• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Perkembangan Filsafat Sains Kont

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Perkembangan Filsafat Sains Kont"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seperti dengan sejarah kemajuan dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap perkembangan itu kita menyebut dalam konteks ini sebagai periodesasi sejarah perkembangan ilmu: sejak zaman klasik, zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontenporer.

Kemajuan ilmu dan teknologi dari masa ke masa adalah ibarat mata rantai yang tidak putus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan pada suatu masa menjadi unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Demikian semuanya saling terkait. Oleh karena itu, melihat sejarah perkembangan ilmu zaman kontenporer, tidak lain adalah mengamati pemanfaatan dan pengembangan lebih lanjut dari rentetan sejarah ilmu sebelumnya. Kondisi itulah yang kemudian yang mengalami perpecahan atau bahkan radikalisasi yang tidak jarang berada di luar dugaan manusia itu sendiri.

(2)

merupakan sebuah ruang istimewa mungkin untuk mengatasi beberapa perdebatan besar dan masalah kontemporer melalui pikiran filsuf yang paling berpengaruh pada zaman sekarang

Dalam hubungannya dengan ilmu, kedua kata ini saling terkait baik secara substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat. Filsafat telah berhasil mengubah pola pemikiran bangsa Yunani dan bangsa lain pada zamannya dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus ditakuti sekaligus dihormati kemudian disembah. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio, ( Bakhtiar Amsal,2013: 11).

B. Rumusan Masalah 1. Apakah itu filsafat ?

2. Apakah hubungan antara ilmu dan filsafat ?

3. Bagaimanakah perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah ? 4. Bagaimana filsafat kontemporer di barat dan islam ? 5. Pilar-pilar filsafat kontemporer?

6. Aliran-aliran filsafat kontemporer ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat.

2. Untuk mengetahui hubungan antara ilmu dan filsafat.

3. Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah. 4. Untuk mengetahui filsafat kontemporer di barat dan islam. 5. Untuk mengetahui Pilar-pilar filsafat kontemporer.

(3)

BAB II ISI A. Pengertian Filsafat

Filsafat, secara etimologi merupakan kata serapan dari Yunani, Philoshopia, yang berarti ‘Philo’ adalah Cinta, sedangkan ‘shopia’ berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi dapat kita tarik konklusi, cinta pada kebijaksanaan ilmu pengetahuan itulah filsafat. Namun, ketika kita tilik dari segi praktisnya, berarti alam pikiran atau alam berfikir, berfilsafat artinya berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh.

Sedang kata “kontemporer” sendiri mempunyai korelasi sangat erat dengan “modern”. Dua kata yang tidak mempunyai penggalan masa secara pasti. “komtemporer” adalah semasa, pada masa yang sama dan kekinian . Semenatara “modern” adalah kini yang sudah lewat, tapi bersifat relevansif hingga sekarang. Karena tidak ada kepermanenan dalam era kontemperer, modern yang telah lewat dari kekinian tidak bisa disebut kontemporer.

Filsafat Kontemporer juga bisa diartikan dengan cara seperti itu, yaitu cara pandang dan berpikir mendalam menyangkut kehidupan pada masa saat ini., Filsafat kontemporer ini sering dikaitkan dengan posmodernisme, dikarenakan posmodernisme yang berarti “setelah modern” merupakan akibat logis dari zaman kontemporer. Posmodernisme menyaratkan kebebasan, dan tidak selalu harus simetris. Contohnya seni bangunan posmodern tidak terlalu mementingkan aspek keseimbangan dalam bentuk bangunan, melainkan sesuka hati yang membangun atau yang sesuai request. Kembali lagi kepada pemikiran kontemporer yang beranjak dari seni bangunan tadi, sama halnya dengan itu, pemikiran filsafat kontemporer ini bebas. Kebebasan dalam memakai teori, menanggapi, dan mengkritik selama kebebasan tersebut merupakan suatu hal original.

