• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Tuo Tengganai Sebagai Komunikator

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peran Tuo Tengganai Sebagai Komunikator"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Peran

Tuo

Tengganai

Sebagai Komunikator

Dalam Pembangunan:

Studi Kasus Di Desa

Senyerang

Eriansyah

Humas Setda Kabupaten Tanjung

Jabung Barat Jalan Jendral Sudirman

No. 182 Kuala Tungkal-Jambi

fatwasamudra131@gmail.com

Abstract

This study aims to examine how tuo tengganai role as communicators to help the government realize the development in the village. Said tuo tengganai usualy itself is a term used by the people of Jambi to mention people who respected opinion leaders. The concept used in this study is a concept developed by Black and Whitney of opinion leaders. This is a qualitative study using the case study method. According to researchers, this method is very relevant to describe the research findings concerning tengganai tuo role in communicating with citizens. The results showed that tuo tengganai Senyerang village was instrumental in moving the Senyerang Village community to come together in rural development. This is evidenced when solving problems plantations.

Keywords: tuo tengganai, communicators, development

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mencermati bagaimana peran tuo tengganai sebagai komunikator dalam membantu pemerintah mewujudkan pembangunan di desa. Kata tuo tengganai sendiri merupakan istilah yang lazim digunakan masyarakat Jambi untuk menyebutkan orang yang dihormati, pemuka pendapat. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep yang dikembangkan oleh Black dan Whitney tentang opinion leader. Penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Menurut peneliti, metode ini sangat relevan untuk menggambarkan hasil temuan penelitian yang menyangkut peran tuo tengganai dalam berkomunikasi dengan masyarakatnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tuo tengganai Desa Senyerang sangat berperan dalam mengerakkan masyarakat desa Senyerang untuk bersama-sama dalam pembangunan desa. Hal ini

dibuktikan ketika penyelesaian masalah lahan perkebunan.

Kata kunci: tuo tengganai, komunikator, pembangunan

1. Pendahuluan

Pada dasarnya, pembangunan masyarakat pedesaan merupakan tanggung jawab politis negara-negara berkembang dalam upaya memecahkan masalah sosial ekonomi negaranya termasuk Indonesia. Artinya pembangunan masyarakat desa dengan ciri-ciri masih lemah dalam berbagai aspek pembangunannya merupakan urusan pemerintah dan rakyatnya.

Pembangunan masyarakat desa mempunyai ruang lingkup dan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah terpencil. Makna suatu kesejahteraan yang akan ditingkatkan sifatnya relatif, artinya bahwa peningkatan kesejahteraan dalam suatu kurun waktu akan berbeda kualitas dan coraknya dibanding dengan peningkatan yang akan terjadi di kurun waktu tertentu. Yang terpenting dalam proses pembangunan masyarakat desa adalah keberhasilan yang dapat memberikan keadaan yang dinilai lebih baik.

Beberapa waktu yang lalu masyarakat berbagai media massa ramai memberitakan mengenai dana desa yang dialokasikan untuk pembangunan desa. Berbagai media massa baik cetak maupun elektronik, baik itu media nasional maupun media lokal berlomba-lomba menyampaikan informasi tentang dana desa beserta besarannya.

Namun yang menarik di sini bukanlah tentang besaran dana yang dianggarkan atau kontroversi menyangkut mekanisme penyalurannya yang memang secara teknis ada di pihak pemerintah, tetapi lebih kepada animo masyarakat Indonesia yang memiliki harapan besar terhadap dana tersebut. Hal ini terntu sangat logis, di mana masyarakat Indonesia telah menunggu bertahun-tahun agar desa mereka mendapat perhatian khusus.

(2)

Kemeterian Desa telah menganggarkan jumlah dana desa sebesar Rp 20,8 triliun. Dari dana tersebut dibagi sekitar 74.093 ribu desa, maka setiap desa menerima kira-kira Rp 280 juta.1 Di samping itu melalui APBD

2015, Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat telah menganggarkan dana untuk pembangunan desa (Gemma Desa) sebesar Rp 200 juta perdesa.2 Besarnya anggaran

yang dialokasikan untuk pembangunan desa tersebut tentu harus dibarengi dengan pengawasan yang optimal dari semua pihak agar apa yang menjadi harapan bersama dapat diwujudkan.

Di Indonesia sendiri, paradigma pembangunan pada awalnya memandang pembangunan sebagai suatu perspektif yang tungggal dan evolusioner. Rogers dan Shoemaker menyebutkan, dalam paradigma ini, pembangunan diartikan sebagai “jenis perubahan sosial di mana ide-ide baru diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi lebih modern dan organisasi sosial yang lebih baik (Nasution, 1992:28).

Konsep pembangunan yang bersifat evolusioner ini tanpa disadari menganut

paradigma yang identik dengan

pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, tujuan pembangunan nasional adalah untuk mencapai pembangunan ekonomi yang setinggi-tingginya, dan pembangunan ekonomi dipandang sebagai strategi investasi. Namun, pembangunan ini ternyata banyak mendapat kritikan kerna dianggap telah membawa berbagai dampak negatif, seperti terjadi kerusakan alam, timbulnya kesenjangan sosial, dan depedensi (Tjokrowinoto, 1996:9).

Konsep baru mengenai

pembangunan yang tidak hanya

menitikberatkan pada sektor ekonomi, namun pembangunan yang berwawasan lingkungan. Dalam paradigma ini, masyarakat dijadikan sebagai objek dari pembangunan. Masyarakat sebagai objek tidak diikutsertakan dalam pembangunan. Mereka hanya menikmati hasil dari pembangnan tersebut. Namun konsep pembangunan seperti ini seringkali tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan perencanaan

1 . Radar Tanjab (JPNN). Pemerintah Harus

Edukasi Penggunaan Dana Desa, edisi Rabu 23 Sepetember 2015.

2 RKA Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat

Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat Tahun 2015.

dari pembangunan tersebut bukan merupakan kebutuhan yang lahir dari masyarakat, akan tetapi merupakan kebutuhan segelintir orang dengan berbagai kepentingan.

Penelitian mengenai komunikasi pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat telah banyak dibahas, di antaranya penelitian yang dilakukan Rini Rinawati3 dengan judul “Komunikasi dan

Pembangunan Partisipatif”. Rini menitik beratkan penelitiannya pada peran serta masyarakat dalam membantu mewujudkan pembangunan khususnya pembangunan di desa. Lebih lanjut Rini menyebutkan dalam pembangunan partisipatif, terjadi perubahan paradigma komunikasi menjadi bawah-atas, hal ini bertujuan untuk merumuskan rencana pembangunan.

Selanjutnya penelitian yang

dilakukan Shinta Prastyanti4 dengan judul

“Mengkomunikasikan Pembangunan pada Masyarakat”. Shinta Prastyanti mengatakan

bahwa agar informasi mengenai

pembangunan sampai kepada masyarakat pemerintah harus menggunakan saluran komunikasi yang tepat. Menurut Shinta saluran tersebut adalah Radio dan Televisi, karena menurutnya saluran tersebut sangat efektif mempengaruhi kognisi masyarakat jika dibandingkan dengan saluran komunikasi lainnya. Namun di antara dua penelitian di atas baik yang dilakukan oleh Rini Rinawati maun yang dilakukan Shinta Prastyanti tidak menyinggung peran tuo tengganai (opinion leader).

Untuk mewujudkan pembangunan yang optimal, harus diawali dengan sosialisasi dan diseminasi oleh pemerintah sebagai fasilitator melalui penguatan komunikasi, hal ini bertujuan agar semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi dalam pembangunan. Salah satu unsur yang dapat membatu memberikan informasi dan pemahaman tentang pembangunan kepada masyarakat yaitu melalui peran tuo tengganai (opinion leader).

Dalam kehidupan masyarakat Jambi, kata tuo tengganai merupakan icopakai

(sebutan) untuk menyebutkan orang yang dituakan dan dianggap sebagai pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat. Sikap maupun pendapatnya cenderung dianggap benar oleh masyarakat sehingga mampu

3 . Penulis di Jurnal Mediator Volume 7 No. 2 pada

edsii Desember 2006.

