OPTIMASI SISTEM JARINGAN PRODUKSI PADA BLOCK
STATION I.B LAPANGAN JOB PPEJ BOJONEGORO
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh : INDRA BAYU
113130099
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
OPTIMASI SISTEM JARINGAN PRODUKSI PADA BLOCK
STATION I.B LAPANGAN JOB PPEJ BOJONEGORO
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam sistem jaringan produksi Lapangan JOB PPEJ, sumur dibagi dalam
sebuah block station yang dalam block tersebut sumur-sumur dipisahkan lagi menjadi sebuah cluster. Pengoptimasian produksi sebuah lapangan yang terdapat
beberapa cluster dilakukan dengan regrouping cluster ataupun dengan penggantian
ukuran choke untuk sumur natural flow yang sesuai dengan produktivitas sumur sehingga tidak akan menimbulkan masalah selama proses produksi dan laju alir
yang diinginkan dapat tercapai.
Analisa optimasi sistem jaringan cluster akan memberikan solusi apa yang
sebaiknya dilakukan dalam usaha optimasi sistem jaringan cluster yang ditinjau dari aspek produksi yaitu memperoleh laju produksi yang besar, penambahan
kumulatif produksi minyak dan gas yang besar juga berlangsung lama. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan melakukan simulasi produksi pada sistem jaringan cluster,
yaitu dengan membuat suatu model yang disesuaikan dengan perilaku produksi
yang sebenarnya.
Pemodelan skenario optimasi sistem jaringan produksi cluster block station,
menggunakan perangkat lunak pipesim yang dikembangkan oleh Sclumberger. Dengan sensitivitas artificial lift produksi untuk sumur yang sudah pada tahap secondary recovery dan choke untuk sumur yang masih natural flow.
2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada skripsi tertuang melalui pertanyaan, bagaimanakah
pengaruh sensitivitas pengangkatan buatan dan choke agar memperoleh produksi
3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud Mengetahui kinerja dari sumur-sumur di block station IB dengan menganalisa laju produksi dengan menggunakan perangkat lunak
pipesim.
Tujuan Mengoptimasikan produksi dengan membuat skenario
menggunakan perangkat lunak pipesim.
3. BATASAN MASALAH
Dalam penelitian tugas akhir ini, cakupan masalah yang akan diteliti
memiliki batasan masalah yaitu lingkup tinjauan penelitian dibatasi pada aliran dari
reservoir sampai pada separator di permukaan.
4. METODOLOGI
Pipesim merupakan salah satu simulasi produksi yang digunakan penulis untuk mensimulasikan block station IB. Secara garis besar, prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persiapan data yaitu pengumpulan, pengelompokan dan pemilihan data
lapangan yang berupa data reservoir, data sumur dan penunjang yang
nantinya digunakan dalam proses inisialisasi. Data yang diperlukan
dalam mengembangkan model diantaranya :
Data properti fluida (PVT, FVFO dan komposisi fluida
reservoir).
Data laju produksi (Ps dan Pwf, Pb, Qo dan Ql, WC).
Data profil geometri pipeline (jenis pipa, ID dan panjang pipa).
Data komplesi (Pwh, letak perforasi, ID & OD tubing serta ID
& OD casing).
2. Melakukan analisa pada produktivitas masing-masing sumur.
Membuat Kurva IPR sehingga mendapat inflow performance tiap sumur. Sebagai contoh menggunakan metode vogel, pudjo
Memperhitungkan kehilangan tekanan vertikal memakai metode
kehilangan tekanan pada pipa vertikal sehingga mendapat kurva
outflow performance. Sebagai contoh : metode Hagedorn & Brown, metode Beggs & Brill.
Potongan dari inflow & outflow performace dapat diketahui laju
alir (q), tubing head pressure dan pressure well head tiap sumur.
3. Melakukan analisa pada sistem jaringan produksi di permukaan
Setelah mengetahui pressure well head tiap sumur, kemudian memperhitungkan kehilangan tekanan pada pipa horizontal
hingga mencapai header. Sebagai contoh menggunakan metode
Beggs & Brill, metode Duckler.
