• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fiskal dan Moneter dalam Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Fiskal dan Moneter dalam Islam"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu Ekonomi Islam sebagai sebuah ilmu ekonomi modern yang baru muncul pada tahun 1970an, tapi pemikiran ekonomi telah muncul pada zaman dahulu, yaitu pada masa Nabi Muhammad SAW. Karena pemikiran ekonomi islam rujukannya adalah Al-qur’an danHadits maka pemikiran ekonomi islam pun muncul secara bersamaan, yaitu pada abad ke 6M hingga 7M.

Setelah masa itu banyak sarjana muslim yang berkontribusi memberikan karya pemikiran ekonomi islam. Karya-karya mereka sangat berbobot dan memiliki kapasitas intelektual yang religious serta di dukung oleh fakta empiris pada saat itu. Banyak diantaranya yang futuristik sehingga pemikir pemikir barat mengadopsi ratusan abad kemudian. Khazanah ekonomi islam pada saat itu menguasai ekonomi dunia semenjak barat masih dalam kegelapan (dark age) dan islam pada saat itu sedang mengalami kejayaan. Dengan kata lain, ada kebijakan kebijakan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat-sahabat pada saat itu terhadap perekonomian.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan apa saja yang dilakukan oleh sahabat Khulafaurrasyidin, maka dapat dirumuskan apa saja yang akan di bahas di makalah ini, seperti halnya :

- Bagaimana kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Abu Bakar?

- Bagaimana kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Umar bin Khatab ?

- Bagaimana kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Utsman bin Affan ?

(2)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Abu Bakar As-shiddiq Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar As-shiddiq yang bernama lengkap Abdullah ibn Quhafah Al-Tamini terpilih sebagai khalifah islam yang pertama. Abu bakar adalah sosok bertubuh kurus, berkulit putih, Aisyah menerangkan karakter bapaknya : “Beliau sosok yang berkulit, kurus, tipis pada kedua pelipisnya,kecil pinggang, wajahnya selalu berkeringat, hitam matanya,, berkening lebar, tidak bisa bersaja, dan selalu mewarnai jenggotnya dengan hinai atau katam.”1

Pada masa pemerintahannya yang hanya berlangsung selama dua tahun, Abu Bakar As-shiddiq banyak menghadapi persoalan dalam negeri yang berasal dari kelompok murtad, nabi palsu, dan pembangkang zakat. Berdasarkan musyawarah dengan para sahabat yang lain, ia memutuskan untuk memerangi kelompok tersebut dengan perang Riddah (perang melawan kemurtadan).2 Setelah berhasil menyelesaikan urusan dalam negeri, Abu Bakar mulai melakukan ekspansi ke wilayah utar untuk menghadapi pasukan Romawi dan Persia yang selalu mengancam kedudukan umat islam. Namun, ia meninggal sebelum usaha ini dilakukan.3

Namun demikian, beberapa waktu menjelang ajalnya, Abu Bakar banyak menemui kesulitan dalam mengumpulkan pendapatan negara sehingga ia menanyakan berapa banyak upah atau gaji yang telah diterimanya. Ketika diberitahukan bahwa jumlah tunjangannya sebesar 8000 dirham, ia langsung memerintahkan untuk menjual sebagian besar tanah yang dimilkinya dan seluruh hasil penjualannya diberikan kepada Negara. Di samping itu, Abi BAkar Juga menyanyakan lebih jauh mengenai berapa banyak fasilitas yang telah dinikmatinya selama menjadi khalifah. Ketika fasilitas yang diberitahukan bahwa fasilitas yang

1 Ibn Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, Darul Haq, 2002

2 Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Raja Grafindo, 1994

(3)

diberikan kepadanya berupa seorang budak yang bertukebijakan ekonomi sepergas memelihara anak-anaknya dan membersihkan pedang-pedang milik kaum muslimin, seekor unta pembawa air dan sehelai pakaian biasa, ia segera menginstruksikan untuk mengalihkan semua fasilitas tersebut kepada pemimpin berikutnya nanti.4