(4)

B. Hubungan antara ilmu dan filsafat 1. Sekilas Tentang Filsafat

Berdasarkan berbagai pengertian sebagai hasil pendefinisian yang diupayakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa pengertian filsafat mengandung unsur-unsur 1) mempelajari hakikat ketuhanan, alam semesta dan manusia sebagai objeknya; 2) mengkaji hakikat objeknya dengan kebenaran sesungguhnya; dan 3) hakikat objek didekati sejauh dapat dicapai oleh akal manusia. Dengan demikin, maka filsafat adalah pengetahuan tentang metafisika, logika, fisika, estetika, etika, retorika, politik, ekonomi, sosial, budaya, antropologi, dan agama.( Arifin Banasura, 2013: 70).

Filsafat sebagai suatu proses dapat melalui empat tahap berpikir. Keempat tahap itu adalah: Logis, yaitu berpikir dengan menggunakan logika. Dalam tahapan ini sedikitnya tiga jenjang yang harus dilalui, yakni (a) pamahaman, (b) kaputusan, dan (c) argumentasi. Sistematis, yaitu berpikir secara sistematik sehingga ditemukan adanya koherensi di antara satu pernyataan dengan pernyataan lainnya. Radikal, yaitu berpikir sampai ke akar masalah, jika filsafat dimulai dari pertanyaan apa, maka jawabannya diupayakan terus sampai pada batas akhir jawaban di mana tidak ditemukan lagi pertanyaan. Universal, yaitu berpikir secara umum bukan khusus. Hal inilah yang membedakan jangkauan antara ilmu dan filsafat. Ilmu berbicara hal-hal yang khusus, sedangkan filsafat berbicara umum. Kemudian berkembang suatu teori bahwa filsafat adalah generalisasi sedangkan ilmu spesialisasi, ( Arifin Banasura, 2013: 70-71).

Selain dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas segala sesuatu yang dipertanyakan manusia, filsafat juga dapat dimanfaatkan untuk maksud seperti di bawah ini.:

(5)

manusia akan bertindak benar dan bijaksana, sesuai maksud philosophia, cinta kebenaran/ kebijaksanaan.

b. Untuk memperoleh kebijaksanaan, karena filsafat di samping mampu memberikan pengertian, ia juga mampu memberikan gambaran dari suatu pengertian di balik pengertian. Artinya filsafat tidak hanya puas dengan suatu konsep sebelum menemukan konsep lain di balik konsep tersebut dalam merumuskan suatu kebenaran. Hal ini sesuai dengan karakter filsafat, yaitu meragukan setiap konsep sebelum menemukan argumen yang cukup untuk kebenaran argumen tersebut.

c. Filsafat dapat memberikan kepuasan bagi seorang filosof karena kemampuannya dalam menggambarkan problem kehidupan yang sedang dan akan dihadapi.

d. Filsafat dapat dijadikan dasar pijakan untuk mengubah dunia. Jadi, filsafat tidak hanya menjelaskan dunia, tetapi juga mengubahnya. e. Bagi kalangan agamawan, filsafat dapat dijadikan pendukung atau

penguat terhadap keyakinan agama. Misalnya saja konsep ketuhanan yang biasanya hanya diterima secara absolut dengan argumentasi naqli, maka filsafat akan memberikan rumusan-rumusan yang rasional sehingga dapat diterima secara rasio pula. ( Arifin Banasura, 2013: 72-73).

2. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

(6)

menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada, (Riza Muntansyir, 2004).

Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan fisafat mencakup yang empiris dan non-empiris. Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis. Setelah berjalan beberapa lama kajian yang terkait dengan hal yang empiris semakin bercabang dan berkembang, sehingga menimbulkan spesialisasi dan menampakkan kegunaan yang praktis. Inilah proses terbentuknya ilmu secara berkesinambungan. Setelah itu, ilmu berkembang sesuai dengan spesialisasi masing-masing.( Suriasumantri Jujun S, 1984: 24).

