• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Ekonomi Islam pada Masa Khulafau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Ekonomi Islam pada Masa Khulafau"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PEREKONOMIAN MASA KHULAFAUR RASYIDIN MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Islam yang diampu oleh:

Dr. Amir Machmud S.E.,M.Si.

Disusun oleh :

Rismeida Hasibuan (7143141078)

Nuri Ardhianti (1500079)

Uswatun Khoirunnisa (1500111)

Mutiara Salsabila (1500156)

Dinni Septiyani (1500477)

Firliandini (1500490)

Sella Diniyanti (1501670)

Fernando Oloan (1504878)

Amirotun Aisah (1507168)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, hidayah, kasih sayang dan barokah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perekonomian pada Masa Khulafaur Rasyidin”. Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan, Rasullullah Muhammad SAW yang syafaatnya senantiasa kita harapkan di akhirat kelak.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengantar ekonomi islam. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat, Amin.

Bandung, September 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...1

1.3 Tujuan Penulisan...1

1.4 Manfaat Penulisan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Perekonomian Pada Masa Abu Bakar Shidiq (537– 634M)...3

2.2 Perekonomian pada Masa Umar Bin Khattab(584-644 M)...5

2.3 Perekonomian pada Masa Utsman Bin Affan (577-656 M)...12

2.4 Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M)...17

BAB III PENUTUP...20

3.1 Kesimpulan...20

3.2 Saran...20

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, pemerintahan diteruskan oleh Khulafaur Rasyidin yaitu khalifah-khalifah yang diberi petunjuk dan dipilih sebagai kepala Negara dan pemerintahan sekaligus sebagai pemimpin umat Islam. Sahabat Rasulullah SAW yang menjadi Khulafaur Rasyidin ada empat orang, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Masa Khulafaur Rasyidin yang lamanya tidak lebih dari tiga puluh tahun, dimulai sejak tahun 11-41 H/632-661 M.Keempat khalifah ini meneruskan perjuangan Rasulullah SAW dengan cara dan gaya yang berbeda-beda. Mengenai kebijakan di bidang ekonominya pun, keempat khalifah ini memiliki langkah yang berbeda pula. Pada masa Khulafaur Rasyidin ini, sistem ekonomi yang telah terbentuk berkembang lebih jauh dan menemukan bentuk yang ideal. Tidak sekedar teori, namun sudah berimplikasi besar terhadap pengembangan Islam.

Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas mengenai bagaimana para Khulafaur Rasyidin menerapkan sistem ekonomin dalam masa pemerintahan masing-masing yaitu sistem ekonomi masa Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Tujuannya supaya para pembaca dapat mengidentifikasi apa saja hal yang menjadikan sistem ekonomi pada masa ini dapat berkembang begitu pesat. Selain itu, dapat pula menjadi salah satu acuan untuk mengembangkan sistem ekonomi pada masa sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perekonomian pada Masa Abu Bakar As-shiddiq ? 2. Bagaimana Perekonomian pada Masa Umar bin Khattab ? 3. Bagaimana Perekonomian pada Masa Utsman bin Affan ? 4. Bagaimana Perekonomian pada Masa Ali bin Abi Thalib ?

1.3 Tujuan Penulisan

(5)

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Abu Bakar As-shiddiq.

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Umar bin Khattab.

3. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Utsman bin Affan.

4. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan Perekonomian pada Masa Ali bin Abi Thalib.

1.4 Manfaat Penulisan

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Perekonomian pada Masa Abu Bakar Shidiq (51 SH–13 H/537– 634M)

Setelah Rasulullah wafat Abu bakar Shidiq atau yang bernama lengkap Abdullah Ibn Abu Quhafah Al Tamimi terpilih sebagai khalifah islam yang pertama. Abu Bakar merupakan sahabat yang terpercaya dan dikagumi oleh Rasulullah SAW. Beliau adalah sosok pemuda yang pertama menerima seruan dari Rasulullah SAW tanpa pertimbangan lagi. Sosoknya selain menjadi pemimpin agama, beliau juga menjadi kepala negara bagi kaum muslim. Selama masa kepemimpinannya Abu Bakar Shidiq dihadapkan dengan beragam masalah dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan orang-orang yang tidak mau membayar zakat kepada negara. Berdasarkan hasil musyawarah dengan para sahabat yang lainnya, akhirnya Abu Bakar memutuskan untuk melakukan perang yang dinamakan perang Riddah atau perang melawan kemurtadaan, gerakan ini merupakan usaha untuk melawan kelompok yang menimbulkan masalah tersebut. Setelah permasalahan dalam negeri sudah terselesaikan, maka Abu Bakar Shidiq menfokuskan diri untuk melakukan ekspansi ke wilayah utara, yaitu untuk melawan pasukan Romawi dan Persia yang selalu mengganggu ketentraman orang islam. Akan tetapi rencana tersebut belum sempat terlaksana dikarenakan ia lebih dahulu wafat.