Bila terjadi backpressure di header maka dilakukan penyeragaman tekanan pada header sebagai titik node.
Memperhitungkan tekanan kerja separator optimum.
4. Mengevaluasi dan menganalisa skematik diagram jaringan produksi
existing sebagai base case scenario. Kemudian melakukan beberapa skenario produksi sehingga dapat dilakukan perbandingan terhadap data
report antara model sebenarnya yang sudah ada dengan skenario. Sebagai contoh skenario : merubah tekanan pada separator tanpa
merubah jaringan, regrouping, merubah tekanan pada separator dan regrouping.
5. Untuk melakukan analisa produktivitas masing-masing sumur, jaringan
produksi di permukaan dan skenario produksi agar mendapatkan hasil
optimum nantinya dibantu oleh simulator pipesim.
6. Menyimpulkan dan menulis laporan. Optimasi dianggap berhasil
apabila parameter laju alir produksi secara sistem jaringan meningkat.
5. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan suatu model
simulasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
6. LANDASAN TEORI
6.1. Aliran Fluida Dalam Media Berpori 6.1.1. Productivity Index
PI merupakan besaran yang menunjukkan kemampuan batuan reservoir untuk berproduksi, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara laju produksi fluida dengan pressure drawdown. Jadi dapat dikatakan bahwa PI adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat keproduktifitasan suatu formasi, atau secara matematis dapat dinyatakan dengan persamaan
Pwf Ps
q PI
, bbl/D/psi ... (6-1)
Keterangan :
PI = productivity index, bbl/day/psi
Q = laju produksi cairan total, bbl/day
Ps = tekanan statis reservoir, psi
Pwf = tekanan dasar sumur sewaktu terjadi aliran, psi
Secara teoritis Persamaan (6-1) dapat didekati oleh persamaan radial dari darcy untuk fluida homogen, incompressible dan horizontal. Dengan demikian untuk aliran minyak saja berlaku hubungan :
) / ln( 00708 . 0
w e o o
o r r B
h k PI
... (6-2)
Persamaan (6-1) hanya dapat digunakan untuk aliran fluida satu fasa,
sehingga tidak dapat dipenuhi apabila dalam aliran fluida terdapat air formasi.
Tetapi dalam praktek keadaan semacam ini masih dapat dianggap berfasa satu,
sehingga persamaan (6-1) dapat diperluas dengan memasukkan laju aliran air ke
dalam persamaan tersebut, yaitu :
Pwf Ps
q q
PI o w
... (6-3)
Keterangan :
Berdasarkan pengalamannya, Kermit E Brown (1967) telah memberikan batasan terhadap tingkat produktifitas sumur sebagai berikut :
PI rendah, jika PI ≤ 0.5
PI sedang, jika 0.5 ≤ PI ≤ 1.5
PI tinggi, jika PI ≥ 1.5
6.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
Productivity Indeks yang telah disebutkan di atas hanya merupakan
gambaran secara kuantitatif mengenai kemampuan suatu sumur untuk berproduksi.
Untuk melihat kelakuan sumur berproduksi, maka harga PI dinyatakan secara
grafis, yaitu grafik yang menunjukkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur
dengan laju produksi, berupa grafik Inflow Performance Relationship (IPR).
Untuk sumur yang telah berproduksi dimana tekanan dasar sumur telah
turun di bawah tekanan gelembung sehingga gas bebas ikut terproduksi, maka
kurva IPR tidak linier lagi tetapi berupa garis lengkung. Hal ini disebabkan karena
kemiringan kurva IPR akan berubah secara kontinyu untuk setiap harga Pwf.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Vogel terhadap sumur-sumur
yang berproduksi dari reservoar dengan mekanisme pendorong solution gas drive,
Vogel melakukan beberapa anggapan reservoir bertenaga dorong gas terlarut, harga
skin disekitar lubang bor sama dengan nol, dan tekanan reservoir dibawah tekanan
saturasi
Kemudian dengan menggunakan persamaan (6-4) dibuat suatu grafik IPR
(dimensionless IPR) yang ditunjukan pada gambar 6.1. Untuk tujuan praktis grafis
IPR tak berdimensi tersebut dinyatakan dalam persamaan berikut : 2
Keterangan :
qo = rate produksi minyak (data test), bbl/hari
qmax = rate produksi maksimum pada Pwf = 0, BOPD
qb = rate produksi pada saat Pwf = Pb, bbl/hari
Pb = tekanan bubble point, psi
Gambar 6.1.
