Mengembangkan
Pemasaran
Sanitasi Untuk
Mendukung
Strategi Nasional
Sanitasi Total
Berbasis
Masyarakat
BUKU
SAKU
PEMASARAN
SANITASI
STBM
WSLIC
‐
2
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. T u j u a n ... 2
3. Hasil Yang Diharapkan ... 2
4. Strategi Umum Pemasaran Sanitasi ... 3
5. Ruang Lingkup Kegiatan ... 3
6. Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan ... 3
7. Sumber Dana ... 4
8. Pelaku Usaha ... 4
9. Dukungan Stakeholder ... 4
II. PENDEKATAN DAN METODA PELAKSANAAN ... 4
1. Pendekatan Pelaksanaan ... 4
2. Methodologi Pelaksanaan... 5
III. PELAKSANAAN ... 6
IV. PENGORGANISASIAN ... 14
MENGEMBANGKAN
PEMASARAN
SANITASI
UNTUK
MENDUKUNG
STRATEGI
NASIONAL
SANITASI
TOTAL
BERBASIS
MASYARAKAT
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pasar sanitasi di wilayah pedesaan umumnya masih lemah. Keuntungan finansial dari pengembangan produk dan pemasaran masih belum cukup untuk menarik investasi bagi investor, distributor maupun pengusaha dari sektor swasta. Selain itu, kebanyakan pemasok pedesaan tidak memiliki keterampilan dan kapasitas finansial untuk melakukan investasi dalam pengembangan produk dan jasa atau promosi sanitasi.
Pemasaran sanitasi tergolong pemasaran sosial yang meliputi 6 P (Product, Price, Promotion, Place, Policy dan Partnership). Sehingga sangat terbatas investor yang tertarik untuk mengembangkan bisnis ini. Berbeda dengan pemasaran bisnis properti lainnya, seperti : rumah, kendaraan, perangkat elektronik, perhiasan dll. Namun demikian bisnis ini tetap berpeluang dan menarik dikembangkan terlebih pasar sanitasi yang masih terbuka lebar, hal ini tergambar dengan rendahnya akses sanitasi yang dijangkau oleh masyarakat pedesaan di Indonesia.
Pemasaran sanitasi tidak hanya meningkatkan derajat kesehatan dan status sosial (gengsi) bagi konsumennya, namun dapat memberikan pula keuntungan bagi provider (pelaku yang bergerak pada bisnis ini), membuka kesempatan penyerapan tenaga kerja produktif/ tukang terlatih serta memberikan
kontribusi bagi penerimaan pendapatan Pemerintah Daerah walaupun sangat terbatas.
2 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
Jeda waktu yang terjadi pada pasca pemicuan (triggering), merupakan saat yang tepat untuk melaksanaan pemasaran sanitasi. Karena kegiatan monitoring saja pada pasca pemicuan tidak cukup untuk mempengaruhi kebiasaan masyarakat agar merubah perilaku buruknya seperti kebiasaan BAB ditempat terbuka, tidak cuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB dll.
Pemasaran sanitasi akan dapat mengangkat derajat kesehatan dan meningkatkan gengsi bagi konsumennya, melalui promosi perubahan perilaku, promosi produk dan jasa yang ditawarkan.
Hal yang menarik bahwa masyarakat pedesaan di Indonesia umumnya adalah petani, sehingga enggan jika harus membayar dengan mencicil secara bulanan, mereka lebih tertarik jika dapat dicicil secara yarnen (bayar panen). Hal inilah yang menjadi kendala bagi banyak pengusaha di Indonesia, dan untuk mengatasi hambatan ini diperlukan dukungan provider yang bersedia menjembataninya.
2. T u j u a n
Tujuan Umum :
Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan
pemasaran sanitasi dan penyehatan lingkungan yang berkelanjutan.
Tujuan Khusus :
a. Diperolehnya derajat kesehatan dan gengsi yang meningkat bagi masyarakat yang menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Diperolehnya konsumen loyal yang mau merubah kebiasaan buruknya untuk melaksanakan lima pilar STBM.
c. Diperolehnya peningkatan sarana sanitasi yang memenuhi syarat untuk memproteksi penularan penyebaran penyakit melalui air dan lingkungan.
d. Diperolehnya peluang usaha produk dan jasa sanitasi mencakup lima pilar STBM bagi provider di daerah.
3. Hasil Yang Diharapkan
a. Meningkatnya pemahaman masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
c. Terbentuknya jaringan/rantai supply untuk mendukung kegiatan pemasaran sanitasi.
d. Terjalinnya komitmen pemerintah daerah dalam hal kebijakan yang mendukung pemasaran sanitasi.