4 Staf Pengajar Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP

(3)

mempengaruhi persepsi anggota masyarakat lainnya.5 Kedudukan tuo tengganai pada

kelompok masyarakat tidak hanya sebagai orang yang dihormati dan dituakan namun juga sebagai pemuka pendapat atau opinion leader bagi anggota masyarakatnya yang

dianggap memiliki kemampuan

berkomunikasi dengan anggota

masyarakatnya.

Melihat peran tuo tengganai

(opinion leader) yang sangat strategis tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang tuo tengganai sebagai komunikator dan melihat perannya dalam pembangunan khususnya pembangunan di Desa Senyerang.

Pertanyaan penelitian

a. Bagaimana struktur sosial tuo

tengganai Desa Senyerang?

b. Bagaimana peran tuo tengganai dalam pembangunan?

c. Bagaimana strategi komunikasi tuo

tengganai dalam memberikan

pemahaman kepada masyarakat Desa Senyerang?

2. Tinjauan Pustaka

a. Struktur sosial Tuo Tengganai

masyarakat Jambi

Dalam kehidupan masyarakat Jambi, kata tuo tengganai merupakan istilah untuk menyebutkan orang yang dituakan dan dianggap sebagai pemimpin dalam suatu kelompok masyarakat. Sikap

maupun pendapatnya cenderung

dianggap benar oleh masyarakat sehingga mampu mempengaruhi persepsi anggota masyarakat lainnya.6

Kedudukan tuo tengganai pada kelompok masyarakat tidak hanya sebagai orang yang dihormati dan dituakan namun juga sebagai pemuka pendapat atau opinion leader bagi anggota masyarakatnya.

Dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya tuo tengganai selalu

berpedoman kepada “Adat nan lazim, pusako nan kawi, adat nan bersendikan sarak, sarak bersendikan kitabullah”.7

5 . Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi

Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD JAMBI, 1986 ( hal. 71 ).

6 . Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber Informasi

Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD JAMBI, 1986 ( hal. 71 )

7 . Eri, Rully, 2013 Peran Tuo Tengganai Dalam

Upaya Pelestarian Komplek Percandian Muarojambi.

Istilah Nenek mamak merupakan

gabungan tuo tengganai dalam suatu wilayah, yang terdapat dalam kampung/dusun/desa/kelurahan,

sedangkan untuk daerah kabupaten Tanjung Jabung disebut “Datuk”. Tugas dan kewajiban nenek mamak adalah mengarah, mengajukan, menyelesaikan yang kusut, menjernihkan yang keruh, menarik menaju, memakan habis, memancung putus bagi setiap persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh tuo-tuo tengganai.

Dalam melaksanakan tugas dan keuptusan masyarakat selalu diambil jalan musyawarah untuk mufakat seperti kata adat “Bulat air dek pembuluh, bulat kato dek mufakat” disamping itu nenek mamak juga berperan “Sebagai kayu gedang dalam negeri” rimbun tempat berteduh, gedung tempat bersandar, pergi tempat betanyo, balik tempat berito, menciptakan kerukunan hidup masyarakat didalam desa melalui “arah ajum, kusut menguasai, silang mematutu,

keruh menjernihkan”. Adapun

kewenangannya dalam adat disebutkan “berkata dulu spatah, berjalan dulu selangkah, memakan habis, memancung putus” kesemuanya yang tersebut diatas sealalu dilandasi dengan musyawarah mufakat, landasan pijak musyawarah untuk mufakat yang selalau digunakan oleh nenek mamak ini dengan acuan seperti kata bahasa adat “Bulat air dek pembuluh, bulat kato dek mufakat”.8

Opini leader adalah sebuah konsep yang muncul dari teori aliran dua langkah komunikasi yang dikemukakan oleh Paul Lazarsfeld dan Elihu Katz.9

Teori ini adalah salah satu dari beberapa model yang mencoba menjelaskan difusi inovasi, ide, atau produk komersial. Pemuka pendapat adalah agen yang merupakan pengguna aktif dan media yang menafsirkan makna pesan media atau konten media yang lebih rendah bagi pengguna akhir. Biasanya pemimpin pendapat dijunjung tinggi oleh orang-orang yang menerima pendapatnya.

Makalah ini telah diseminarkan pada acara

International Conference on Jambi Studies di Jambi tahun 2013

8 . www.informasijambi.blogspot.com (Sebutan

Pimpinan Dalam Masyarakat Hukum Adat Melayu Jamb i)diakses 29 September 2015.

9 . http://en.wikipedia.org/wiki/Opinion_leadership,

(4)

Opini kepemimpinan cenderung spesifk subjek, yaitu orang yang merupakan pemimpin pendapat dalam satu bidang mungkin menjadi follower/penerima di dalam bidang lain.

b. Konsep Tuo tengganai Sebagai Komunikator

Tuo tengganai selaku opinion leader dalam suatu masyarakat pada umumnya memiliki peran menyampaikan informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Opinion leader adalah orang

yang secara informal dapat

mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain. Istilah opinion leader

telah menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960-an, sebelumnya literatur komunikasi sering menggunakan kata-kata seperti

influentials, influencers, atau tastemakers

(orang yang berpengaruh) untuk menyebut opinion leader. Secara tidak langsung mereka ini adalah perantara pesan yang juga mampu menerjemahkan berbagai macam informasi untuk diteruskan pada masyarakat luas.10

Opinion leader sangat mungkin dipercaya

oleh masyarakat untuk ditanya pendapat, serta nasehat-nasehat bagi anggota masyarakat.

Dalam konteks komunikasi,

peran tuo tengganai adalah

menyampaikan pesan dan berbagai informasi kepada masyarakat desa. Pesan yang disampaikan tentunya sangat berbeda dari sumber utamanya ( pemerintah), hal ini berkaitan dengan

pemahaman karakter indivudu

masyarakat desa yang sangat heterogen.

Di sini, opinion leader dapat

menggunakan karangka berpikirnya (frame of reference) dan dapat juga didukung oleh pengalaman di masyarakat (field of experience). Wilbur Schramm

mengatakan dalam karyanya

Communication Research in the United States” bahwa komunikasi akan berhasil apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang pernah diperoleh komunikan.11

10 . www.yulipurnama-sary.blogspot.com/Yeli

Purnama Sari, diakses pada 14 Oktober 2013.

Faktor lain yang menjadi indikator berhasil tidaknya seorang tuo tengganai bergantung pada konsistensi sikap dari tuo tengganai itu sendiri. Artinya, seorang tuo tengganai dalam

kepribadiannya harus mampu

menunjukkan sikap dan akhlak yang baik. Terkadang seorang pendengar akan memperhatikan siapa yang mengatakan, hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Aristoteles, bahwa karakter komunikator

(tuo tengganai) itu sebagai ethos. Ethos

terdiri dari good sense, good moral character, and good will.12

Adapun model komunikasi yang dilakukan oleh opinion leader seperti di bawah ini.13

sumber: Black dan Whitney

Model komunikasi seperti ini menerangkan bahwa informasi bisa saja tidak langsung atau mempengaruhi

audience, tetapi melalui perantaraan pihak lain atau opinion leader. Model ini didasari bukti bahwa pengaruh suatu informasi yang disampaikan melalu

opinion leader akan berbeda dari tujuan awal komunikator atau sumber pesan. Hal ini dikarenakan informasi terlebih dahulu diolah oleh opinion leader

berdasarkan frame of reference dan field of eksperience nya.

Menurut Wells dan Prensky setidaknya ada tida peran opinion leader

dalam mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yaitu :

11 . Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005) hlm. 13

12 . Lihat Aristoteles “Persuasi tercapai karena

karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang lain”.

13 . Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa (Jakarta:

Raja Grafndo, 2007) hlm.141

Source Opinion leader

(5)

1. Authority Figure, di sini opinion leader berperan sebagai pemberi informasi, anjuran atau pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen memuaskan keinginannya. Orang-orang yang termasuk authority fgure adalah keluarga, teman dan relasi

2. Trend Setter, yaitu seseorang yang pengalaman pribadinya diikuti oleh orang lain. Konsumen ini mempunyai gaya hidup untuk ditiru, meskipun tidak peduli apakah orang lain akan mengkuti gaya hidupnya atau tidak. Trend setter pada umumnya merupakan seseorang yang terkenal seperti bintang flm atau olahragawan

3. Local opinion leaders yaitu seorang individu yang berada di dalam

kelompok referensi positif,

memberikan anjuran dan

pengalaman pribadi tentang produk mana yang sebaiknya dipilih seseorang agar dapat diterima dalam kelompok tersebut. Kredibilitas seorang individu berdasarkan

kenyataan bahwa mereka

menggunakan produk itu dan menjadi bagian dari kelompok tersebut.