Kurva IPR untuk aliran dua fasa. 6.2. Aliran Fluida Dalam Pipa
6.2.1. Persamaan Dasar Aliran Fluida Dalam Pipa
Persamaan dasar aliran fluida dalam pipa dikembangkan dari Persamaan
Energi, yang menyatakan keseimbangan energi antara dua titik dalam sistem aliran
fluida. Persamaan ini mengikuti hukum konversi energi, yang menyatakan bahwa
energi yang masuk ke titik pertama ditambah dengan kerja-kerja yang dilakukan
oleh dan terhadap fluida di antara titik pertama dan kedua, dikurangi dengan energi
yang hilang di antara kedua titik tersebut sama dengan energi yang keluar dari titik
kedua. Hukum konservasi energi tersebut dapat dituliskan dalam persamaan
berikut:
𝑈1+ 𝑝1𝑉1+𝑚𝑣1 2 2𝑔𝑐 +
𝑚𝑔ℎ1
𝑔𝑐 + 𝑄 − 𝑊 = 𝑈2+ 𝑝2𝑉2+ 𝑚𝑣22
2𝑔𝑐 + 𝑚𝑔ℎ2
𝑔𝑐 ... (6-5)
Keterangan :
U = energi dalam
pV = energi dalam ekspansi atau kompresi
𝑚𝑣2
2𝑔𝑐 = energi kinetic 𝑚𝑔ℎ
𝑔𝑐 = energi potensial
Q = energi panas yang ditambahkan
Persamaan (6-5) merupakan hukum konservasi energi yang akan
dikembangkan menjadi persamaan aliran fluida dalam pipa, dengan menggunakan
konsep-konsep thermodinamika, dimana dapat diperoleh persamaan untuk
menghitung kehilangan tekanan.
A. Reynolds Number
Reynolds Number adalah parameter tidak berdimensi yang menunjukan
perbandingan antara gaya inersia dengan gaya viskositas atau dapat dirumuskan
sebagai berikut: 1488 Re
vd
... (6-6)
Keterangan:
ρ = densitas fluida, lbm/ft3 v = kecepatan aliran, ft/sec
d = pipa ID, ft
µ = viskositas fluida, cp
B. Regim Fluida
Regim Aliran menggambarkan aliran fluida secara alami. Ada dua jenis
aliran yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Aliran laminar mempunyai NRe
(Reynolds Number) kurang dari 2100 dan aliran turbulen mempunyai NRe lebih
besar dari 4000. Sedangkan untuk aliran fluida yang mempunyai NRe antara 2100 –
4000 disebut dengan aliran transisi.
C. Teorema Bernoulli
Pada umumnya untuk menyatakan energi yang terkandung di dalam fluida
disebut energy potensial yang diistilahkan dalam tinggi ekivalen atau “Head” dalam kolom fluida. Sesuai dengan pernyataan di atas, Bernoulli membagi energy total
pada satu titik menjadi beberapa, yaitu:
1.Head karena ketinggian
2.Head tekanan yang disebabkan oleh energy potensial yang terkandung didalam tekanan fluida pada suatu titik
Dengan menganggap bahwa fluida tidak melakukan kerja dan tidak dikenai
kerja maka persamaan Bernoulli dapat ditulis sebagai berikut:
L
Keterangan :
Z = head ketinggian
D. Persamaan Darcy
Persamaan ini sering disebut juga persamaan Weisbach atau persamaan
Darcy-Weisbach yang menyatakan bahwa Head-loss akibat gesekan antara dua titik
padasuatu bagian pipa adalah berbanding lurus dengan kecepatan dan panjang pipa
dan berbanding terbalik dengan diameter pipa atau dapat ditulis:
g
Keterangan :
HL = head-loss karena gesekan, ft
L = panjang pipa, ft
D = diameter pipa, ft
f = gesekan
Persamaan 6-7 dan 6-8 dapat dipakai untuk menghitung tekanan pada setiap
titik di dalam system pemipaan jika tekanan, kecepatan alir, diameter pipa dan
elevasi diketahui. Sebaliknya, jika tekanan, diameter pipa dan elevasi diketahui
pada dua titik, maka kecepatan alir dapat dihitung.
