MAKALAH
Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin (Utsman dan Ali Penetapan Mushaf Utsmani)
Disusun untuk memenuhi tugas
Dosen Pengampu : Jazilus Sakhok,M.A., Ph. D.
Oleh :
Muhammad Zulfi Rio Dwitama (20031252) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Sekolah Tinggi Agama Islam Sunan Pandanaran Yogyakarta 2021
Pendahuluan
Ketika islam diperkenalkan sebagai pola dasar, kaum Muslim telah dijanjikan oleh Al-Quran akan menjadi komunitas terbaik dipanggung sejarah bagi sesama umat manusia lainnya. Akibatnya diterimanya dorongan ajaran seperti ini, secara tidak langsung telah memberikan produk pandangan bagi mereka sendiri untuk melakukan permainan budaya sebaik mungkin. Terdapat banyak perspektif dalam membaca banyak fakta sejarah, terutama terhadap sejarah peradaban umat Islam. Perbedaan cara pandang tersebut sebagai akibat dari khazanah pengetahuan tentang sejarah yang berbeda. Hal itu dipicu dari keberagaman teori sejarah. Lebih– lebih sejarah islam yang sebagian besar adalah sejarah tentang politik dan kekuasaan yang berujung pada kepentingan kelompok maupun individual semata. Pemimpin yang sukses adalah pemimpin yang dicintai oleh yang dipimpinnya, sehingga pikirannya selalu didukung, perintahnya selalu di ikuti dan rakyat membelanya tanpa diminta terlebih dahulu. Figur kepemimpinan yang mendekati penjelasan tersebut adalah Rasulullah beserta para sahabatnya (Khulafaur Rasyidin).
Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun Negara menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorangpun sebagai penerusnya. Akibatnya terjadilah perselisihan, masing- masing kelompok mengajukan wakilnya untuk dijadikan sebagai penerus serta pengganti Nabi Muhammad untuk memimpin umat. Akhirnya muncullah khalifah rasyidin yang terdiri dari: Abu bakar, Umar, Utsman, dan Ali yang memimpin secara bergantian. Dalam prosesnya banyak sekali peristiwaperistiwa yang terjadi dan patut dipelajari sebagai landasan sejarah peradaban islam.
A. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah Allah di muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya.
Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai penguasa sebuah identitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa, Panglima Perang, dan lain
sebagainya.1 Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang cendekiawan. Adapun pencetus nama al-Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang- orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau.
Mengapa demikian, karena mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.2 Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para pemimpin pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil, bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat petunjuk dari Allah.
Khulafaur Rasyidin merupakan pemimpin umat Islam dari kalangan sahabat pasca Nabi wafat. Mereka merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat melalui mekanisme yang demokratis. Siapa yang terpilih, maka sahabat yang lain memberikan baiat (sumpah setia) pada calon yang terpilih tersebut. Ada dua cara dalam pemilihan khalifah ini, yaitu: pertama, secara musyawarah oleh para sahabat Nabi. Kedua, berdasarkan atas penunjukan khalifah sebelumnya.3
Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H/ 644-656 M)
Nama lengkapnya ialah Utsman ibn Affan ibn abdil Ash ibn Umayyah dari pihak Quraisy. Ia memeluk islam lantaran ajakan Abu Bakar, dan menjadi salah seorang sahabat dekat Nabi. Melalui persaingan ketat dengan Ali, tim formatur yang dibentuk oleh Umar ibn Khatthab akhirnya member mandate kekhalifahan kepada Utsman ibn Affan. Masa pemerintahannya adalah yang terpanjang dari semua khalifah di zaman al-Khulafa ar-Rasyidin yaitu 12 tahun. Tetapi sejarah mencatat tidak seluruh masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses bagi beliau. Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman ibn Affan menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk.4
Prestasi yang terpenting bagi Khalifah Utsman adalah menulis kembali Al-Quran yang telah ditulis pada zaman Abu Bakar yang pada 1 Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, Gresik: Putra Kembar Jaya, 2011, Hal. 22.
2 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan ketiga 2011, hal. 50.
3 Machfud Syaefuddin, Perdaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013, hal. 29.
4 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, hal. 55.
waktu itu disimpan oleh Khafsoh binti Umar. Manfaat dibukukan Al- Quran pada masa Utsman adalah :
1.Menyatukan kaum muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan tulisannya.