4. Strategi Umum Pemasaran Sanitasi
a. Membentuk komitmen masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
b. Membentuk/membangun peralatan sanitasi baik berupa produk, promosi maupun jasanya di desa melalui penyiapan provider dan tukang terlatih.
c. Menciptakan jaringan/rantai supply untuk mendukung kegiatan sanitasi melalui penciptaan peluang usaha baik berupa usaha produk, usaha promosi maupun usaha jasa sanitasi.
d. Mengadvokasi pemerintah daerah untuk membangun komitmen berupa regulasi, kebijakan dan insentif yang mendukung pelaksanaan pemasaran sanitasi.
5. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup pemasaran sanitasi menyangkut promosi perubahan perilaku dan promosi atas produk dan jasa yang mendukung terhadap pelaksanaan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yakni :
1. Stop dari buang air besar (BAB) sembarangan. 2. Mencuci tangan pakai sabun.
3. Mengelola air minum rumah tangga dengan aman. 4. Mengelola sampah rumah tangga dengan benar. 5. Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
6. Lokasi Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan
4 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
7. Sumber Dana
Pada prinsipnya sumber dana pelatihan, workshop dan investasi dapat difasilitasi oleh Pemerintah Daerah atau dilaksanakan secara mandiri (provider) melalui pola pembiayaan bersama (cost sharing basis) dengan kerjasama perusahaan swasta melalui bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) atau melalui pinjaman kredit dari Lembaga Bank dan Non Bank.
8. Pelaku Usaha
Pelaku usaha adalah provider yang dalam hal ini adalah pegiat utama STBM di kecamatan dan desa, seperti sanitarian, usahawan, pedagang dan tukang bangunan.
9. Dukungan Stakeholder
Sejalan dengan kegiatan pemasaran sanitasi yang tergolong pemasaran sosial, sangat diperlukan dukungan stakeholder terkait terutama advokasi ke penguasa, kebijakan, insentif dan pendanaan dari Pemerintah Daerah agar kegiatan ini bisa berkesinambungan.
II. PENDEKATAN DAN METODA PELAKSANAAN
1. Pendekatan Pelaksanaan
Untuk mendorong terwujudnya pemasaran sanitasi yang berkelanjutan pada program STBM, paling tidak diperlukan tiga komponen utama yang saling terkait yakni; dengan menciptakan komponen demand, membangun rantai supply dan menciptakan lingkungan yang mendukung, sehingga terbentuk pasar produsen dan pasar konsumen STBM yang saling membutuhkan.
Gambar 2.1. Pendekatan Pelaksanaan
2. Methodologi Pelaksanaan
Methodologi pelaksanaan mengikuti metoda IPO (Input, Process dan Output), yang mengupayakan terlaksananya Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, melalui SK Menkes No. 852/MENKES/SK/IX/2008 yang mengajak stakeholder terkait dan masyarakat agar dalam meningkatkan akses sanitasi dasar yang bersifat pribadi tidak lagi diberikan bantuan subsidi oleh Pemerintah. Pemecahannya adalah dapat dengan memanfaatkan kemampuan dan potensi lokal yang ada disekitarnya, pembangunan sarana jamban, material dan produk sanitasi yang diperlukan dapat dilakukan secara kredit melalui bantuan provider yang terorganisir.
Gambar 2.2. Metoda Pelaksanaan
6 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
III. PELAKSANAAN
1. Persiapan
Pengamatan pasar dilakukan untuk satu Kabupaten yang dibidik adalah pasar sasaran yang mendukung pelaksanaan terhadap komponen demand, komponen
supply dan komponen enabling di Kecamatan
dan Desa. Melalui pemetaan pasar sanitasi dan analisis peluang bagi 5 (lima) pilar STBM dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
Gambar 3.1. Instrumen Variabel Pemetaan Pasar Sanitasi
No. Responden Instrumen Variabel Demand Supply Enabling
Gambar 3.2. Klasifikasi Responden Berdasar Kepemilikan Toilet
Gambar 3.3. Alasan Responden Berdasar Keinginan Memiliki Toilet
Sumber : Laporan Hasil Survei Nielson – TSSM WSP di Jatim, Maret 2009
2. Penyusunan Strategi
8 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
Gambar 3.4. Analisa SWOT sebagai dasar penyusunan Strategi Promosi
Internal External
Kekuatan Kelemahan Peluang Hambatan Produk Sanitasi bahan lokal promosi rendah akses sanitasi rendah pesaing pabrik
Jasa Sanitasi tukang terlatih peralatan
kurang
Gambar 3.5. Ringkasan Mengatasi Rintangan Penerapan Promosi
1
Ekonomis :
• Kehidupan yang sulit dan sanitasi adalah prioritas yang rendah
dibandingkan dengan kebutuhan
lainnya (berpenghasilan rendah
dan kurangnya akses
membuang kotoran dibandingkan
dengan membangun tangki septik.
Sosial :
• Sebagian orang
mempertimbangkan melakukan
BAB di tempat terbuka sebagai bagian dari kebiasaan (diterima secara sosial).
3
Fisiologis :
• Tidak dapat BAB di ruang tertutup; mencium bau kotoran sendiri.