Sewaktu memberikan sambutan selaku khalifah terpilih, Abu Bakar Shidiq menunjukkan rasa tanggungjawabnya terhadap rakyat. Dikisahkan bahwa ia mengatakan “Hai rakyatku, awasilah agar aku menjalankan pemerintahan dengan hati-hati. Aku bukan yang terbaik diantara kalian, aku membutuhkan semua nasehat dan bantuan kalian. Jika aku benar dukunglah aku, jika aku salah tegurlah aku. Mengatakan yang benar pada orang yang ditunjuk untuk memerintah merupakan kesetiaan yang tulus, menyembunyikan adalah pengkhianatan. Menurut pandanganku, yang kuat dan yang lemah adalah sama, kepada keduanya aku ingin berbuat adil. Bila aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, taatlah kepadaku, jika aku mengabaikan hukum Allah dan Rasul-Nya aku tidak lagi berhak untuk kalian taati”

(7)

khalifah, kebutuhan keluarga Abu Bakar Shidiq dipenuhi oleh kekayaan dari Baitul Mal atas persetujuan para sahabat yang lainnya seperti Umar r.a dan Abu Ubaidah r.a sebagai penjaga amanah Baitul Mal. Menurut beberapa keterangan, beliau diperbolehkan untuk mengambil dua setengah atau tiga per empat dirham setiap harinya dari Baitul Mal dengan tambahan makanan berupa daging domba dan pakaian biasa, setelah berjalan beberapa waktu, ternyata tunjangan tersebut kurang mencukupi. Oleh karena itu, tunjangan Abu Bakar ditambah menjadi 2000 atau 2500 dirham, menurut riwayat lain 6000 dirham per tahun.

Namun demikian, ketika Abu Bakar Shidiq r.a akan meninggal dunia, beliau berwasiat kepada Aisyah r.a untuk mengembalikan seluruh uang tunjangan yang telah dikeluarkan dari Baitul Mal untuk kepentingan keluarganya selama menjadi khalifah. Anas r.a meriwayatkan bahwa ketika Abu Bakar Shidiq r.a meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan apa pun baik dirham (mata uang perak) maupun dinar (mata uang emas). Beliau hanya meninggalkan seekor unta betina untuk diambil susunya, sebuah mangkok dan seorang pelayan yang betugas mengurusi anak-anaknya Abu Bakar r.a dan membersihkan pedang-pedang milik kaum muslim. Benda-benda tersebut akhirnya diberikan kepada khalifah selanjutnya yang meneruskan perjuangan dakwah tersebut, yaitu pemerintahan Umar r.a.

Dalam usahanya untuk mencapai kesejahteraan umat islam, maka Abu Bakar Shidiq r.a melakukan berbagai usaha atau kebijakan di bidang perekonomian seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah saw. Beliau sangat memperhatikan keakuratan perhitungan zakat, sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembayarannya. Dalam hal ini, Abu Bakar pernah berkata pada Anas, “Jika seseorang mempunyai kewajiban untuk mambayar zakat berupa seekor unta betina berumur 1 tahun tetapi dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor unta betina berumur 2 tahun, maka hal yang demikian dapat diterima dan petugas zakat akan mengembalikan pada orang tersebut 20 dirham atau dua ekor domba sebagai pengganti kelebihan dari pembayaran zakatnya”. Dalam kesempatan yang lain Abu Bakar juga pernah berkata “Kekayaan orang yang berbeda tidak dapat digabung atau kekayaan yang telah digabung tidak dapat dipisahkan (karena dikhawatirkan akan terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran zakat)”. Hasil pengumpulan zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam Baitul Mal untuk langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum muslim hingga tidak ada yang tersisa.

(8)

zaman Abu Bakar. Baitul Mal merupakan tempat yang digunakan untuk membayar zakat yaitu sebesar 2,5 % dari penghasilan yang diperoleh.

