• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGUASAAN KONSEP BANGUN DATAR TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DALAM MATERI POKOK BANGUN RUANG PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SEMESTER GASAL DI MTS MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PENGUASAAN KONSEP BANGUN DATAR TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL DALAM MATERI POKOK BANGUN RUANG PADA PESERTA DIDIK KELAS IX SEMESTER GASAL DI MTS MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA TAHUN PELAJARAN 20112012 SKRIPSI"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGUASAAN KONSEP BANGUN DATAR

TERHADAP KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL

DALAM MATERI POKOK BANGUN RUANG PADA

PESERTA DIDIK KELAS IX SEMESTER GASAL DI MTS

MATHALIBUL HUDA MLONGGO JEPARA TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Ilmu Pendidikan Matematika

Oleh :

MUHAMMAD ATHO’UR ROHMAN NIM : 073511046

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Atho’ur Rohman NIM : 073511046

Jurusan/Prodi : Tadris Matematika

Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.

Semarang, 25 November 2011 Pernyataan

Muhammad Atho’ur Rohman

(3)

iii

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Nama : Muhammad Atho’ur Rohman NIM : 073511046

Jur/Prodi : Tadris Matematika

Judul : Pengaruh Penguasaan Konsep Bangun Datar Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Dalam Materi Pokok Bangun Ruang Pada Peserta Didik Kelas IX Semester Gasal Di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing I

Minhayati Saleh, M. Sc.

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Nama : Muhammad Atho’ur Rohman NIM : 073511046

Jur/Prodi : Tadris Matematika

Judul : Pengaruh Penguasaan Konsep Bangun Datar Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Dalam Materi Pokok Bangun Ruang Pada Peserta Didik Kelas IX Semester Gasal Di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing II

Nur Asiyah, M.SI.

(5)

v

NOTA PEMBIMBING Semarang, 23 November 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

Di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan:

Nama : Muhammad Atho’ur Rohman NIM : 073511046

Jur/Prodi : Tadris Matematika

Judul : Pengaruh Penguasaan Konsep Bangun Datar Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Dalam Materi Pokok Bangun Ruang Pada Peserta Didik Kelas IX Semester Gasal Di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqosah.

Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Pembimbing II

Nur Asiyah, M.SI.

(6)

vi

ABSTRAK

Muhammad Atho’ur Rohman (NIM. 073511046). Pengaruh penguasaan

konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX semester gasal di MTs. Matholibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Pelajaran 2011/2012. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Tadris Matematika IAIN Walisongo, 2007.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh penguasaan konsep bangun datar. 2) Kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX semester gasal di MTs. Matholibul Huda Mlonggo Jepara 3) Pengaruh penguasaan konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX semester gasal di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif. Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua, Variabel bebas/Variable Independent dan Variabel terikat/Variable Dependent. Penelitian ini menggunakan metode tes dan tekhnik analisis regresi satu prediktor. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX, dengan keseluruhan berjumlah 344 orang. Sampel dipilih dengan teknik cluster random

sampling. Dalam hal ini, yang dipilih secara acak adalah kelasnya. Sehingga

terpilih kelas IX A sebagai kelas penelitian dan kelas IX E sebagai kelas uji coba instrumen. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk menjaring data X (penguasaan konsep bangun datar) dan tes untuk menjaring data Y (kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang).

Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penguasaan konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang. Dari proses penghitungan analisis korelasi didapat nilai korelasi sebesar 0,836. Melalui uji t diperoleh thitung = 9,392> ttabel(0,05)(39) =1,685 dan thitung = 9,392 > ttabel(0,01)(39) = 2,426 . Karena thitung lebih besar dari ttabel berarti korelasi antara variabel X dengan Y adalah signifikan. Hal tersebut juga ditunjukkan dari analisis regresi diperoleh nilai Freg = 88,2044. Melalui uji F diketahui bahwa Freg = 88,2044 > Ft (0.05) = 4,10 dan Freg = 88,2044 > Ft (0.01) = 7,35. Dengan demikian Freg > Ft (0.05 dan 0.01). Hal ini berarti penguasaan konsep bangun datar mempengaruhi kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun pelajaran 2011/2012.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam yang telah memberikan beberapa rahmat, taufiq, hidayah, dan kenikmatan kepada penulis berupa kenikmatan jasmani maupun rohani, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang dilaksanakan di MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang ini yaitu zaman islamiyah.

Dengan berbekal keikhlasan dan berniat dengan tulus serta dengan tanggung jawab, Allah SWT telah meridhoi penyusunan skripsi di MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara, tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan dalam menulis skripsi ini, karena dalam penelitian penulis banyak menjumpai hal-hal yang belum pernah penulis jumpai dalam penelitian tentang Pengaruh Penguasaan Konsep Bangun Datar terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Bangun Ruang Pada Peserta Didik Kelas IX di MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun 2011/2012. Tidak sedikit dana maupun pikiran yang dibutuhkan. Namun semua itu dapat penulis jalani dengan baik dan penuh tanggung jawab sehingga skripsi ini dapat penulis susun sebagaimana mestinya. Karena pengalaman yang sangat berharga ini penulis sangat termotivasi untuk terus berusaha melaksanakan penelitian di waktu yang akan datang, agar tujuan penelitian dapat terwujud.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang terhormat:

1. Dr. Suja’i, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

(8)

viii

3. Dosen dan staf pengajar di IAIN Walisongo Semarang, khususnya Dosen Tadris Matematika yang membekali berbagai pengetahuan dan pengalaman. 4. Kepala perpustakaan IAIN Walisongo Semarang beserta seluruh staf dan

karyawan yang telah memberikan pelayanan yang baik.

5. Kepala perpustakaan TKPS Semarang beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan pelayanan yang baik.

6. A. Zainuddin, S. Pd. I, selaku kepala MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara.

7. Segenap guru, kepala TU beserta staf, karyawan dan peserta didik MTs. Mathalibul Huda Mlonggo Jepara yang selalu membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi.

8. H. A. Hafadz Asyrofi dan Hj. Mumayyizah S. Ag., selaku bapak dan ibu

tercinta terima kasih atas do’a, nasihat, dan dukungan serta segala

pengorbanan dan kasih sayang selama ini dalam mendidik penulis dengan penuh kesabaran.

9. KH. Sirodj Khudlori dan Dr. H. A. Izzuddin M.Ag. selaku pengasuh Pon. Pes. Daarunnajaah yang senantiasa membimbing dan mendo’akan penulis. 10. Teman seperjuangan Tadris Matematika 2007 (Lubis, Fauzi, Imam, Rizko,

Miftahudin, Ayu, Huda, Ana, Tika, dll) yang senantiasa menjadi penyemangat penulis.

