• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA 3 5 TA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA 3 5 TA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 1

Penelitian

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA 3,5

TAHUN BERDASARKAN ASPEK FONOLOG

Ida Hamidah

Idahamidah250@gmail.com

SPS Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta

Jl. Tanah Merdeka, Kp. Rambutan, Ciracas, Jakarta Timur

Abstrak: Penelitian ini bertujuan memaparkan pemerolehan bahasa anak usia 3,4 tahun dari aspek fonologi yang meliputi pemerolehan vokal, pemerolehan konsonan, dan faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa tersebut. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Juli tahun 2018 di Tangerang Selatan, yang ditujukan pada anak laki-laki bernama PM yang berusia 3 tahun 4 bulan sebagai informan penelitian. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif karena penelitian ini memaparkan hasil penelitian berdasarkan pada fakta yang ada dalam kehidupan sehari-hari penutur-penuturnya dan proses pemerolehan bahasa pada aspek fonologi anak. Data yang diperoleh adalah hasil penelitian melalui observasi, catatan harian, dan wawancara.

Berdasarkan hasil pengamatan pada PM dalam aspek fonologi. PM

sudah menguasai huru-huruf vokal [a],

[i], [u,], [e], [∂], dan [o]. Sedangkan pada

huruf konsonan ada 2 huruf yang belum dikuasainya yaitu huruf [r] yang apabila diucapkan akan berubah bunyi menjadi [el] dan huruf [v] yang bila diucapkan akan berubah bunyi menjadi [se].

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa PM dalam mengujarkan huruf-huruf konsonan masih mengalami kesulitan saat memproduksi ujaran yang mengharuskan komponen mekanisme fisik berbicara (pita suara, lidah, bibir, gigi, langit-langit lunak dan keras, serta paru-paru) bekerja bersama untuk memproduksi bunyi yang diperlukan.

(2)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 2

lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar.

Kata Kunci: Fonologi, Vokal, dan Konsonan

CHILD LANGUAGE ACQUISITION : THE

PHONOLOGICAL STUDY OF 3.5 YEARS OLD

CHILDREN

Abstrak :This study aims to describe the language acquisition of children 3.4 years old from phonological aspects which include vocal acquisition, consonant acquisition, and factors that influence the acquisition of the language. This research was conducted from April to July 2018 in South Tangerang, aimed at boys named PM who were 3 years and 4 months old as research informants. The method used is descriptive qualitative method because this study describes the results of research based on facts that exist in the daily lives of speakers and the process of language acquisition in the phonological aspects of children. The data obtained are the results of research through observations, diaries, and interviews.

Based on observations on PM in phonological aspects. PM has mastered

vowel letters [a], [i], [u,], [e], [∂], and [o].

Whereas in consonant letters there are 2 letters that have not been mastered, namely

the letter [r] which when pronounced will change the sound to [el] and the letter [v]

which when pronounced will change sound to [se].

From the results of the above research it can be concluded that the PM in speaking consonants still have difficulty producing speech that requires the physical mechanism of speaking (vocal cords, tongue, lips, teeth, soft and hard palate, and

lungs) to work together to produce the sound that is needed.From the description above, it can be concluded that children's language acquisition in phonological aspects is influenced by environmental factors, especially family. it is marked by the number of vocabulary vocabulary they get in the family environment or the environment.

(3)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 3

PENDAHULUAN

Bahasa sebagai alat komunikasi atau alat interaksi yang hanya dimiliki manusia. Di dalam kehidupan bermasyarakat sebenarnya manusia dapat juga menggunakan alat komunikasi lain, selain bahasa. Namun tampaknya bahasa adalah alat yang paling baik, yang paling sempurna, dibandingkan dengan alat-alat komunikasi lain. Bahasa manusia berkembang sejak masih anak-anak. Perkembangan bahasa pada anak telah menjadi sumber daya tarik selama berabad-abad. Secara bertahap, dan tanpa intruksi yang formal, anak belajar bagaimana berkomunikasi. Mereka belajar bagaimana mengekspresikan makna melalui penggunaan simbol yang di ucapkan, dan melalui penggunaan simbol (kata-kata) yang sistematis dan tersturuktur.

