• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengertian dan contoh dari konjugasi kat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pengertian dan contoh dari konjugasi kat"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BAHASA INDONESIA

NAMA

: ANUR RAMADHAN

KELAS

: VII

B

(2)

A. Konjugasi

Konjungsi adalah suatu kata tugas atau kata penghubung yang berfungsi untuk menghubungkan dua buah klausa, kalimat, paragraf atau lebih. Dalam bahasa Indonesia ada beberapa macam konjungsi yang dapat ditemukan, antara lain: Konjungsi antar klausa, antar kalimat, dan konjungs antar paragraf.

Jenis-jenis konjungsi berdasarkan fungsinya konjungsi dikelompokan ke dalam tiga bentuk, diantaranya adalah:

1. Konjungsi Antar Klausa

Konjungsi antar klausa adalah kata hubung yang mengubungkan dua buah klausa atau lebih. Ada tiga macam konjungsi antara klausa, yaitu, korelatif, subordinatif, dan koordinatif.

a) Konjungsi Korelatif, konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis setara. Macam-macam konjungsi korelatif:

baik … maupun …

tidak hanya …, tetapi (…) juga … bukan hanya …, melainkan … (se)demikian (rupa) … sehingga… apa(kah) … atau …

entah … entah … jangankan…,…pun… . Contoh:

 Baik Riski maupun Nasar keduanya adalah anak yang baik.

 Budi bukan hanya pelukis yang handal, tetapi juga sebagai seniman yang cerdas.

 Jangankan uang segudang, sepeser pun aku tak punya.

 Aku tidak tahu harus berbuat apa entah pergi saja entah datang menemuinya.

 Dia menghias bunga itu sedemikian rupa sehingga terlihat sangat indah.

b) Konjungsi Subordinatif, konjungsi ini menghubungkan dua buah klausa yang memiliki hubungan sintaksis yang tidak sama (bertingkat). Macam-macam konjungsi subordinatif:

(3)

…agar….

Meskipun/bagaimanapun….. , ….. dan lain-lain.

Contoh:

 Ani telah pergi ke Jakarta sebelum Budi datang menyusulnya.

 Meskipun dia miskin, dia sangat dermawan kepada setiap orang.

 Saya giat belajar agar tidak menjadi anak yang malas.

 Jika aku memliki banyak uang, aku akan pergi ke luar negeri.

 Meskipun dia sangat nakal, bagaimanapun juga orang tuanya tetap menyayanginya.

c) Konjungsi Koordnatif, konjungsi ini sama seperti korelatif yaitu menghubungkan dua buah klausa yang sejajar, tetapi konjungsi ini hanya terjadi pada klausa-klausa yang sederhana. Macam-macam konjungsi koordinatif

…. dan … … tetapi … … atau … Contoh :

 Andi membeli buku dan baju di toko itu.

 Aku ingin pergi tetapi tidak diijinkan oleh ayahku.

 Kau boleh datang bersamaku tau bersama Indri.

2. Konjungsi Antar Kalimat

Konjungsi antar kalimat adalah kata hubung yang menghubungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain sehingga kalimat menjadi logis. Macam-macam konjungsi antar kalimat:

a) Menyatakan konsekuensi/akibat: Dengan demikian, akibatnya, konsekuensinya.

b) Menyatakan kesediaan untuk melakukan sesuatu: Biarpun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, Meskipun demikian/begitu c) Menyatakan suatu kebalikan dari pernyataan sebelumnya: Sebaliknya,

berbeda dengan

(4)

e) Menyatakan keadaan yang sebenarnya terjadi: Bahwasanya, sebenarnya , sesungguhnya

f) Menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya: Bahkan, Tak hanya itu, malahan

g) Mempertentangkan keadaan sebelumnya: Sayangnya, Akan tetapi, namun, kecuali

Oleh karena konjungsi ini merupakan penghubung antar kalimat, maka konjungsi-konjungsi tersebut diawali dengan huruf kapital.

Contoh:

 Andi suka sekali menolong orang banyak. Akibatnya dia menjadi popular di kalangan wanita.

 Pertama-tama kita harus membuat kerangka. Setelah itu kita mulai mendesignnya.

 Dewi alergi terhadap buah durian. Bahkan dia akan muntah jika mencium baunya.

 Shinta adalah gadis yang sangat cantik. Sayangnya sikapnya tidak seperti rupa wajahnya.

 Dia hidup dengan sangat sederhana. Sebenarnya dia adalah anak orang kaya.

 Kakak Budi orang yang sangat pintar. Sebaliknya Budi adalah anak yang bodoh.