Dalam usaha untuk meningkatkan kesejahteraan umat islam, Khalifah Abu Bakar melaksanakan berbagai kebijakan seperi Rasulullah SAW. Ia sangat memerhatikan keakuratan hitungan zakat sehingga tidak ada kekurangan atau kelebihan pembayarannya. Hasil pengumpulannya tersebut dijadikan sebagai pendapatan Negara dan disimpan di Baitul Mal untuk didistribusikan kepada seluruh kaum muslimin hingga tidak ada yang tersisa. Disamping itu, ia juga melaksanakan kebijakan pembagian tanah hasil taklukan, sebagian diberikan kepada kaum muslimin dan sebagian lain tetap menjadi tanggungan Negara. Ia juga mengambil alih tanah-tanah dari orang orang yang murtad untuk kemudian dimanfaatkan demi kepentingan umat islam secara keseluruhan. Dalam hal mendistribusikan harta baitul mal tersebut, Abu Bakar menerapkan prinsip kesamarataan, yakni memberikan jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah SAW. Dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang terlebih dahulu memeluk islam dengan sahabat yang kemudian. Sedangkan dalam masalah hidup prinsip kesamaan lebih baik daripada prinsip keutamaan.5

Mata uang pada masa itu adalah dinar Heraklius dan dirham Persia, disamping ada uang fulus untuk pembelian barang yang murah. Koin dinar dan dirham pada masa Abu Bakar masih mempunyai berat yang tetap. Nilai dinar sama dengan sepuluh dirham. Nilai satu dirham sama dengan 48 fulus.6

Dengan demikian, selama masa pemerintahan Abu Bakar, harta Baitul Mal tidak pernah menumpuk dalam jangka waktu yang lama karena langsung didistribusikan kepada seluruh kaum muslimin. Bahkan ketika Abu Bakar wafat, hanya ditemukan satu dirham dalam perbendaharaan Negara. Seluruh kaum muslimin

4 Ibid, hlm 55

(4)

dibagikan bagian yang sama dari hasil pendapatan Negara. Apabila pendapatan meningkat maka seluruh kaum muslimin diberikan bagian yang sama dan tidak ada seorangpun yang dibiarkan dalam kemiskinan. Kebijakan tersebut berimplikasi pada peningkatan aggregate demand and aggregate supply yang pada akhirnya akan menaikan total pendapatan nasional, disamping memperkecil jurang pemisah antara orang-orang yang kaya dengan yang miskin.7

B. Kebijakan fiskal dan moneter pada masa Klahifah Umar Bin Khatab

Untuk mencegah terjadinya perselisihan dan perepcahan di kalangan umat islam, Abu Bakar bermusyawarah dengan para pemuka sahabat tentang calon penggantinya. Berdasarkan hasil musyawarah tersebut, ia menunjuk Umar Bin Khatab sebagai Khalifah islam yang kedua. Setelah pergantian tersebut khalifah Umar Bin Khatab menyebut dirinya sebagai Khalifah Khalifati Rasulullah (pengganti dari pengganti Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu’minin

(komandan orang-orang yang beriman).8

Baliau adalah Umar bin Khottob bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razzah bin Adi bin Kaab bin Luayyi bin Gholib Al-Qurasyi Al-Adawi. Beliau mendapat gelar AL-Faruq karena terang-terangan dalam mengumumkan keislamannya, ketika yang lain menyembinyikan keislaman mereka. Pendapat lain mengatakan bahwa beliau dapat membedakan antara yang hakdan yang batil.9

Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama sepuluh tahun, Umar Bin Khatab banyak melakukan ekspansi hingga wilayah islam meliputi jazirah Arab, sebagian kekuasaan Romawi (Syiria, Palestina dan Mesir), serta seluruh kerajaan Persia, termasuk Irak. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar Bin Khatab segera mengatur administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah

7 Adiwarman Azwar Karim, Op.Cit.,hlm 57-58 8 Adiwarman Azwar Karim, Op.Cit.,hlm 58

(5)

provinsi : Makkah, Madinah, Syiria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Ia juga membentuk jawatan kepolisian dan tenaga kerja.10

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, administrasi keuangan kaum muslim didelegasikan kepada orang-orang Persia. Pada saat itu Umar mempekerjakan ahli pembukuan dan akuntan orang Persia dalam jumlah besar untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran uang di baitul maal (keuangan negara). Mereka juga menggunakan satuan dirham untuk membantu meningkatkan sirkulasi uang.11

1. Pendirian lembaga Baitul Mal

Cikal bakalnya lembaga Baitul Mal yang dicetuskan dan difungsikan oleh Rasulullah SAW. Dan diteruskan oleh Abu Bakar As-siddiq, semakin dikembangkan fungsinya pada masa pemerintahan khalifah Umar Bin Khatab sehingga menjadi lembaga yang regular dan permanen. Pembangunan institusi Baitul Mal yang dilengkapi dengan sistem administrasi yang tertata dengan baik dan rapih merupakan kontribusi terbesar yang diberikan oleh Khalifah Umar Bin Khatab kepada dunia islam dan kaum muslimin.