3. Contoh perkembangan ilmu kontemporer Teknologi Rekayasa Genetika

Salah satu bentuk perkembangan ilmu zaman kontemporer yang sangat masyhur adalah dibidang rekayasa genetika berupa teknologi kloning. Tekrnologi ini pertama sekali dilakukan oleh Dr. Gurdon dari Medical Research Council Laboratory of Molecular Biology, Universitas Cambridge, Inggris, tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong yang identik (kecebong kloning).

(7)

domba B). Sebelum injeksi dilakukan, sel telur tersebut sudah diambil terlebih dahulu inti selnya (dikosongkan). Dengan suatu loncatan listrik, inti sel domba A akan berkembang dan mebelah. Dan pada akhirnya akan tumbuh menjadi individu baru.

Masih pada tahun 1997, lahir lembu kloning pertama yang diberi nama Gene. Teknik yang digunakan sedikit berbeda dengan pembuatan “Dolly”. Pembuatan Gene diawali dengan koleksi sel-sel janin yang sangat mudah dari anak lembu. Sel-sel tersebut kemudian ditumbuhkan sedemikian rupa sampai siap dimasukan kedalam sel telur lembu betina.

Setahun kemudian para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Truhiko Wakayama berhasil melakukan poling terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Teknik yang digunakan kali ini juga berbeda dengan sebelumnya. Mereka menggunakan teknik micro injection dengan tingkat keberhasilan tiga persen. Peluang keberhasilan teknik kloning ini lebih besar dari teknik SCNT yang tidak sampai satu persen.

Ditahun 2000, Prof. Gerald Schatten dari Oregon Health Sciences University, amerika, berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Teknik yang digunakan adalah pembagian embrio atau Embryo Splitting Tecnique (EST). Pada dasarnya EST adalah penyempurnaan dari teknik yang dipergunakan oleh Dr. Jerry Hall pada tahun 1993. Pada teknik ini, telur dari betina dan sperma dari jantan dipakai untuk membentuk telur yang terbuahi (fertilized egg). Setelah embrio tumbuh menjadi ddelapan sel, para peneliti membaginya menjadi empat embrio yang identik, masing-masing terdiri dari dua sel. Langkah selanjutnya, ke empat embrio tersebut di implikasikan kedalam sorrrogete mother. Lalu, lahirlah kemudian kera kloning. Individu yang dihasilkan dari teknik ini 100 persen identik dengan sel sumbernya. Karena itulah para ahli menyebut teknik ini dengan artificial twinning atau kembar buatan.

(8)

pada manusia. Dari ide inilah, wacana kloning menjadi sesuatu yang semakin kontroversial, (Wawan Setiawan, 2014).

C. Perkembangan filsafat ilmu dalam sejarah

Perkembangan filsafat ilmu sejalan dengan perkembangan filsafat. Belajar perkembangan ilmu dimaksudkan untuk mengetahui sejarah perkembangan pemikiran mansia. Dengan mengetahui perkembangan pamikiran manusia, banyak manfaat yang dapat diperoleh. Tingkat peradaban manusiapun dapat diketahui melalui sejarah perkembangan ilmu. Perkembangan ilmu meliputi zaman Yunani kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaissance dan modern, dan zaman kontemporer,(Arifin Banasura, 2013: 87).

1. Filsafat ilmu pada zaman Yunani kuno (abad ke-7 SM)

Seperti telah disebut di atas, berdasarkan catatan sejarah bahwa zaman Yunani kuno merupakan titik awal berpindahnya paradigma pemikiran dari mitosentris ke logosentris. Pada masa ini bangsa Yunani tidak lagi mempercayai mitos-mitos dan mulai senang menyelidiki sesuatu dengan kritis. Sikap kritis ini melahirkan beberapa filosof yang berjaya dan dikenal pada zamannya dan sesudahnya seperti Thales, Anaximander, Heraclitos dan lain-lain. Oleh beberapa filosof pada zaman ini filsafat diartikan sebagai bertanya secara rasional dan mencari jawaban atas prinsip-prinsip pertama atau arkhe dari realitas. Dalam hal ini, Thales beranggapan bahwa arkhe itu adalah air, Anaximandros mengemukakan bahwa arkhe itu adalah tidak terbatas (to apeiron), sedangkan Heraclitos melihat bahwa arkhe adalah api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir,(Aholiab Watloly, 2001: 58-59).

