• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN

RUANG TERBUKA HIJAU

STUDI KASUS: WILAYAH BARAT KABUPATEN PASURUAN

(Application Of Remote Sensing for Monitoring Green Spaces Change

Case Study: West Regional Pasuruan District)

Ardiawan Jati Badan Informasi Geospasial Email: ardiawan.jati@gmail.com

Diterima (received) : 25 Mei 2014; Direvisi(revised) : 20 Juni 2014; Disetujui dipublikasikan (accepted) : 29 Juli 2014

ABSTRAK

Kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) mempengaruhi pesatnya laju pertumbuhan pembangunan di Kabupaten Pasuruan sehingga mengakibatkan perubahan lahan atau bentang alam menjadi kawasan terbangun. Hal tersebut membuat keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan tidak diperhatikan, padahal keberadaan RTH harus sesuai dengan peraturan yang ada bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota (UU No.26 Tahun 2007). Dalam penelitian ini, pemantauan RTH dilakukan pada tahun 1993 dan 2009 yang dipetakan menggunakan metode penginderaan jauh. Data dasar yang digunakan adalah peta RBI digital dan citra satelit ALOS AVNIR-2. Selain itu juga digunakan algoritma NDVI untuk mendapatkan nilai kerapatan vegetasi dan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood (kemiripan maksimum) untuk mengidentifikasi kelas RTH beserta luasannya di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas ruang terbuka hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan pada tahun 1993 sebesar 26346,299 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 15987,021 Ha. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penyusutan luas ruang terbuka hijau sebesar 10359,278 Ha. Meski mengalami penyusutan, Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan telah memenuhi persyaratan luas ideal wilayah perkotaan dengan jumlah persentase sebesar 46,846 persen. Selain itu, kawasan PIER juga memenuhi persyaratan kawasan industri dengan jumlah persentase sebesar 74,601 persen.

Kata Kunci : ALOS AVNIR-2, NDVI, Peta RBI Digital, PIER, Ruang Terbuka Hijau

ABSTRACT

(2)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam (Peraturan Menteri PU No. 12 Tahun 2009). Penginderaan jauh merupakan salah satu alternatif dalam melakukan pemantauan terhadap perubahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan yang dalam penelitian ini adalah Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang didalamnya terdapat kawasan PIER yang mengalami pertumbuhan pembangunan yang cukup pesat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan citra The Advanced land Observing Satellite (ALOS) dengan metode algoritma NDVI dari band merah dan inframerah dekat pada Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type 2 (AVNIR-2) dengan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood untuk pemetaan RTH (Kartasasmita, 2011).

Hasil metode tersebut diharapkan dapat membantu dalam mengidentifikasi kelas penutup lahan yang termasuk dalam RTH, sehingga peta penggunaan lahan RTH yang dihasilkan dapat membantu dalam pemantauan dan pengelolaan RTH untuk Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan serta sebagai bahan dalam perencanaan penataan ruang. Sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah

Membuat Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993 dan 2009, mengetahui perubahan RTH di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan antara tahun 1993 sampai 2009 dan menganalisis kesesuaian RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan dengan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri untuk kawasan PIER.

METODE

Lokasi yang digunakan pada penelitian ini meliputi Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang terdiri dari tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo dan Kraton.

Gambar 1. Lokasi Penelitian (Peta RBI Digital Kabupaten Pasuruan tahun 1993).

Dalam penelitian ini, pemantauan ruang terbuka hijau menggunakan teknologi penginderaan jauh memanfaatkan data peta RBI digital tahun 1993 dan citra satelit ALOS AVNIR-2 tahun 2009. Pada citra satelit ALOS AVNIR-2 dilakukan tahap georeference agar citra satelit memiliki koordinat untuk mendapatkan koordinat citra sesuai dengan koordinat sebenarnya di permukaan bumi (Danoedoro, 1996). Kemudian dilakukan koreksi geometrik berdasarkan peta RBI. Lalu dilakukan pemotongan citra satelit sesuai wilayah penelitian ini. Setelah itu, menggunakan metode algoritma NDVI dengan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood untuk mendapatkan luas ruang terbuka hijau di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan.

Selain data primer, data sekunder juga diperlukan untuk menunjang analisa seperti data curah hujan, jumlah penduduk, dasar hukum dan penelitian lain. Adapun analisa yang dilakukan adalah analisa nilai NDVI, analisa ketelitian nilai NDVI, analisa perubahan ruang terbuka hijau, analisa kesesuaian hasil algoritma NDVI citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2010.

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari Peta RBI Digital

Proses pengolahan untuk mendapatkan RTH pada peta RBI digital yaitu dengan cara reklasifikasi.

Hasil dari reklasifikasi tersebut terdiri dari enam kelas yang ditunjukkan pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1. Luas Area Tutupan Lahan Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993.