Pada masa kepemimpinanya Baitul Mal sangat berkembang pesat sehingga kesenjangan yang terjadi di masyarakat berkurang atau rendah. Baitul Mal selalu di bagikan secara cepat kepada masyarakat umum dengan adil sehingga uang yang ada pada Baitul Mal tidak bertahan dalam jangka waktu yang panjang. Baitul Mal di sini sangat membantu dalam pemecahan kemiskinan yang terjadi, sehingga masyarakat mikin berkurang.

Dalam sistem pendistribusian harta Baitul Mal, Abu Bakar Shidiq menerapkan prinsip kesamarataan. Tidak ada perbedaan pembagian harta kepada sahabat Rasulullah SAW yang lebih awal memeluk agama Islam ataupun yang lebih akhir, dan tidak ada perbedaan antara hamba sahaya dengan orang merdeka, dan antara laki-laki dengan perempuan. Menurut beliau dalam urusan kebutuhan hidup, prinsip kesamarataan lebih baik.

Selain hal di atas ada pula kebijakan yang di lakukan oleh Abu Bakar yaitu sistem penggajian aparatur negara. Hal tersebut berawal dari sebelum beliau wafat, beliau membuat kebijakan internal untuk untuk mengembalikan kekayaan milik negara. Gaji yang dimiliki Abu Bakar selama khekalifahannya diberikan kepada negara untuk pendanaan negara. Pendanaan negara di sini salah satunya yaitu untuk penggajian aparatur negara.

Abu Bakar juga menerapkan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan. Beliau membagi setengahnya untuk kaum muslim, dan setengahnya lagi tetap menjadi tanggungan negara. Selain itu, Abu Bakar Shidiq menerapkan kebiakan untuk mengambil alih tanah-tanah dari orang yang murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan umat Islam secara keseluruhan.

Perekonomian pada zaman ini termasuk perekonomian yang bagus, sekalipun apabila perekonomian di sini terhambat itu dikarenakan ada beberapa orangatau segelintir orang yang tidak taat dalam membayar Baitul Mal.

2.2 Perekonomian pada Masa Umar Bin Khattab(40 SH-23H/584-644 M)

Pada akhir pemerintahan abu bakar ash-shidiq, perekonomian islam mulai memburuk dikarenakan beliau yang sering sakit-sakitan. Untuk menjaga kestabilan perekonomian islam, maka Abu Bakar Ash-Shidip melakukan musyawarah bersama sahabat-sahabat rasul yang lainnya. Alhasil terpilihlah Umar bin Khattab sebagai Khalifah islam yang kedua.

(9)

panggilan Abu Hafsah bergelar Al-Faruq. Dilahirkan di Mekkah tahun 40 sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Rasulullah SAW pada garis keturunan 8. Ia salah satu dari tujuh belas orang Mekkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad Al-Amin. Umar bin Khattab masuk islam pada umur 27 tahun.

Pada masa Rasulullah kharaj yang harus dibayar masih terbatas, sehingga tidak diperlukan sistem administrasi yang terperinci. Tetapi seiring berkembangnya zaman terutama pada pemerintahan umar bin khattab, pemerintahan islam semakin luas karena banyak daerah yang berhasil ditaklukan. Beliau membagi wilayah tersebut ke dalam 8 provinsi yaitu Mekkah, Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina dan Mesir. Hal ini menimbulkan permasalahan yang baru. Untuk mengatasinya Umar bin Khattab membuat beberapa kebijakan perekonomian yaitu :

1. Pertanian dan Irigasi

Umar bin Khattab memiliki komitmen yang kuat untuk menjaga tanah sebagai salah satu pemberian Allah SWT yang sangat berharga dan patut di manfaatkan dengan sebaik-baiknya terutama dalam bidang perekonomian. Oleh karena itu beliau sangat menentang feodalisme dalam bentuk penguasaan tanah yang luas oleh penguasa tanah juga penjualan tanah dan hasil-hasil pertanian pada negara yang ditaklukan. Bahkan beliau mengambil kembali tanah-tanah yang diberikan Rasulullah SAW kepada Bilal bin Harist karena tanah tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik.

Ummar betul-betul menyadari pentingnya pertaniam bagi perekonomian islam. Maka ia mengambil langkah-langkah pengembangan dan pemulihan orang-orang yang dapat membantu pengelolaan pertanian. Beliau akan memberikan hadiah kepada orang yang dapat mengelola pertanian dengan baik. Namun, bagi yang tidak dapat mengelola lahan dengan baik maka tanah tersebut akan ditarik kembali dan siapa yang dulu telah menempatinya diperbolehkan untuk kembali mengelola tanah tersebut.