Secara tidak langsung, Baitul Mal berfungsi sebagai pelaksana kebijakan fiskal Negara islam dan khalifah merupakan pihak yang berkuasa penuh terhadap harta baitul mal. Namun dengan demikian, khalifah tidak diperbolehkan menggunakan harta baitul Mal untuk kepentingan pribadi. Dalam hal ini, tunjangan Umar sebagai khalifah untuk setiap tahunnya adalah tetap, yakni sebesar 5000 dirham, dua stel pakaian yang masing masing untuk musing panas dan musim dingin serta seekor binatang tunggangan untuk menunaikan ibadah haji.

Dalam hal pendistribusian harta Baitul Mal, sekalipun berada dalam kendali dan tanggung jawabnya, para pejabat Baitul Mal tidak mempunyai wewenang dalam membuat suatu keputusan terhadap harta Baitul Mal yang berupa Zakat dan Ushr.

Kekayaan Negara tersebut ditujukan untuk berbagai golongan tertentu dalam

(6)

masyarakat dan harus dibelanjakan sesuai dengan prinsip-prinsip Al-qur’an. Khalifah Umar juga membuat ketentuan bahwa pihak eksekutif tidak boleh turut ikut campur dalam mengelola harta baitul mal. Ditingkat provinsi, pejabat yang bertanggung jawab terhadap harta umat bergantung pada gubernur dan mereka mempunyai otoritas penuh dalam melaksanakan tugasnya serta bertanggung jawab langsung kepada pemerintahan pusat.12

2. Ushr

Sebelum datangnya islam, setiap suku atau kelompok yang tinggal di pedesaan biasa membayar pajak (Ushr) jual beli (maqs). Besarnya adalah sepuluh persen dari nilai barang atau satu dirham untuk setiap transaksi. Akan tetapi, setelah islam hadir dan menjadi sebuah Negara yang berdaulat dari semenanjung Arab, nabi mengambil keputusan untuk mendorong usaha perdagangan dengan menghapus bea masuk antar provinsi yang masuk dalam wilayah kekuasaan dan masuk dalam perjanjian yang ditandangani olehnya bersama dengan suku-suku yang tunduk pada kekuasaannya. Secara jelas dikatakan bahwa pembebanan sepersepuluh hasil pertanian kepada pedagang Manjib (Hierapolis) diriwayatkan sebagai hal yang pertama di masa Umar. Orang orang Manjib adalah orang orang harbi yag meminta izin kepada khalifah memasuki Negara muslim untuk melakukan perdagangan dengan membayar sepersepuluh dari nilai barang. Menurut Ziyad ibn Hudair, seorang

Asyir atau pengumpul Ushr di jembatan Efrat mengatakan kita biasanya mengumpulkan Ushr dari para pedagang Roma saja. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa kafir harbi yang tinggal di Negara muslim selama periode 6 bulan atau kurang dikenai sepuluh persen dan, bila memperpanjang masa tinggal hingga satu tahun, mereka dikenakan pajak sebesar 5%.13

(7)

Ushr dibebankan kepada suatu barang hanya sekali dalam setahun. Seolang Taghlibi dating ke wilayah islam untuk menjual kudanya. Setelah dilakukan penaksiran oleh Zaid, seorang Asyir, kuda tersebut bernilai 20.000 dirham. Oleh karena itu, Zaid memintanya untuk membayar 1000 dirham (5%) sebagia ushr. Pos pengumpulan ushr terletak di berbagai tempat yang berbeda-beda, termasuk di ibu kota. Pengumpulan ushr juga dilakukan di pasar-pasar Madinah, orang-orang Nabatean yang berdagang di Madinah juga dikenalkan pajak pada tingkat yang umum, tetapi setelah beberapa waktu Umar menurunkan persentasenya menjadi 5% untuk minyak dan gandum untuk mendorong import barag-barang tersebut di kota.14