2.Menyatukan bacaan, kendatipun masih ada perbedaannya, namun harus tidak berlawanan dengan ejaan mushaf Utsmani.
3.Menyatukan tertib susunan surat-surat menurut tertib urut yang kelihatan pada mushaf sekarang ini. Situasi politik pada masa akhir pemerintahan Ustman semakin mencekam dan timbul pemberontakan- pemberontakan yang mengakibatkan terbunuhnya Utsman. Utsman akhirnya wafat sebagai syahid pada hari jumat tanggal 17 Dzulhijjah 35 H/ 655 M. ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan membunuh Utsman saat membaca Al-Quran. Persis seperti yang disampaikan Rasulullah perihal kematian Utsman yang syahid nantinya.
Beliau dimakamkan di pemakaman Baqi di Madinah.5 Khalifah Ali bin Abi Thalib ( 35-40 H/ 656-661 M)
Peristiwa pembunuhan Utsman mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali Bin Abi thalib menjadi khalifah. Waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair Bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah memaksa beliau sehingga akhirnya Ali menerima baiat mereka. Menjadikan Ali satu-satunya khalifah yang di baiat secara massal. Karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda- beda.
Peristiwa yang terkenal dalam masa Ali adalah terjadinya perang antara kubu Ali dan kubu Muawiyah. Perang tersebut terjadi di daerah bernama Siffin, sehingga perang ini disebut sebagai perang Siffin. Pada saat Mu’awiyah dan tentaranya terdesak Amr bin Ash sebagai penasehat Mu’awiyah yang dikenal cerdik dan pandai berunding, meminta agar Mu’awiyah memerintahkan pasukannya mengangkat
5 Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, hal. 56-57.
mushaf Al-Quran di ujung tombak sebagai isyarat berdamai dengan cara tahkim (arbitrase) dengan demikian Mu’awiyah terhindar dari kekalahan total. Pada tanggal 24 Januari 661 M, ketika Ali sedang dalam perjalanan menuju masjid Kuffah, ia terkena hantaman pedang beracun di dahinya.
Pedang tersebut yang mengenai otaknya, diayunkan oleh seorang pengikut kelompok Khawarij, Abd al-Rahman ibn Muljam, yang ingin membalas dendam atas kematian keluarga seorang wanita, temannya, yang terbunuh di Nahrawan.6
B. Pengertian Mushaf Utsmani
Kata Mushaf secara bahasa bisa saja dibaca mishaf menurut lagam bahasa Bani Tamim. Mushaf adalah kata jama’ dari kata tunggal suhuf yang artinya lembaran. Mushaf adalah sebuah istilah dari kumpulan lembaran- lembaran yang di dalamnya terdapat tulisan.
Secara istilah Mushaf artinya nama dari kumpulan lembaran yang di dalamnya terdapat tulisan firman Allah. Jadi, bila mana ada lembaran yang didalamnya terdapat tulisan kalam Allah meskipun hanya sedikit sudah masuk kategori Mushaf.7 Ibn Hajib memaknai Mushaf sebagai segala sesuatu yang didalanya terdapat tulisan kalam ilahi, meskipun hanya selembar kertas dan di dalamnya hanya terdapat sebagian ayat, maka sudah tergolong Mushaf.8
Ketika menyebut Mushaf Utsmani tentu yang di maksud adalah Mushaf yang dikumpulkan dan ditulis oleh perintah Khalīfah Utsman bin Affan. Atau biasa disebut dengan al-Mushaf al-Imam. Namun, istilah Mushaf Utsmani bukan hanya satu Kitab saja, melainkan seluruh Mushaf yang memang terbentuk atas perintah Khaliah Utsman bin Affan.9 Pada masa kekuasaan Khalifah Utsman bin Affan, mushaf masih gundul, tidak berharakat atau tidak terdapat tanda baca. Untuk menghindarkan dari kesalahan baca, lalu ahli bahasa, Abu Al-Aswad Zalim bin Sufyan ad-Dhu’ali, merumuskan tanda harakat dan titik atas perintah Khalifah Ali bin Abi Thalib.10 Khalifah Utsman kemudian membentuk suatu badan atau panitia yang diketuai Zaid bin Sabit, sedangkan
6 Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 227.
7 Muhammad bin Ahmad ad-Dasuqi, Hasyiah ad-Dasuqi Ala Syarhil Kabir, Bairut: Dar al-Kutub, 2011, hal. 35.
8 Syihabuddin al-Qulyubi dan Ahmad al-Barsali, Umairah Hasyiyah al-Qulyubi wa Umairoh, Bairut: Dar al- Kutub, 2011, hal. 35.