(9)

melalui metode dialektika. Metode ini menurutnya dapat menuntun orang untuk mempersoalkan kenyataan yang ada secara terus menerus sampai akhirnya menemukan kepastian yang kokoh.

Berbeda dengan gurunya, Plato berkesimpulan bahwa sumber dari segala pengetahuan adalah ide absolut. Dalam hal ini, Plato lebih menaruh perhatian pada kualitas yang abstrak. Selain Plato, adapula Aristoteles (384-322 SM) yang namanya tidak asing lagi di telinga para kademisi. Sebagai seorang realis ia mendasarkan pemikirannya pada pengalaman. Menurut Aristoteles, berdasarkan pengalaman berulah selanjutnya subjek memberikan uraian mendasar mengenai data-data pengetahuan itu. Ia memandang pengetahuan sebagai hubungan timbal balik antara subjek dan objek dengan berbagai implikasinya, ( Ali Maksun, 2008).

2. Filsafat ilmu pada zaman abad pertengahan

Perkembangan filsafat ilmu pada abad pertengahan ditandai dengan kehadiran para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini adalah ‘abadi agama’. Ajaran kristen merupakan problema kefilsafatan, karena mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati, sedangkan kegitan keilmuan praktis diarahkan untuk mendukung kebenaran teologi.

Menurut Aholiab, zaman ini mengalami dua periode, yakni 1) periode patristik, sebuah istilah yang diambil dari kata pater yang bermakna bapa perintis gereja. Periode patristik ini terdiri pula atas dua tahap, yakni permulaan agama Kristen dan Filsafat Agustinus yang melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. 2) periode skolastik. Periode ini berlangsung dari tahun 800-1500 M. periode ini dibagi dalam tiga tahap, yakni (a) periode skolastik awal ditandai dengan lahirnya metode-metode hasil dari hubungan yang rapat antara agama dan filsafat; (b) periode puncak perkembangan skolastik ditandai dengan keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles .

(10)

Renissance berarti kebangkitan kembali, yakni kembali ke pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance merupakan zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran yang bebas,(Arifin Banasura, 2013: 91).

Ilmu pengetahuan yang berkembang pesat pada zaman renaissance adalah astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti 1) Roger Bacon, yang berpendapat bahwa pengalaman atau empiris menjadi landasan utama bagi awal dan ujian akhir untuk semua ilmu pengetahuan. Matematika merupakan syarat mutlak untuk mengelola semua pengetahuan. 2) Copernicus, yang berpendapat bahwa bumi dan planet semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat. 3) Galileo Galilei, yang telah membuat teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati beberapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri, melainkan hanya memantulkan cahaya dari matahari.

Adapun untuk zaman modern ditandai dengan penemuan berbagai bidang ilmu. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern dirintis oleh Rene Descartes dan terkenal sebagai bapak filsafat modern. Ia seorang ahli ilmu pasti, penemuannya dalam ilmu ini adalah sistem koordinat yang terdiri atas dua garis lurus X dan Y dalam bidang datar. Selain Descartes ada Isaac Newton (1642-1727) yang terkenal dengan teori grafitasinya. Walaupun penemuannya terdiri atas tiga buah, yakni teori grafitasi, perhitungan calculus, dan optika, Newton pun memaksakan pandangannya ke dalam bidang kehidupan kultural yang luas dan sampai pada bidang psikologi. Ada pula charles darwin dengan teorinya ‘perjuangan untuk hidup’. Darwin dikenal sebagai penganut evolusi yang fanatik. Ia mengatakan bahwa perkembangan yang terjadi pada makhluk di bumi terjadi karena seleksi alam,( Surajiyo, 2008: 87-89).