Bahasa diperoleh melalui pengetahuan dan kesadaran akan aspek-aspek fonetik. Semantik, sintaksis, morfemik, dan pragmatik, baik pada bahasa lisan maupun bahasa tulis digunakan secara berarti akan memperoleh kemampuan dalam menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan menyelesaikan masalah secara bertahap. Pengetahuan dan kesadaran terhadap setiap aspek pengetahuan bahasa berkontribusi terhadap keefektifan anak di dalam berkomunikasi.

Umumnya dimulai dari kosa kata yang mudah dan sering didengar oleh anak di lingkungan sekitarnya, seperti lingkungan keluarga. Ketika anak mempelajari bahasa, mereka sedang mengembangkan lima aspek atau komponen yang berbeda: fonetik, semantik, sintaksis, morfemik dan pragmatik.

Pemerolehan bahasa adalah proses-proses yang berlaku di dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya. Mengenai pemerolehan bahasa ini, terdapat beberapa pengertian. Pengertian yang satu mengatakan bahwa pemerolehan bahasa mempunyai suatu permulaan yang tiba-tiba, mendadak. Kemerdekaan bahasa mulai sekitar usia satu tahun disaat anak-anak mulai menggunakan kata-kata lepas atau kata-kata terpisah dari sandi linguisik untuk mencapai aneka tujuan sosial mereka. Pengertian lain bahwa pemerolehan bahasa memiliki suatu permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi mesin/ motor, sosial, kognitif pralinguistik (Mc Graw, 1987: 570).

(4)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 4

Dardjowidjojo (2003:225) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural waktu dia belajar bahasa ibunya. Stork dan Widdowson (1974:134) mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa dan akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran bahasa ibunya. Chomsky dalam Chaer (2009:168) menyatakan mengenai tahap kognitif yang berkaitan dengan kompetensi, membagi empat buah komponen tata bahasa yaitu komponen fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatik.

Perkembangan bahasa anak sejalan dengan perkembangan biologisnya baik secara fisik maupun secara psikis. Bahasa anak berkembang secara bertahap sesuai dengan perkembangan bahasa dan pikiran anak. Anak memeroleh bahasa melalui segala seuatu yang didengar, dilihat, diraba, dirasakan dan melalui indra penciuman. Pieget berpendapat bahwa kemampuan berpikir anak dapat mendorong perkembangan bahasa. Menurut Vygostky, bahasa orang dewasa sangat berpengaruh pada perkembangan bahasa dan pikiran anak. Sehubungan dengan hal tersebut, pemerolehan bahasa oleh anak-anak memang merupakan suatu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Pemerolehan bahasa telah ditelaah secara intensif selama kurang lebih dua dekade. Pada saat itu kita telah mempelajari banyak hal mengenai bagaimana anak-anak berbicara, mengerti, dan menggunakan bahasa, tetapi sangat sedikit sekali yang kita ketahui tentang proses aktual perkembangan bahasa pada anak. Satu hal yang perlu diketahui bahwa pemerolehan bahasa sangat banyak ditentukan oleh interaksi rumit aspek-aspek kematangan biologis, kognitif, dan sosial.

Berbicara mengenai jenis pemerolehan bahasa memang sangat menarik karena dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang antara lain berdasarkan bentuk yaitu pemerolehan bahasa petama atau first language acquisition, pemerolehan bahasa kedua atau second language acquisition.