3. Konjungsi Antar Paragraf

Konjungsi antar paragraf adalah kata-kata penghubung yang menghubungkan antar paragraf. Konjungsi ini berguna untuk menjadikan suatu paragrag unity, coherent, dan sistematis. Macam-macam konjungsi antar paragraf:

Terlebih lagi Disamping….. Tak hanya sebagai … Oleh karena itu… Berdasarkan … Contoh:

(5)

 Selain itu, burung juga memiliki tingkat reproduksi yang baik. Pada umumnya setiap induk burung mampu menghasilkan 4 atau lebih telur dalam sekali bereproduksi.

 Terlebih lagi, burung juga sangat berguna bagi manusia seperti menjadi hewan peliharaan, bahan makanan, dan lain-lain. tak heran burung sering dikembangbiakan oleh manusia.

 Oleh karena itu, populasi burung di dunia ini tetap terjaga dan sulit untuk punah. Hal tersebut mungkin terjadi karena daya adapatasinya yang tinggi, reproduksinya yang cepat, dan juga dikembangbakan oleh manusia.

B. Pengertian dan Contoh Penggunaan Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata-kata dasar yang mendapatkan imbuhan yang berupa awalan, akhiran, sisipan, dan awalan-akhiran. Imbuhan sendiri berfungsi untuk menambahkan arti atau maksud dari kata-kata dasar yang diberi imbuhan tersebut. Macam-Macam Imbuhan:

1) Awalan (Prefiks)

Prefiks adalah imbuhan-imbuhan yang diletakan pada awal kata dasar. Imbuhan-imbuhan yang termasuk ke dalam awalan (prefiks) adalah: me-, ber-, ke-, di-, pe-, dan ter-,Me- . Awalan me- bisa berubah menjadi beberapa macam bentuk diantaranya adalah men-, meng-, meny-, mem-, dan menge-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya dan makna yang akan dibentuk. Di bawah ini adalah makna-makna dari imbuhan

a. Imbuhan me- menyatakan suatu perbuatan aktif: mengambil, menyiram, mengesampingkan, mempertahankan.

b. Imbuhan ber- mempunyai beberapa macam perubahan yaitu bel- dan ber-. Perubahan-perubahan tersebut tergantung dengan kata dasarnya. Aturan perubahan imbuhan ber- adalah sebagai berikut:

1. Jika kata dasar diawali dengan huruf r atau er, maka menjadi be-

contoh: ber- + riak = beriak, ber- + rekreasi = berekreasi. 2. Jika kata dasarnya ajar, maka imbuhannya berubah

menjadi

bel-contoh: ber + ajar = belajar.

Imbuhan ber- memiliki beberapa macam makna yaitu:

(6)

 Menyatakan penggunaan : Bersepeda, bermotor.

 Menyatakan kegiatan : bertelur, berkarya, bekerja.

 Menyatakan jumlah : Berdua, bertiga.

 Menyatakan suasana hati: bersedih, berbahagia, dan lain-lain.

c. Awalan ke- tidak memiliki bentuk perubahan khusus, tetapi memiliki makna sebagai menyatakan urutan : kesatu, kedua, ketiga, dst. d. Awalan di- adalah kebalikan dari imbuhan me- yang membentuk kata

dasar bermakna pasif. Contoh: disiram, dilihat, dipukul.

e. Imbuhan ter- sama dengan imbuhan di- yang membentuk kata kerja pasif. Namun, imbuhan ter- cenderung menyatakan perbuatan yang tidak disengaja. Selain kata kerja pasif, imbuhan ter- juga memiliki makna sebagai berikut:

 Menyatakan sifat: Terpandai, terbaik, terhebat.

 Menyatakan ketidaksengajaan: Terbawa, tertinggal.

 Menyatakan keadaan telah: tertutup, terbuka, terkunci.

 Menyatakan kegiatan tibaa-tiba: tertawa, terjatuh.

f. Imbuhan Pe- memiliki macam-macam perubahan bentuk seperti yang terjadi pada awalan me- yaitu: peng-, penye-, per-. Makna dari Imbuhan pe- adalah sebagai berikut:

 Menyatakan pelaku, penyebab: pembaca, penulis, pengajar, pemanis, pemutih.

 Menyatakan pekerjaan: perpanjang, perlambat, percantik.

 Menyatakan alat: penghapus, penggaris, pengasah.

 Menyatakan sifat: pemalu, pemaaf.

g. Imbuhan Se- membentuk kata dasar memiliki makna antar lain:

 Menyatakan satu: selembar, sepotong, sebiji.

 Menyatakan keseluruhan: sekelas, sekampung, sekota.