4. Filsafat ilmu pada zaman kontemporer

(11)

informatika termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, internet dan sebagainya. Akibatnya, terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam. Salah satu tokoh terkenal pada zaman ini adalah Albert Einstein. Ia menyatakan bahwa alam itu tidak terhingga besarnya dan tidak terbatas, tetapi juga tidak berubah totalitasnya atau bersifat dari waktu ke waktu. Einstein percaya akan kekekalan materi. Ini berarti bahwa alam semesta ini bersifat kekal, dengan kata lain tidak mengakui adanya penciptaan alam.

Di samping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan dengan lainnya, sehingga dihasilkannya bidang ilmu baru seperti bioteknologi yang dikenal dengan teknologi kloning. Demikian pula dengan sintesis antara psikologi dengan dengan linguistik yang menghasilkan psikolinguistik dan juga neurolinguistik. Sintesis antara ilmu komputer dengan linguistik menghasilkan ilmu komputasional. (Arifin Banasura, 2013: 94-95).

D. Filsafat kontemporer barat dan islam

1. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Barat.

Pada era “modern”—dilewati bangsa Barat pasca Immanuel Kant, dua setengah abad yang lalu—bangsa Barat hidup dengan konsep sistem nilai baru, struktur sosial-budaya pun sama, dengan sebelumnya pra-syarat Rasional, juga dengan ciri-cirinya yang orisinil. Sejauh yang terkait pemikiran filsafat barat kontemporer secara periodik, ada beberapa aliran pemikiran yang dominan yang semarak.

(12)

Tipologi ini diwakili oleh Gaston Bachelard, seorang ahli epistemologi, ahli filsafat ilmu dan teoritisasi tentang imajinasi. Dia adalah tokoh kunci dari generasi strukturalis dan post-srukturalis di era sesudah perang. George Canguilhem, pelopor sebuah filsafat pengetahuan, rasionalitas dan tentang konsep-filsafat dengan landasan yang lebih kental.

Selanjutnya, bapak psikoanalis, Sigmund Freud (1856-1939 M.) merupakan sosok yang amat kontroversial dengan hipotesanya yang amat mengerikan. Khususnya bagi kaum teolog- yang melihat frued hanya sebagai ateis, materialis. Selain para pemikir di atas, masih dapat kita jumpai para pemikir semisal al-Thuser (1918-1990 M.), Pierre Bourdieu (1930-1982 M.), Jacques Lacan (1901 M.).

Tipologi kedua, Post-Strukturalisme. Pada fase ini, pemikiran diwarnai dengan varietas pemahaman dalam berbagai segi, sekaligus meninjau tulisan sebagai sumber subjektivitas dan kultur yang bersifat paradoks, yang sebelumnya merupakan hal yang bersifat sekunder. Ketidakpuasan akan pra-anggapan tertentu tentang subjektifitas dan bahasa (misalnya, pengutamaan wicara dibanding dengan tulisan) menuntut akan munculnya pemikiran ini, Tipologi ini diwakili oleh Nietzche (1844-1900 M.), prinsip yang diusulkan sebagai suatu kebenaran koheren dan mendasar, beraneka ragam fakta serta penampilannya adalah bersifat idealis. Selanjutnya adalah Michel Foucault (1926-1984 M.), seorang sejarawan, psikolog dan sexolog yang paling cemerlang pada masanya.

Tipologi ketiga, post-marxisme. Tipologi ini merupakan elaborasi lebih lanjut dari marxisme dengan karakter dan corak pemikiran yang sangat berbeda. Mereka menggunakan Marx untuk untuk mengembangkan sebuah strategi kritik yang sebenarnya di tujukan kepada ‘kapitalisme modern’. Para filsuf yang mempunyai kecenderungan berfikir post-Marxisme adalah para pemikir seperti Hannah Arendt, Jurgen Habermas dan Theodor Adorno.