3. Sedekah dari non-muslim

Bani Taghlib merupakan suku Arab Kristen yang gigih dalam pertempuran . Umar mengenakan Jizyah kepada mereka, tetapi mereka terlalu gengsi sehingga menolak membayar Jizyah dan malah membayar sedekah. Nu’man ibn Zuhra memberikan alasan untuk kasus mereka dengan mengatakan bahwa pada dasarnya tidak bijaksana memperlakukan mereka menjadi asset Negara. Umar pun memanggil mereka dan menggandakan sedekah yang harus di bayar dengan syarat mereka setuju untuk tidak membaptis seorang anak atau memaksanya utuk menerima kepercayaan mereka. Mereka setuju dan menerima untuk membayar sedekah ganda.15

Menurut Ali, dengan mengkristenkan anak-anak mereka, Bani Taghlib telah melanggar persetujuan dan tidak lagi dapat dipercaya. Walaupun demikian, kaum muslimin sepakat bahwa yang didapat dari Bani Taghlib tidak untuk dibelanjakan seperti kharaj karena sedekah tersebut merupakan pengganti pajak.16

4. Mata Uang

(8)

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, administrasi keuangan kaum muslim didelegasikan kepada orang-orang Persia. Pada saat itu Umar mempekerjakan ahli pembukuan dan akuntan orang Persia dalam jumlah besar untuk mengatur pemasukan dan pengeluaran uang di baitul maal (keuangan negara). Mereka juga menggunakan satuan dirham untuk membantu meningkatkan sirkulasi uang.

Pada masa kekhilafahan Umar juga diterbitkan surat pembayaran cek yang penggunaannya diterima oleh masyarakat. Menurut Al-Yaqubi, Umar mengintruksikan untuk mengimpor sejumlah barang dagangan dari Mesir ke Madinah. Karena barang yang diimpor jumlahnya cukup besar, pendistribusiannya menjadi terhambat.

Oleh karena itu, Khalifah Umar menerbitkan sejumlah cek kepada orang-orang yang berhak dan rumah tangga sehingga secara bertahap setiap orang-orang dapat pergi ke bendahara kaum muslimin dan mengumpulkan hartanya. Penggunaan sejumlah cek oleh Khalifa Umar yang diterima oleh publik menunjukkan penggunaanya sebagai alat pembayaran di periode awal Islam (Sadr, 1989).

Bobot dinar adalah sama dengan satu mitsqal atau sama dengan dua puluh qirat atau seratus grains of barley . Oleh karena itu, rasio antara satu dirham dan satu mitsqal adalah tujuan pesepuluh.17

Dalam sistem pemerintahannya tersebut khalifah Umar Bin Khatab menetapkan perbaikan ekonomi di bidang pertanian dan perdagangan sebagai prioritas utama. Untuk mencapai tujuan tersebut, di Mesir, Syiria, Irak, dan Persia Selatan telah dilakukan pengukuran ladang demi ladang dan penilaian dilakukan secara seragam. Seperti halnya Rasulullah SAW, Khalifah Umar menetapkan bahwa Negara bertanggung jawab membayarkan atau melunasi utang orang-orang yang menderita pailit atau jatuh miskin, membayar tebusan para tahanan muslim, membayar diyat orang-orang tertentu, serta membayar biaya perjalanan delegasi dan tukar menukar hadiah dengan Negara lain.

(9)

C. Kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Utsman ibn Affan

Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdusy syam bin Abdu manaf bin Qushai bi Kilab bin Murrah bin Kaab bin luwa’I bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An-nadhr bin Kinanan bin Khudzaimah binMudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nidzar bin Ma’addu bin Adnan18 terpilih sebagai Khalifah selanjutnya setelah Umar Bin Khatab wafat.

Pada masa pemerintahannya yang berlangsung selama 12 tahun, Khalifah Utsman ibn Affan berhasil melakukan ekspansi ke wilayah Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa di Persia, Transoxania, dan Tabaristan.19

Pada enam tahun pertama masa pemerintahannya, khalifah Utsman ibn Affan melakukan penataan baru dengan mengikuti kebijakan Umar ibn Khatab. Dalam rangka pengembangan sumber daya alam, ia melakukan pembuatan saluran air, jalan-jalan, dan pembentukan organisasi kepolisian secara permanen untuk mengamankan jalur perdagangan.