Authority Figure, di sini opinion

leader berperan sebagai pemberi

informasi, anjuran atau pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen memuaskan keinginannya. Orang-orang yang termasuk authority figure adalah keluarga, teman, dan relasi.14

Untuk keperluan standarisasi konsep-konsep dan ukuran menyangkut

“kepemimpinan pendapat” ini,

tampaknya ada kesepakatan untuk memakai istilah yang sama yaitu opinion leader (untuk menunjuk orangnya) dan

opinion leadership (untuk menunjuk kapasitasnya).15

14 . Gledies Jeinlef Manopo “Peran Opinion Leader

dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat untuk Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau Tondano” jurnal Acta Diurna di Universitas Sam Ratulangi, 2013, hlm 6. Konsep opinion leader ini merupakan sumbangan penting dari Lazarfeld dan rekan-rekannya dalam studinya di Erie County, Ohio, Amerika Serikat, tentang Voting kepresidenan(1940). Isitilah opinion leader ini menjadi popular dalam literatur – literature komunikasi tahun 1950 -1960-an.

15 . Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: PT.

Grasindo, 2000) hlm. 65

Kebijakan dan sosialisasi yang disampaikan pemerintah tentunya menggunakan bahasa komunikasi yang formal, untuk memahami hal ini dibutuhkan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, sedangkan tingkat pendidikan masyarakat desa tergolong berpendidikan rendah.

Di sini perlu dilihat bahwa,

penunjukan tuo tengganai untuk

berpartisipasi dalam pembangunan adalah sebagai strategi komunikasi yang efektif karena tuo tengganai dalam masyarakat desa di Jambi cenderung memiliki karakteristik tersendiri dalam berkomunikasi.

Dalam pandangan ilmu

komunikasi, disebut two steps flow theory (aliran komunikasi bertahap ganda). Kerana berbagai keterbatasan dan permasalahan yang cukup kompleks, maka suatu informasi yang disampaikan (message) tidak tertuju langsung kepada seluruh audiens (khalayak). Meskipun banyak khalayak yang mendengar informasi itu, namun banyak juga yang tidak memahaminya. Sedangkan yang tidak langsung mendengar juga tentu masih banyak, kerana mungkin saja terjadi noise(gangguan) yang dapat menghalangi proses penyampaian informasi. Dalam hal inilah, informasi itu akan terlebih dahulu dicerna dan dimaknai oleh pemuka pendapat, kemudian akan melanjutkan informasi tersebut kepada audiens dengan bahasa khalayak

Opinion leader merupakan

sumber informasi atau opini, sedangkan

followers sebagai penerima – penerima informasi atau opini (receivers). Beberapa opinion leader mengawali alir komunikasi dengan mencari penerima – penerima untuk pesan-pesan mereka.

Opinion ini diistilahkan dengan opinion giving. Sebaliknya opinion leader yang lain dicari oleh followers mereka, yang disebut opinion seeking. Non verbal

communications dalam meningkatkan

partisipasi masyarakat.

(6)

perlu diperhatikan mengingat menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah.

Sementara pendekatan

komunikasi kelompok melalui kelompok pemuda. digunakan oleh opinion leader

ini dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membangun desa mereka.

c. Paradigma Pembangunan Pedesaan di Negara Ketiga

Di banyak negara Dunia Ketiga,

pembangunan pedesaan masih

merupakan tantangan besar yang harus dihadapi. Pelaksanaannya memerlukan berbagai macam sumberdaya, termasuk media massa. Dukungan media massa diperlukan antara lain karena media massa dapat menumbuhkan suasana yang kondusif bagi pembangunan. Selain itu, media massa dapat juga memotivasi dan menggerakkan warga masyarakat desa untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Para ahli komunikasi dalam dasawarsa 1950 dan 1960 menaruh harapan besar pada potensi media massa untuk menimbulkan pembangunan sosial dan ekonomi di daerah pedesaan di Dunia Ketiga. Media massa memiliki kemampuan yang besar untuk menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada orang banyak yang tinggal di tempat terpisah dan tersebar, secara serentak dan dengan kecepatan tinggi.

Media massa dapat

menyediakan informasi pada khalayak dan memotivasi mereka agar mengadopsi inovesi pertanian, kesehatan, dan keluarga berencana. Bukti bukti tentang kekuasaan manipulatif media massa ini, antara lain oleh kedahsyatan mesin propaganda Goebbel selama Perang Dunia II (Rogers dalam Amri Jahi, 1993). Masih banyak orang yang percaya bahwa sifat ini sangat berguna bagi pembangunan pedesaan di Dunia Ketiga. Namun perkembangan yang terjadi menunjukkan bahwa efek media massa pada khalayak tidaklah selangsung dan sedahsyat seperti yang diperkirakan sebelumnya.

Bukti-bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa perilaku khalayak lebih dipengaruhi oleh interaksi tatap muka khalayak tersebut dengan pemuka opini. Hal ini menunjukkan bahwa baik ide maupun pendapat yang mengalir dari media massa ke pemuka opini terlebih

dahulu, dan baru setelah itu diteruskan ke bagian-bagian khalayak yang lain. (Rogers dalam Amri Jahi, 1993).

Beberapa bukti menunjukkan bahwa aliran pesan komunikasi dari media massa tidak selamanya mengikuti pola seperti di atas. Pesan bisa mengalir dari media massa ke pemuka opini pertama. Kemudian dari pemuka opini pertama dilanjutkan ke pemuka opini kedua dan seterusnya, dan baru diteruskan ke khalayak yang lebih luas (Tubb dan Moss, 1993).

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam pembangunan pedesaan di Dunia Ketiga, efek media massa belum optimal memberikan pengaruhnya dalam menyampaikan informasi, terlebih lagi pada perubahan perilaku masyarakat yang ada di pedesaan. Di sini yang nampak berperan adalah pemuka pendapat (opinion leader) yang ada di masyarakat tersebut yang lebih memberikan pengaruh dan masyakat memiliki kesempatan berinteraksi dengan pemuka pendapat yang mereka percayai.

d. Konsep Komunikasi Pembangunan

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah as an integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about development (Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987). Dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang

harus memperhatikan beberapa

kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara (Siebert, Peterson dan Schramm: 1956).

Proses pembangunan saat ini harus berakar dari bawah (grassroots),

(7)

Dalam pembangunan partisipatif, masyarakat yang ada di desa menjadi ujung tombak dari sebuah pembangunan. Bagi desa, hal seperti ini sangat penting. Desa, selain sebagai penyangga utama dari pemerintahan kabupaten dalam mencapai visi dan misi daerahnya, dalam hal ini juga merupakan institusi yang paling dekat dan dirasakan langsung oleh masyarakat. Selama ini memang telah ada dalam perencanaan pembangunan di desa (RPJMD), namun seringkali tidak mencerminkan aspirasi dari masyarakat, bahkan banyak sekali desa yang belum memiliki rencana pembangunan.

Menurut Shannon dan Weaver, komunikasi merupakan proses untuk mengurangi ketidakpastian dengan jalan berbagi tanda-tanda informasi (Amri Jahi, 1993). Umpan balik memberikan kontribusi pada fungsi ini dengan jalan membuat komunikasi menjadi interaktif. Komunikasi ini lebih menekankan pada partisipasi dalam program pembangunan pedesaan serta menggarisbawahi pentingnya umpan balik.

Perkembangan pemikiran

mengenai pemanfaatan dan peranan komunikasi dalam melaksanakan usaha membangun memperlihatkan hubungan yang langsung dengan konsepsi yang dianut dalam merencanakan dan menafsirkan pembangunan itu sendiri. Dengan demikian, rumusan tentang pemanfaatan komunikasi maupun peran yang diharapkan dari hal itu dalam suatu usaha pembangunan amat ditentukan oleh model pembangunan yang dilaksanakan itu sendiri.