Berikut adalah beberapa bentuk penguasaan tanah pada masa Umar bin Kattab :

(10)

tanah ini adalah hadiah tetapi hak kepemilikannya biasanya bersifat mutlak, karena dapat diturunkan kepada ahli warisnya.

b. Himma, merupakan suatu bentuk penguasaan tanah yang bersifat kolektif yang digunakan untuk kepentingan bersama. Tanah Himma dimiliki oleh satu suku atau lebih, dimana penghuninya berhak memanfaatkan tanahnya sepanjang ia bersedia membayar ‘Ushr (semacam pajak atas hasil pertanian). Jika ‘ushr ini tidak dibayarkan maka pemerintah akan mencabut hak himma ini dan menyerahkannya kepada kelompok lain. Kadang-kadang pemerintah juga memiliki himma yang dimaksudkan untuk kepentingan militer atau kepentingan rakyat banyak.

c. Tuan Tanah, negara juga memiliki sejumlah tanah luas yang penggarapannya diserahkan kepada masyarakat. Dalam hal ini penggarao berfungsi sebagai penyewa dan tanah ini tidak dapat diperjualbelikan. Bentuk tanah negara ini mencakup sawaafi dan fai’. Dalam sistem sawaafi para penyewa menggarap tanah dan harus membayar suatu pajak tanah (kharaj). Hak penyewa ini biasanya berjangka waktu, bahkan bersifat turun temurun. Fai’ adalah tanah negara yang berasal dari rampasan perang tetapi sudah diberikan kepada kepala pemerintahan, misalnya kepada Rasulullah atau Khulafaur Rasyidin. Contoh tanah fai’ ini, tanah Banu Nazir, Khaibar, dan Fadak. Pemanfaaatan tanah ini sebenarnya diserahkan kepada kebijakan Rasulullah atau Khufaur Rasyidin, tetapi biasanya digunakan untuk berbagai kepentingan negara. Tanah negara terkadang juga berasal dari wakaf (waqf) tanah pribadi atau disebut tanah Diya. Meskipun tanah ini semula merupakan tanah pribadi, tetapi dengan diwakafkan kepada masyarakat maka tanah ini menjadi tanah negara. Seluruh penyewa tanah-tanah negara ini diharuskan membayar kharaj.

d. Hak Milik Petani. Masyarakat Arab secara pribadi juga banyak yang memiliki tanah. Tanah ini dapat dimanfaatkan sendiri ataupun dimanfaatkan orang lain dengan cara sistem bagi hasil atau juga sewa. Tanah pribaadi ini dapat mencakup wilayah yang relatif luas ataupun juga sempit.

(11)

tersebut”. Pemungutan sewa tanah ini juga harus dilakukan dengan cara yang mudah dan baik, sebagaimana pesan beliau ketika mengarahkan para pejabatnya, “Dan kamu seharusnya menetapkan dan memungut sewa dari para petani penggarap dengan cara yang baik, ringan dan disepakati mereka”. Sementara Ali bin Ali Thalib telah berkata, “Kami diperintahkan agar hanya memungut sewa kelebihan setelah para petani memenuhi kebutuhannya”

Untuk meningkatkan produktifitas pertanian, Umar bin Khattab telah membangun saluran-saluran pengairan, mendirikan sebuah instansi besar untuk mengurus pembangunan bendungan, menggali waduk, dan membangun pintu-pintu air untuk memperlancar distribusi air. Menurut Al-Maghrizi, pada saat itu di Mesir saja terdapat tidak kurang dari 120.000 pekerja setiap hari sepanjang tahun untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan ini dan digaji dengan keuangan negara. Juza’buawyah telah membangun saluran-saluran air di distrik-distrik Khuzistan dan Azwas dengan seijin Umar bin Khattabsehingga memungkinkan banyak tanah baru untuk dibudidayakan.

2. Hukum Perdagangan dan Pajak

Pada masa Umar bin Khattab hukum perdagangan mengalami penyempurnaan guna menciptakan peekonomian secara sehat. Umar mengurangi beban pajak terhadap beberapa barang, pajak perdagangan nabati dan kurma Syria sebesar 50%. Hal ini untuk memperlancar arus pemasukan bahan makanan ke kota-kota. Pada saat yang sama, juga dibangun pasar-pasar agar tercipta suasana persaingan yang bebas. Membanting harga dan menumpuk barang serta mengambil keuntungan secara berlebihan dipantau.