Berdasarkan urutan yaitu pemerolehan bahasa petama atau first language acquisition, pemerolehan bahasa kedua

(5)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 5

Dilihat dari perkembangan umur kronologis yang dikaitkan dengan perkembangan kemampuan berbahasa individu, tahap perkembangan bahasa dapat dibedakan ke dalam tahap berikut: Tahap Perkembangan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun

Secara umum tahap-tahap perkembangan bahasa pada anak dapat dibagi ke dalam beberapa rentang usia, masing-masing rentang tersebut menunjukan ciri tersendiri. Tahap perkembangan ini sebagai berikut:

1. Tahap I (pralinguistik), yaitu

antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri dari:

 Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam dimana anak akan mulai menangis, tertawa, dan menjerit.

 Tahap meraban -2 (pralinguistik kedua). Tahap ini pada dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari bulan ke-6 hingga 1 tahun.

2. Tahap II (linguistik) tediri dari dua

tahap, yaitu:

 Holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai

menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.

 Frasa (1-2 tahun), pada tahap ini anak sudah mampu mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga ditandai dengan perbendaharaan kata anak sampai dengan rentang 50-100 kosa kata.

3. Tahap III (pengembangan tata

bahasa, yaitu prasekolah 3,4,5 tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat kalimat, seperti telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata bahasa seperti S-P-O, anak dapat memperpanjang kata menjadi satu kalimat.

4. Tahap IV (tata bahasa menjelang

dewasa, yaitu 6-8 tahun). Tahap ini ditandai dengan kemampuan menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.

(6)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 6

(sintaksis). Sebelumnya penelitian mengenai pemerolehan bahasa anak pada aspek fonologi juga dilakukan oleh Prima Gusti Yanti FKIP Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta pada bulan Agustus - Februari 2012 dengan meneliti anaknya berinisial TPM yang berusia 2 tahun 6 bulan, diakses dari

https://wulandari.academia.edu/PrimaGu stiYanti, hasilnya membahas aspek fonologi TPM yang mencakupi pemerolehan vokal dan konsonan. Usia tersebut berada pada masa periode kritis (critical period) yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa, juga karena pada usia tersebut TPM sangat aktif berbicara dan selalu ingin tahu tentang sesuatu hal yang menunjukan bahwa TPM juga mengikuti tingkatan perkembangan bahasa seperti yang dialami oleh anak-anak lain seusianya.

Pemerolehan bahasa pertama adalah proses awal yang berlangsung pada otak manusia saat ia mulai memperoleh bahasa. Hal itu terjadi ketika anak-anak memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang kanak-kanak mempelajari bahasa kedua setelah dia memperoleh bahasa pertamanya. Pemerolehan bahasa berkenaan

dengan bahasa pertama, sedangkan pembelajaran bahasa berkenaan dengan bahasa kedua (Chaer, 2003:167).

Pemerolehan bahasa tersebut mencangkup pemerolehan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik yang tidak disadarinya sama sekali. Hal itu terjadi juga dalam pemerolehan bahasa secara fonologi oleh PM yang telah mampu menyusun kalimat dan dalam hal ini pemerolehan bahasa didapat tanpa melalui proses belajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, proses pemerolehan bahasa berkaitan erat dengan berbagai aspek salah satunya adalah aspek fonologi. Dan artikel ini akan mengkaji aspek-aspek tersebut berdasarkan hasil temuan peneliti kepada penutur yaitu PM dengan menganalisa setiap bunyi yang dikeluarkan.

(7)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 7

(1) Bagaimana pemerolehan vokal pada anak usia 3,4 tahun?

(2) Bagaimana pemerolehan konsonan pada anak 3,4 tahun?

(3) Bagaimana lingkungan bisa menjadi faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa?

KAJIAN TEORITIK

Bahasa pada anak terkadang sulit diterjemahkan, karena anak pada umumnya masih menggunakan struktur bahasa yang masih kacau dan masih mengalami masa transisi dalam berbicara, sehingga sukar untuk dipahami mitra tuturnya. Selain menggunakan struktur bahasa yang masih kacau, anak-anak juga cenderung masih mengalami keterbatasan dalam kosa kata (leksikon), dan dalam pelafalan fonemnya secara tepat, hal ini dapat mempengaruhi out put bahasa yang dikeluarkan dari anak tersebut.