Kelas Luas (Ha) %

Area

Terbangun 4670,308 13,685 Sawah 17741,347 51,987 Tegalan 1617,750 4,740 Kawasan

Hijau 6042,252 17,705 Lapangan 944,950 2,769 Badan Air 3110,000 9,113

Total 34126,607 100

Tabel 2. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER tahun 1993

Kelas Luas

(Ha)

%

Area Terbangun 0,282 0,056

Sawah 6,424 1,285

Tegalan 0 0

Kawasan Hijau 283,149 56,630

Lapangan 210,013 42,003

Badan Air 0,132 0,026

Total 500 100

Koreksi Geometrik

Gambar 3. Sebaran Ground Control Point

(4)

Tabel 3. Perhitungan RMS Error pada Citra

Koordinat Citra Koordinat Citra

Kesalahan RMS Error

(Actual) (Predict)

X Y X Y Error X Error Y

4302 4872,50 4301,83 4872,41 -0,16 -0,08 0,18 5430 4981,75 5430,26 4982,12 0,26 0,37 0,45

5830 5300 5830,10 5300,05 0,10 0,05 0,11

6294 5833,50 6293,51 5833,28 -0,48 -0,21 0,53 6143,50 6566,50 6143,56 6566,43 0,06 -0,06 0,09 5209,75 7154,63 5209,92 7155,02 0,17 0,39 0,42

5896 6137 5896,23 6137,26 0,23 0,26 0,35

5258,75 6450,25 5258,61 6449,94 -0,13 -0,30 0,33 4804 6559 4803,73 6558,70 -0,26 -0,29 0,39 5064 5767,25 5063,91 5767,10 -0,08 -0,14 0,16 5079,75 5442,25 5079,68 5442,03 -0,06 -0,21 0,22 4985,50 6164 4985,89 6164,27 0,39 0,27 0,48 4443,75 5391,25 4443,87 5391,06 0,12 -0,18 0,22 4439,13 6039,50 4438,90 6039,26 -0,22 -0,23 0,32 3977,75 5565 3977,81 5565,39 0,06 0,39 0,40

Total RMS Error 5,11

Rata-rata RMS Error 0,34

AVNIR-2

Besar SoF = [ ]

= 0,57

Hasil Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau dari Citra

Proses pengolahan citra dengan menggunakan algoritma NDVI menghasilkan nilai spektral indeks vegetasi untuk seluruh daerah penelitian penelitian (Lillesand, T. M., dan Kiefer, R. W, 1997). Untuk

itu dilakukan klasifikasi terselia berdasarkan maximum likelihood untuk mendapatkan kelas tutupan lahan. Hasil dari klasifikasi ditunjukkan pada tabel 2. Kelas yang termasuk RTH adalah area terbangun, sawah, tegalan, kawasan hijau, lapangan dan badan air.

Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Tahun 2009

Kelas Luas (Ha) %

Area Terbangun 14458,866 42,368

Sawah 13122,756 38,453

Tegalan 410,463 1,203

Kawasan hijau 1822,336 5,340

Lapangan 631,466 1,850

Badan Air 3680,72 10,785

(5)

Tabel 5. Luas Area Tutupan Lahan Kawasan PIER tahun 2009

Kelas Luas (Ha) %

Area Terbangun 126,997 25,399

Sawah 0 0

Tegalan 0 0

Kawasan Hijau 277,822 55,564

Lapangan 95,181 19,036

Badan Air 0 0

Total 500 100

Analisis Nilai NDVI

Tabel 6. Nilai NDVI Tiap Kelas Kelas Nilai NDVI (Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010) sehingga hal itu mempengaruhi nilai NDVI untuk setiap obyek. Dalam hal ini, nilai NDVI untuk obyek kawasan hijau, tegalan dan lapangan cenderung lebih rendah dibandingkan pada bulan lain dengan jumlah curah hujan tinggi.

Akan tetapi, nilai NDVI untuk obyek sawah cenderung meningkat. Hal ini didasarkan pada bulan Agustus 2009, sawah telah mengalami fase vegeratif sehingga menyebabkan nilai NDVI menjadi lebih tinggi dari bulan lainnya pada saat fase awal tanam, fase generatif, dan fase bera. Analisis Ketelitian Nilai NDVI

Statistik nilai NDVI untuk masing-masing kelas adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Statistik Nilai NDVI Tiap Kelas

Kelas Nilai NDVI

Stdev : standar deviasi sampel

CSE : Coefficient Standard Error / koefisien kesalahan standar

Tingkat presisi diukur dengan koefisien kesalahan standar. Semakin kecil koefisien standard error, semakin tinggi presisi dari sampel itu (Wolf dan Ghilani, 1980). Presisi yang didapat cukup baik dengan nilai presisi sampel terbaik adalah sawah karena jumlah sampel yang diambil memang lebih banyak dari kelas lain selain area terbangun. Area terbangun memiliki presisi yang lebih rendah daripada sawah padahal area terbangun memilki jumlah sampel yang lebih banyak. Hal ini disebabkan karena sampel dari area terbangun kurang mewakili dari populasi area terbangun. Akan tetapi secara keseluruhan, nilai sampel NDVI untuk daerah penelitian ini baik karena memiliki nilai kecil.