 Menyatakan sifat: sepandai, secantik, sebesar. 2) Sisipan (Infiks)

Sisipan adalah imbuhan yang diletakan di tengah-tengah kata dasar. Bentuk-bentuk sisipan antara lain –el-, -em-, dan –er-. Contoh: -em- + getar = gemetar. Imbuhan infiks membentuk kata dasar yang memiliki makna sebagai berikut:

 Menyatakan intensitas dan jumlah: gemetar, gemerincing, temali

(7)

3) Akhiran (Sufiks)

Akhiran/sufiks adalah imbuhan yang diletakan pada akhir kata dasar. Ada beberapa macam bentuk imbuhan sufiks, diantaranya adalah –kan, -I, -an, -kah, -tah, dan –pun.

 -kan, Imbuhan kan memberikan kata dasar memiliki makna sebagai menyatakan perintah: Dengarkan, ambilkan, pejamkan.

 -i, akhiran –i membetuk kata dasar menjadi kata yang bermakna sebagai menyatakan perintah: turuti, kuliti, gelitiki.

 -an, akhiran –an membentuk kalimat menjadi bermakna sebagai berikut:

 Menyatakan tempat: lapangan, kubangan, pangkalan.

 Menyatakan alat: timbangan, garisan.

 Menyatakan suatu hal atau objek tertentu: gambaran, lukisan, lamaran, didikan.

 Menyatakan keseluruhan: lautan.

 Menyatakan bagian: satuan, kiloan, tahunan, mingguan.

 Menyatakan kemiripan: mobil-mobilan, kuda-kudaan.

 Akhiran –kah dan -tah membentuk kata dasar sehingga memiliki makna menyatakan penegasan dalam pertanyaan: bukankah, sulitkah, mudahkah, iyatah, rugitah, panjangtah.

 Akhiran –pun membentuk kata dasar yang memiliki makna seperti “juga”: merekapun, diapun, sayapun.

4) Awalan-akhiran (Konfiks)

Konfiks adalah imbuhan yang diletakan pada bagian awal dan akhir kata. Imbuhan-imbuhan konfiks diantaranya adalah me-kan, pe-an, ber-an, se-nya.

 Me-kan, Me-i, Menyatakan kegiatan aktif: mengirimkan, memantulkan, menggembirakan, menelatarkan, mengirimi, meyambangi, dll.

(8)

 Imbuhan pe-an membentuk kata dasar sehingga memiliki makna menyatakan suatu hal atau perbuatan: pendidikan, pengangguran, perampokan, pemeriksaan. Menyatakan suatu proses: Pendaftaran, pembentukan, pembuatan. Menyatakan tempat: penampungan, pemandian, pegunungan.

 Imbuhan se-nya membentuk kata dasar sehingga memiliki makna menyatakan tingkatan atau pengulangan: Sebaik-baiknya, sebagus-bagusnya, secantik-cantiknya.

C. Kelompok Kata (Frasa dan Klausa) 1. Frasa

Frasa adalah kelompok kata yang terdiri dari gabungan dua kata atau lebih. Gabungan kata ini tidak melebihi batas fungsi kalimat karena tidak memiliki fungsi sebagai subjek dan predikat serta fungsi – fungsi kalimat lainnya. Ciri – Ciri Frasa:

a) Terbentuk dari dua kata atau lebih.

b) Tidak memiliki unsur – unsur subjek dan predikat. c) Makna asli tetap dipertahankan.

Contoh – Contoh Frasa: Anak emas, nasi bakar, rumah tangga, anak rimba, pulang pergi, rumah mewah, jalan sempit, makan tidur, tolong menolong, angkat tangan, dan lain – lain. Satuan bahasa di atas tidak memiliki hubungan subjek dan predikat, tetapi berdiri sendiri sebagai satu kesatuan makna. Inti frasa terdiri dari unsur utama, yaitu unsur yang menjadi pokok atau diterangkan (D), dan unsur atributif, yaitu unsur yang berfungsi sebagai penjealas atau menerangkan (M) unsur inti.

Secara keseluruhan susunan unsur frasa adalah sebagai berikut: D - M = diterangkan - menerangkan

Contoh : Kepala botak

D M

Kepala sebagai unsur yang diterangkan dan botak sebagai unsur yang menerangkan.

(9)

diklasifikasikan menjadi frasa kata benda, frase kata sifat, frase kata keterangan, dan frase preposisi. Berikut ini adalah penjelasan lengkap jenis – jenis frasa.