Dengan latar belakang hal di atas, maka seorang ibu perlu mengetahui sejauh mana perkembangan pemerolehan fonologi bahasa anak agar sesuai dengan kondisi usia anak tersebut. Bila pemerolehan fonologi dalam perkembangan bahasa anak terjadi penyimpangan, maka seorang ibu dapat melakukan tindakan-tindakan secara preventif atau pencegahan. Dari uraian di atas yang menjadi pendukung pembahasan dalam tulisan ini adalah masalah komponen fonologi, dan

lingkungan dalam pemerolehan bahasa anak.

Fonologi merupakan cabang mikro linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa ditinjau dari fungsinya. Dan fonetik adalah cabang linguistik yang ruang lingkupnya membahas tentang bunyi bahasa yang lebih terfokus pada sifat-sifat akustiknya atau pelafalannya (Verhaar).

Fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya. Fonologi adalah bagian tatabahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungi bunyi tersebut sebagai pembeda makna. (Kridalaksana).

(8)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 8

bahwa pemerolehan bahasa pada anak sejalan dengan konsep universal pemerolehan fonologi.

Pemerolehan fonologi pada anak meliputi kemampuan anak menghasilkan bunyi-bunyi bahasa berupa vokal dan konsonan walaupun belum dalam bunyi yang sempurna. Menurut para ahli ketidak sempurnaan anak dalam pemerolehan bahasa bisa juga dikarenakan gangguan artikulasi yang di indikasikan ketika ujaran anak pada usia 3 tahun tidak bisa dipahami oleh orang dewasa dan pada usia 8 tahun, ketika kesalahan dalam artikulasi masih tetap terlihat jelas (Patterson & Wright, 1990).

Beberapa kesalahan pengucapan merupakan hal yang normal pada anak-anak pra sekolah (Kostelnik et al.,

2007). Misalnya, huruf konsonan rangkap dan huruf padu bisa salah pengucapannya. Spaghetti mungkin

dilafalkan “busketti”, dan then mungkin dilafalkan “ven”. (Kostelnik et al., 2007)

atau “den). Dan gangguan yang kedua

dalam berbicara yaitu ketidak fasihan ucapan adalah hal yang umum terjadi pada anak-anak pra sekolah begitu mereka mengeksplor dan bereksperimen dengan produksi bahasa menggunakan pengetahuan fonetik, sintaksis, semantik, morfemik dan pragmatiknya. Kebanyakan ketidakfasihan ini menghilang begitu anak tumbuh dewasa. (Weir & Bianchet,

2004). Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan. Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator. Bunyi-bunyi tersebut terjadi secara bertahap yaitu:

 Pada usia 6 minggu, anak menghasilkan bunyi-bunyi yang mirip bunyi vokal dan konsonan. Vokalisasi bayi pertama adalah refleksif dan kemudian vokalisasi nonrefleksif berkembang (cairns, 1996).

 Pada usia 6-8 minggu, anak berada pada tahap mendekut (reich, 1986; wolf, 1966); tampak seperti ritme dan gema ujaran orang dewasa (de boysson-bardies, 1999);

 Pada usia 6 bulan, anak mencampur bunyi konsonan dan vokal (babbling/ celotehan);

 Pada usia 11-12 bulan, bayi mulai memperoleh ujaran yang mirip kata dengan pola bunyi yang secara keseluruhan konsisten.

(9)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 9

yang irama dan awalannya sama dengan kata-kata baru yang akan dikenalkan (misalnya pin, pig, three; h. 261).