9 Ghanim Qadwuri, Rasm al-Mushaf, Bagdad: al-Lajnah al-Waṭ aniyah, 1402, hal. 189-190.
10 Ensiklopedi Islam jilid 4
anggotanya adalah Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas yang harus dilaksanakan oleh tim tersebut adalah membukukan lembaran- lembaran yang lepas dengan cara menyalin ulang ayat-ayat Alquran ke dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
C. Watak dan Prestasi Khulafaur Rasyidin
Penaklukan dunia yang diawali pada masa Abu Bakar mencapai titik tertingginya pada masa Umar dan relatif terhenti pada masa Ali bin Abi Thalib yang kekhalifahannya lebih banyak diliputi oleh pertikaian internal sehingga tidak memungkinkan ekspansi lebih jauh. Pada akhir satu generasi nabi Muhammad Saw, imperium Islam telah membentang dari Oxus hingga Syrtis Kecil di Afrika sebelah utara.
Bermula dari bukan apa-apa, kini kekhalifahan Arab Islam tumbuh menjadi kekuatan terbesar di dunia. Abu Bakar (632-634), penakluk dan penjaga Semenanjung Arab, menjalani hidup dengan kesederhanaan patriarkhis. Pada masa enam bulan pertama pemerintahannya yang singkat itu, ia melakukan perjalanan bolak balik dari al-Sunh (tempat tinggalnya yang sederhana dengan istrinya, Habibah) ke kota Madinah, dan tidak menerima gaji sedikit pun karena negara saat itu belum memiliki pemasukan apa pun.11 Semua urusan negara ia lakukan di serambi Masjid Nabi.
Kualitas pribadi dan keyakinannya yang kokoh terhadap Muhammad, menantunya, yang tiga tahun lebih tua darinya, menjadikannya sebagai figur paling menarik pada masa awal Islam dan membuatnya kondang dengan sebutan as-Shiddiq (yang percaya). Ia memiliki watak yang lebih kuat dan dinamis daripada yang disebutkan dalam berbagai riwayat. Secara fisik ia diriwayatkan berkulit cerah, berperawakan sedang dan berwajah mungil; ia mengecat janggutnya dan berjalan membungkuk. Bergaya hidup sederhana dan hemat, penerusnya yang energik dan berbakat, Umar bin Khattab (634- 644), yang berperawakan tinggi, kuat dan agak botak, untuk beberapa lama setelah diangkat menjadi khalifah, tetap mencari penghidupan dengan cara berdagang dan sepanjang hayatnya menjalani kehidupan sederhana mirip dengan para kepala suku Badui
11 Ibnu al-Atsir, Und al-Ghabah fi Ma’rifas al Shahabah, Kairo: 1286, jilid III, hal. 219.
kenyataannya, Umar yang namanya dalam tradisi Islam adalah yang terbesar pada masa awal Islam setelah nabi Muhammad Saw, telah menjadi idola para penulis Islam karena kesalehan, keadilan, dan kesederhanaan patriarkhisnya. Mereka juga menganggapnya sebagai personafikasi semua nilai yang harus di miliki oleh seorang khalifah.
Utsman, yang membukukan firman Tuhan dan yang pada pemerintahannya menyaksikan penaklukan Iran, Azerbaizan dan sebagian Armenia, juga merupakan sosok manusia yang saleh dan bijak, tapi ia terlalu lemah untuk menolak tuntutan kerabat dekatnya yang serakah. Saudara angkatnya, Abdullah, mantan juru tulis Nabi, yang pernah berusaha menyelewengkan firman Tuhan dan merupakan salah satu dari sepuluh orang yang dikecam oleh Muhammad pada saat penaklukan Mekah, ditunjuk sebagai gu bernur Mesir: saudara tirinya, Walid ibn ‘Uqbah, yang pernah menampar wajah Muhammad dan mendapat kecamannya, diangkat sebagai gubernur Kufah saudara sepupunya, Marwan ibn al-Hakam, yang kemudian menjadi khalifah Umayyah. Ditugaskan sebagai pengawas diwan. Berbagai jabatan penting diisi oleh suku Umayyah, keluarga khalifah. 30 Khalifah sendiri menerima hadiah dari para gubernur atau para pendukungnya, termasuk hadiah berupa pembantu cantik dari gubernur Basrah.