11. Teman-teman santri Pon. Pes Daarunnajaah Jrakah, Tugu, Semarang (Mbah wo, Fidyat, Rifqi, Qo2m, Umam, Bandit, dll), yang selalu memberi keceriaan kepada penulis.

12. Seluruh anggota kamar al-Hilal ( Gendut, Kriting, Yusuf, Wicaks, Kholis, Umam, Abi, Bandit, CholiQ, Imam, Kamal, pak Dhe, Udin sedunia, Faiz, Ibnu, Abid ).

13. Temen-temen keluarga besar UKM BITA Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, salam fastabiqul khoirot.

14. Sahabat-sahabati PMII RATA’07.

(9)

ix

16. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah khairan katsiran“. Semoga amal baik dan jasa-jasanya diberikan oleh Allah balasan yang sebaik-baiknya.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa sripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.

Semarang, 25 November 2011 Penulis

Muhammad Atho’ur Rohman

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PENGESAHAN ... iii

NOTA PEMBIMBING ... iv

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka... 6

B. Kerangka Teoritik ... 7

1. Belajar dan Pembelajaran ... 7

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar... 11

3. Penguasaan konsep... 12

4. Kemampuan menyelesaikan soal... 14

5. Pembelajaran Matematika... 15

6. Tinjauan Materi... 16

7. Kerangka Berfikir ... 18

C. Rumusan Hipotesis ... . 19

BAB III : METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 21

(11)

xi

2. Tempat dan Waktu Penelitian... 21

3. Populasi dan Sampel... 22

4. Variabel dan Indikator... 23

5. Teknik Pengumpulan Data... 24

6. Teknik Analisis Instrumen... 25

7. Teknik Analisis Data... 28

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 32

B. Pengujian Hipotesis ... 32

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

D. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 57

B. Saran-saran ... 58

C. Penutup ... 58

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kian melaju dengan pesat, bahkan cenderung tidak terkendali. Akibat dari fenomena ini muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, diantaranya bidang pendidikan.1 Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga sempitnya waktu belajar di kelas.2

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.3

Pendidikan sendiri memegang peranan sangat penting dalam menjamin kelangsungan hidup dan kemajuan suatu negara. Karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu usaha peningkatan mutu pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa terus digalakkan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 pasal

1

Max Darsono, Belajar dan Pembelajaran. (Semarang: IKIP Semarang Press, 2000), hlm. 11

2

Mahfud Junaidi, Ilmu Pendidikan Islam Filsafat Dan Pengembangan, (semarang:RaSAIL Media Group, 2010), hlm. x

3

(13)

2

31 ayat 2 yang menyatakan “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan

satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-Undang”.

Salah satu masalah yang tengah dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Dalam proses pembelajaran di kelas, peserta didik diarahkan untuk menerima dan menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi itu.4

Matematika sebagai salah satu bagian ilmu pendidikan, tentunya mempunyai peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan seperti industri, asuransi, ekonomi, pertanian dan di banyak bidang sosial maupun bidang yang lain. Hal ini tentu saja menjadi tantangan bagi para guru dalam mengajarkan matematika kepada peserta didik di kelas.

Pembelajaran umum matematika menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dan pengetahuan yang dialami sebelumnya. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah tentang penguasaan konsep. Dalam pembelajaran matematika, semua materi yang ada mengandung aspek pemahaman konsep karena memang kemampuan mendasar dalam belajar matematika adalah penguasaan konsep. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan unsur-unsurnya. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik konsep yang menjadi prasyarat, begitu juga dalam materi Geometri.

Materi pokok geometri merupakan materi dalam mata pelajaran matematika yang membutuhkan keterampilan khusus, pemahaman konsep, dan penerapan. Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran materi ini. Salah satu pokok bahasan dalam geometri adalah bangun ruang. Keterkaitannya dengan materi lain diantaranya adalah penguasaan konsep

4

(14)

3

tentang materi bangun datar. Bangun datar merupakan salah satu materi prasyarat sebelum mempelajari bangun ruang. Namun hal seperti ini seringkali diabaikan oleh peserta didik. Mereka menganggap bahwa apa yang sudah mereka pelajari terdahulu tidak akan ada kaitannya dengan materi selanjutnya. Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

Tempat penelitian ini adalah di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Berdasarkan kenyataan yang ada bahwa peserta didik di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara kurang mampu menguasai konsep matematika khususnya pada materi ini. Hal ini bisa di lihat berdasarkan nilai peserta didik dalam materi ini. Peserta didik juga masih sangat kesulitan mengerjakan soal-soal matematika pada materi ini. Karena mereka kurang mampu memahami tentang penguasaan konsep materi sebelumnya dan kurang mampu menyelesaikan soal matematika, dalam hal ini adalah pada materi bangun datar dan bangun ruang.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan penelitian dengan judul

“Pengaruh Penguasaan Konsep Bangun Datar terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal dalam Materi Pokok Bangun Ruang pada Peserta Didik Kelas IX Semester Gasal di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun

Pelajaran 2011/2012”.

B. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan Matematika dan banyak permasalahan yang dijumpai dalam materi bangun ruang, maka dalam penelitian ini diberikan batasan sebagai berikut:

1. Peserta didik yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara.

(15)

4

C. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan penguasaan konsep bangun datar peserta didik kelas IX di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara?

2. Bagaimana kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang peserta didik kelas IX di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara?

3. Apakah ada pengaruh antara penguasaan konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX semester gasal di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

a. Mengetahui kemampuan penguasaan konsep bangun datar peserta didik kelas IX di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara

b. Mengetahui Pengaruh kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang peserta didik kelas IX di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara

(16)

5 2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan di peroleh manfaat antara lain :

a. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuka wawasan yang lebih tinggi dan luas bagi para guru, terutama dalam usaha meningkatkan prestasi belajar matematika peserta didik.

c. Bagi Peserta Didik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar.

d. Bagi Peneliti

(17)

6

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fuad Nur Farikhin mahasiswa IAIN Walisongo angkatan 2006 tentang hubungan kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran dengan kemampuan pemecahan masalah pada materi bangun ruang sisi lengkung peserta didik kelas IX MTs NU Darul Ulum Pidopo Kulon Patebon Kendal, menyimpulkan bahwa ada korelasi positif antara kemampuan pemahaman konsep dan penalaran terhadap kemampuan pemecahan masalah. dengan koefisien korelasi r = 0,823 atau sebesar 82,3%.

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Hayuning Tri Budhi dengan judul pengaruh pemahaman konsep, penalaran, dan komunikasi terhadap kemampuan penyelesaian masalah pada materi pokok kubus dan balok peserta didik kelas VIII SMPN 2 Wonosobo juga menyimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara pemahaman konsep terhadap kemampuan menyelesaikan masalah dalam materi bangun ruang yaitu kubus dan balok dengan koefisien sebesar 36,55%.