Pada usia 3 tahun, kesadaran reseftif anak dan produksi bunyi yang berhubungan dengan bahasa (fonem) hampir berkembang dengan baik. Urutan perkembangan fonem menunjukan kompleksitas yang ada di dalam produksi setiap fonem. (Owens, 2001). Misalnya, fonem vokal diperoleh lebih awal dari konsonan karena bunyi vokal membutuhkan koordinasi mulut yang tidak rumit dibandingkan dengan bunyi konsonan. Terlebih lagi, urutan perkembangan fonemik untuk konsonan menunjukan cara bagaimana bunyi tersebut dihasilkan. Misalnya fonem /m/ dan /n/ dihasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut (bunyi nasal), sementara fonem /p/ dan /b/ dihasilkan karena arus udara yang

keluar tertutup secara sempurna dan terbuka secara tiba-tiba (bunyi plosive).

Tempat terjadinya mekanisme keluarnya ujaran ketika bunyi dihasilkan juga menentukan urutan perolehan bahasa. Misalnya, bunyi /p / dan /b/ dihasilakan ketika kedua bibir saling mengatup, sementara bunyi /k/ dan /g/ dihasilkan ketika belakang lidah menyentuh langit-langit lembut. Bunyi yang terletak di awal kata diperoleh sebelum bunyi yang terletak di tengah atau di akhir kata. Konsonan yang berkelompok atau bercampuran dengan konsonan lain seperti /sh/ atau /ch/ atau /tr/ adalah bunyi yang rumit untuk dihasilkan. Beberapa campuran konsonan ini muncul sekitar usia 4 tahun. Perolehan yang menyeluruh mengenai konsonan ini bisa sampai usia 7 atau 8 tahun. Daftar yang lebih lengkap mengenai prolehan fonem secara umum ada pada bagan berikut:

Ikhtisar Produksi Fonem

Three-year-olds All vowel sounds /p/ /m/ /h/ /n/ /w/ /b/ /k/ /g/ /d/

Pig sum happy sun wat big coat goat dot

50%also produce /t/ /n/ /f/ /j/ /r/ /l/ /s/

Tot sung face yacht rot iot sea

Four-year-olds /p/ /m/ /h/ /n/

/w/ /b/ /k/ /g/ /d/ /t/ /n/ /f/ /j/ 50%also produce : /r/ /I/ /s/ /tf/ /j/ /z/

Choke shoe zeal

Nature mission

Five-year-olds /p/ /m/ /h/ /n/ /w/ /b/ /k/ /g/ /d/ /t/ /n/ /f/ /j/ /r/ /I/ /s/ /ts/ /s/ /z/

/d3/ joke gentle

(10)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 10

thy,this,there

Some still have difficulty with consonnt blensa:street clean

Six-year-olds

Also produce/8/as in thin and /3/as in trasure

Eight-year-olds

Also produce consonant clusters str sl dr

Generalisasi Urutan Perolehan

Fonem

1. Vokal diperoleh lebih dahulu dibandingkan konsonan. 2. Urutan peroleh berdasarkan

jenis prodeuksi:

Nasal-tingkat penutupan rongga mulut /m/ /n/

Plosif-pelepasan eksplosif bunti /p/ /b/ /t/

Frikatif-bunyi yang dihasilkan oleh gesekan dan penyempitan alat ucap

Afrikatif-kombinasi plosif dan frikatif, choke, joke

3. Urutan perolehan berdasarkan lokasi di mana bunyi dihasilkan:

Glottals-terbatas pada pangkal tenggorokan

Bilabials-bibir /f/ /v/

Velar-langit-langit lunak /k/ /g/ Alveolar-lidah ke batas gusi atas /t/ /d/ /s/

Dental-gigi; lidah menyentuh

gigi atas thigh, thin, this

Palatal-langit-langit keras, shoe, visual, choke

4. Bunyi-bunyi dengan posisi awal dalam kata-kata diperoleh pertama

5. Pengelompokan dan pencampuran konsonan didapat pada usia sekitar 7-8 tahun. Beberapa kelompok konsonan bisa muncul pada usia 4 tahun.