2. Aliran Pemikiran Filsafat Kontemporer Islam.

(13)

bernafas panjang. Di dunia Islam timur, filsafat lenyap atas jasa Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali, dengan kitabnya Tahafut al-falasifah. Sedang di dunia Islam barat, matinya filsafat setelah wafatnya Ibnu Rusyd (1198 M.) berakhir pula pengaruh filssafat paripatetik. Setelah ini, filsafat secara geografis berpindah ke Negri para Mullah, Iran, sebagai akibat dari pengaruh metafisika Yunani dan Hindu. Maka kita bisa mengenal Ibn Arabim, al-Hallaj, dan Suhrawardi al-Maqtul sebagai pendekar filsafat gnostik Persia ternama. Kemudian Islam mengalami masa skolastik (kegelapan) yang berlangsung kurang lebih dua abad.

Islam terbangun dengan infasi Napoleon Bonaparte di Mesir tahun 1798 M, dengan disusul berdirinya negri-negri independen yang mengatasnamakan Nasionalisme. Sementara dinasti Ottoman sebagai representasi kekuatan Islam kala itu, telah dilumpuhkan dan digerogoti luar-dalam. Datangnya Napoleon merupakan titik tolak pembaharuan pemikiran Arab-Islam.

Kemudian muncullah para pemikir rekonstruktif lain semisal Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh. Mereka sepakat guna memerangi keterbelakangan dan kolonialisme yang didasari dengan penafsiran-penafsiran rasionalis terhadap ayat-ayat Tuhan.

Gerak radikal pemikiran barat yang menyematkan Immanuel kant sebagai puncak modernisasi filsafat menorehkan berbagai macam pertimbangan humanis-rasionalis yang semena-mena tidak boleh dialienasikan, apalagi dinilai sebagai wujud kolonialisme modern atas dunia Islam. Feminisme, rasionalisme dan modernisme adalah fakta perjuangan cendekiawan muslim yang berupaya mengeluarkan khazanah pemikiran Islam dari stagnansi masa skolastik dimana agama, lapukan sejarah dan literatur keilmuan telah menjadi Tuhan.

(14)

E. Pilar-pilar filsafat kontemporer

Filsafat telah melahirkan apresiasi dan respon yang besar dalam sejarah pemikiran dan memunculkan pilar – pilar Filsafat Kontemporer.

Pilar yang pertama adalah etika, di mana merupakan hasil dari refleksi moralitas yang kemudian melahirkan aliran-aliran filsafat yang dikembangkan oleh para filosof. Dalam memahami etika sebagai suatu ajaran tentang seni hidup, atau menempatkan sebagai kebahagiaan ke pusat etika (Aristoteles), dan kemudian pemikiran ini direligiuskan oleh Thomas Aquinas. Dan Imanuel Kant menjadikan etika yang semula seni kehidupan menjadi etika kewajiban, dan ini melahirkan konsep sentral etika modern, yaitu konsep otonomi moral. Pemikiran ini lebih lanjut, kemudian dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel dan dipadukan dengan teori dialektikanya.

Pilar yang kedua adalah fenomenologi, dengan tokoh sentralnya Edmund Hussel (1859-1938) fenomenologi merupakan salah satu dari arus pemikiran yang paling berpengaruh pada Abad ke-20. Secara umum fenomenologi lahir dari persoalan fenomena yang dibawa ke ruang publik --pertama kali-- oleh Hegel dengan ruh absolutnya. Husserl lalu mendefinisikan fenomenologi sebagai ilmu tentang penampakan (fenomena), dan bagi Husserl berbicara tentang esensi di luar eksistensi adalah kerja sia-sia, dan hal inilah yang membedakan fenomenologi Husserl dengan fenomenologinya Hegel dan Kant. Para filosof yang terpengaruh oleh fenomenologi adalah Derrida, Kierkegard, Cascirer.

(15)

mengatakan bahwa esensi mendahului eksistensi, (Adian Donny Gahral, 2002).