(18)

7

Berdasarkan penelitian-penelitian yang disebutkan di atas, maka diambil penelitian tentang pengaruh penguasaan konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi bangun ruang. Yang membedakan dengan penelitian terdahulu di atas adalah tempat dan juga cakupan materi. dan juga mengenai metode pengumpulan data serta analisisnya. Dalam penelitian di atas menggunakan analisis korelasi sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Penelitian ini di adakan di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara dengan subjek penelitian peserta didik kelas IX.

B. Kerangka Teoritik

1. Belajar dan Pembelajaran

Belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari prsepsi dan perilaku. Belajar tidak hanya meliputi mata pelajaran tetapi juga penguasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam ketrampilan dan cita-cita.1

Menurut Clifford T. Morgan dalam buku psikologi pendidikan karya Mustaqim “learning is any relatively permanent change in behaviour that is

result of past experience”. Yang artinya belajar adalah perubahan tingkah

laku yang relative tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu2.

Menurut Syekh Abdul Aziz dan Abdul Majid dalam kitab At-Tarbiyatul

wa Thuruqut Tadris mendenifisikan belajar sebagai berikut:

!"

Artinya : (Belajar adalah perubahan di dalam diri (jiwa) peserta didik yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu sehingga menimbulkan perubahan yang baru)

1

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2002), hlm. 45.

2

Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Semarang: t.p., 2007), hlm. 39 3

(19)

8

Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, penalaran, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain dalam individu yang belajar.

Pengertian belajar secara umum adalah terjadinya perubahan pada orang yang belajar sebagai akibat dari pengalaman. Ada banyak definisi belajar dari para ahli yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena sudut pandang dan penekanan masing-masing ahli berbeda. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi akan lebih bermakna jika mengalami apa yang dipelajarinya. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan pengetahuan tingkah laku.4 Dengan kata lain belajar merupakan proses menuju perubahan dengan cara mengalami atau sebagai akibat pengalaman.

Pengertian tentang belajar dalam buku psikologi belajar karangan Anni, telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi. Antara lain adalah sebagai berikut.5

a. Menurut Gagne dan Berliner, belajar merupakan proses di mana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.

b. Menurut Morgan et.al., belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

c. Menurut Slavin, belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

4

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), hlm. 27

5

(20)

9

Salah satu pertanda bahwa seorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya. Perubahan itu biasa terjadi dengan sengaja bisa juga tidak sengaja, dapat lebih baik juga bisa lebih buruk. Agar belajar berkualitas dengan baik, perubahan harus dilahirkan oleh pengalaman dan oleh interaksi antara orang dengan lingkungannya.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku akibat proses aktif dalam memperoleh pengetahuan/pengalaman baru dalam berinteraksi dengan lingkungan. Perubahan yang terjadi dalam individu banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri individu merupakan perubahan dalam arti belajar.

Pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya “Proses, cara menjadikan orang/makhluk hidup belajar.”6 Pembelajaran merupakan suatu peristiwa dan tindakan sehari-hari yang tidak pernah lepas dari belajar.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik.7

Pembelajaran adalah suatu aktivitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi berbagai kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan yaitu tujuan kurikulum. Pembelajaran itu sendiri merupakan suatu upaya membelajarkan atau mengerahkan aktifitas peserta didik ke arah aktifitas belajar. Di dalam proses pembelajaran, terkandung dua aktifitas sekaligus

6

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hlm. 14.

7

(21)

10

yaitu mengajar dan belajar. Proses pembelajaran merupakan proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dan peserta didik dan peserta didik dengan peserta didik.8 Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta didik yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang matematika.9

Proses belajar dan pembelajaran merupakan sistem yang kompleks untuk mencapai hasil yang optimal. Hasil belajar secara optimal diharapkan dapat diperoleh jika peserta didik dalam kondisi siap menerima materi pelajaran. Jadi seorang guru harus mampu membawa peserta didik dalam kondisi siap untuk belajar, dengan kata lain guru harus berusaha untuk menciptakan suasana kondusif untuk belajar.

Pembelajaran matematika dalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Bruner berpendapat bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika.10

Oleh karena itu, di dalam belajar diperlukan pengalaman-pengalaman yang lalu sebagai bahan apersepsi untuk menciptakan kondisi peserta didik siap belajar. Dalam kondisi siap belajar, peserta didik akan termotivasi dalam proses pembelajaran.

Usaha-usaha yang perlu dilakukan guru selaku pengajar adalah dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas serta kelebihan-kelebihan yang ada baik

8

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), hlm. 8

9

Amin Suyitno, Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1, hlm. 2

10

(22)

11

dilingkungan sekolah atau dari pihak guru dan peserta didik sendiri, antara lain:

a. Keterampilan guru atau peserta didik dalam menggunakan alat bantu pengajaran,

b. Keterampilan guru dalam menggunakan metode yang tepat, dan

c. Pemanfaatan media yang tersedia dan mudah didapat sebagai sumber atau pendukung dalam belajar.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Faktor Internal, adalah: faktor yang berasal dari diri peserta didik sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu aspek psikologis dan aspek fisiologis. 1) Aspek psikologis, yang meliputi:

a) Intelegensi peserta didik

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan dan hasil belajar. Dalam situasi yang sama, peserta didik dengan tingkat intelegensi tinggi akan berhasil dibandingkan dengan peserta didik dengan tingkat intelegensi rendah.

b) Bakat peserta didik.

Bakat merupakan kemampuan untuk belajar. Secara umum bakat merupakan kemampuan potensial seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

c) Sikap peserta didik

(23)

12

d) Minat peserta didik.

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, termasuk belajar. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajarannya tidak sesuai dengan minat peserta didik, maka peserta didik tidak akan belajar dengan baik.

e) Motivasi peserta didik

Motivasi merupakan keadaan internal organism yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi ada dua macam, yaitu motivasi dari dalam diri sendiri dan motivasi dari luar.11

2) Aspek fisiologis, berkenaan dengan keadaan atau kondisi umum jasmani seseorang. Kondisi jasmani yang kurang sehat akan mempengaruhi semangat dan intensitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran.12 b. Faktor Eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri peserta didik,

faktor eksternal meliputi:

1) Faktor Lingkungan, meliputi: alam dan sosial

2) Faktor instrumental, meliputi: kurikulum atau bahan ajar, guru atau pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi dan manajemen.13

3. Penguasaan Konsep

Penguasan berasal dari kata dasar kuasa yang artinya kemampuan atau kesanggupan.14 Kemampuan dalam penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal tentang bangun ruang. Sedangkan konsep adalah gagasan (ide) abstrak yang direncanakan,

11

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan Kompetensi, hlm. 133

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebagai Pendekatan Baru, (Bandung,: Remaja Rosda Karya, 2003), cet. V, hlm. 135-136.