Di daerah pedalaman terdapat pusat-pusat perdagangan dan pekan-pekan yang sangat membantu pelaksanaan kebijaksanaan dagang. Di antaranya di Ubula, Yaman, Damaskus, Mekkah dan Bahrain. Pekan dagang berkedudukan penting. Beberapa pekan dagang yang menonjol adalah pekan dagang ‘Ukaz yang berada di Hijaz yang berdekatan dengan Sukar dan yang lainnya. ‘Ukaz adalah sebuah Oasis diantara Ta’if dan Nikhlah. Pekan dagang itu berlangsung pada 1 – 20 Djulkaidah

3. Baitul Mal

(12)

zaman Rasulullah SAW dan khalifah yang pertama, Abu Bakar r.a, namun tidak secara kelembagaan. Di zaman pemerintahan Umar bin Khattab, fungsi baitul mâl lebih diefektifkan lagi dengan mendirikan lembaga khusus untuk pengurusan dan pengelolaannya.Baitul Maal menjadi reguler dan permanent, dibangun cabang-cabang di ibu kota provinsi. Baitul Mall mungkin bisa disebut Bank Sentral. Karena tugasnya mengumpulkan, menyimpan dan menyalurkan devisa Negara. Kekeyaan itu berasal dari berbagai sumber diantaranya zakat, jizyah, kharaj, ‘usyur, khumus, fai, rikaz.

Dalam sejarah pembangunan baitul mâl ini dilatarbelakangi datangnya Abu Hurairah(Gubernur Bahrain) membawa hasil pengumpulan pajak al-kharâj sebesar 500.000 dirham ketika tahun 16H. Lalu Umar berinisiatif mengajak bermusyawarah tentang penggunaan harta hasil pengumpulan pajak tersebut. Maka seluruh anggota kabinet (syûrâ) bersidang dan diminta pendapat. Riwayat pendirian baitul mâl secara institusional di atas menyebutkan ide pendirian tersebut tidak asli dari Islam, tetapi berasal dari pengaruh pemerintahan-pemerintahan yang ada di masa itu, seperti pemerintahan-pemerintahan kerajaan Romawi dan Persia. Tentunya sistem dari non-Islam tetap dipilah dan dipilih agar tidak menyalahi aturan ketentuan syariat Islam.

Kebijakan yang diterapkan oleh Umar dalam lembaga baitul mâl di antaranya adalah dengan mengklasifikasikan sumber pendapatan negara menjadi empat, yaitu:

1. Pendapatan zakat dan `ushr. Pendapatan ini jika terdapat surplus, sisa pendapatan tersebut disimpan di baitul mâl pusat dan dibagikan kepada delapan ashnâf.

2. Pendapatan khums dan sedekah. Pendapatan ini didistribusikan kepada fakir miskin.

3. Pendapatan kharâj, fai, jizyah, `ushr, dan sewa tanah. Pendapatan ini digunakan untuk membayar dana pensiun dan dana bantuan serta untuk menutupi biaya operasional administrasi, kebutuhan militer, dan sebagainya.

4. Pendapatan lain-lain. Pendapatan ini digunakan untuk membayar para pekerja, pemeliharaan anak-anak terlantar, dan dana sosial lainnya.

(13)

1. Departemen pelayanan militer. Untuk mendistribusikan dana bantuan kepada orang-orang yang terlibat dalam peperangan.

2. Departemen kehakiman dan ekskutif. Untuk bertanggung jawab terhadap pembayaran gaji para hakim dan pejabat ekskutif.

3. Departemen pendidikan dan pengembangan Islam. Departemen ini mendistribusikan bantuan dana bagi penyebar dan pengembang ajaran Islam beserta keluarganya, seperti guru dan juru dakwah.

4. Departemen jaminan sosial. Departemen ini berfungsi untuk mendistribusikan dana bantuan kepada seluruh fakir miskin dan orang-orang yang menderita.