Pilar yang ke empat adalah filsafat budaya. Jika dilihat dari sudut pandang filosofis akan melahirkan dimensi subyektif dan obyektif. Di mana dimensi subyektif adalah daya yang menjadikan produk (alam) menjadi produk yang lebih baik, sedangkan dimensi obyektif adalah hasil dari kegiatan daya tadi. (Anonim, 2015).

F. Aliran-aliran filsafat kontemporer 1. Eksistensialisme

Eksistensi berasal dari kata ex yang berarti keluar dan sister berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Filsafat eksistensialisme tidak sama dengan eksistensi tetapi ada kesepakatan diantara keduanya yaitu sama-sama menempatkan cara wujud manusia sebagai tema pokok. 2. Fenomonologi

Fenomen atau fenomenon memiliki berbagai arti, yaitu: gejala semu atau lawan bendanya sendiri (penampakan). Menurut para pengikut fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan indera, sebab fenomen dapat juga di lihat secara rohani, tanpa melewati indera. Untuk sementara dapat dikatakan, bahwa menurut para pengikut filsafat fenomenologi, fenomen adalah “apa yang menampakkan diri dalam dirinya sendiri”, apa yang menampakkan diri seperti apa adanya, apa yang jelas di hadapan kita.

3. Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari kata pragma yang artinya guna. Pragma berasal dari bahasa Yunani. Maka Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar adalah apa saja yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan akibat-akibat yang bermanfaat secara praktis. Misalnya, berbagai pengalaman pribadi tentang kebenaran mistik, asalkan dapat membawa kepraktisan dan bermanfaat.

(16)
(17)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai main point dari makalah ini, yakni sebagai berikut :

1. Cakupan objek filsafat lebih luas dibandingkan dengan ilmu, karena ilmu hanya terbatas pada persoalan yang empiris saja, sedangkan fisafat mencakup yang empiris dan non-empiris. Objek ilmu terkait dengan filsafat pada objek empiris. Di samping itu, secara historis ilmu berasal dari kajian filsafat karena awalnya filsafatlah yang melakukan pembahasan tentang segala yang ada ini secara sistematis, rasional, dan logis.

2. Sejarah perkembangan filsafat ilmu sejalan dengan perkembangan filsafat. Dengan mengetahui perkembangan pamikiran manusia, banyak manfaat yang dapat diperoleh, seperti tingkat peradaban manusia dan lainnya. Perkembangan filsafat ilmu meliputi zaman Yunani kuno, zaman abad pertengahan, zaman renaissance dan modern, serta zaman kontemporer.

3. Filsafat Kotemporer merupakan filsafat yang terjadi pada masa kekinian atau sedang terjadi pada saat ini yang tidak terikat dengan aturan aturan jaman dulu dan berkembang sesuai dengan jaman sekarang. Sehingga kontemporer tidaklah sama dengan modern, karena modern adalah masa kini yang sudah lewat.

(18)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh penulis adalah Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya dalam menangani masalah Pemungutan dan Penegakan hukum pajak bumi dan bangunan

Penggunaan mobil – health dapat meningkatkan kualitas pelayanan home hospital di berbagai kontinum perawatan, sehingga penggunaan mobile – health dalam pelayanan keperawatan

Berdasarkan data yang diperoleh dari evaluasi ahli pembelajaran, evaluasi ahli pendidikan jasmani, evaluasi ahli permainan lompat cermin, uji coba kelompok kecil,

19 Oleh karena itu yang dimaksud dengan optimalisasi pada penelitian ini adalah usaha-usaha praktis yang dilakukan sekolah dalam pembinaan kedisiplinan siswa pada

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan cara analisis finansial terhadap data yang berkaitan dengan biaya operasional, pendapatan dan tarif,

Menurut Wardoyo (2013), teknik menulis puisi deskriptif dapat melalui langkah-langkah berikut yaitu: (1) Siapkan kertas; (2) Ambillah suatu gambar atau kata

31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindan Pidana Korupsi dan Tindak Pidana PENCUCIAN UANG sebagai mana diatur dalam Dakwaan Kedua Primer Pasal 3 UU No.8 Tahun