(11)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 11

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bunyi bahasa pada anak-anak berlangsung secara berurutan, yakni dari bunyi yang mudah ke bunyi yang sukar. Untuk mengetahui mudah atau sukarnya suatu bunyi, dasar yang digunakan adalah

cara artikulasinya dan jumlah fitur distingtif yang ada pada masing-masing bunyi. Jika makin sukar artikulasi dan makin banyak fitur distingtifnya, makin belakangan bunyi

itu dikuasai oleh anak.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan pada penelitian ini dalah metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode untuk menyelidiki obyek yang tidak dapat diukur dengan angka-angka ataupun ukuran lain yang bersifat eksak. Penelitian kualitatif juga bisa diartikan sebagai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan dan perkembangan bahasa pada aspek fonologi dan faktor lingkungan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan pemerolehan bahasa terhadap PM dan NP.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain longitudinal. Penelitian Longitudinal (Longitudinal Research) adalah salah satu jenis penelitian sosial yang membandingkan perubahan subjek penelitian setelah periode waktu tertentu. Penelitian ini

sengaja digunakan untuk penelitian jangka panjang, karena memakan waktu yang lama.

Oleh karena itu peneliti menggunakan desain ini dengan cara mengikuti perkembangan bahasa PM berdasarkan pada umur untuk menghasilkan sebuah penelitian scientific yang dapat dipertanggung jawabkan.

(12)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 12

Data yang sudah diperoleh, diklasifikasikan berdasarkan kelompok pemerolehan fonologi kemudian dikaitkan dengan pandangan para ahli yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri berkesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata yang

sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). dan pemerolehan bahasa mengikuti proses yang bertolak dari sesuatu yang mudah menuju ke yang lebih sukar, sehingga setiap anak pada dasarnya memperoleh tahapan-tahapan kesulitan saat pemerolehan bahasa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PM yang berusia 3,4 bulan anak yang sedang dalam proses tumbuh kembang yang sangat baik, hal itu bisa dilihat dari fisik dan mental anak tersebut. Dari pengamatan yang dilakukan dalam keseharian PM tidak terdapat masalah dalam berkomunikasi

baik dengan keluarga maupun orang lain.

Pemerolehan Vokal PM

Bunyi-bunyi vokal yang diperoleh PM berdasarkan pengamatan data dalam 3 bulan ini adalah sebagai berikut:

(13)
(14)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 14

Data yang diperoleh hanya pada suku terakhir, seperti dalam tabel berikut:

(15)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 15 Bunyi diftong yang muncul dilafalkan

dengan vokal

[au] [au] [tau] ‘tahu’ [ai] [ai] [pake] ‘pakai’

Berdasarkan uraian dan contoh data di atas dapat dikatakan bahwa TPM sudah menguasai semua vonem vokal bahasa Indonesia. Vokal [a], [i], [u], [e], dan [o] dilafalkan dengan baik meskipun terletak pada awal, tengah, atau akhir kata. Semua vokal bahasa Indonesia tersebut sudah dikuasai PM pada saat berumur 3 tahun 4 bulan. Vokal pertama yang dikuasainya adalah vokal minimal, yaitu [a], [i], dan [u], kemudian berkembang menguasai vokal

depan [i], [e], [ε], vokal belakang [u], [o],

[ כ], dan vokal tengah [∂], [a]. Tampaknya variasi alofonik yang tidak begitu kentara dalam Bahasa Indonesia tidak menimbulkan masalah bagi PM dalam melafalkan bunyi-bunyi vokal.

Pemerolehan Konsonan

Pemerolehan bunyi kosonan PM pada usia 3 tahun 4 bulan ini tidak semudah dia memahami pemerolehan bunyi vokal.