Berdasarkan bentuknya:

1) Frasa Eksosentris adalah frasa yang tidak memiliki unsur inti. Frase ini didahului dengan kata depan atau kata sambung. Contoh: Di depan rumah, kepada mereka, untuk dirinya, akibat berbohong, dan lain – lain.

2) Frasa Endosentris, frasa ini memiliki unsur inti baik salah satu unsurnya maupun kedua unsurnya. Frasa endosentris memiliki dua bentuk yaitu:

a. Frasa endosentris koordinatif, frasa ini memiliki unsur – unsur yang sama atau setara. Diantara unsur – unsur tersebut dapat disisipkan dengan kata atau dan, dan. Contoh: Kakak adik, suami istri, kakek nenek, belajar atau bermain, biru atau merah, bukit dan gunung, dan lain – lain.

b. Frasa endosentris atributif, frasa ini terdiri dari unsur – unsur yang tidak sama atau setara. Salah satu dari unsur tersebut ada yang menjadi unsur inti dan unsur atributif. Contoh: Rumah megah, gadis cantik, anak malas, burung liar, tikus kotor, orang gila, buaya putih, anak ingusan, teman baik, sahabat sejati, kapal karam, buah masak, dan lain – lain.

Berdasarkan kelas kata:

Frasa ini diklasifikasikan dengan menitik beratkan pada kelas kata yang menjadi unsur – unsur frasa tersebut.

a. Frasa Kata Kerja, frasa ini dibentuk dengan kata kerja sebagai unsur inti (D). Contoh : Sakit keras, lari kencang, Jalan sehat, duduk termenung, lompat jauh, dan lain – lain. b. Frasa kata sifat, frasa ini dibentuk dari gabungan kata sifat

sebagai unsur inti (D). Contoh: Senang sekali, sangat besar, tinggi sekali, pandai sekali, dan lain – lain.

(10)

d. Frasa kata keterangan, frasa ini dibentuk dari kata keterangan sebagaai unsur inti (D). Contoh: Minggu kemarin, besok lusa, tahun depan, besok sore, dan lain – lain.

2. Klausa

Sama seperti frasa, klausa adalah kelompok kata, tetapi bedanya adalah klausa memiliki fungsi sintaksis karena mengandung unsur subjek dan predikat.

Ciri – Ciri Klausa:

a. Tidak memiliki intonasi akhir dan tidak ada tanda baca.

b. Meskipun memiliki fungsi subjek dan predikat, klausa berbeda dengan kalimat karena tidak memiliki tanda baca.

Contoh:

 Budi pergi (Klausa)

Budi pergi ! (Kalimat)

Ketika dia datang (Klausa)

Ketika dia datang. (Kalimat)

Jenis – Jenis Klausa

Klausa dibagi menjadi dua jenis, yaitu klausa inti dan klausa bawahan. Berikut ini adalah macam – macam klausa dan contohnya:

a. Klausa Inti

Klausa ini adalah klausa yang dapat berdiri sendiri. Dalam kalimat mejemuk, klausa inti berkedudukan sebagai induk kalimat.

Contoh:

Budi pergi dari rumah, ketika dia berumur 2 tahun.

Ratih mendapatkan nilai yang baik karena rajin belajar.

b. Klausa Bawahan

Klausa bawahan adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri karena belum lengkap. Dalam kalimat majemuk, klausa ini berfungsi sebagai perluasan subjek, objek, keterangan, atau pelengkap. Contoh:

Dia mengira bahwa Budi tidak datang.

D. Kata Baku dan Kata Tidak Baku

Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku

(11)

Baku atau tidaknya kata merupakan persoalan ragam bahasa dalam hal penggunan. Kata baku sering disebut juga dengan kata resmi yaitu kata-kata yang banyak digunakan dalam acara formal seperti pidato maupun dalam karya tulis ilmiah. Sementara itu, kata tidak baku disebut juga dengan kata tidak resmi yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Singkatnya kata baku dan tidak baku dapat digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Meskipun tidak tercantum dalam KBBI, kata tidak baku belum tentu kata yang tidak baik atau efektif karena, kata yang baik adalah kata-kata yang dapat dimengerti oleh pendengarnya. Oleh karena itu, meskipun menggunakan kata baku dalam acara tertentu dan para audiens tidak mengerti, kata baku tersebut bukanlah kata yang baik atau tidak efektif. Karena bahasa adalah suatu hal yang dinamis, maka dengan seiring perkembangan zaman, kata-kata baru bermunculan. Pemunculan kata-kata baru tersebut dapat menjadi kata baku dan tidak baku. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan suatu kata menjadi tidak baku.

a. Ketidaktahuan penuturnya tentang penulisan kata tersebut.

b. Kemunculan kata-kata gaul atau alay yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya “Cius”, “Miapah”, dan lain-lain.

c. Kesalahan yang tidak disadari tetapi terus menerus digunakan hingga menjadi umum di masyarakat.