Hal yang paling mungkin untuk mengetahui tingkat akurasi adalah membandingkan dengan data penelitian lain. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak dapat dilakukan karena tidak ada penelitian lain yang memungkinkan untuk dibandingkan. Ketidakmungkinan itu disebabkan karena tidak adanya penelitian lain yang sama dalam hal lokasi, waktu, dan citra.

Analisis Perubahan Ruang Terbuka Hijau

(6)

Gambar 4. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun 1993

Gambar 5. Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun 2009

Gambar 6. Grafik perbandingan luas tutupan lahan tahun 1993 dan 2009

Dari grafik di atas dapat pula disimpulkan bahwa untuk kelas RTH yaitu kelas sawah, kawasan hijau, tegalan, lapangan mengalami penurunan luas. Sedangkan untuk kelas area terbangun mengalami peningkatan luas hingga hampir tiga kali lipat.

Kelas area terbangun mengalami peningkatan yang signifikan hingga hampir tiga kali lipat, hal ini juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peningkatan jumlah penduduk. Pada tahun 1993 penduduk Kabupaten Pasuruan berjumlah 1.130.282 jiwa sedangkan pada tahun 2009 meningkat menjadi 1.500.533 jiwa (Badan Pusat Statistik Jawa Timur) sehingga area pemukiman juga meningkat dan pembangunan kawasan industri yang terus berkembang dimana sesuai tujuan perencanaan wilayah Kabupaten Pasuruan sebagai kota industri.

Disajikan detil perubahan ruang terbuka hijau per-kecamatan di Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan pada tabel 5.

Tabel 8. Perubahan RTH Per Kecamatan

Berikut adalah grafik perubahan ruang terbuka hijau antara tahun 1993 dan 2009.

Gambar 7. Perubahan RTH Per Kecamatan

Gambar 8. Perubahan Tutupan Lahan Kawasan PIER

Dari tabel 8 menunjukkan luas ruang terbuka hijau (kelas sawah, tegalan, kawasan hijau, lapangan) Kawasan PIER pada tahun 1993 sebesar 499,586 Ha dan pada tahun 2009 sebesar 373,003 Ha. Hal ini memperlihatkan perubahan RTH dari tahun 1993 hingga 2009 mengalami penurunan sebesar 126,583 Ha. Jika dibuat presentase maka RTH tahun 1993 sebesar 99,917% dan tahun 2009 sebesar 74,601% sehingga RTH mengalami penurunan sebesar 25,317%. Peta Ruang Terbuka Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 1993 ditunjukkan pada gambar 11 dan Peta Ruang

13,685

51,987

4,740 17,705

2,769 9,113

Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun 1993

Persentase Luas Tutupan Lahan Tahun 2009 Sukorejo 5010,862 85,992 2825,789 48,494 -2185,073 Pandaan 3511,022 80,675 2709,364 62,255 -801,658

Kraton 4005,24 71,483 2683,685 47,897 -1321,555 Beji 3167,01 81,172 2092,432 53,630 -1074,578 Bangil 1623,663 39,900 908,245 30,319 -715,41854

(7)

Terbuka Hijau Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan Tahun 1993 ditunjukkan pada gambar 12.

Analisis Kesesuaian Hasil Algoritma NDVI Citra ALOS AVNIR-2 dengan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 tahun 2010

Dari hasil pengolahan citra satelit ALOS AVNIR-2 dengan klasifikasi terselia, diklasifikasikan yang termasuk kelas RTH yaitu sawah, tegalan, kawasan hijau dan lapangan. Sedangkan yang bukan merupakan RTH dimasukkan dalam kelas area terbangun (pemukiman, kawasan perdagangan, kawasan perindustrian) dan kelas badan air.

RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan meliputi tujuh kecamatan yaitu Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton yaitu sebesar 15987,021 Ha diperoleh persentase luasan RTH sebesar 46,846%.