13

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Sebagai Pendekatan Baru, hlm. 132.

14

(24)

13

diklasifikasikan objek atau kejadian.15 Konsep yang ditekankan di sini adalah konsep matematika.

Belajar konsep merupakan kegiatan pembelajaran tentang ide umum, pengertian, pemikiran, rancangan, rencana besar. Apabila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka seseorang telah belajar konsep. Konsep konkrit serupa dapat ditunjukkan bendanya, jadi diperoleh melalui pengamatan. Pada taraf yang lebih tinggi diperoleh konsep yang abstrak, yaitu konsep menurut definisi, seperti “akar”, ”negatif”, dan lain sebagainya.

Suatu ide atau konsep baru dapat dipelajari dan disimpan dalam pikiran dengan baik hanya jika hal tersebut dapat dikaitkan pada konsep yang telah ada dalam pikiran.

Banyak konsep yang dipelajari dengan definisinya, bukan sebagai konsep yang konkrit. Kadang-kadang konsep ini disebut konsep abstrak. Konsep sangat perlu untuk memperoleh dan mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan menguasai konsep-konsep, kemungkinan kemungkinan untuk memperoleh pengetahuan baru tidak terbatas.16

Konsep dalam matematika adalah ide abstrak yang dapat digunakan, yang memungkinkan, yang memudahkan orang dalam mengelompokkan suatu objek atau kejadian ke dalam contoh atau bukan. Misalkan peserta didik yang telah mempelajari persegi, akan mampu mengelompokkan mana yang persegi dan mana yang bukan.

Penguasaan konsep merupakan salah satu kecakapan matematika. Dalam penguasaan konsep peserta didik mampu untuk menguasai konsep,

15

Purwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm. 520

16

(25)

14

operasi, dan relasi matematis. Kecakapan ini dapat dicapai dengan memperhatikan indikator-indikator sebagai berikut:17

a. Peserta didik dapat menyatakan ulang sebuah konsep

b. Peserta didik dapat mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai konsepnya

c. Peserta didik dapat memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep d. Peserta didik dapat menyajikan konsep dari berbagai bentuk dari

representasi matematis

e. Peserta didik dapat mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep

f. Peserta didik dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

g. Peserta didik dapat mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah

4. Kemampuan Menyelesaikan Soal

Kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa atau sanggup) melakukan sesuatu, dapat. Kemudian mendapat imbuhan ke-an menjadi kemampuan yang berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.18 Menyelesikan berasal dari kata selesai yang berarti beres, berakhir, sudah jadi. Mendapat imbuhan me-an menjadi menyelesaikan yang berarti memecahkan/menyudahi pekerjaaan. Sedangkan soal dapat diartikan sebagai suatu hal menuntut jawaban/pemecahan.19 Kemampuan menyelesaikan soal merupakan kesanggupan peserta didik dalam memecahkan pertanyaan-pertanyaan yang menuntut adanya jawaban.

17

Sri Wardani/PPPG Matematika Yogyakarta, Pembelajaran Dan Penilaian Aspek Pemahaman Konsep, Penalaran Dan Komunikasi, Pemecahan Masalah Dalam Materi Matematika SMP di Daerah Tahun 2005,hlm.85-87

18

Tim penyusun kamus, KBBI,(Jakarta: Balai pustaka, 2002), hlm 869

19

(26)

15

Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Adapun pemecahan masalah pada penelitian ini adalah kemampuan dalam menyelesaikan soal bentuk uraian materi pokok bangun ruang yang meliputi kemampuan peserta didik dalam memahami masalah, mengorganisasi data dan menyelesaikan persoalan.

5. Pembelajaran Matematika

Kata Matematika berasal dari kata Mathema dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai sains, ilmu pengetahuan, belajar, juga Mathematikos yang diartikan sebagai suka belajar.20 Sedangkan pembelajaran Matematika adalah proses atau kegiatan guru mata pelajaran Matematika dengan mengajarkan Matematika kepada peserta didik yang didalamnya terkandung upaya guru menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan terhadap peserta didik tentang Matematika yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik dalam mempelajari Matematika.21

Matematika merupakan ilmu tentang struktur, pola berfikir. Menurut Jonhson dan Rising yang dikutip oleh Rus Effendi menyatakan bahwa:

Matematika adalah pola pikir, pola pengorganisasian, pembuktian yang logik, Matematika itu adalah bahasa... Matematika itu adalah pengetahuan struktur yang terorganisir, sifat-sifat atau teori itu dianut secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang telah

20

HJ Sriyanto, Strategi Sukses Menguasai Matematika,(Yogjakarta: Indonesia Cerdas, 2007), hlm.12

21

(27)

16

didefinisikan atau tidak, atau aksioma-aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.22

Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang amat pesat. Maka dalam kurikulum matematika, perlu mempertimbangkan tentang masalah perkembangan tersebut. Dalam mempelajari hakekat matematika sebagai ilmu tentang struktur yang terorganisasi dengan baik, kita perlu memahami konsep-konsep yang ada dalam matematika itu. Hal ini berarti belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta berusaha mencari hubungan-hubungannya.

Jadi dalam mempelajari Matematika perlu memperhatikan konsep-konsep sebelumnya. Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan unsur-unsurnya. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik konsep yang menjadi prasyarat. Ini berarti dalam belajar dan pembelajaran Matematika diperlukan penguasaan secara baik pada pendahuluan, yaitu pada saat pemberian apersepsi. Disamping itu belajar Matematika harus bertahap dan berurutan secara sistematis didasarkan pada pengalaman yang lalu.

6. Tinjauan Materi (Bangun Ruang)

Bangun ruang adalah bangun yang terbentuk oleh daerah segi banyak yang disebut sisi.23 Bangun ruang ada bermacam-macam, seperti balok, kubus, prisma, tabung, dll. Namun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bangun-bangun ruang sisi lengkung yaitu tabung, kerucut, dan bola.

22

Rus Effendi, Pendidikan matematika 3, Modul 1-5, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1992), hlm. 43.

23

(28)

17 a. Tabung

r

t t

Tabung merupakan prisma yang alasnya berbentuk lingkaran. 1) Luas Sisi Tabung

luas sisi tabung dapat dihitung dengan rumus:24 L = luas sisi alas + luas sisi atas + luas selimut

=

= 2 r2 + 2 rt

= 2 r (r + t)

dengan l = Luas sisi tabung t = Tinggi tabung r = Jari-jari tabung 2) Volume Tabung

Volume Tabung dapat dihitung dengan rumus:25 V = r2 x t

Dengan V = Volume R = Jari-jari T = Tinggi.