Paradigma pembangunan

nasional pada masa sebelumnya identik dengan pembangunan ekonomi. Dalam hal ini, tujuan pembangunan nasional adalah mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya. Pembangunan ekonomi dipandang sebagai strategi investasi. Dengan demikian, untuk kepentingan ini, komunikasi dipandang sebagai instrumen kunci bagi suksesnya usaha pembangunan ekonomi. Sejak itu pula segala upaya dan kemampuan

komunikasin dikerahkan untuk

dimanfaatkan sebagai saluran untuk

menyampaikan informasi dan

pengetahuan yang berkaitan dengan aktivitas pembangunan tersebut.

Melihat peran komunikasi dalam pembangunan amat strategis, terlepas dari model pembangunan yang sedang

dilaksanakan, maka komunikasi tentunya komunikasi menjadi sangat penting dalam membantu pembangunan di Indonesia. Wilbur Schramm merumuskan bahwa tugas pokok komunikasi dalam suatu perubahan sosial dalam rangka pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Menyampaikan informasi kepada

masyarakat tentang pembangunan nasional agar mereka memusatkan perhatian kepada kebutuhan akan perubahan, kesempatan dan cara mengadakan perubahan,

sarana-sarana perubahan, dan

membangkitkan aspirasi masyarakat. 2. Memberikan kesempatan kepada

masyarakat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses pembuatan keputusan, memperluas dialog agar melibatkan semua pihak yang akan membuat keputusan mengenai perubahan. Memberikan kesempatan kepada para pemimpin masyarakat untuk memimpin dan mendengarkan rakyat kecil, dan menciptakan arus informasi yang berjalan dari bawah ke atas.

3. Mendidik tenaga kerja yang diperlukan pembangunan, dari dewasa hingga anak-anak, dari pelajaran baca tulis hingga keterampilan teknis yang mengubah gaya hidup masyarakat.

e. Dimensi Komunikasi Tuo Tengganai

Berhasilnya sebuah

pembangunan merupakan perwujudan dari keberhasilan komunikasi, maka makna komunikasi pembangunan pun bergantung pada modal atau paradigma pembangunan yang dipilih oleh suatu negara.

Jadi proses perubahan sebagai efek komunikasi melalui tahapan yang

dimulai dengan membangkitkan

perhatian. Selain melalui pendekatan di atas, maka seseorang komunikator harus mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap, pendapat, dan tingkah laku apabila dirinya terdapat faktor-faktor kredibilitas dan attractiveness.

(8)

dalam penelitiannya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya tinggi akan lebih benyak member pengaruh kepada perubahan sikap dalam penerimaan pesan daripada jika disampaikan oleh komunikator yang tingkat kredibilitasnya rendah. Rakhmat (1989) mengatakan dalam berkomunikasi yang berpengaruh terhadap komunikan bukan hanya apa yang disampaikan, tetapi juga keadaan komunikator secara keseluruhan. Jadi ketika suatu pesan disampaikan, komunikan tidak hanya mendengarkan apa yang dikatakan tetapi ia juga memperhatikan siapa yang mengatakan.

Selanjutnya, Tan (1981) mengatakan kredibilitas sumber terdiri dari dua unsur, yaitu keahlian dan kepercayaan. Keahlian diukur dengan sejauhmana komunikan menganggap komunikator mengetahui jawaban yang

benar, sedangkan kepercayaan

dioperasionalisasikan sebagai persepsi

komunikan tentang sejauhmana

komunikator bersikap tidak memihak dalam penyampaian pesan. Dari variabel kredibilitas dapat ditentukan dimensi-dimensinya yaitu : keahlian komunikator (kemampuan, kecerdasan, pengalaman,

pengetahuan) dan kepercayaan

komunikator (kejujuran, keikhlasan, keadilan). Demikan juga mengenai daya tarik adalah berkenaan dengan tingkat mana penerima melihat sumber sebagai seorang yang disenangi dalam bentuk peranan hubungannya yang memuaskan.

Dimensi komunikasi yang meningkatkan efektiftas komunikasi bertujuan untuk meningkatkan kesamaan arti antara pesan yang dikirim dengan pesan yang diterima dan efektiftas dalam komunikasi ini dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi adalah inti komunikasi sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini jelas terlihat pada pengertian persepsi yang disampaikan oleh Wenburg dan Wilmot (1973) yang mengatakan bahwa persepsi adalah cara organisme memberikan makna. Sedangkan Verdenber (1978) menyatakan bahwa persepsi proses menafsirkan informasi indrawi.

Persepsi dikatakan sebagai inti komunikasi karena jika persepsi seseorang tidak akurat, maka tidak mungkin orang tersebut mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Reaksi Emosional atau Keadaaan Emosi

Emosi adalah sesuatu yang dirasai oleh seseorang secara mendalam. Perkataan’emosi’ bermakna ’gerakan tenaga’ yang berasal dari perkataan lain. Menurut Childre dan Martin (1999), pengalaman emosi seseorang memberi kesan terhadap sel-sel otak dan ingatan, lalu membentuk corak-corak yang mempengaruhi perilaku seseorang.

3. Keahlian Berkomunikasi

Menurut Stephen dalam Kaloh (2006) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan ketrampilan paling penting dalam hidup seseorang. Seperti hal nya bernafas, komunikasi merupakan sesuatu yang otomatis terjadi, sehingga seseorang tidak

tertantang untuk belajar

berkomunikasi secara efektif dan santun.

4. Saluran atau Media Komunikasi Dewi (2006) mengatakan bahwa pemilihan saluran dan media sangat

penting dilakukan dalam

perencanaan pesan bisnis yang berpusat pada penerima. Komunikasi efektif dan tidak efektif dapat dibedakan melalui pilihan atas saluran dan media komunikasi terdiri atas saluran dan media komuniasi. Pilihan saluran dan media komunikasi sangat tergantung pada sifat pesan, waktu, formalitas dan harapan penerima. Saluran komunikasi terdiri dari saluran komunikasi lisan (oral

communication) dan saluran

komunikasi tertulis (written

communication). Masing-masing

saluran memiliki beberapa jenis media. Media yang dimaksud disini adalah alat atau sarana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari pengirim kepada penerima.

(9)

daerah tidak bisa dilepaskan dari faktor adat dan kebudayaan setempat. Hal ini sangat penting, karena masing-masing daerah punya cara tersendiri dalam berkomunikasi.

3. Metodologi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena pendekatan ini menurut peneliti sangat relevan untuk menggambarkan hasil temuan penelitian

yang menyangkut komunikasi

interpersonal dalam penyelenggraan pelayanan akta kelahiran. Selain itu, pendekatan kualitatif juga sebagai dasar untuk memperoleh gambaran mengenai

objek penelitian serta untuk

mengembangkan pengertian, konsep-konsep yang pada akhirnya menjadi sebuah teori. Pendekatan kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.

Penelitian ini menekankan pada persoalan kedalaman (kualitas) dan bukan jumlah data yang dikumpulkan (Kriyantono, 2010: 56-57). Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena

sosial dimasyarakat melalui data yang dikumpulkan kemudian dianalisa secara mendalam untuk menemukan jawaban. Penelitian kualitatif ini lebih menekankan pada proses namun bukan hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga terlibat langsung dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis data yang diperoleh adalah dengan menggunakan studi kasus. Alasan penelitian studi kasus adalah lebih cocok karena, pokok pertanyaan penelitiannya berkenaan dengan how atau why, selain itu penelitian studi kasus juga menyediakan cara yang sistematis untuk melihat kejadian, pengumpulan data, dan menganalisanya (K. Yin, 2002: 1).

Lokasi penelitian ini secara purposif adalah Desa Senyerang. Alasan Penentuan Desa Senyerang sebagai lokasi penelitian ini bukan tanpa sebab. Peneliti melihat peran tuo tengganai di desa tersebut tampak jelas dan dianggap berhasil mengajak masyarakatnya untuk turut berpartisipasi dalam meraih kembali tanah adat mereka yang sempat dikuasai PT. WKS (Sinarmas Group) beberapa waktu yang lalu.