Penggunaan Kata-Kata Baku

Karena bentuknya yang formal, maka kata-kata baku sering digunakan pada tulisan maupun acara berikut ini:

a. Surat lamaran kerja. b. Tulisan ilmiah. c. Pidato resmi. d. Pertemuan resmi. e. Acara kenegaraan.

f. Tulian artikel majalah atau Koran.

g. Surat-surat atau dokumen Negara, dan lain-lain.

Contoh kata baku dan tidak baku

Kata baku Kata tidak baku

Apotek Apotik

Aktif Aktip

Telur Telor

Fitnah Pitnah

Jadwal Jadual

E. Tanda Baca

(12)

tanda baca yang sering kita jumpai di dalam tulisan. Di bawah ini adalah kumpulan tanda baca, pedoman penggunaan, beserta contohnya.

1. Tanda titik (.)

i. Tanda titik digunakan untuk mengakhiri kalimat yang bukan kalimat tanya dan perintah.

ii. Tanda titik diletakan pada akhir singkatan gelar, jabatan, sapaan dan pangkat seseorang.

iii. Digunakan pada singkatan atau ungkapan umum. Contoh:

 Ibu pergi ke pasar pada hari minggu.

 Saya ingin bertemu dengan prof. Ibrahim, M.A untuk konsultasi thesis pekan ini.

 Teori itu dikutip dari buku Menulis dengan Benar pada hlm. 4 dan 12.

2. Tanda koma (,)

i. Tanda koma digunakan untuk memisahkan unsur-unsur atau bagian pada suatu pemerincian atau pembilangan.

ii. Tanda koma memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat. iii. Tanda koma memisahkan kutipan langsung dengan bagian lain dalam

sebuah kalimat. Contoh:

 Ada banyak binatang yang bisa kita lihat di kebun binatang seperti, gajah, harimau, buaya, kancil, dan lain-lain.

 Untuk menyelesaikan masalah ini, kita memerlukan arahan orang tua.

 Ibu berkata, “Setelah pulang sekolah segera pulang ke rumah”. 3. Tanda titik koma (;)

i. Digunakan untuk memisahkan kalimat-kalimat yang sejenis atau setara. ii. Digunakan sebagai ganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat

setara. Contoh:

 Ayah membaca Koran; ibu memasak di dapur; adik sedang menonton televisi.

 Hujan semakin deras; kami segera meneduh di halte bus. 4. Tanda titik dua (:)

(13)

ii. Digunakan pada akhir kata atau frase yang membutuhkan pembilangan atau pemeriaan.

iii. Digunakan pada teks drama yang memisahkan nama tokoh dan dialognya. Contoh:

 Komplek perkantoran kota memiliki 3 bangunan utama: bangunan A, bangunan B, dan bangunan C.

 Dihadiri oleh: Peter pan, Ungu, Kangen band, dan Ada band.

 Joko: “Selamat pagi Pak!” 5. Tanda ellipsis (…)

i. Digunakan untuk menggambarkan suatu kalimat yang terputus-putus dalam naskah drama.

ii. Digunakan sebagai tanda bahwa kalimat yang menggunakan elipsisis ada bagaian yang dihilangkan atau belum selesai seperti pada kutipan langsung.

Contoh:

 Joni: Kalau begitu … ayo segera kita laksanakan misi ini.

 Menurut John Smith, membaca cepat adalah membaca dengan cepat dan tepat ….

6. Tanda tanya (?)

i. Sebagai penanda kalimat tanya pada setiap akhir kalimat.

ii. Jika diletakan di dalam tanda kurung sebagai penanda bahwa kalimat tersebut belum tentu benar atau meragukan

Contoh:

 Apakah kamu sudah makan siang?

 Kecelakaan itu terjadi akibat jalan yang licin (?). 7. Tanda seru (!)

Sebagai penanda kalimat seruan, perintah yang menggambarkan ketidakpercayaan, emosi, atau kesungguhan.

Contoh:

 Sungguh indah pemandangan ini!

 Tolong buka pintu itu! 8. Tanda hubung (-)

i. Digunakan sebagai penyambung unsur-unsur kata ulang.

ii. Sebagai perangkai kata bahasa Indonesia dengan kata bahasa asing. iii. Digunakan sebagai pemisah kata.