Tuduhan nepotisme segera tersebar. Perasaan tidak puas yang muncul akibat sistem administrasinya yang tidak populer dimotori oleh tiga tokoh Quraisy kandidat khalifah: Ali, Thalhah, dan Zubair. Protes dari para pendukung Ali merebak di Kufah dan Mesir, yang pada bulan April 656 mengirim 500 orang pemberontak ke Madinah. Para pemberontak itu kemudian mengepung rumah khalifah tua renta yang mulia itu, dan ketika ia sedang membaca salinan Alquran yang telah dibukukan,12 rumahnya diserbu; Muhammad, anak Abu Bakar, sahabat dan pendahulunya, menerobos masuk ke rumah dan memukulnya.13 Peristiwa itu menjadikannya sebagai khalifah pertama yang dibunuh oleh seorang muslim (17 Juni 656).
D. Peradaban di Arab
12 Ibn Baththuthah (w. 1377), jilid II, hal. 10-11, mengklaim bahwa ketika in mengunjungi Basrah masjidnya masih menyimpan salinan Alquran Utsman dengan noda darahnya pada halaman yang berisi Surah 2: 131, yang menurut ibn Sad, jilid III, hal. 52, tetesan darah khalifah berhenti di ayat surah itu. Lihat Quarremere
Dalam Journal asiatique, jilid VI (1838), hal. 41-45.
13 Ibn Sa’d, jilid III, hal. 51.
Orang-orang Arab bukan hanya menguasai wilayah secara geografis melainkan juga pusat-pusat peradabannya. Orang-orang Arab pada masa itu tidak memiliki banyak hal untuk diajarkan. Jadi, apa yang disebut “peradaban Arab” bukanlah peradaban asli orang-orang Arab, baik dalam struktur dasarnya maupun dalam berbagai aspek dasar etika.
Landasan peradaban Islam Arab adalah peradaban Aramaik Hellenistik dan Iran yang dikembangkan di bawah dukungan khalifah dan diungkapkan dalam bahasa Arab. Dengan pengertian lain, ia merupakan kelanjutan logis dari peradaban Semit di daerah Bulan Sabit Subur yang dilahirkan dan dikembangkan oleh bangsa Asysyria-Babilonia, Aramaik dan Ibrani. Di dalamnya, kesatuan antara peradaban Mediterania di Asia Barat mencapai titik puncaknya.
E. Pasukan perang
Pasukan perang pada waktu itu dipimpin oleh seorang komandan sekaligus panglima tertinggi (amir) adalah khalifah di Madinah.
Pengelompokan pasukan menjadi satu pasukan inti, dengan dua sayap mengapit di depan dan belakang, telah dikenal sejak masa Nabi; bukan berasal dari tradisi Bizantium atau Sasaniyah. Khamis (yang lima) adalah istilah yang digunakan untuk satuan militer ini. Pasukan berkuda ditempatkan di kedua sayap. Dalam pengelompokan itu, kesatuan yang terdiri atas suku-suku Arab dijadikan sebagai pasukan cadangan.
Diriwayatkan bahwa panji-panji perang Nabi bergambar uqub (burung elang). Formasi tempur yang digunakan oleh antara Arab Muslim masih primitif, yaitu dalam bentuk melintang atau membujur dan berkelompok.
Pertempuran dimulai secara individu yang di lakukan oleh para ksatria yang maju keluar dari barisan dan menyampaikan tantangan. Kekuatan pasukan Arab Islam bukan terletak pada keunggulan senjatanya atau kehebatan organisasinya tapi pada semangat moralnya yang lebih tinggi.
F. Kebijakan Administrasi di Wilayah Baru
Bidang administrasi pemerintahan di wilayah baru bisa dikemukakan disini. Sebuah landasan dari teori Umar bahwa di semenanjung Arab tidak ada agama lain yang dilindungi kecuali Islam. Dan tanpa mengindahkan perjanjian
sebelumnya.14 Pada tahun 14-15 H/ 635-636 M. Umar sempat mengusir orang- orang Yahudi yang berada di Khaibar,15 yang tinggal di Jericho serta orang- orang Kristen Najran, yang melarikan diri ke Suriah dan Irak.16 Di daerah taklukan, penduduknya di biarkan beraktivitas dan bercocok tanam, dengan status yang lebih rendah dan dipandang sebagai sumber keuntungan orang- orang Islam (maddah al-muslimin).17 Bahkan ketika masuk Islam, seorang non- Arab tetap akan menduduki status yang lebih rendah di banding seorang muslim Arab.