4. Hasil dan Pembahasan

a. Gambaran umum Kecamatan Senyerang

Kecamatan Senyerang

merupakan salah satu kecamatan dari 13 kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kecamatan Senyerang berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat No. 8 Tahun 2008 dimekarkan dari Kecamatan Pengabuan.

Kecamatan senyerang terdiri dari 1 Kelurahan, 6 desa, 26 dusun, dan 113 RT dengan rincian sebagai dalam tabel berikut:

Tabel 1

No Desa Dusun RT

1 Marga Rukun 4 13

2 Sungai Rambai 2 19

3 Teluk Ketapang 7 10

4 Sei Kayu Aro 4 14

5 Senyerang 3 24

6 Lumahan 2 15

7 Kempas Jaya 4 18

Sumber: Kantor Kecamatan Senyerang

Pusat pemerintahan Kecamatan Senyerang terletak di Kelurahan Senyerang. Jarak pusat pemerintahan Kecamatan Senyerang ke Ibukota Kabupaten kurang lebih 48 Km dan waktu tempuh 1 – 2 jam dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Kecamatan Senyerang yang memiliki luas + 70.176,9 ha atau 701,769 Km2, berdasarkan hasil laporan kependudukan bulanan Kecamatan keadaan akhir tahun tercatat jumlah

penduduk kecamatan Senyerang

sebanyak 21.549 jiwa. Pesebaran penduduk di kecamatan Senyerang tidak merata. Hal ini dipengaruhi oleh faktor geografs dan kemudahan akses ke tempat lalu lintas umum yang sering digunakan. Dilihat jumlah penduduk, desa/kelurahan yang penduduknya terbanyak berada di Kelurahan Senyerang sebesar 5.715 jiwa.16

b. Struktur Sosial Tuo Tengganai Desa Senyerang

Desa Senyerang merupakan desa terbesar dan salah satu desa tertua di kecamatan Senyerang. Mayoritas penduduknya adalah suku Melayu, sebagian lainnya adalah suku Bugis, Banjar dan beberapa keluarga dari Jawa.

(10)

Seluruhnya hidup secara damai dan sama-sama merasakan saat saat susah dan senang. Nama Desa Senyerang berasal dari lokasinya yang terletak di antara anak sungai Nyerang Kecil di perbatasan Sungai Landak, dan di sisi barat Sungai Nyerang Besar. Kedua sungai tersebut bertemu dan menjadi Sungai Kemang, di perbatasan Desa Sungsang

.

Pada tahun 1927, pemerintah kolonial Belanda mengakui keberadaan masyarakat Senyerang lewat surat yang memberi masyarakat hak untuk membuka hutan, yang dikeluarkan kepada H. Abdurrahaman, ketua masyarakat saat itu. Surat tersebut diserahkan kepada Abdurrahman lewat Demang (pimpinan desa-desa) Kuala Tungkal. Para Tuo Tuo

(pemimpin adat) kemudian berkumpul untuk membahas dan mencapai kesepakatan dalam menentukan tata batas dalam daerah-daerah adat untuk menetapkan mana yang merupakan tanah

rendah yang menjadi milik Desa

Senyerang dan mana yang merupakan

tanah tinggi milik Desa Tebing Tinggi. Untuk penduduk masyarakat desa Senyerang terdiri dari beberapa suku, di antaranya Jawa, Banjar, Melayu, Minang, Batak, dan Bugis. Untuk suku Jawa, Banjar, dan Bugis mereka banyak mendiami daerah parit-parit.17 Sebagian

besar suku Jawa, Banjar, dan Bugis yang ada di parit-parit, mereka berkebun kelapa dalam, pinang, kopi, dan ada juga sebagian yang berkebun kelapa sawit. Sedangkan untuk suku Melayu, Minang, dan Batak, mereka banyak mendiami daerah tepi sungai Pengabuan atau umum disebut daerah pasar. Semua fasilitas umum yang ada di Senyerang seperti sekolah, tempat ibadah, dan Kantor Kelurahan berada di pasar.

Struktur sosial terdiri dari berbagai komponen dari masyarakat, seperti kelompok-kelompok, keluarga-keluarga, masyarakat setempat dan sebagainya. Kunci untuk memahami konsep struktur adalah konsep status (posisi) yang ditentukan secara sosial, yang diperoleh baik karena melahirkan (ascribed status) maupun karena usaha

17 . Parit adalah sebutan daerah yang jauh dari akses

ke pasar. Sebutan ini sangat populer di Kabupaten Tanjung jabung Barat yang sebagian wilayahnya memang terdiri dari parit-parit. Parit juga berfungsi sebagai pembatas tanah kebun milik masyarakat.

(achieved status) seseorang dalam masyarakat. Setiap status memiliki aspek dinamis yang dibuat dengan peran (role) tertentu, misalnya seorang berstatus ayah memiliki peran yang berbeda dengan seorang yang berstatus anak. Sistem sosial mengembangkan suatu fungsi tertentu yang dengan fungsi itu memungkinkan masyarakat dan bagi orang-orang yang menjadi anggota masyarakat untuk eksis.18

Menurut R. Linton seorang ahli antropologi mengemukakan bahwa, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berfkir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.19

Mengingat banyaknya defnisi masyarakat tersebut di atas, maka dapat diambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

 Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak

 Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama di suatu daerah tertentu.

 Adanya aturan-aturan atau

undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.

Apabila kita berbicara tentang masyarakat, terutama jika kita mengemukakanya dari sudut pandang antropologi, maka kita mempunyai kecenderungan untuk melihat dua tipe masyarakat. Pertama, satu masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, yang belum mengenal pembagian kerja, belum mengenal struktur dan aspek-aspeknya masih dapat dipelajari sebagai satu kesatuan. Dan yang kedua, masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena ilmu pengetahuan modern sudah maju, teknologi maju, sudah mengenal tulisan, satu masyarakat yang sukar diselidiki dengan baik dan didekati sebagian saja.

Jika dilihat dari penjelasan di atas, sangat tepat sekali untuk menggambarkan realitas masyarakat desa

18 . Syaifudin Rohim, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009: 49)

(11)

Senyerang yang sangat dinamis, artinya kondisi masyarakat desa Senyerang yang terdiri dari berbagai profesi. Realitas dalam kehidupan bermasyarakat tidak bisa terlepas dari perbedaan-perbedaan posisi sosial. Posisi atau struktur sosial inilah yang kemudian membagi secara defnitif, baik secara individu maupun kelompok tentang status dan peran yang mesti dijalankan dalam suatu sistem sosial kemasyarakatan. Struktur sosial sendiri diibaratkan oleh Karel J Veeger sebagai bagian-bagian yang menunjang dalam suatu bangunan fsik. Artinya, struktur sosial merupakan bagian-bagian yang saling menopang, melengkapi, memiliki status dan peran dalam lingkungan sosial masyarakat.20

Konsep struktur Radclife Brown mengacu kepada apa yang terlihat dan

dimiliki masyarakat, sehingga

mengakibatkan struktur sosial adalah kenyataan yang didukung oleh anggota masyarakat dan suatu konsep yang diciptakan oleh inovasi di luar lingkungan masyarakat tersebut (Bungaran dan Antonius, 2006: 5). Hal tersebut menunjukan bahwa struktur sosial pada dasarnya terbentuk melalui proses adaptasi inovasi yang terjadi pada lingkungan sosial.

Struktur sosial muncul karena adanya dua unsur. Pertama, individu dalam hal ini individu adalah sebagai

pembentuk masyarakat sekaligus

pembentuk struktur sosial, Jika tidak ada individu-individu maka tidak mungkin ada masyarakat. Dan yang kedua adalah interaksi antar individu dalam masyarakat akan membentuk struktur sosial, tanpa adanya interaksi maka struktur sosial tidak mungkin terbentuk.

Di dalam kehidupan masyarakat

desa Senyerang, tuo tengganai

merupakan aktor penting yang mendorong pembentukan karakter masyarakat melalui interaksi sosial dan komunikasi. Nilai-nilai budaya yang mengakar dalam kehidupan masyarakat desa Senyerang juga merupakan faktor yang mengakibatkan terbentuknya sistim sosial yang menghargai peninggalan leluhur.