(14)

v. Digunakan untuk memperjelas bagian-bagian ungkapan. Contoh:

 Anak-anak itu saling pukul-memukul.

 Pemain bola itu di-tackle oleh lawannya.

 P-e-m-b-a-n-t-u

 Ulang tahun ke-10.

 Acara itu diselenggarakan se-Indonesia.

 Gaya berpakaiannya seperti gaya tahun 70-an.

 Dia memberi pegnemis itu uang tiga pulu-ribuan. 9. Tanda pisah (--)

i. Digunakan untuk membatasi sebuah penyisipan kata di dalam kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat tersebut.

ii. Memisahkan antara 2 bilangan yang bermakna “sampai” dan antara 2 nama kota yang bermakna “ke”.

iii. Tidak digunakan bersamaan dengan kata “dari”, “antara”, atau “tanda kurung”.

Contoh:

 Universitas Negeri Lampung -yang saya harap menjadi universitas terbaik mengadakanpenerimaan mahasiswa baru. Perang itu terjadi pada tanggal 1945-1950.

 Silahkan buka buku dari halaman 3- 5. 10. Tanda kurung ((…))

i. Digunakan sebagai pengapit informasi tambahan berupa keterangan atau penjelas.

ii. Sebagai pengapit penjelas yang bukan merupakan pokok pembicaraan dalam kalimat.

iii. Mengapit angka atau huruf yang menjadi pemerinci.

iv. Digunakan sebagai pengapit huruf atau kata yang dapat dihilangkan di dalam kalimat.

Contoh:

 Tahun ini Indonesia kembali mengadakan KAA (Konferensi Asia Afrika) di Bandung.

 Kenaikan harga BBM tahun ini (Lihat grafik 4) merupakan yang paling tinggi dari tahun sebelumnya.

(15)

 Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke (Kota) Bogor. 11. Tanda kurung siku ([…])

i. Digunakan sebagai pengapit huruf, kata, atau kalimat sebagi tambahan koreksi atau atau tambahan di akhir kalimat atau bagian kalimat lain yang ditulis orang lain.

ii. Sebagai pengapit keterangan di dalam kalimat penjelas yang sudah diberi tanda kurung.

Contoh:

 Aku melihat s[u]atu yang sedang bergerak di dalam bayangan.

 Analisis masalah yang ada dalam latar belakang (lihat bagian latar

 belakang [pada halaman 2 dan 3]) perlu diperjelas masalah-masalah

 mana yang menjadi fokus. 12. Tanda petik (“…”)

i. Sebagai pengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau sumber tulisan lain.

ii. Sebagai pengapit judul buku, syair, atau karangan yang digunakan di dalam kalimat.

iii. Sebagai pengapit kata atau istilah-istilah yang tidak dikenal. Contoh:

 “Aku akan menjadi orang yang berguna,” teriak Budi dengan kencang.

 Film ini diadaptasi dari sebuah novel “Laskar Pemuda” yang sangat terkenal.

 Gaya rambut yang sedang digandrungi oleh para remaja saat ini adalah “Mohawk”.

13. Tanda petik tunggal (‘…’)

i. Sebagai pengapit petikan langsung yang tersusun di dalam petikan lain. ii. Sebagai pengapit kalimat terjemahan atau ungkapan asing.

Contoh:

 Ibu berkata, “Kakek kamu bilang ‘jangan pernah menjadi orang yang sombong’ jadi patuhi perintah itu”.

14. Tanda apostrof (‘)

Digunakan sebagai penunjuk ada bagian kata atau angka yang dihilangkan. Contoh:

 Aku ‘kan menemui suatu saat nanti. (‘kan=akan)

(16)

i. Digunakan sebagai penomoran pada surat, alamat, dan tahun.

ii. Sebagai pengganti kata “tiap”, “per” atau tanda bagian bilangan pecahan di dalam matematika tetapi tidak digunakan sebagi pengganti kata “atau”. Contoh:

 No. 8/AK/2015

 Harga beras mengalami kenaikan menjadi Rp. 15.000/ kilonya.

 Dia hanya mendapatkan bagian ½ nya saja. F. Huruf Kapital

Penggunaan huruf kapital telah menjadi pengetahuan yang umum seperti penulisan judul atau nama orang. Namun, masih banyak aturan-aturan dalam penggunaa huruf kapital yang mungkin tidak Anda ketahui. Untuk memudahkan Anda dalam menulis, berikut ini adalah pedoman-pedoman umum dalam menggunakan huruf kapital sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kedua berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987.

1. Huruf kapital atau huruf besar digunakan pada huruf pertama pada setiap awal kalimat. Aturan nomor 1 ini tentunya sudah tidak asing lagi bagi Anda.

