih leng-kapnya dapat dilihat di http://www.solio. com/charger/

(23)

TIPS

MENDAKI

TIPS

MENDAKI

BACK PACKIN’

44

JULI - A

GUSTUS

I

2010

1. Kenali Gunung yang akan

Didaki

Sebelum memutuskan ikut pendakian, alangkah baiknya jika kita menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang gunung terse-but, seperti berapa ketinggiannya, bagaima-na medannya, juga kelebihan dan kekuran-gannya. Termasuk juga apa saja kewajiban dan pantangan selama berada di gunung tersebut. Semua itu untuk kelancaran kita se-lama pendakian. Misalnya, kalau kita sudah mengetahui dari awal bahwa sulit mendap-atkan air di Gunung Ceremai, maka kita akan menyiapkan air lebih banyak.

2. Persiapkan Fisik dan Mental

Bagi yang sering olah raga, per-siapan fisik mungkin tak terlalu dibu-tuhkan. Namun bagi yang jarang berolahraga, lebih baik mempersiap-kan fisik dengan cara jogging atau renang. Lakukan secara teratur satu atau dua minggu sebelum memu-lai pendakian. Mental sangat dibu-tuhkan untuk memotivasi diri sendiri agar bisa sampai ke puncak sesuai

tu-juan. Kerja sama tim mutlak dibutuhkan. Sifat egois akan merugikan diri sendiri dan tim.

3. Persiapkan Alat-Alat

yang Dibutuhkan

Tidak sedikit perlengkapan yang dibu-tuhkan untuk mendaki gunung. Persiap-kanlah alat-alat seperti tenda, sleeping

bag, matras, jas hujan, jaket tebal, topi, dan sarung tangan. Jangan lupa pakai alas kaki yang memadai seperti sepatu atau sandal gunung. Persiapan minuman dan makanan juga penting. Bawalah air yang cukup, juga makanan instan yang mudah dibawa. Mie instan, roti, dan biskuit bisa menjadi sum-ber kalori andalan. Jangan lupa membawa cokelat atau gula merah untuk menambah tenaga selama pendakian.

4. Jangan Bertindak Ceroboh

atau “sompral”

Alangkah baiknya kita tidak berbuat atau berkata sesuatu yang ceroboh atau “sompral”. Anggaplah kita sedang bertamu ke tempat orang lain. Hormati gunung terse-but, dan jangan lupa nikmati perjalanan sam-pai nanti kembali lagi.

M

uncul kebanggaan ketika kita berhasil mencapai titik tertinggi, tempat yang

membuat pandangan mata leluasa bergerak dengan hamparan awan putih ada

di bawah kaki kita. Namun, pendakian tetap harus dibekali dengan persiapan

yang cukup karena mendaki gunung tergolong olah raga ekstrim. Berikut beberapa tips

bagi pendaki pemula:

Mari Mendaki!

(24)

INFO

BI

INFO

BI

45

BACK

46

JULI - A

GUSTUS

I

2010

BACK

JULI - A

GUSTUS

I

2010

Menyelami

Suasana Kota

‘Moci’ Tegal

Stasiun Senen menjadi meeting point kami siang itu. Hanya 1 orang yang saya kenal dari 12 orang yang ikut. Tapi itu tidak masalah, saya justru senang bisa bertemu karakter-karakter baru. Perjalanan dari Jakarta ke Tegal kami tempuh menggunakan kereta ekonomi Tegal Arum seharga Rp15 ribu. Kami tiba di Tegal pukul 10 malam. Keadaan kotanya su-dah sepi, begitu pun dengan alun-alun kota yang berada di depan stasiun.

Pasar Senggol menjadi tujuan pertama kami untuk mengisi perut. Kebetulan masih ada ‘warteg’ yang buka. Warung Moro Tres-no namanya. Di sana, untuk pertama kalinya saya mencicipi teh poci yang menjadi ikon Tegal. Rasanya sangat khas. Masyarakat lokal menyebut cita rasanya dengan istilah Wasgi-OLEH : ANDRY NUR HIDAYAT

tel yang merupakan singkatan dari wangi, panas, legi, dan kentel.

Setelah keluar gerbang pasar Senggol, perhatian kami teralihkan oleh penampilan musisi jalanan di daerah balai kota. Mereka berusia paruh baya, tapi sangat piawai me-mainkan alat musik. Momen yang pastinya jarang kita temui di kota besar. Setelah puas berfoto dan bernyanyi bersama, kami melan-jutkan perjalanan menuju Pantai Alam Indah (PAI) lalu bermalam di tepi pantai, beratap-kan langit dan ditemani suara deru ombak. Syahdu sekali.

Pemandangan PAI pagi itu sangat berkesan, selain karena sunrise yang indah, juga karena saya bisa melihat kegiatan warga di sekitar pantai. Sekitar pukul tujuh, kami mu-lai menuju tempat wisata selanjutnya: Guci. Perjalanan ke Guci ditempuh 2 jam. Setelah sampai di terminal akhir di desa Guci, kami langsung menyewa penginapan seharga

P

ertengahan April kemarin, Backpack

-in’ membuat perjalanan wisata bu

-daya ke Tegal. Dua belas orang ikut

dalam perjalanan itu, salah satunya Andry

Nur Hidayat yang mencoba mengenangnya

kembali dalam tulisan berikut.

Rp240 ribu semalam. Jadi, tiap orang hanya membayar Rp20 ribu.

Selepas dzhuhur, kami menuju peman-dian air panas Guci. Karena tempat itu sudah penuh, kami putuskan untuk mencari tempat pemandian lainnya: Curug Sigeong. Hampir 30 menit kami berjalan kaki untuk menuju ke sana. Awalnya semua kelelahan, tapi se-mua terbayar setelah embun dari curug menghempas wajah. Air panas di salah satu sudutnya menambah serunya hari itu. Hanya ada kami dan beberapa orang saja di Curug Sigeong, kesannya kami wisatawan khusus yang diberi tempat khusus.

(25)

mkjhgd

cdef-mck

cdef-c

cdef-mck

KLIK

visit :

www.backpackinmagazine.com

w w

w

KLIK

KLIK

KLIK

KLIK

KLIK

KLIK

cdef-

mck

cdef-KLIK

KLIK

The World is A Book and Those Who

Not Travel Only One Page

.: St. Augustine :.

mck

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu Majelis Jemaat GKI Kwitang mengundang seluruh anggota jemaat dan simpatisan yang ingin mengungkapkan rasa syukur kepada Allah melalui Persembahan

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal

 Sangat baik dalam sikap patuh pada tata tertib atau aturan dan mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan, mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik

Pemungutan bunga cengkeh dilakukan dengan cara memetik tangkai bunga dengan tangan, kemudian dimasukkan kedalam kantong kain atau keranjang yang telah disiapkan,

Penyajian Kembali (restatement) adalah perlakuan akuntansi yang dilakukan atas pos-pos dalam Neraca yang perlu dilakukan penyajian kembali pada awal periode ketika

Berdasarkan data Bloomberg nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan spot kemarin ditutup di level Rp 13.441 akibat sentimen negatif dari pemaparan

Dari hasil penelitian dengan metode wawancara terdapat penjelasan dari seluruh responden bahwa kehidupan mereka sangat tergantung dengan alam karena alam memberi

Penggunaan software Microsoft Word 2007 dapat dilakukan dengan mudah karena software ini tersedia di semua computer generasi baru.Keterampilan membuat bangun-bangun dasar geometri