Salah satu ciri struktur sosial yaitu struktur sosial yang berkaitan dengan masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai dan norma-norma

20 . http://books.google.com/books diakses 15 Oktober 2015.

Baca juga Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat

budayanya. Seperti yang ada pada masyarakat desa Senyerang pada umumnya, nilai-nilai tradisi yang mereka warisi dari generasi ke generasi dan masih terus dipertahankan hingga sekarang. Dinamika yang terjadi dalam masyarakat desa Senyerang mempunyai warna tersendiri sebagai identitas yang otentik.21

Struktur sosial yang memiliki dimensi vertikal menghasilkan stratifkasi pada lapisan masyarakat, contoh sederhananya, pada masyarakat pedesaan terdapat kepala desa dan masyarakat biasa yang menjadi anggota (followers). Sedangkan struktur sosial horizontal,

seluruh masyarakat berdasarkan

karakteristiknya terbagi dalam kelompok sosial yang kedudukan antar masyarakat cenderung sama, seperti umat islam dengan umat agama lain.

Saat ini, struktur sosial cenderung masih berlaku pada masyarakat pedesaan (desa), hal ini berkaitan dengan corak kehidupan masyarakat di desa dapat dikatakan masih homogen dan pola interaksinya horizontal, banyak dipengaruhi oleh sistem kekeluargaan. Semua pasangan berinteraksi dianggap sebagai anggota keluarga dan hal yang sangat berperan dalam interaksi dan hubungan sosialnya adalah motif-motif sosial. Interaksi sosial selalu diusahakan supaya kesatuan sosial (social unity) tidak terganggu, konfik atau pertentangan sosial sedapat mungkin dihindarkan jangan sampai terjadi. Prinsip kerukunan inilah yang menjiwai hubungan sosial pada masyarakat pedesaan. Kekuatan yang mempersatukan masyarakat pedesaan itu timbul karena

adanya kesamaaan-kesamaan

kemasyarakatan seperti kesamaan adat kebiasaan, kesamaan tujuan dan kesamaan pengalaman (Soetarjdo, 2002).

Kondisi kehidupan masyarakat

desa Senyerang yang terus

mempertahankan nilai-nilai tradisi yang mereka warisi dari generasi ke generasi hingga sekarang. Walaupun saat ini sebagian masyarakatnya ada yang menikah dengan warga lain atau orang yang berada di daerah lain, namun masyarakat tetap menujung tinggi adat

21 . Kondisi ini terlihat ketika penulis melakukan

(12)

yang berlaku di masyarakat mereka. Meskipun demikian, masyarakat desa Senyerang juga tidak menutup diri terhadap kemajuan dan modernisasi.22

Tuo tengganai di desa Senyerang dalam struktur masyarakt berada pada posisi di atas ( mengacu pada kedudukannya di masyarakat) dan dianggap sebagai orang yang dituakan. Dalam kegiatan kemasyarakatan, mereka selalu dilibatkan baik langsung maupun tidak langsung. Karena representasi mereka dianggap penting. Realitas kehidupan sosial masyarakat desa Senyerang dapat dilihat ketika ada hajatan pernikahan, kenduri, dan acara-acara lainnya. Kegiatan ini merupakan sarana berkomunikasi antara masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Sedangka tuo tengganai berada pada posisi orang yang memberi pandangan dan nasihat kepada orang punya hajatan.

c. Peran Tuo Tengganai Desa Senyerang Dalam Pembangunan

Tuo tengganai adalah orang tua-tua dari sekumpulan tengganai tengganai dari keluarga atau kalbu dalam mata

kampung/ desa/dusun/kelurahan

(Soekamto, 1982). Tuo tengganai

berkewajiban mengarah mengajum, tukang tarik dan jaju, menyelesaikan yang kusut, mengajum anak dan makan habis, mancung mutus dalam kalbu yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tuo tengganai selalu berpedoman kepada “Adat nan lazim, pusako nan kawi, adat nan bersendikan sarak, sarak bersendikan kitabullah”.23

Dalam kehidupan masyarakat desa Senyerang, peran tuo tengganai

sangatlah penting dalam membangun dan membentuk pola perilaku masyarakat.

Tuo tengganai juga merupakan tempat sandaran dan tempat untuk meminta nasihat. Ardiansyah yang merupakan guru di salah satu sekolah dasar di Senyerang mengatakan bahwa, masyarakat desa masyarakat desa Senyerang pada umumnya sangat menghargai kedudukan

tuo tengganai dan nilai nilai yang disampaikannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam acara pernikahan,

22 . Wawancara dengan Zahrul Wafa yang merupakan

Sekretaris Lurah Kelurahan Senyerang, 4 Oktober 2015

23 . ”Ungkapan Tradisional Sebagai Sumber

Informasi Kebudayaan Daerah Jambi”, DEPDIKBUD JAMBI, 1986 ( hal. 71 ).

penyelesaian konfik sosial, dan kegiatan-kegiatan lainnya. meskipun secara dalam struktur formal merak jarang sekali dilibatkan.24

Hal yang menarik untuk diamati adalah ketika terjadi konfik dengan PT. WKS beberapa tahun yang lalu. Desa Senyerang sangat bergejolak, setiap warga siap melakukan perlawanan bahkan sempat melakukan tindakan anarkis dengan merusak salah satu alat berat milik perusahaaan. Namun aksi tersebut bias diredam oleh salah satu tokoh Desa Senyerang yang penulis anggap sebagai tuo tengganai, dia adalah Muhammad Hatta.

Ketika penulis menemui tokoh tersebut, dia banyak memberikan informasi tentang peristiwa konfik dan perannya dalam meredam konfik. Dalam penelitian ini penulis tidak akan membahas bagaimana konfik terjadi, namun bagaimana kekuatan komunikasi

tuo tengganai mampu merubah sikap masyarakat dalam menyikapi gejolak yang terjadi. Banyak hal yang peneliti temukan dari wawancara mendalam dengan Pak Garang.25

Hasil wawancara yang penulis temukan menjelaskan bahwa yang terpenting dalam menyikapi setiap konfik adalah dengan memberikan pandangan yang positif seperti menyarankan agar tidak melakukan anarkis, dan sebagai satu keluarga yang mengalami permasalahan ini tidak perlu melakukan tindakan anarkis karena hal tersebut merupakan tindakan yang dapat merugikan kepentingan masyarakat.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Tuo tengganai selaku

opinion leader dalam suatu masyarakat pada umumnya memiliki peran menyampaikan informasi dan pandangan kepada masyarakat. Opinion leader

adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain. Istilah opinion leader

telah menjadi perbincangan dalam literatur komunikasi sekitar tahun 1950-1960an, sebelumnya literatur komunikasi sering menggunakan kata-kata seperti

influentials, influencers, atau tastemakers

(orang yang berpengaruh) untuk menyebut opinion leader. Secara tidak

24 . Wawancara dengan Ardiansyah, 4 Oktober 2015 25 . Panggilan yang lazim bagi masyarakat Desa

(13)

langsung mereka ini adalah perantara pesan yang juga mampu menerjemahkan berbagai macam informasi untuk diteruskan pada masyarakat luas.26

Syahrul Khairi salah satu pemuda desa Senyerang mengatakan bahwa “setiap warga yang meminta informasi dan arahan kepada Pak Garang selaku tua tengganai, tuo tengganai selalu terbuka dan transparan kepada masyarakat. Tuo tengganai juga memiliki kharisma yang bisa membuat kami merasa nyaman”. Suhaimi yang merupakan tetangga Pak Garang mengatakan bahwa “dia memiliki jiwa sosial yang tinggi, misalnya ada masyarakat yang mengalami kesusahan, dia selalu membantu. Dia juga merupakan orang yang jujur”.27

Dari dua penjelasan di atas menunjukkan komunikasi yang dibangun oleh tuo tengganai dengan masyarakatnya memberikan arti yang sangat penting

dalam menumbuhkan kesadaran

masyarakat. Komunikasi verbal dan nonverbal telah banyak merubah cara pandang masyarakat dalam menyikapi persoalan dihadapi. Di sini dapat disimpulkan bahwa konteks komunikasi lebih kepada pembangunan manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan komunikasi yang diungkapkan Effendy (2003: 55), yakni to change attitude (mengubah sikap), to change the opinion (mengubah cara pandang), to change the behavior

(mengubah perilaku), dan to change the

society (mengubah masyarakat).