Contohnya: Ibu selalu pergi ke pasar pada hari minggu.

2. Huruf kapital atau huruf besar digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata yang memiliki hubungan dengan nama-nama agama, kitab suci, Tuhan dan termasuk juga kata ganti Tuhan. Contoh Islam, Kristen, Buddha, Hindu, AL Quran, Injil , Weda, Allah, Yesus, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Pengasih.

3. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan atau keagamaan bila diikuti nama orang. Contoh: Haji Aria Nugraha, Sultan Mahmud ke-3, Kiyai Samsudin, Pastur Paulo, Biksu Citra Dharma, Raja Henry, Pangeran Harry, Ratu Maria.

4. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama setiap nama jabatan, atau pangkat yang diikuti oleh nama orang, instansi tertentu, atau tempat. Contoh: Presiden Joko Widodo, Menteri Perikanan dan Kelautan, Walikota Bandar Lampung, Jenderal Soedirman.

(17)

Huruf kapital tidak digunakan pada huruf awal nama orang, tempat geografis, kota, yang digunakan sebagai nama ukuran, nama makanan dan nama satuan. Contoh: pisang ambon, tahu sumedang, gula jawa, jeruk bali, kunci inggris.

Contoh kalimat: Saat berkunjung ke Ambon, aku membeli pisang ambon yang terkenal itu.

6. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama suku, bangsa, Negara dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Lampung, orang Dayak, bahasa Inggris. Contoh kalimat: Suku Lampung memiliki ciri-ciri yang unik yaitu, berbicara dengan bahasa Lampung, menulis dengan aksara Lampung dan tinggal di rumah khas Lampung. Catatan: Huruf kapital tidak digunakan jika menjadi kata sisipan.

Contoh kalimat: Meskipun dia suku Batak, logat berbicaranya kejawa-jawaan.

7. Huruf kapital digunakan pada huruf pertama di setiap nama bulan, tahun, peristiwa sejarah, hari-hari khusus. Contoh: bulan Januari, tahun Masehi, hari Raya Idul Fitri. Contoh kalimat: Tahun ini hari Raya Idul Fitri jatuh pada bulan Juli. Aku bertemu dengannya pada hari Kamis di bulan Oktober. Sejarah mengatakan perang terbesar di Indonesia adalah Perang Diponegoro.

8. Huruf kapital digunakan sebagai huruf awal pada nama khas dalam geografi. Contoh: Selat Sunda, Gunung Rajabasa, Danau Toba, Bukit Barisan Selatan, Pegunungan Semeru.

9. Huruf kapital digunakan pada huruf awal nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan dokumen resmi Negara. Contoh: Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila, Surat Supersemar, Kementrian Pendidikan.

10. Huruf kapital digunakan pada kata-kata sapan. Contoh: Pak, Bu, Tuan, Saudara, Anda. Catatan: Huruf kapital tidak digunakan pada kata acuan seperti ibu, bapak, kakak, saudara, dan lain-lain. Contoh kalimat:

 Bagaimana perasaan Anda?

 Selamat pagi Pak?

 Permisi Buk, apakah ibu melihat ibu yang memakai baju putih lewat sini.

 Hay Kak, perkenanlkan ini adalah kakakku yang pertama

 Ada yang bisa saya bantu Tuan? sepertinya tuan muda sedang bingung. 11. Huruf kapital digunakan pada setiap huruf awal pada setiap kata di judul buku,

(18)

12. Huruf kapital digunakan sebagai singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. Contoh: Dr., Prof., S.Pd, Ny., Sdr., K.H., Tn.. Contoh: Di kampusku ada seorang professor yang baik dia adalah Prof. Subagyanto. Dia mengatakan bahwa Dr. Aria Nugraha meraih gelar doktornya di Amerika.

G. Kalimat Majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang memiliki 2 klausa atau lebih yang digabungkan kedalam satu kalimat dengan menggunakan Konjungsi atau kata penghubung.

Kalimat majemuk digolongkan menjadi 3 jenis kalimat yaitu kalimat majemuk setara, bertingkat, dan campuran.

1. Kalimat Majemuk Setara

Kalimat majemuk setara adalah kalimat yang memiliki 2 klausa yang sejajar atau sederajat. Kalimat ini biasanya dihubungkan dengan konjungsi berupa dan, lalu, kemudian, tetapi, atau, bahkan.

Ayah membaca Koran dan ibu menonton televisi.

Klausa1= Ayah membaca ; Klausa 2= Ibu menonton televisi Contoh:

 Budi pergi ke sekolah sedangkan Andi tinggal di rumah.