Khalifah Utsman ibn Affan tetap mempertahankan sistem pemberian bantuan dan santunan serta memberikan sejumlah besar uang kepada masyarakat yang berbeda-beda. Meskipun prinsip persamaan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, ia memberikan bantuan yang berbeda pada tingkat yang lebih tinggi.

Dalam hal zakat, Khalifah Utsman bin Affan mendelegasikan kewenangan menaksir harta yang dizakatkan kepada para pemiliknya masing-masing. Hal ini dilakukan untuk mengamankan zakat dari gangguan dan masalah dalam pemeriksaan kekayaan yang tidak jelas oleh beberapa oknum pengumpul zakat. Selama menjadi Khalifah Utsman bin Affan menaikan dana pensiun sebesar 100 dirham, di samping

(10)

memberikan tradisi mendistribusikan makanan di masjid untuk para fakir miskin dan musafir.20

Khalifah Utsman bin Affan membuat beberapa perubahan administrasi tingkat atas dan pergantian beberapa gubernur. Sebagai hasilnya, jumlah pemasukan kharaj

dan jizyah yang berasal dari Mesir meningkat dua kali lipat, yakni dari 2 juta dinar menjadi 4 juta dinar setelah dilakukan pergantian gubernur dari Amr kepada Abdullah bin Saad. Namun hal ini mendapat kecaman dari Amr. Menurutnya pemasukan besar yang diperoleh gubernur Abdullah bin Saad tersebut merupakan hasil pemerasan terhadap rakyatnya.21

Sekalipun tidak ada kebijakan kontrol harga, seperti halnya khalifah sebelumnyayang tidak menyerahkan tingkat harga sepenuhnya kepada para pengusaha, tetapi berusaha untuk tetap memperoleh informasi yang akurat tentang kondisi harga di pasaran, bahkan terhadap harga dari suatu barang yang sulit dijangkau sekalipun, Khalifah Utsman bin Affan selalu mendiskusikan tingkat harga yang sedang berlaku di pasaran dengan seluruh kaum muslimin di setiap selesai melaksanakan shalat berjamaah.22

Memasuki enam tahun kedua masa pemerintahan Utsman bin Affan tidak terdapat perubahan situasi ekonomi yang cukup signifikan. Berbagai kebijakan ekonomi Utsman bin Affan yang banyak menguntungkan keluarganya telah menimbulkan benih kekecewaan yang mendalam pada sebagian besar kaum muslimin. Akibatnya, pada masa ini, pemerintahannya lebih banyak diwarnai kekacauan politik yang berakhirnya dengan terbunuhnya sang Khalifah.

D. Kebijakan fiskal dan moneter pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib

Setelah diangkat menjadi khalifah islam keempat oleh segenap kaum muslimin, Ali bin Abi Thalib langsung mengambil beberapa tindakan, seperti

20 Adiwarman Azwar Karim, Op.Cit.,hlm 80 21 Ibid, hlm 81

(11)

memberhentikan para pejabat yang korup, membuka kembali lahan perkebunan yang telah diberikan kepada orang-orang kesayangan Utsman, dan mendistribusikan pajak tahunan sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan oleh Umar ibn Khatab.23

Khalifah Ali bin Abi Thalib melaksanakan berbagai kebijakan yang dapat mendorong peningkatan kesejahteraan umat islam. Menurut sebuah riwayat, ia secara sukarela menarik diri dari daftar penerima dana pensiun Baitul Mal, bahkan menurut riwayat yang lain, Ali memberikan sumbangan sebesar 5000 dirham setiap tahun. Apapun faktanya, kehidupan Ali sangat sederhana dan ketat dalam membelanjakan keuangan Negara. Dalam sebuah riwayat, saudaranya yang bernama Aqil pernah mendatangi Khalifah Ali bin Abi Thalib untuk meminta bantuan keuangan dari dana Baitul Mal. Namun, Ali menolak permintaan tersebut. Dalam riwayat lain, Khalifah Ali pernah memenjarakan gubernur Ray yang dianggapnya telah melakukan tindak pidana korupsi.24