24

Husein Tampomas, Cermat Matematika 3A: Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (ttp: Ghalia Indonesia, 2002), hlm. 37

25

(29)

18 b. Kerucut

Kerucut merupakan suatu bangun ruang yang terbentuk dari sebuah segitiga siku-siku yang diputar, dimana siku-sikunya sebagai pusat lingkaran.26

1) Luas Sisi Kerucut

l = r2 +

=

Dengan r = jari-jari s = sisi kerucut 2) Volum Kerucut

v = r2

t

Dengan r = jari-jari t = tinggi c. Bola

Bola adalah bangun ruang yang terbentuk dari bangun setengah lingkaran yang diputar sejauh 360 derajat pada garis tengahnya.

26

(30)

19

1) Luas Sisi Bola

Dapat dihitung dengan rumus:

l = 4 r2

Dengan r = jari-jari bola 2) Volume Bola

Untuk menghitung volume bola berlaku rumus:

v = r3

7. Kerangka Berfikir

Pembelajaran Matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran Matematika dalam mengajarkan Matematika kepada peserta didik yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik tentang Matematika.27

Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran matematika adalah tentang penguasaan atau pemahaman konsep. Dalam pembelajaran matematika, semua materi yang ada mengandung aspek pemahaman konsep karena memang kemampuan mendasar dalam belajar matematika adalah penguasaan konsep.

Matematika tersusun secara hierarkis dan saling berkaitan unsur-unsurnya. Konsep lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami dengan baik konsep yang menjadi prasyarat. Ini berarti dalam belajar dan pembelajaran Matematika diperlukan penguasaan secara baik pada pendahuluan, yaitu sebelum mempelajari materi baru.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin baik penguasaan konsep peserta didik tentang materi terdahulu, maka

27

(31)

20

akan semakin memudahkan dalam pembelajaran materi sebelumnya. Begitu juga sebaliknya, jika kurang mampu menguasai konsep materi terdahulu, maka akan mengalami kesulitan dalam materi selanjutnya.

C. RUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis berasal dari 2 kata, yaitu kata “hypo” yang berarti di bawah dan “thesa” yang berarti kebenaran.28 Hipotesis dapat diartikan sebagai rumuasan jawaban atau kesimpulan sementara yang harus diuji dengan data yang terkumpul melalui kegiatan penelitian. Dalam hal ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ada pengaruh penguasaan konsep bangun datar terhadap kemampuan menyelesaikan soal dalam materi pokok bangun ruang pada peserta didik kelas IX semester gasal di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara.

28

(32)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.1

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian sebagai objek atau sasaran perlu mendapatkan perhatian dalam menentukannya, karena pada prinsipnya sangat berkaitan dengan permasalahan yang diambil. Lokasi penelitian adalah suatu areal dengan batasan yang jelas agar tidak menimbulkan kekaburan dengan kejelasan daerah atau wilayah tertentu. Lokasi penelitian sebagai sasaran yang sangat membantu untuk menentukan data yang diambil, sehingga lokasi ini sangat menunjang dalam pemerolehan informasi yang valid.2

Berdasarkan keterangan di atas peneliti mengambil tempat penelitian di MTs Mathalibul Huda yang terletak di daerah Mlonggo Jepara, karena daerahnya dekat sehingga lebih memudahkan dalam mengumpulkan data-data dalam penelitian.

1

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: ALFABETA, 2007), hlm. 8

2

(33)

22

Dalam penelitian ini waktu yang ditetapkan adalah antara bulan agustus-september 2011. Penentuan waktu penelitian ini dikarenakan asumsi sementara peneliti yaitu merupakan waktu pelaksanaan pembelajaran materi bangun ruang.

3. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.3 Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas IX MTs. Matholibul Huda pada tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 344 dan terbagi dalam 9 kelas yaitu IX A, IX B, IX C, IX D, IX E, IX F, IX G, IX H, IX I. Secara singkat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

KELAS JUMLAH PESERTA DIDIK

IX A 40 Peserta didik IX B 38 Peserta didik IX C 38 Peserta didik IX D 39 Peserta didik IX E 40 Peserta didik IX F 36 Peserta didik IX G 38 Peserta didik IX H 37 Peserta didik IX I 38 Peserta didik

JUMLAH 344 Peserta didik

3

(34)

23

b. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi.4 Pengambilan sampel dalam penelitian ini, diperoleh dengan menggunakan teknik

cluster random sampling”, yaitu teknik memilih sampel yang dilakukan

dengan acak dan bukan didasarkan pada individual, tetapi lebih didasarkan pada kelompok.5 Teknik ini dilakukan dengan asumsi populasi bersifat homogen. Asumsi ini didasarkan pada ciri-ciri relatif sama yang dimiliki populasi, antara lain sebagai berikut:

a. Latar belakang pengaturan pembagian kelas tersebut secara acak dan tidak berdasarkan rangking sehingga tidak ada kelas unggulan.

b. Semua kelas diajar oleh guru yang sama.

c. Semua kelas diberlakukan kurikulum dan cara pengajaran yang sama. d. Peserta didik mendapat waktu pelajaran yang sama.

Sehingga yang mendapat peluang menjadi sampel tidak secara perorangan melainkan kelompok peserta didik yang terhimpun dalam kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dimana kelas IX A sebagai kelas penelitian, IX E sebagai kelas uji coba instrumen.

4. Variabel dan Indikator

Variabel adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian.6 Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu:

a. Variabel bebas/Independent Variable

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan penguasaan konsep bangun datar. Adapun indikatornya adalah peserta didik mampu menguasai konsep-konsep bangun datar dan menerapkannya dalam penyelesaian soal.

4

Nana Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Transito, 1996), hal. 6 5

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet.7, hlm. 61

6

(35)

24 b. Variabel terikat/Dependent Variable

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menyelesaikan soal materi pokok bangun ruang. Adapun indikatornya adalah nilai harian pada materi bangun ruang yang diberikan guru.

Adapun rencana penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 1 berikut:

X Y

Gambar 1. Skema penelitian

Keterangan : X = kemampuan penguasaan konsep bangun datar Y = kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa :

X yang merupakan kemampuan penguasaan konsep bangun datar mempengaruhi Y yang merupakan kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang.