 Budi anak yang pintar, tetapi kakaknya lebih pintar.

 Angga tidak lulus ujian, karena dia tidak belajar.

 Budi anak yang pintar, bahkan gurunya pun mengakuinya.

 Setelah membersihkan pekarangan rumah, kemudian dia membakar sampah.

2. Kalimat Majemuk Bertingkat

Kalimat majemuk ini memiliki 2 klausa yang hubungannya tidak sejajar. Di dalam kaliamat ini terdapat klausa yang berkedudukan sebagai induk kalimat dan anak kalimat. konjungsi penghubung kalimat ini adalah jika, ketika, walaupun, bahwa, bagaikan, sebab, sehingga dan dengan.

Para petani pergi ke sawah sebelum matahari terbit

Induk kalimat= Para petani pergi ke sawah ; anak kalimat= matahari terbit Contoh:

 Aku sudah tertidur, ketika ayahku pulang.

 Jika aku menjadi juara kelas, Ayah akan memberiku hadiah.

 Walupun dia sangat kaya, hidupnya sederhana.

(19)

 Tingkah lakunya menunjukan bahwa dia anak yang nakal.

3. Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk campuran adalah kalimat yang menghubungkan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Biasanya kalimat majemuk campuran memiliki klausa lebih dari 2. Contoh:

Pekerjaan itu telah selesai ketika ayahku datang dan ibu sudah menyiapkan makan malam.

Induk kalimat= Pekerjaan itu telah selesai. Anak kalimat= Ayah datang.

Anak kalimat= Ibu sudah menyiapkan makan malam. Contoh:

 Indonesia negara maritim, tetapi Indonesia menghadapi kendala serius dalam hal tekhnologi sehingga pemanfaatannya tidak optimal.

 Semua temanku telah pulang, ketika aku datang padahal hari masih cerah.

 Pamanku memberitahukan bahwa dia akan dataang dan aku sangat senang.

 Ketika aku perampokan itu terjadi, aku sedang tertidur sedangkan ayahku tidak ada di rumah.

H. Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari unsur Subjek dan Predikat saja. Namun kalimat tunggal bisa juga diikuti dengan objek dan keterangan. Berdasarkan jenis predikatnya, kalimat tunggal terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. Kalimat Nominal

Kalimat tunggal nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata benda. Contoh: Ayahnya guru di SMA.

S p K 2. Kalimat Verbal

Kalimat tunggal verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa kata kerja. Contoh: Budi tidur di kelas.

S P K

Shinta menangis semalaman S P K

3. Kalimat Adjektival

(20)

Ayahnya baik S P

Rumahnya sangat besar S P 4. Kalimat Numeral

Kalimat tunggal numeral memiliki predikat berupa kata bilangan. Contoh: Yang datang 10 orang

S P

Bukunya hanya 2 buah S P

5. Kalimat Preposisional

Kalimat ini predikatnya berupa kata depan atau preposisioanal. Contoh: Ibunya dari Jawa Barat

S P

Budi di dalam kamarnya S P

Perluasan Kalimat Tunggal

Perluasan kalimat tunggal bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut. 1) Menambahkan unsur baru seperti keterangan atau pelengkap.

Contoh: Pemburu membakar hutan kemarin malam S P O K

Kalimat tersebut mengalami perluasan dengan ditambahkan keterangan waktu kemarin malam.

2) Memperluas unsur-unsur yang ada seperti subjek dan predikat. Contoh: Paman yang tinggal di Bandung akan datang

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, karena atas berkat, pertolongan, pendampingan, rahmat, dan kasihNya, Penulis dapat

Hambatan dalam pengelolaan perpustakaan sebagai sumber belajar adalah fasilitas gedung atau ruangan yang kurang layak, koleksi buku yang masih terbatas,

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH5.

Dari segi ukuran sektor informal adalah mereka yang berusaha sendiri atau usaha mikro yang mempunyai pekerja tidak lebih dari 20 orang.. Kelembagaan

Faktor yang mempengaruhi wanita karir menunda pernikahan di PT. Philips Batam, yaitu Mengejar karir, Memenuhi keinginan orang tua, status sosial di masyarakat, Tidak

Kajian-kajian mengenai organisasi kompleks mendapati bahawa kejayaan cemcrlang syarikat-syarikat korporat antarabangsa ditunjangi oleh hubungan manusia dalam organisasi dan amalan

[r]

VB 6 menyediakan beberapa kontrol untuk kebutuhan tsb yaitu : - File Listbox, untuk menampilkan semua file pada direktori yang..