Pandangan yang menyatakan bahwa besarnya pajak sesuai dengan modus penaklukan-sukarela atau paksa -sering kali merupakan fiksi hukum yang muncul belakangan, dan tidak didaarkan atas fakta-fakta sejarah.
Perbedaan antara jizyah, pajak kepala, dan kharaj (dari bahasa Yunani, chorgia atau bahasa Aramaik, keragga), atau pajak tanah, juga tidak muncul pada masa khalifah kedua (634-644). Pada masa-masa awal, kedua istilah itu dianggap sama keduanya berarti pajak.
Dalam Al-Qur’an kata jizyah muncul hanya sekali, yaitu pada Q.S. 9: 29, yang tidak mengandung arti hukum sama sekali. Kharaj juga muncul hanya sekali dalam Al-Qur’an (Q.S. 23: 72), dan digunakan dalam arti balasan atau upah, bukan pajak tanah. Jelas bahwa asal usul istilah-istilah yang diberlakukan terhadap penduduk taklukan hampir terlupakan saat para sejarawan mulai mendokumentasikan peristiwa-peristiwa itu, yang mereka tafsirkan berdasarkan kondisi dan perkembangan masa lalu.
Kesimpulan
Semua pemasukan itu disimpan di kantor perbendaharaan negara, dan semua harga yang tersisa setelah dibayarkan untuk pengeluaran rutin administrasi negara dan biaya perang harus dibagikan di antara orang-orang Islam. Demi suksesnya penyaluran dana sisa belanja, sensus penduduk menjadi hal yang penting. Sensus itu merupakan sensus pertama yang tercatat dalam sejarah yang dilakukan untuk menyalurkan pendapatan negara.
Aisyah berada di urutan teratas dalam daftar dana pensiun. Ia mendapatkan 14 Lihat al-Waqidi, Maghazi, hal. 391-392, dan Abu Yusuf Kitab al-Kharaj (Kairo, 1346), hal. 85-86, tentang istilah yang diberikan oleh Nabi.
15 Sebuah oasis sekitar 170 km. Sebelah selatan Madinah di jalan menuju Suriah.
16 Baladhuri, hal. 66 – Hitti, hal. 101-102.
17 Yahya ibn Adam, Kitab al-Kharaj. Juynboll, ed. Leiden: 1896, hal. 27.
sana sebesar 12.000 dirham per tahun Setelah Ahlul Bait (keluarga Nabi), urutan berikutnya ditempati oleh para Muhajirin dan Anshar, yang besarnya didasarkan atas urutan mana yang lebih dulu dan lebih akhir masuk Islam.
Secara umum, rata-rata subsidi untuk masing-masing orang dalam ke lompok ini adalah sebesar 4.000 hingga 5.000 dirham per tahun Daftar paling bawah diisi para prajurit Arab yang besarnya di dasarkan atas partisipasi mereka dalam ekspedisi militer, dan pengetahuan mereka tentang Alquran.
Daftar Pustaka
Ahmad Jamil, Sejarah Kebudayaan Dinamika Islam, Gresik: Putra Kembar Jaya, 2011, Hal. 22.
Abu Yusuf, Kitab al-Kharaj, Kairo: 1346, hal. 85-86,
Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, cetakan ketiga 2011, hal. 50-57.
Ghanim Qadwuri, Rasm al-Mushaf, Bagdad: al-Lajnah al-Waṭ aniyah, 1402, hal.
189-190.
Ibnu al-Atsir, Und al-Ghabah fi Ma’rifas al Shahabah, Kairo: 1286, jilid III, hal.
219.
Machfud Syaefuddin, Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013, hal.
29.
Muhammad bin Ahmad ad-Dasuqi, Hasyiah ad-Dasuqi Ala Syarhil Kabir, Bairut:
Dar al-Kutub, 2011, hal. 35.
Philip K. Hitti, History Of The Arabs, hal. 227.
Syihabuddin al-Qulyubi dan Ahmad al-Barsali, Umairah Hasyiyah al-Qulyubi wa Umairoh, Bairut: Dar al-Kutub, 2011, hal. 35.
Yahya ibn Adam, Kitab al-Kharaj. Juynboll, ed. Leiden: 1896, hal. 27.