• Tidak dapat BAB jika pantat tidak
3. Membentuk dan Melatih Provider
Provider merupakan rantai
distribusi sanitasi yang bisa menjangkau hingga ke pedesaan di Indonesia. Provider merupakan pegiat pemasar sanitasi yang terdiri dari sekumpulan orang dari latar belakang berbeda, seperti sanitarian, usahawan, pedagang dan tukang yang menjalani bisnis untuk menuju perubahan
perilaku buruk sanitasi, agar masyarakat dan keluarganya dapat hidup lebih sejahtera.
Gambar 3.6. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Provider
Materi Pelatihan Bobot Kegiatan (%) Metoda
Teori Praktek
Mengenal STBM 60 40 Ceramah, Simulasi
Kewirausahaan 20 80 Ceramah, Diskusi,
Simulasi
Dasar ‐ dasar Manajemen
Pemasaran 25 75 Ceramah, Diskusi Pengorganisasian 15 85 Cerama, Diskusi
Kelompok
4. Tukang Terlatih
Tenaga tukang sebagai tenaga pengembang sarana sanitasi (Sub Provider) yang merupakan asset bagi Pemerintah Daerah yang harus ditingkatkan pengetahuannya agar dapat memahami kegiatan pemicuan, pengembangan produk dan jasa yang berkualitas, promosi kesehatan, promosi produk dan jasa untuk mendukung kelancaran usahanya.
10 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
Gambar 3.7. Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Tukang
Materi Pelatihan Bobot Kegiatan (%) Metoda
Teori Praktek
Mengenal STBM 25 75 Ceramah, Simulasi
Kewirausahaan 20 80 Ceramah, Diskusi,
Simulasi
Dasar ‐ dasar Manajemen
Pemasaran 30 70 Ceramah, Diskusi Keterampilan Tukang/ Teknis 15 85 Diskusi Kelompok, Kerja
Lapang
Definisi : Tukang bangunan terampil adalah pekerja konstruksi yang terampil, yakni tenaga terlatih yang sudah mempunyai pengalaman dalam membangun fasilitas sanitasi.
5. Media Promosi
Media promosi merupakan saluran informasi yang cukup efektif yang dapat mempengaruhi masyarakat umum dan masyarakat di sekolah dalam mendukung perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar 3.8. Ringkasan Dorongan Perubahan Perilaku
Gambar 3.9. Beberapa Contoh Media Promosi
Pilihan Media Promosi
Promosi Perubahan Perilaku
Opsi 1
Pesan Himbauan
Opsi 2 Pesan
Untuk
Mempengaruhi
dst.
Promosi Usaha Produk
Opsi 1
Pengrajin Kloset
Opsi 2
Promosi Kloset Jongkok
12 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
Pilihan Media Promosi
Opsi 3 Promosi
Sabun dst
Promosi Usaha Jasa
Opsi 1
Opsi 2 Promosi
Pilihan WC yang tidak mencemari lingkungan (sehat)
Opsi 3 Promosi
Pilihan Media Promosi
Opsi 4 Promosi
Jasa Pengurasan Tinja dst.
Gambar 3.10.
Promosi Opsi Bagian – Bagian Konstruksi Bangunan Jamban Sederhana
14 CPMU STBM WSLIC‐2 | Buku Saku Pemasaran Sanitasi STBM
IV. PENGORGANISASIAN
Organisasi pemasar sanitasi merupakan sesuatu yang berbeda dengan pemasaran umum, karena pemasaran sanitasi selain merupakan pemasaran sosial juga merupakan pemasaran bisnis yang dibentuk menurut keperluan pasar secara spesifik. Organisasi ini sangat penting dalam mendukung pelaksanaan kegiatan STBM terutama kegiatan pilar satu STOP BABS yang sudah ditargetkan akan dicapai 10.000 desa ODF (Open Defecation Free) pada tahun 2014, sebagaimana ditetapkan dalam Strategi Nasional STBM. Provider adalah pelaksana pemasar sanitasi yang terlibat langsung dilapangan, yang akan difasilitasi oleh Tim Konsultan Pemasar Sanitasi yang didukung oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Tukang terampil merupakan tim yang dipilih oleh provider kabupaten/kecamatan dan dilatih oleh Tim Konsultan Pemasar Sanitasi dan yang akan menjadi Sub Provider sebagai ujung tombak pelaksanaan pekerjaan pemasar sanitasi di desa, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.1 Struktur Organisasi Pelaku Pemasar Sanitasi STBM WSLIC‐2.
V. MONITORING DAN EVALUASI
1. Monitoring
Monitoring merupakan suatu upaya pemantauan, agar pelaksanaan pemasaran sanitasi dapat berjalan lebih efektif.
2. Evaluasi
Merupakan kesimpulan yang dihasilkan dari pemantauan yang sudah dilakukan sebelumnya, agar dapat menjadi bahan masukkan sebagai perbaikan kedepan.
Gambar 4.1.
Struktur Organisasi Pelaku Pemasar Sanitasi STBM WSLIC‐2