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, prinsip utama dari pemerataan distribusi uang rakyat telah dipekenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya diadopsi. Khalifah Ali memiliki konsep yang sangat jelas tentang pemerintahan, administrasi umum dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya. Konsep ini dijelaskan dalam suratnya yang terkenal yang ditujukan kepada Malik Ashter bin Harits. Surat yang panjang tersebut antara lain mendeskripsikan tugas, kewajiabn serta tanggung jawab para penguasa dalam mengatur berbagai prioritas pelaksanaan dispensasi keadilan serta pengawasan terhadap para pejabat tinggi dan satf-stafnya. Surat ini menjelaskna bagiaman berhubungan dengan rakyat sipil, lembaga peradilan dan angkatan perang. Ali menekankan Malik agar lebih memerhatikan kesejahteraan para prajurit dan keluarga mereka dan diharapkan berkomunikasi langsung denganmasyarakat melalui pertemuan terbuka, terutama dengan orang-orang miskin, orang-orang yang teraniaya, dan para penyandang cacat. Dalam surat tersebut, juga terdapat instruksi untuk melawan korupsi dan penindasan,

23 Badri yatim Op,.Cit hlm 39

(12)

mengontrol pasar, dan memberantas para tukang catut laba, penimbun barang, dan pasar gelap. Singkatnya, surat itu menggambarkan kebijakan Khalifah Ali bin Abi Thalib yang ternyata konsep-konsepnya tersebut dikutip secara luas dalam administrasi publik.25

(13)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwasannya Kebijakan fiskal dan moneter setelah wafatnya Rosulullah dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu oleh khalifah Abi Bakar As-siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib.

Setiap kekhalifahan mempunyai kebijakan tersendiri, seperti halnya Khalifah Abu Bakar, ia memerangi orang orang yang murtad, peperangan tersebut bernama perang Riddah, kemudian ia memerangi pula orang-orang yang tidak membayar zakat. Dalam penyaluran zakat ketika zaman khalifah Abu Bakar As-shiddiq tidak ada seorangpun yang tidak kebagian zakat karena ia menerapkan prinsip kesamarataan, bahkan pada akhir hayatnya khalifah Abu Bakar hanya menyisakan satu dirham.

Kemudian pada zaman Umar bin Khatab, pendirian Baitul Mal secara resmi dan permanen dilaksanakan pada zaman Khalifah Umar, pemerintahan khalifah Umar pun mengatur pajak bea yang di tetapkan pada pendatang atau kegiatan transaksi impor (Ushr), dan menetapkan sedekah bagi non muslim, akan tetapi non muslim enggan untuk membayarnya karena gengsi, dan akhirnya non muslim hanya membayar sedekah dengan syarat anak yang baru lahir di berikan kebebasan untuk memeluk keyakinan.

(14)

Dan yang terakhir adalah pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan tidak jauh berbeda dengan kebijakan sahabat-sahabat yang lainnya. Namun di zaman khalifah Ali, ia membuat surat yang monumental yang berisikan adiministrasi public yang di amanahkan kepada Malik Asther bin Harits.

B. Penutup

Demikian pembahasan kebijakan-kebijakan fiskal dan moneter pada masa khulafaurrasyidin, mudah mudahan bermanfaat, dan mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan pada teknik penulisan ataupun isi materinya. Penulis berharap mendapatkan kritikan dan saran pembangun untuk menulis makalah yang lebih baik di kemudian hari.

(15)

Adiwarman Azwar Karim, 2010, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : Rajawalipers

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah yang penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga penulis telah dapat menyelesaikan penelitian ilmiah dan menyusun tesis

Model pembelajaran yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan merupakan langkah yang akan diterapkan dalam penelitian Pengembangan Media Video Pembelajaran Materi Gambar

The lesson planned was for pupils to investigate key words in the text related to the theme of friendship as content and schema knowledge and to words that relate to aspects

Percakapan singkat di atas menunjukkan bahwa, senyapan terisi pada ujaran di atas disebabkan oleh kegelisahan yang dialami mahasiswa VB saat akan menjawab pertanyaan dari penguji

〔下級審民訴事例研究 二〇〕保険代理店が遅滞分保険料の支払に対

Jelaskan : Pasien mengatakan sering mendengar suara yang bunyinya memerintah yaitu kalau kamu pergi ke sekolah angkat bukumu dan pulang, waktu terjadinya halusinasi

Pemberian ramuan hipertensi pada semua dosis selama 45 hari dan 90 hari, tidak menyebabkan kelaian fungsi darah, hati dan ginjal, keadaan tersebut sesuai dengan

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pedoman Retensi Arsip Sektor Perekonomian Urusan Perhubungan,