Berdasarkan tempat artikulasinya, bagaimana hambatan yang dilakukan terhadap arus udara itu, dapat dibedakan adanya konsonan: (Abdul Chaer, 2007:117)

Konsonan bilabial

Awal Tengah Akhir

[b] [bewi]

‘beli’

[bebet]

‘bebek’ -

[m] [makan]

‘makan’

[Deyima]

‘delima’ [asem] ‘asem]

[p] [plabu]

‘prabu’ [pipi] ‘pipi’ -

Konsona n labioden

tal

Aw al

Teng ah

Akh ir

Ket

[f]

[fati r]

‘fati

r’

- -

Bunyi Konsona n

labioden tal [f] dilafalka n dengan baik

Konsonan laminoalveolar

Awal tengah Akhir

[d] [dah]

‘sudah’

[dah]

‘sudah’ -

(16)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 16 ‘telur’ ‘kereta bunyi

kereta api’

dilafalkan dengan baik

(17)
(18)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 18 tampaknya PM sudah menguasai bunyi konsonan [b], [c], [d], [f], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [r], [s], [t], [w], dan [y] pada umur 3 tahun 4 bulan. Bunyi [b], [c], [d], [j], [l], [w] hanya dikuasai PM jika terletak pada awal dan tengah kata. Bunyi [f], dan [h] hanya dikuasai PM jika terletak pada awal kata. Bunyi getar [r] belum muncul.

Oleh karena itu, bunyi tersebut dilafalkan dengan bunyi sampingan atau lateral [l] seperti pada data berikut: [lual]

‘luar’ berdasarkan hasil analisis data pemerolehan vokal dan konsonan pada anak usia 3 tahun 4 bulan khususnya PM sebagai subyek penelitian. Pemerolehan vokal PM sudah dikuasai semenjak ia mulai menuturkan kata-kata sesuai teori Jacobson.

(19)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 19

menyeluruh oleh PM, misalnya terdapatnya beberapa konsonan yang mengalami penghapusan diawal kata dan ada pula beberapa bunyi konsonan yang letaknya diakhir kata tidak dibunyikan hal tersebut terjadi karena adanya proses penghapusan konsonan akhir.

Sedangkan bunyi konsonan yang sudah dikuasai PM yaitu pada konsonan hambat [p,b,d,t] , konsonan nasal [m, n], konsonan laminopalatal [s], konsonan laringal [h], dan konsonan frikatif glotal [y]. dan ada juga beberapa bunyi yang belum muncul maka PM mengganti bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lain yang memiliki kedekatan fonetis.

Lingkungan sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa anak

Salah satu hal yang penting adalah bagaimana orang tua membantu perkembangan bahasa melalui interaksi dengan cara mengajak anak-anak usia prasekolah ini di dalam percakapan. Mereka mendukung atau membangun percakapan melalui bertanya, memperluas, dan menambahkan percakapan. Secara bertahap, begitu anak mulai berperan aktif di dalam percakapan, orang tua mulai mengurangi tingkat dorongan lisannya.

Penemuan yang hampir sama juga terjadi untuk anak yang berbicara dalam dua bahasa (bilingual), mengindikasikan bahwa pembacaan buku cerita di dalam

rumah memiliki kaitan sangat erat dengan kemampuan linguistik dan kognitif yang lebih tinggi. (Santiago 1994).

Aspek lain dari lingkungan rumah untuk anak usia prasekolah yang belajar bahasa adalah peran media yang digunakan di rumah. Menurut penelitian yang terbaru,anak-anak usia enam dan di bawahnya menghabiskan hampir dua jam sehari berinteraksi denga televisi,

vidio, komputer, vidio game (“anak-anak

tenggelam di dalam media,” 2004).

Meskipun data statistik ini tidak terbatas untuk anak usia prasekolah, tetapi data ini mengindetifikasikan prevalensi media di rumah terhadap anak-anak. efek media dalam perkembangan bahasa anak belum terdokumentasikan dengan baik.

(20)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 20

PENUTUP

Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa anak dalam aspek fonologi dipengaruhi faktor lingkungan khususnya keluarga. hal itu ditandai dengan banyaknya perbendaharaan kosa kata yang mereka dapatkan di lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar.

Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri berkesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata yang sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). hal ini berdasarkan penelitian terhadap PM yang sudah menguasai bunyi konsonan [b], [c], [d], [f], [g], [h], [j], [k], [l], [m], [n], [p], [r], [s], [t], [w], dan [y] pada umur 3 tahun 4 bulan. Sedangkan pemerolehan vokal PM sudah dikuasai semenjak ia mulai menuturkan kata-kata sesuai teori Jacobson.

Pemerolehan konsonan ada beberapa yang belum dikuasai secara menyeluruh oleh PM, misalnya terdapatnya beberapa konsonan yang mengalami penghapusan diawal kata dan ada pula beberapa bunyi konsonan yang letaknya diakhir kata tidak

dibunyikan hal tersebut terjadi karena adanya proses penghapusan konsonan akhir.

Sedangkan bunyi konsonan yang sudah dikuasai PM yaitu pada konsonan hambat [p,b,d,t] , konsonan nasal [m, n], konsonan laminopalatal [s], konsonan laringal [h], dan konsonan frikatif glotal [y]. dan ada juga beberapa bunyi yang belum muncul maka PM mengganti bunyi-bunyi tersebut dengan bunyi lain yang memiliki kedekatan fonetis.

Saran

Lingkungan sangat mempengaruhi pemerolehan bahasa pada anak sehingga peran aktif lingkungan yang positif dalam berbahasa akan membawa dampak positif pula pada bahasa si anak. Setelah ditinjau dari cabang linguistik yaitu tataran fonologi, bahwa bahasa anak pada umur 3,4 tahun yang berfokus pada pm adalah pengontrolan atau partisipasi orang tua dan orang-orang yang sering berinteraksi pada si anak harus lebih diperhatikan karena perkembangan bahasa pada anak dapat ditentukan oleh lingkungan, khususnya lingkungan keluarga

(21)

Jurnal Ilmiah SPS Pendidikan Bahasa Indonesia, Vol. 1, No. 1, Agustus 2018| 21

perkembangan bahasa anak selanjutnya diusia remaja. Implikasi lain adalah sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain dalam memperoleh informasi

tentang pemerolehan bahasa pada anak usia 3,4 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Brown, H. Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa, edisi kelima. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, edisi kedua. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia, Jakarta: PT Grasindo.

Prima Yanti, Gusti. 2016. Pemerolehan Bahasa Anak: Kajian Aspek Fonologi Pada Anak. Jurnal Ilmiah Visi PPTK PAUDNI, 11, 131-141.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan tentang pemerolehan bahasa dan kesalahan fonologi pada anak ADHD yang mengalami keterlambatan bicara di Sekolah Alam

Adapun yang menjadi hal yang mendasar dalam penelitian ini adalah pemerolehan bahasa pada anak usia 3-4 yahun yang mana, anak disusia balita pada umumnya yang

Secara khusus kajian ini bertujuan untuk mendeskripskan pemerolehan fonologi anak usia dua tahun khususnya bunyi vokal, konsonan, dan semivokal dalam bahasa Indonesia,

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemerolehan bahasa Indonesia pada tataran fonologi, morfologi, dan semantik pada penderita tunagrahita kelas 1C di SLB Negeri

Dari pemerolehan fonologi tutur di atas, dapat penulis sampaikan bahwa bahasa tutur anak dalam penelitian ini adalah bilingual infomal yang merupakan representasi

Dari pemerolehan fonologi tutur di atas, dapat penulis sampaikan bahwa bahasa tutur anak dalam penelitian ini adalah bilingual infomal yang merupakan representasi dari bahasa di

Pemerolehan Bahasa Indonesia dalam Tataran Morfologi Dari transkip diperoleh data yaitu ujaran pada anak-anak yang berumur 2 tahun 4 bulan belum muncul morfem yang memeroleh afiksasi,

Rumusan masalah pada penelitian ini ada tiga yaitu 1Bagaimanakah pemerolahan bahasa secara fonologis pada ujaran anak usia satu tahun sampai lima tahun di Kelurahan Cigintung ?2