Umar mengklasifikasikan beberapa golongan yang berbeda-beda dalam pendistibusian harta baitul mâl. Tunjangan yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Aisyah dan Abbas bin abd mutalib Masing-masing 12000 dirham

2. Para istri nabi selain aisyah Masing-masing 10000 dirham

3. Ali, hasan, husain dan para pejuang badar Masing-masing 5000 dirham

4. Para pejuang uhud dan para migran abisinya Masing-masing 4000 dirham

5. Kaum muhajirin sebelum peristiwa fahu makah Masing-masing 3000 dirham

6. Putra para pejuang badar, orang yang memeluk Islam ketika fathu makah, anak-anak kaum muhajirin dan anshar, para pejuang perang qadisiyah, uballa, dan orang-orang yang menghadiri perjanjian hudaibiyah Masing-masing 2000 dirham

7. Orang-orang makah yang bukan termasuk kaum muhajirin Masing-masing 800 dirham, warga Madinah 25 dinar, kaum muslimin yang tinggal di Yaman, Syria dan Irak memperoleh tunjangan sebesar 200 hingga 300 dirham, serta anak-anak yang baru lahir dan yang tidak diakui masing-masing memperoleh 100 dirham. Di samping itu, kaum muslimin memperoleh tunjangan pensiun berupa gandum, minyak, madu, dan cuka dalam jumlah yang tetap.

(14)

Sistem pajak proposional (prorposional tex). Umar bin Khattab memungut bertambahnya jumlah ternak.

Hal ini akan mendorong orang untuk memperbanyak ternaknya dengan biaya yang lebih rendah. - Perhiungan zakat perdagangan

berdasarkan besarnya

Umar mendirikan diwan (lembaga) yaitu diwan pengeluaran dan pembagian yang khusus menangani devisa umum negara dan diikuti pemimpin negara selanjutnya. Kata dewan berasal dari bahasa Persia, yang artinya kumpulan berkas. Didalamnya tertulis nama-nama orang-orang yang berhak mendapatkan gaji. Kemudian berkembang dari menjadi tempat penyimpanan dokumen negara yang digunakan di kantor-kantor. Jadi dewan adalah dokumentasi data orang-orang yang diberi gaji, tentara atau lainya dengan menyebutkan jumlah gaji didepan nama mereka.

Pada masa khalifah Umar bin Khattab membentuk dua diwan yaitu:

(15)

b. Diwanul Kharaj yaitu untuk mengurusi pengeluaran dan pemasukan devisa Negara.

Orang pertama yang menciptakan Diwan di Negara Islam adalah Umar bin Khattab. Rakyat berpindah dari standar hidup padang pasir yang rendah, kepada budaya menetap yang mewah, dan dari kesederhanaan buta huruf kepada kepiawaian aksarawi. Dengan adanya diwan, Maka kebijakan ekonomi makro pada masa Umar dapat terkordinasi dengan baik. Seperti halnya lembaga-lembaga atau depertemen pemerintahan saat ini perlu bersinergi agar progam yang ingin dilakukan atau dijalankan pemerintah dapat berjalan dengan baik.

Umar bin Khattab membagi alokasi pengeluaran pemerintah kedalam 3 bagian yaitu;

a. Alokasi zakat

b. Alokasi dana Jizyah,Usury, kharaj

c. Alokasi dana Ghanimah.

Dari seluruh alokasi, 2 bagian alokasi pengeluaran pemerintah yang Pro langsung kepada rakyat yaitu Zakat dan Ghanimah. Sedangkan untuk Kharaj, Usury dan Jizyah lebih ke pembangunan untuk membiaya fasilitas negara. Walaupun semuanya adalah bertujuan untuk kesejahtraan rakyat. Dengan adanya pembagian yang matang ini, maka pengawasan (controlling) dari Khalifah kepada pejabat negara baik yang ada di pusat dan provinsi dapat terkontrol dengan mudah dan termanajament dengan baik sehingga sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rakyat.

2.3 Perekonomian pada Masa Utsman Bin Affan (577-656 M)

Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya dan ekonomi yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah Saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum.

(16)

ajakan Abu Bakar dan termasuk golongan Assabiqunal Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk Islam). Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, ‘Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa?’ Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”

Pada saat seruan hijrah pertama oleh Rasullullah Saw ke Habbasyiah karena meningkatnya tekanan kaum Quraisy terhadap umat Islam, Utsman bersama istri dan kaum muslimin lainnya memenuhi seruan tersebut dan hijrah ke Habbasyiah hingga tekanan dari kaum Quraisy reda. Tak lama tinggal di Mekah, Utsman mengikuti Nabi Muhammad Saw untuk hijrah ke Madinah. Pada peristiwa Hudaibiyah, Utsman dikirim oleh Rasullah untuk menemui Abu Sofyan di Mekkah. Utsman diperintahkan Nabi untuk menegaskan bahwa rombongan dari Madinah hanya akan beribadah di Ka’bah, lalu segera kembali ke Madinah, bukan untuk memerangi penduduk Mekkah.

Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana Rasullullah Saw memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat walikota Madinah. Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 1000 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya perang tersebut. Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.

(17)

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya; membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid; membangun pertanian, menaklukan Syiria, Afrika Utara, Persia, Khurasan, Palestina, Siprus, Rodhes, dan juga membentuk angkatan laut yang kuat. Jasanya yang paling besar adalah saat mengeluarkan kebijakan untuk mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf.

Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah. Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari Jumat tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat sedang membaca Al-Quran. Persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah.

Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah.

Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka sama-sama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu.

(18)

Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya.

Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid.

Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jum’at. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian.

Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung.

Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah antara lain :

1. Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Mu’awiyah sebagai Gubernurnya. 2. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana.

3. Menaklukan daerah Arjan dan Persia.

4. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran.

5. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah.

6. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-qur’an yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam.

7. Setiap hari jum’at beliau memerdekakan seorang budak (bila ada)

Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syu’bah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Sa’ad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab.

(19)

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba’ yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulan-usulan Abdullah bin Saba’ ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah Affan-lahir dan AbdulAffan-lah Bin Saba’ disebut sebagai pencetus aliran Syi’ah tersebut.

Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba’ kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba’. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar.

Karena tuntutan orang mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan.

Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal :

1. Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang).

2. Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah. Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benar-benar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; “Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan”

(20)

sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun.

Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Beliau wafat pada bulan haji tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Prestasi Utsman Bin Affan Dalam Pembentukan Angkatan Laut

Pada masa Khalifah Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur Suriah mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik oleh Khalifah Usman bin Affan.

Komposisi Kelas Sosial

Dalam pemerintahan usman komposisi kelas sosial di dalam masyarakat berubah demikian cepat sehinnga semaki sulit pemerintahan usman banyak sekali konflik yang muncul dipermukaan. Bukan tugas yang mudah untuk mengawasi orang badui yang pada dasarnya mencintai kebebasan pribadi dan tidak mengenal otoritas pemerintah yang dominan. Tidak mudah pula mengakomodasi orang kita yang cepat kaya karena adanya peluang baru yang terbuka menyusul ditaklukannya propinsi2 baru.

Lahan luas yang dimiliki keluarga kerajaan persia diambial alih oleh umar tetapi dia menyimpannya sebagai lahan begara yang tidak di bagi-bagi. Sementara itu usman menbaginya kepada individu-individu untuk reklamasi dan untuk kontribusi sebagian yang diprosesnya kepada baitul maal. Di laporkan bahwa lahan ini pad masa umar menghasilakan 9 juta dirham, tetapi pad masa usman penerimaan meningkat menjadi 50 juta. Pad periode selanjutnya dia juga mengizinkan menukar lahan tersebut dengan lahan yang ada di hijaz dan yaman, sementara kebijakan umar tidak demikaian.

(21)

4. Perekonomian pada Masa Ali Bin Abi Thalib (600-661M)

Ali bin Abi Thalib diangkat menjadi khallifah ketika terjadi konflik atau pertentangan kekuasaan antarkelompok. Pertentangan antarkelompok tersebut antar kelompok yang mendukung Ali r.a., kelompok yang mendukung Muawiyah bin Abu Sofyan r.a., dan kaum khawarij yaitu kelompok yang semula membela Ali kemudian berkhianat. Ali r.a ditakdirkan menjalankan pemerintahan di saat kritis konflik tersebut. Namun demikian, beliau sangat paham dalam menyikapi keadaan tersebut. Terhadap lawan tetapi saudara dan sahabat yaitu Muawwiyah bin Abu Sofyan, beliau tetap menjaga hubungan baik dan kehormatan sebagai saudara muslim, berbeda dengan kaum khawarij dimana beliau sangat tegas memeranginya. Inilah sikap seorang negarawan yang bajak, sangat berhati-hati terhadap lawan dan kawan.

Ali r.a. menikah dengan putri Rasulullah yaitu Fatimah Az-Zahra r.ha dan dikaruniai dua orang putra yaitu Hasan r.a. dan Husein r.a. Dalam kehidupan berumah tangga , khalifah Ali r.a. hidup sangat sederhana. Meskipun beliau hidup dalam kekurangan, tetapi tidak mau menerima harta atau bantuan baitul mal. Meski termasuk ahlul bait atau keluarga nabi beliau selalu bekerja mandiri, tidak menerima fasilitas dari Rasulullah SAW. Beliau selalu bekerja keras untuk perekonomiannya, bahkan sebelum menjadi khalifah ia bekerja sebagai buruh orang yahudi. Hal ini mecontohkan beliau seorang wirausaha mandiri dan sederhana yang tidak tergantung fasilitas pejabat dan jabatan.