5. Teknik PengumpulanData

Dalam bagian ini, akan dibahas mengenai bagaimana cara pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti. Adapun metode yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan datanya, sebagai berikut:

a. Metode Tes

Tes merupakan instrumen atau alat untuk mengukur perilaku atau kinerja (performance) seseorang. Alat ukur tersebut berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan kepada masing-masing subjek yang menuntut pemenuhan tugas-tugas kognitif (cognitive tasks).7

Dalam penelitian ini terdapat 2 kali tes. Pertama, untuk memperoleh hasil tentang penguasaan konsep materi bangun datar. Tes ini dilaksanakan di awal sebelum memulai pembelajaran materi bangun

7

(36)

25

ruang. Kedua, untuk menilai sampai dimana kemampuan menyelesaikan soal peserta didik. Sedang metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes essay.

b. Metode Dokumentasi

Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkripsi, buku-buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.8 Metode ini digunakan untuk mendapatkan daftar peserta didik dan daftar nilai ulangan harian.

6. Teknik Analisis Instrumen

Untuk mendapatkan data yang valid, maka instrumen yang digunakan juga harus valid. Untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen perlu diadakan pengukuran validitas dan reliabilitas terhadap instrumen tersebut. a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Untuk menghitung validitas menggunakan rumus korelasi, rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan sebutan rumus korelasi product moment, rumusnya sebagai berikut:9

 

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal. 236 9

(37)

26

ΣX = jumlah skor item nomor i

ΣY = jumlah skor total

ΣXY = jumlah hasil kali perkalian antara X dan Y

Kemudian hasil rxy yang didapat dari perhitungan dibandingkan

dengan harga tabel r product moment. Harga r tabel dihitung dengan taraf

signifikansi 5% dan N sesuai dengan jumlah peserta didik, jika rxy > rtabel,

maka dapat dinyatakan butir soal tersebut valid.

b. Reliabilitas

Reliabilitas digunakan untuk menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.10 Untuk perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut11:

r11 = Reliabilitas instrumen

= Jumlah varians skor item = Varian total

= Banyak soal

Kemudian hasil r11 yang didapat dari perhitungan dibandingkan

dengan harga tabel r product moment. Harga rtabel dihitung dengan

taraf signifikansi 5% dan kepada sesuai dengan butir soal, jika r11 >

rtabel, maka dapat dinyatakan butir soal tersebut reliabel.

10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, hal. 178

11

(38)

27 c. Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran.

Untuk menghitung taraf kesukaran soal dalam penelitian ini, digunakan rumus12:

x 100% Dimana:

TK = indeks kesukaran

TG = banyaknya peserta didik yang gagal N = jumlah seluruh peserta didik peserta tes

Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soal dapat digunakan criteria sebagai berikut:

1) Jika peserta didik yang gagal 27% ke bawah, berarti soal mudah

2) Jika peserta didik yang gagal antara 28% - 72%, berarti soal sedang

3) Jika peserta didik yang gagal 73% ke atas, berarti soal sulit. d. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (berkemampuan tinggi), dengan peserta didik yang bodoh (berkemampuan rendah).

Untuk perhitungan daya pembeda soal dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:13

12

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Hlm. 273

13

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, Hlm. 278

N TG

(39)

28 Di mana:

t = Daya pembeda soal MH = Mean kelompok atas ML = Mean kelompok bawah

= Jumlah kuadrat deviasi individual atas = Jumlah kuadrat deviasi individual bawah = 27% x n

7. Teknik Analisis Data

a. Analisis Prasyarat. 1) Uji normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengolah data dalam menentukan apakah kelas yang telah diuji berdistribusi normal atau tidak. Rumus pengujian ini dikenal dengan chi kuadrat. Rumus yang

Oi : frekuensi pengamatan.

Ei : frekuensi yang diharapkan.

Dalam pengujian ini. Data yang dipakai adalah data kelas eksperimen yang akan dijadikan objek penelitian. Data diolah berdasarkan rumus di atas dan dianalisis dengan kurva normal tetap.

14

(40)

29

Apabila hasil yang diolah masih bersesuaian dengan kurva normal di atas. Berarti kelas tersebut berdistribusi normal dan bisa dilanjutkan untuk analisis selanjutnya.

Kriteria pengujian tolak Ho jika

2hitung

2tabel dengan taraf signifikan 5% dan dk = k – 1.

b. Analisis Uji Hipotesis.

Untuk menganalisis data yang telah terkumpul dari penelitian yang bersifat kuantitatif, maka penulis menggunakan analisis statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Setelah semua data yang diperoleh selama penelitian diproses sebagaimana pada tahap pendahuluan, tahap selanjutnya adalah data di analisis. Dalam analisis ini akan diperoleh data yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik “Regresi Satu Prediktor “,yaitu : 1) Mencari korelasi antara prediktor dan kreterium melalui teknik

korelasi moment tangkar dengan pearson dengan rumus15 :

=

Diketahui bahwa : a)

b)

c) 16

2) mencari persamaan regresi dengan rumus17: Y = a + bX

15

Sutrisno Hadi, Analisis Regresi, (Yogyakarta: Andi Offset, 2001), Hlm. 4 16

Sutresno Hadi, Analisis Regresi, hlm. 4

17

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, hlm. 261

(41)

30 Keterangan :

Y = subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = harga Y ketika harga X = 0 (harga konstan)

b = angka arah yang atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang di dasarkan pada perubahan variabel independent. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) arah garis turun.

X = subyek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu.

3) Uji Signifikansi Persamaan regresi

Uji Signifikansi Persamaan regresi digunakan analisis regresi bilangan F (uji F), dengan rumus18

RKres RKreg

Freg

Keterangan :

Harga bilangan F untuk garis regresi Rerata kuadrat hasil regresi

RKres Rerata kuadrat residu

Untuk memudahkan perhitungan bilangan F maka dibuat tabel ringkasan analisis garis regresi :

Sumber variasi Db JK RK Freg

Sutresno Hadi, Analisis Regresi, hlm. 13

(42)

31 Keterangan:

Db = derajat kebebasan JK = jumlah kuadrat RK = rerata kuadrat

dbreg = derajat kebebasan regresi

db res = derajat kebebasan residu

JKreg = jumlah kuadrat ergresi JKres = jumlah kuadrat residu

4) Analisis uji linieritas model regresi sederhana Dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 = model regresi non linier

H1 = model regresi linier

H1 diterima jika Fhitung < Ftabel

5) Analisis lanjut

Analisis ini digunakan membuat interpretasi index lebih lanjut, yaitu untuk mengetes signifikasi regresi Y terhadap prediktor-prediktornya. Kemudian mengkorelasikan pada tabel F = F (df1 : df2) dari hasil itu kemudian dibandingkan dengan tabel (Ftabel 5% atau Ftabel

1%).

a) Jika Freg yang diperoleh itu sama atau lebih besar dari Ft yang ada pada Ftabel pada taraf signifikan 1% atau 5%, maka harga

Freg yang diperoleh berarti signifikan, atau hipotesis diterima. b) Jika Fregyang diperoleh lebih kecil dari Ftabel pada taraf

(43)

32

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti yaitu, kemampuan penguasaan konsep bangun datar (variabel X) dan kemampuan menyelesaikan soal (variabel Y) peserta didik kelas IX di MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara, adapun data tentang kedua variabel tersebut terdapat pada lampiran 1.