Dinamika yang sering tejadi ketika ada proyek pembangunan di desa, masyarakat selalu mengambil keuntungan tersebut. Misalnya dengan meminta uang dari kontraktornya atau dengan mengambil bahan-bahan bangunan yang ada. Hal ini tentu sangat merugikan tidak hanya bagi pihak kontraktor tetapi bagi masyarakat itu sendiri. Kondisi seperti inilah yang perlu disikapi oleh pemerintah dengan melakukan pendekatan peruasif melalui peran tuo tengganai setempat.

Pembangunan manusia

merupakan pondasi dasar yang mampu mendorng anggota masyarakat untuk berperan dalam pembangunan, karena

26 . www.yulipurnama-sary.blogspot.com/ Yeli

Purnama Sari, diakses pada 15 Oktober 2015.

27 . Syahrul Khairi dan Suhami merupakan warga Desa

Senyerang yang peneliti wawancarai tanggal 3 Oktober 2015.

pembangunan fsik tidak akan berjalan jika mental masyarakatnya belum siap

dengan pembangunan. Hedebro

menjelaskan ada dua belas peran yang dapat dilakukan oleh komunikasi dalam pembangunan, yaitu:

1. Komunikasi dapat menciptakan iklim

bagi perubahan dengan

membujukkan nilai-nilai, sikap mental, dan bentuk perilaku yang menunjang pembangunan.

2. Komunikasi dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan baru, mulai dari baca tulis kepertanian, hingga keberhasilan lingkungan. 3. Media massa dapat bertindak sebagai

pengganda sumber-sumber

pengetahuan.

4. Media massa dapat mengantarkan

pengalaman-pengalaman yang

seolah-olah dialami sendiri, sehingga menguranginbiaya psikis dan ekonomis untuk menciptakan kepribadian yang mobile.

5. Komunikasi dapat meningkatkan aspirasi yang merupakan perangsang untuk bertindak nyata.

6. Komunikasi dapat membantu masyarakat menemukan norma-norma baru dan keharmonisan dari masa transisi.

7. Komunikasi dapat membantu orang lebih condong untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan di tengah kehidupan bermasyarakat.

8. Komunikasi dapat mengubah struktur kekuasaan pada masyarakat yang bercirikan tradisional, dengan menawarkan pengetahuan kepada masyarakat. Mereka yang memperoleh informasi akan menjadi orang yang berarti, dan para pemimpin tradisional akan tertantang oleh kenyataan bahwa orang lain yang juga mempunyai kelebihan dalam hal memiliki informasi.

9. Komunikasi dapat menciptakan rasa kebangsaan sebagai suatu yang mengatasi kesetiaan-kesetiaan lokal.

10. Komunikasi dapat membantu

mayoritas populasi menyadari pentingnya arti mereka sebagai warga negara, sehingga dapat membantu meningkatkan aktivitas politik.

11. Komunikasi memudahkan

perencanaan dan implementasi program-program pembangunan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok.

12. Komunikasi dapat membuat

(14)

lainnya menjadi suatu proses yang berlangsung sendiri.28

Melihat penjelasan yang

dipaparkan Hedebro di atas menegaskan bahwa, komunikasi memberikan ruang yang sangat besar bagi kearifan lokal seperti tuo tengganai untuk berkembang dan memberikan arti penting bagi pembangunan masyarakat. Sentuhan lokal dan tradisional juga mampu menciptakan iklim baru bagi peubahan baik secara struktur maupun fungsinya.

Peran aktif tuo tengganai tidak hanya menguntungkan bagi pemerintah, tetapi juga bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Sebagaimana yang

disampaikan tuo tengganai desa

Senyerang, Muhammad Hatta bahwa dirinya selalu dihubungi oleh pihak pemerintah ataupun pihak yang berkepentingan ketika ada program pembangunan yang akan dikerjakan. Dari informasi yang bersifat statistik seperti yang menyangkut, siapa yang bisa diajak kerjasama, karakter masyarakat hingga skala prioritas yang akan dibangun. Melibatkan peran serta tuo tengganai

dalam pembangunan merupakan

perwujudan dari pembangunan yang melibatkan unsur lokalitas dan kearifan lokal.

Dalam pandangan ilmu

komunikasi, disebut two steps flow theory

(aliran komunikasi bertahap ganda). Kerana berbagai keterbatasan dan permasalahan yang cukup kompleks, maka suatu informasi yang disampaikan (message) tidak tertuju langsung kepada seluruh audiens (khalayak). Meskipun banyak khalayak yang mendengar informasi itu, namun banyak juga yang tidak memahaminya. Sedangkan yang tidak langsung mendengar juga tentu masih banyak, kerana mungkin saja terjadi noise (gangguan) yang dapat menghalangi proses penyampaian informasi. Dalam hal inilah, informasi itu akan terlebih dahulu dicerna dan dimaknai oleh pemuka pendapat, kemudian akan melanjutkan informasi tersebut kepada audiens dengan bahasa khalayak

d. Dimensi Komunikasi Tuo Tengganai

28 . Nasution, Zulkarnain. 1996. Komunikasi

Pembangunan; Pengenalan Teori dan Penerapannya. Edisi revisi. Jakarta: Rajagrafndo Persada, hal : 86-88.

Sebagai orang yang menjadi perwakilan pemerintah dalam hal menyampaikan informasi, tuo tengganai

sebagai komunikator tentu mempunyai peluang yang lebih besar informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan tuo

tengganai lebih memahami karakter

masyarakatnya. Sebagai ilustrasi, ketika terjadi konfik antara Senyerang dengan PT. WKS beberapa tahun yang lalu, pihak pemerintah daerah datang ke Desa Senyerang untuk memberikan pandangan dan penjelasan tentang penyelesain konfik. Namun masyarakat desa Senyerang tetap saja tidak terima dan terus mendesak pemerintah untuk turun tangan. Komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah tidak berhasil, akhirnya pertemuan itu tidak menemui titik terang dan pihak dari pemerintah daerah pulang tanpa mebawa hasil. Akhirnya pemerintah daerah mengudang perwakilan dari masyarakat dan tuo tuo

tengganai desa Senyerang untuk

menyampaikan langkah-langkah

selanjutnya.

Model komunikasi seperti di atas menerangkan bahwa informasi bisa saja tidak langsung atau mempengaruhi

audience, tetapi melalui perantaraan pihak lain atau opinion leader. Model ini didasari bukti bahwa pengaruh suatu informasi yang disampaikan melalu

opinion leader akan berbeda dari tujuan awal komunikator atau sumber pesan. Hal ini dikarenakan informasi terlebih dahulu diolah oleh opinion leader berdasarkan

frame of reference dan field of

eksperience nya (Nurudin, 2007).

Tuo tengganai (opinion leader)

desa Senyerang kembali mengambil perannya. Dia berusaha menenangkan masyarakat dengan tidak menyalahkan pihak pemerintah daerah. Sebagaimana yang diungkapkan dari hasil wawancara berikut:

“Situasi yang sulit saat itu membuat saya harus mengambil tindankan dengan berusaha memberikan pemahaman kepada masyarakat. Melalui pengeras suara dan masyarakat kami kumpulkan di

kanten (semacam balai) Kekecewaan

masyarakat memang beralasan, tetapi juga pemerintah daerah memiliki keterbatasan, mereka tidak memiliki kewenangan dalam

(15)

pemerintah daerah hanya hanya sebagai fasilitator. Yang memiliki kewenangan penuh atas konflik dengan PT. WKS ini adalah pemerintah pusat yakni Kementerian Kehutanan”.29

Situasi di atas juga dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar. 2

Foto, M. Khaidir: Suasana musyawarah antara tuo tengganai dengan masyarakat

Dari hasil wawancara dan dua gambar di atas menunjukkan bahwa komunikasi yang dilakukan tuo tengganai

ini menjadikan pesan yang disampaikan sangat efektif di mana pesan yang disampaikan langsung ke khalayak dan tidak melalui perantara. Dengan menggunakan pengeras suara sebagai media komunikasi masyarakat dapat mendengar langsung.