(22)
(23)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masa Khulafaur Rasyidin (Khalifah-Khalifah yang lurus) adalah masa saat pemerintahan Islam dipimpin secara bergantian oleh Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib selama kurang lebih 30 tahun pasca wafatnya Rasulullah Saw. Pada masa Rasulullah Saw dan Abu Bakar, sistem ekonomi Islam telah berjalan. Sedangkan contoh ilmu ekonomi Islam belum tampak daripadanya. Baru pada masa Umar bin Khathab contoh dari ilmu ekonomi Islam mulai berkembang. Yaitu dibentuknya Baitul Mal (kantor penyimpan kas dan kekayaan negara) dengan Diwan-diwannya pada tahun 20 H. Hal semacam ini belum pernah ada di masa pemimpin Islam sebelumnya. Adapun pada masa Utsman, tidak banyak informasi aktivitas perekonomian yang bisa didapat dari sejarahnya, sebab referensi sejarah lebih banyak fokus menceritakan kisah perpolitikan. Namun demikian kisah perekonomian juga tetap digambarkan walaupun dalam garis globalnya, yaitu berlimpahnya pemasukan negara yang berdampak pada rizki kaum muslim yang turut berlimpah pula. Demikian pula tidak jauh berbeda dengan masa Ali bin Abi Thalib.

3.2 Saran

(24)
(25)

DAFTAR PUSTAKA

Afzalurrahman, Doktrin Ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti.

Al-Mawardi, Abu al-Husain Ali ibn Muhammad. 1960. Al-Ahkâm as-Sulthâniyyah, Dar al-Fikr. cet. Ke-1, hal. 213.

Azwar Karim, Adiwarman. 2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hakim, Luqman. 2012. Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam. Jakarta: Erlangga.

Hakim, Luqman. (2013). Kebijakan Fiskal pada Masa Ali bin Abi Thalib.

[Online] Diakses dari :

http://luqmanhakim0493.blogspot.co.id/2013/06/kebijakan-fiskal-pada-masa-ali-ibn-abi.html

Iqtishadia. (2015). Analisis Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam Masa Klasik. (Offline). Tersedia: journal.stainkudus.ac.id. (27 September 2016).

Izzan, Ahmad. 2006. Ekonomi Syariah: Ayat - Ayat Al- Quran yang Berdimensi Ekonomi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Kusbianti, N. dkk. (2015). Perekonomian Masa Khulafaur Rasyidin. (offline)

Mannan, M. Abdul. 1997. Ekonomi Islam: Teori dan Paktek, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. Terj. Nastangin, hal. 180.

NN. (2011). Perencanaan Kebijakan Makro Umar bin Khattab. [Online]. Diakses dari : https://ekonomsyariah.wordpress.com/2011/12/14/perencanaan-kebijakan-ekonomi-makro-khalifah-umar-bin-khattab. [28 September 2016].

Referensi

Dokumen terkait

”Rahasia lain daya tahan merak jawa hijau terletak pada populasi kelompok yang tidak terlampau besar sehingga kelompok-kelompok kecil tersebar hingga bisa mencapai peluang

karena rumah Sasmoyo lebih dekat dari pada rumah Harseno, sedangkan rumah Harseno lebih dekat dari pada rumah Widya, maka rumah Sasmoyo lebih dekat dari pada

Sementara penerimaan yang dimaksud adalah hasil yang diterima petani dari usahatani cengkeh yang dapat dihitung dengan perkalian antara produksi yang dihasilkan

Kajaba saka fungsi manifest, uga ana fungsi laten. Fungsi laten ing kene ngrugekake masyarakat kang nonton pagelaran kesenian ludruk. WUJUD OWAH-OWAHANE KESENIAN LUDRUK

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui berapa besar pendapatan usaha pembesaran ikan nila pada kolam air tenang, dan mengetahui pengaruh harga benih,

Oleh karena itu, untuk menyiapkan calon guru yang profesional, maka sebagai mahasiswa perlu melakukan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sesuai dengan

Model pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan merupakan langkah yang akan diterapkan dalam penelitian Pengembangan Media Video Pembelajaran Materi Gambar

[r]