B. Pengujian Hipotesis 1. Analisis Pendahuluan

a. Prasyarat analisis

1) Normalitas Kelompok Uji Coba

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menguji normalitas kelompok uji coba dengan menggunakan nilai penguasaan konsep bangun datar pada lampiran 4. Setelah peneliti mengetahui nilai penguasaan konsep bangun datar pada kelompok uji coba, peneliti membuat distribusi frekuensi nilai penguasaan konsep bangun datar kelompok uji coba dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan rentang, yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 25. Maka rentang = 90 - 25 = 65

b) Menentukan banyak kelas interval (k) k = 1 + 3,3 log n

Dengan n = jumlah peserta didik kelas Ujicoba. Maka, k = 1 + 3,3 log 40

= 1 + 3,3 (1,602) = 1 + 5,286

(44)

33

c) Menentukan panjang kelas interval (p)

Dibulatkan ke atas jadi panjang kelas interval adalah 10

d) Pilih ujung bawah kelas pertama, diambil data terkecil. Ujung kelas interval = 25

e) Dengan p = 10, dan memulai dengan data terkecil diambil 25, maka kelas pertama 25 - 34, kelas kedua 35 - 42, dan seterusnya.

TABEL 4.1 Distribusi Frekuensi

Kelas Ujicoba

NO NILAI FREKUENSI

1 25 – 34 4

2 35 – 44 6

3 45 – 54 12

4 55 – 64 9

5 65 – 74 3

6 75 – 84 4

7 85 – 94 2

Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 dihasilkan uji normalitas kelas ujicoba, dan S = 16,3313, dan 2hitung

= 2,9894. Untuk = 5%, dengan dk = 7 - 1 = 6 diperoleh 2tabel =

12,592. Karena 2hitung< 2tabel, maka data tersebut berdistribusi

normal.

2) Normalitas Kelompok Penelitian

(45)

34

peneliti membuat distribusi frekuensi nilai penguasaan konsep bangun datar kelompok uji coba dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Menentukan rentang, yaitu nilai tertinggi dikurangi nilai terendah. Nilai tertinggi = 90, nilai terendah = 23. Maka rentang = 90 - 25 = 67.

b) Menentukan banyak kelas interval (k) k = 1 + 3,3 log n

Dengan n = jumlah peserta didik kelas Ujicoba. Maka, k = 1 + 3,3 log 40

= 1 + 3,3 (1,602) = 1 + 5,286

= 6,286 dibulatkan menjadi 7. Jadi banyak kelas adalah 7.

c) Menentukan panjang kelas interval (p)

Dibulatkan ke atas jadi panjang kelas interval adalah 10

d) Pilih ujung bawah kelas pertama, diambil data terkecil. Ujung kelas interval = 23

e) Dengan p = 10, dan memulai dengan data terkecil diambil 25, maka kelas pertama 23 - 32, kelas kedua 33 - 42, dan seterusnya.

TABEL 4.2 Distribusi Frekuensi

Kelas Ujicoba

NO NILAI FREKUENSI

1 23 – 32 4

2 33 – 42 4

3 43 – 52 12

(46)

35

5 63 – 72 3

6 73 – 82 4

7 83 – 92 2

Berdasarkan perhitungan pada lampiran 6 dihasilkan uji normalitas kelas penelitian, dan S = 16,2351, dan 2

hitung = 4,7411. Untuk = 5%, dengan dk = 7 - 1 = 6 diperoleh 2 tabel = 12,592. Karena 2hitung< 2tabel, maka data tersebut

berdistribusi normal. b. Uji instrumen

1) Analisis Validitas

a) Kemampuan penguasaan konsep bangun datar

Dari hasil perhitungan pada lampiran 9, diperoleh validitas soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar sebagai berikut:

TABEL 4.3 Hasil Analisis Validitas

Soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar

No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9,

10 8 80%

2 Tidak

valid 7, 8 2 20%

Total 10 100%

Kemudian dilakukan analisis validitas tahap 2.

TABEL 4.4

Hasil Analisis Validitas tahap 2

Soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar

No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 9,

10 8 100%

2 Tidak

(47)

36

Total 8 100%

Contoh perhitungan validitas untuk butir soal nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 11. Tahap selanjutnya butir soal yang valid dilakukan uji reliabilitas.

b) Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang

Dari hasil perhitungan pada lampiran 10, diperoleh validitas nilai kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang sebagai berikut:

TABEL 4.5

Hasil Analisis Validitas

Soal kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,

10 8 80%

2 Tidak

valid 1, 5 2 20%

Total 10 100%

Kemudian dilanjutkan dengan analisis validitas tahap 2.

TABEL 4.6

Hasil Analisis Validitas Tahap 2

Soal kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Valid 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,

10 8 100%

2 Tidak

valid 0 0 0%

Total 8 100%

Contoh perhitungan validitas untuk butir soal nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 11. Tahap selanjutnya butir soal yang valid dilakukan uji reliabilitas.

2) Analisis Reliabilitas

a) Kemampuan Penguasaan Konsep Bangun Datar

(48)

37

!! , dengan taraf signifikan 5% dengan n = 40 diperoleh "#$%& dan dengan taraf signifikan 1% dengan n = 40 diperoleh "#$%& setelah dikonsultasikan dengan "#$%& ternyata '(")*+ , "#$%&. Oleh karena itu instrumen soal dikatakan reliabel.

Contoh perhitungan reliabilitas soal penguasaan konsep bangun datar untuk butir soal nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 12. Tahap selanjutnya instrumen soal yang telah reliabel diuji tingkat kesukaran setiap butir soal.

b) Kemampuan Menyelesaikan Soal Bangun Ruang

Dari hasil perhitungan pada lampiran 10, diperoleh nilai reliabilitas butir soal Kemampuan Menyelesaikan Soal Bangun Ruang !! , dengan taraf signifikan 5% dengan n = 40 diperoleh "#$%& dan dengan taraf signifikan 1% dengan n = 40 diperoleh "#$%& setelah dikonsultasikan dengan "#$%& ternyata '(")*+ , "#$%&. Oleh karena itu instrumen soal dikatakan reliabel.