Sedangkan untuk Kawasan PIER memiliki luas RTH seluas 373,003 Ha diperoleh persentase luasan RTH sebesar 74,601%. Berdasarkan Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yang berbunyi “Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota.” maka dari itu kawasan perkotaan Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan yang meliputi Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton dapat dikategorikan sebagai kawasan perkotaan yang telah memenuhi luas ideal RTH dan mencakup RTH publik maupun privat yang telah tercantum dalam tipologi RTH.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri yang berbunyi “Pola penggunaan lahan untuk pengembangan kawasan industri adalah dengan luas ruang terbuka hijau (RTH) minimum 10% dari total luas wilayah” maka dari itu kawasan PIER di Kecamatan Rembang dikateorikan sebagai kawasan yang telah memenuhi luas ideal RTH.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pemantauan perubahan ruang terbuka hijau (RTH) dengan menggunakan citra satelit ALOS AVNIR-2, maka didapatkan beberapa kesimpulan akhir yaitu: a. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun 1993 yang paling besar adalah kelas sawah sebesar 51,987 % dan paling kecil adalah kelas lapangan sebesar 2,769 % dari luas wilayah. b. RTH Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan tahun

2009 yang paling besar adalah kelas sawah

sebesar 38,453 % dan paling kecil adalah kelas tegalan sebesar 1,203 % dari luas wilayah. c. Perubahan luas untuk kelas RTH dari tahun

1993 sampai 2009 yaitu seluas 10359,278 Ha yang meliputi kelas sawah seluas 4618,591 Ha, kelas kawasan hijau seluas 4219,916 Ha, kelas tegalan seluas 1207,287 Ha, kelas lapangan seluas 313,484 Ha. Kelas yang mengalami perubahan paling besar adalah kelas sawah dan perubahan paling kecil adalah kelas lapangan. d. Luas ideal RTH Wilayah Barat Kabupaten

Pasuruan meliputi Kecamatan Rembang, Bangil, Beji, Pandaan, Sukorejo, Wonorejo, Kraton telah memenuhi luas ideal yaitu sebesar 30% yang tercantum dalam Undang-Undang No.26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 29 ayat 2 yaitu dengan besar persentase 46,846% dari luas wilayah.

e. Luas ideal RTH Kawasan PIER telah memenuhi luas ideal yaitu sebesar 10% yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri yaitu dengan besar persentase 74,601% dari luas wilayah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada para mitra bestari, BPS Kabupaten Pasuruan serta Badan Informasi Geospasial yang telah menfasilitasi akan ketersediaan data serta hal-hal lain yang mendukung dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Jumlah Penduduk Kabupaten Pasuruan Tahun 1993 dan 2009.

Danoedoro, P. (1996). Pengolahan Citra Digital. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Kabupaten Pasuruan Dalam Angka 2010. Data

curah hujan pada bulan Agustus 2009.

Kartasasmita, Mahdi. (2011). Maximum likelihood Classification for User Service. Lapan, Jakarta. Lillesand, T. M., dan Kiefer, R. W. (1997).

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Dulbahri et al, penerjemah. Gadjah Mada Unversity Press, Yogyakarta.

Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No.35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri.

Peraturan Menteri PU no.12 tahun 2009. Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka. Sukojo, B. M. (2012). Penginderaan Jauh (Dasar

Teori & Terapan). ITS-Press, Surabaya.

Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.

Gambar

Gambar 2.  Diagram Alir Pengolahan Data.
Gambar 3. Sebaran Ground Control Point
Tabel 4. Luas Area Tutupan Lahan Tahun 2009
Tabel 7. Statistik Nilai NDVI Tiap Kelas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Siklus I adalah Menjelaskan hakikat struktur sosial, siklus II adalah Menjelaskan pengertian deferensiasi sosial dan siklus III adalah Mendeskripsikan pengukuran

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat-isolat khamir epifit yang berpotensi sebagai agens antagonis penyakit antraknosa pada cabai.. Penelitian dilaksanakan di

Perbedaannya terletak pada penambahan variabel jumlah anggota sebagai variabel independen serta ruang lingkup penelitian yang digunakan berbeda.Tujuan penelitian ini

Minimalisasi fungsi aljabar dengan metode peta karnaugh dengan jumlah peubah lebih dari enam akan menjadi semakin rumit karena ukuran peta akan semakin besar dan

Walaupun demikian, berdasarkan analisis menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan interaksi tropik yang terbentuk pada pertanaman sayuran dengan sistem budi daya organik dan

Pentingnya kedudukan saksi dalam proses peradilan pidana, telah dimulai sejak awal proses peradilan pidana. Terungkapnya kasus pelanggaran hukum sebagian besar berasal

Persepsi nelayan terhadap kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di TNK memprioritaskan (1) keseimbangan kesejahteraan dengan kelestarian (Y 4 ); (2)

yang harus dilakukan jika suatu saat menghadapi perlakuan tidak baik sesuai pertimbangan sendiri. *Lakukan penilaian sikap sosial di tahap ini dengan menggunakan rubrik pada