Komunikasi yang dilakukan tuo-tuo tengganai tidak hanya sebatas pada waktu yang terkondisi seperti yang dijelaskan di atas, juga dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, ketika ada hajatan pesta pernikahan, kenduri, dan pada kesempatan-kesempatan lain. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan rasa kedekatan dengan masyarakat. Strategi komunikasi ini sangat efektif bagi komunikator untuk

menyampaikan pesan kepada

komunikannya melalui acara-acara yang sederhana.

Jika merujuk pada ungkapan Melvin L. De Fleur yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi (1986) dalam buku ‘Dimensi-dimensi Komunikasi’, bahwa ada empat teori untuk menjelaskan strategi komunikasi yang digunakan oleh

tuo tengganai di atas. Empat teori terebut adalah:

1. Individual Diferences Theory,

bahwa khalayak sebagai

komunikan secara selektif

psikologis memperhatikan suatu pesan komunikasi jika berkaitan

29 . Wawancara dengan Muhammad Hatta, tuo

tengganai Desa Senyerang, 3 Oktober 2015.

dengan kepentingannya, sesuai sikap, kepercayaan, dan nilai-nilainya.

2. Sicial Catagories Theory, bahwa meskipun masyarakat modern sifatnya heterogen namun orang-orang yang mempunyai sifat yang sama akan memilih pesan komunikasi yang kira-kira sama dan akan memberikan tanggapan yang kira-kira sama pula.

3. Social Relationship Theory, bahwa

walaupun pesan komunikasi hanya sampai pada seseorang tapi kalau seseorang tersebut sebagai pemuka pendapat (opinion leader), maka informasi isi pesan tersebut akan diteruskan kepada orang

lainnya bahkan juga

menginterpretasikannya. Berarti opinion leader tadi mempunyai pengaruh pribadi (personal infuence) yang merupakan mekanisme penting dapat merubah pesan komunikasi).

4. Cultural Norms Theory, bahwa

melalui penyajian yang selektif dan penekanan pada tema tertentu media massa menciptakan kesan-kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya yang sama mengenai topik-topik tertentu dibentuk dengan cara-cara khusus dengan batas-batas situasi perorangan.30

Empat teori di atas menegaskan bahwa untuk mendukun komunikasi agar efektif perlu memperhatikan hal-hal yang

dapat mendukung terlaksananya

pemahaman yang sama antara komunikator dengan komunikan.

Kearifan lokal dan eksistensi adat setempat seperti “pegangan”31 memang

sering luput dari perhatian para peneliti. Hal ini selain dianggap tabu jika diungkapkan juga dianggap tidak ilmiah. Namun dalam hal ini peneliti menemukan bahwa selain faktor kemampuan berkomunikasi yang ada pada tuo tengganai desa Senyerang, juga ada fattor lain yang sangat mempengaruhi

30 . Onong Uchjana Effendy. 1986. Dimensi-Dimensi

Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

31 . Kata Pegangan merupakan ungkapan yang

(16)

keberhasilan komunikasi yakni faktor “pegangan” yang ada pada diri tuo

tengganai. Abdurrahman yang merupakan

orang tua setempat mengungkapkan sebagai berikut:

“Untuk menghadapi masyarakat di manapun kita tinggal, kita harus memiliki pegangan, selain untuk menjaga diri juga untuk menundukkan orang lain agar mau mengikuti apa yang kita sampaikan. Meskipun kita pandai berbicara, tetapi apa yang kita sampaikan mampu meyakinkan orang lain. Dan pada umumnya orang tua-tua terdahulu memiliki pegangan tersebut”.32

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi

tuo tengganai desa Senyerang. Hal ini memberikan makna bahwa adat dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan dan interaksi sosial di masyarakat sebagaimana yang ada di desa Senyerang. Pegangan yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di desa. Hal ini tidak hanya untuk menjaga diri juga bertujuan membuat orang lain merasa nyaman berada di dekat orang yang memiliki pegangan tersebut.

Penjelasan di atas menegaskan bahwa komunikasi tidak hanya berbicara tentang factor keberhasilan komunikasi yang lazim diungkapkan oleh para ahli, tetapi komunikasi juga mampu menyentuh ke bagian yang paling khusus yang merupakan berpujudan dari komunikasi intrapersonal seperti yang ada pada tuo tengganai desa Senyerang.

5. Penutup

Setelah negara menyatakan kesediaannya mengurus langsung 74.093 desa, ada baiknya ditegaskan bahwa urusan desa menjadi tugas kolaboratif kementerian dan lembaga di pusat, pemerintah daerah, serta perangkat desa. Desa yang merupakan objek dari pembangunan tentu yang lebih

32 . Wawancara dengan Abdurrahman yang biasa

warga setempat menyebutnya Ngah Durahman merupakan warga dari suku Banjar Kalimantan Selatan, 25 November 2015.

mengetahui kebutuhan dan karakteristik masyarakatnya adalah masyarakat desa itu sendiri. Melihat dinamika yang sering tejadi masyarakat menjadi pelajaran yang sangat penting dalam merumuskan strategi pembagunan. Kondisi seperti inilah yang perlu disikapi oleh pemerintah dengan melakukan pendekatan peruasif melalui peran tuo tengganai setempat.

Pembangunan manusia

merupakan pondasi dasar yang mampu mendorng anggota masyarakat untuk berperan dalam pembangunan, karena pembangunan fsik tidak akan berjalan jika mental masyarakatnya belum siap

dengan pembangunan. Dengan

melibatkan tuo tengganai (opinion leader)

setempat dalam pembangunan

merupakan strategi yang tepat jika melihat perannya yang sangat strategis. Melibatkan peran serta tuo tengganai

dalam pembangunan juga merupakan perwujudan dari pembangunan yang mengedepankan unsur lokalitas dan kearifan lokal.

Selanjutnya, komunikasi tidak hanya berbicara tentang faktor keberhasilan komunikasi yang lazim diungkapkan oleh para ahli, tetapi komunikasi juga mampu menyentuh ke bagian yang paling khusus yang merupakan berpujudan dari komunikasi intrapersonal.

Daftar Pustaka

Effendy, Onong Uchjana. 1986.

Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Bungaran, Antonius Simanjuntak. 2006. Struktur social dan Sistem Politik Batak Toba. Jakarta: Buku Obor.

__________, 2003. Ilmu Komunikasi Teori

dan Praktek. Cetakan

Kesembilanbelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

__________, 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek .Bandung: Remaja Rosdakarya.

K. Yin, Robert, 2002. Studi Kasus Desain dan Metode, Jakarta: PT: Raja Grafndo Persada.

(17)

dan Penerapannya. Edisi revisi. Jakarta: Rajagrafndo Persada.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Raja Grafndo

Soerjono Soekamto. 1982. Kamus Hukum Adat. Bandung: Alumni IKAPI

Soetardjo. 2002. Pemerintahan Desa dan Administrasi Desa. Jakarta: PT Raja Grfndo Persada.

Syaifudin Rohim. 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang penulis laksanakan di lapangan tentang peran opinion leader MUI Kota Depok dalam Pilkada Kota Depok 2015, maka untuk

Kenapa penulis membuat judul seperti itu karena pada saat melakukan magang atau kuliah kerja media, penulis sangat tertarik dengan kegiatan yang telah diberikan untuk

Merujuk pada teori pemaknaan yang diutarakan Stuart Hall (1991), cara komunikan dalam mengdekode pesan dari komunikator terkait berita positif tentang Indonesia

Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana peran sumber daya manusia dalam meningkatkan kinerja karyawan pada

Dalam melakukan pembelajaran pendidikan agama islam, guru juga melakukan perannya sebagai komunikator, fasilitator dan motivator, dengan menggunakan cara seperti

telah disusun dalam Rencana Strategis (Renstra) tersebut, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau dalam perannya selaku komunikator berusaha untuk

Sebagai evaluator guru juga telah melakukan perannya dengan melihat dan menilai perkembangan karakter disiplin siswa agar selalu disiplin di dalam kelas di

Dengan melihat permasalahan yang terjadi di aliran sungai Desa Mangunang Kecamatan Haruyan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut yaitu