Contoh perhitungan reliabilitas soal Aritmatika Sosial untuk butir soal nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 12. Tahap selanjutnya instrumen soal yang telah reliabel diuji tingkat kesukaran setiap butir soal

3) Tingkat Kesukaran Soal

a) Kemampuan penguasaan konsep bangun datar

(49)

38

TABEL 4.7

Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan penguasaan konsep bangun datar No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Sukar 3, 4, 8, 9, 10 2 50%

2 Sedang 2, 7 5 20%

3 Mudah 1, 5, 6 3 30%

Total 10 100%

Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal penguasaan konsep bangun datar untuk butir nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 13.

b) Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang

Uji tingkat kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal tersebut apakah sukar, sedang atau mudah. Berdasarkan hasil perhitungan tingkat kesukaran soal Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang pada lampiran 10, diperoleh seperti pada tabel berikut:

TABEL 4.8

Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Sukar 5, 10 2 20%

2 Sedang 2, 3, 4, 6, 9 5 50%

3 Mudah 1, 7, 8 3 30%

Total 10 100%

Contoh perhitungan tingkat kesukaran soal Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang untuk butir nomor 1, dapat dilihat pada lampiran 13. Tahap akhir butir soal dilakukan analisis daya pembeda soal.

4) Analisis Daya Pembeda

a) Kemampuan penguasaan konsep bangun datar

(50)

39

pembeda soal untuk soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar sebagai berikut:

TABEL 4.9

Persentase Daya Pembeda

Soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Jelek 6, 7, 8 3 30 %

2 Cukup 1, 2, 4, 5, 10 5 50 %

3 Baik 3, 9 2 20 %

Total 10 100

Contoh perhitungan daya pembeda soal kemampuan penguasaan konsep bangun datar untuk butir soal nomor 1 dapat dilihat pada lampiran 14.

b) Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang

Dari hasil perhitungan pada lampiran 10, diperoleh daya pembeda soal untuk soal Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang sebagai berikut:

TABEL 4.10 Persentase Daya Pembeda

Soal kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang No Kriteria No Butir Soal Jumlah Persentase

1 Jelek 1, 5, 8, 10 4 40 %

2 Cukup 2, 3, 4, 6, 7 5 50 %

3 Baik 9 1 10 %

Total 10 100

Contoh perhitungan daya pembeda soal Kemampuan menyelesaikan soal bangun ruang untuk butir soal nomor 1 dapat dilihat pada lampiran 14. Tahap akhir dilakukan penelitian dengan analisis regresi linier sederhana.

(51)

40 nomor 2, 3, 4, 6, 7, 9. c. Skoring dan Tabulasi

1) Data Rekapitulasi nilai kemampuan penguasaan konsep bangun datar

Untuk memperoleh data nilai kemampuan penguasaan konsep bangun datar, penulis menggunakan soal pretes yang dijawab oleh responden yaitu peserta didik kelas penelitian, kelas IX A MTs Mathalibul Huda Mlonggo Jepara yang berjumlah keseluruhan 40 orang. Tabel hasil rekapitulasi nilai pretes untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 5.

Dari tabel rekapitulasi nilai kemampuan penguasaan konsep bangun datar sebagai variabel X dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah 23. Adapun langkah selanjutnya adalah mencari rata-rata dan kualitas variabel aktivitas peserta didik adalah sebagai berikut:

a) Mencari Jumlah Interval K = 1 + 3,3 log N

= 1 + 3,3 log 40 = 1 + 3,3 (1,602) = 1 + 5,322

= 6,287 dibulatkan menjadi 7 b) Mencari Range

R = H – L Keterangan: R = Range

H = Nilai tertinggi L = Nilai terendah

Dari data tersebut diketahui bahwa H = 90 dan L = 23

(52)

41 c) Menentukan panjang Kelas

i =

Jadi, interval kelasnya 10 dan jumlah intervalnya 7.

Setelah menentukan data-data di atas, langkah selanjutnya

adalah mencari distribusi frekuensi variable kemampuan

penguasaan konsep bangun datar atau sebagai variabel X, seperti

pada tabel 4.11 sebagai berikut:

Tabel 4.11

(53)

42 = 0123!2!4//5

!562

= 10 x 1,5638

= 15,638

Menentukan kualifikasi kemampuan penguasaan konsep bangun datar

peserta didik dengan standar skala lima

M + 1,5 SD = 61,25 + 1,5 (15,638) = 84,707

M + 0,5 SD = 61,25 + 0,5 (15,638) = 69,069

M – 0,5 SD = 61,25 – 0,5 (15,638) = 53,431

M – 1,5 SD = 61,25 – 1,5 (15,638) = 37,793+

= 245

25 , 61 4 245

x

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi di atas,

kemudian dikonsultasikan pada tabel 4.12 kualitas variabel nilai

kemampuan penguasaan konsep bangun datar, sebagai berikut:

Tabel 4.12

Kualitas nilai kemampuan penguasaan konsep bangun datar (X) Interval Kelas Rata-Rata Kualifikasi Kategori

84 ke atas Istimewa

70 – 83 Baik

54 – 69 61,25 Cukup Cukup

37 – 53 Kurang

36 ke bawah Buruk

Berdasarkan hasil tabel perhitungan di atas, diketahui

bahwa mean dari variabel nilai kemampuan penguasaan konsep

bangun datar adalah sebesar 61,25. Hal ini berarti bahwa kualitas

variabel nilai kemampuan penguasaan konsep bangun datar dalam

kategori “cukup” yaitu interval antara 54-69.

Setelah data didistribusi frekuensi diubah, kemudian

dibentuk nilai distribusi frekuensi seperti pada tabel 4.13 sebagai

Gambar

TABEL 4.1 Distribusi Frekuensi
TABEL 4.3 Hasil Analisis Validitas
TABEL 4.5 Hasil Analisis Validitas
TABEL 4.7 Persentase Tingkat Kesukaran Butir Soal
+7

Referensi

Dokumen terkait

reduce the greenhouse gas emission due to fossil fuel burning, REFF-Burn concept has been issued by the General Director of New Energy, Renewable and Energy

a) Merupakan Bank-Bank Umum Swast Nasional. b) Merupakan bank-bank yang go public pada tahun 2006. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian terdahulu yang kedua..

Resuming the big data concepts and techniques from above and postulating a sound mathematical approach for a topologically consistent geo-spatio-temporal model, in a second step

Selain itu sistem yang digunakan pada Primer Koperasi Kartika Babullah Kota Ternate masih menggunakan sistem simpan pinjam yang manual, dimana semua pencatatan

This research aims to examine the experience of tourist’s dark tourism formed through motivation and emotional reaction.. Causal research examines the tourists had visited the

PERSEDIAAN BARANG DAGANG (AWAL) Rp.. PEMBELIAN BERSIH

Hasil penelitian ini menunjukkanada pengaruh yang signifikan latihan slow deep breathing terhadap kontrol kadar gula darah pada pasien DM Tipe II, setelah dilakukan

Merancang pengujian substantive transaksi penjualan dapat dilakukan ketika kondisi penjualan yang dicatat benar-benar terjadi, penjualan yang dicatat