E. Faktor Gesekan Moody
Variabel f yang terdapat pada persamaan-persamaan sebelumnya disebut
factor gesekan Moody dan bersarnya nilai f ditentukan dari diagram Moody
dimana harganya satu per empat dari faktor gesekan Moody. Dalam beberapa
referensi faktor gesekan yang digunakan adalah Moody dilain pihak faktor gesekan
Fanning juga seing digunakan. Latihan penggunaan faktor gesekan ini harus sering
dilakukan untuk menghindari kesalahan penggunaan faktor gesekan.
Gambar 6.2. Diagram Moody
Pada umumnya, faktor gesekan merupakan fungsi dari Reynold number, Re
dan kekasaran relatif pipa, ɛ/D. Untuk aliran laminar, f hanya fungsi dari Re:
Re 64
f ... (6-9)
Untuk aliran turbulen, f merupakan fungsi dari kekasaran pipa dan Re. Pada
nilai Re yang sangat tinggi, f hanya fungsi dari ɛ/D.
6.2.2. Kehilangan Tekanan dalam Pipa Produksi
Persamaan kehilangan tekanan pipa yang digunakan adalah:
dL g
vdv D
g v f
g c c
M
2 sin g dL
dP 2
c
... (6-10)
Keterangan:
sin g
c
g = kehilangan tekanan karena ketinggian
D g
v f
c M 2
2
dL g
vdv
c
= kehilangan tekanan karena percepatan
P = tekanan, lbf/ft2
L = panjang pipa, ft
g = percepatan gravitasi, ft/sec2
gc = 32.17, ft-lbm/lbf-sec2
ρ
= densitas, lbm/ft3
θ
= sudut yang terbendutk terhadap arah horizontal, derajat fM = faktor gesekan Darcy-Weisbach (Moody)
v
= kecepatan alir, ft/sec
D = diameter dalam pipa, ft
Untuk aliran vertikal dimana θ = 90o maka sin 90 = 1 sehingga persamaan
6-10 menjadi:
dL
6-10 menjadi:
dL
6.2.2.1. Korelasi Aliran Fluida Multifasa dalam Pipa 6.2.2.1.1. Metode Hagedorn & Brown
Usaha yang telah dilakukan oleh Hagedorn & Brown adalah membuat suatu
korelasi perhitungan gradient tekanan yang dapat dipergunakan dalam range laju aliran yang sering dijumpai dalam praktek, range GLR yang luas, dapat dipergunakan untuk setiap ukuran tubing serta berbagai sifat fisik daripada fluida
yang mengalir.
Metode ini memperhitungkan adanya “slip‟, yaitu perbedaan kecepatan
antara gas dan cairan, tetapi tidak memperhitungkan adanya pola aliran. Dasar
penurunan persamaan keseimbangan energi dengan memasukkan semua energi
h
Keterangan :
ρ
m =ρ
LH
L+
ρ
g(1-H
L)
HL = liquid hold up factor
ρ
m = total masa oil, water, gas pada 1 bbl cairan (lb/cuft)HL ditentukan berdasarkan hubungan yang merupakan fungsi GLR, WOR, d
dan sebagainya seperti pada gambar bilangan Reynold untuk dua fasa.
Harga NRe dihitung dengan menggunakan Persamaan :
)
parameter tak berdimensi, yaitu :
1. Liquid Velocity Number, NLv
NLv = 1.938 VSL (
ρ
L/σ)0.25 ... (6-15)2. Gas Velocity Number, Ngv
Ngv = 1.938 Vsg (
ρ
L/ σ)0.25 ... (6-16)3. Pipa Diameter Number, Nd
Nd = 120.872 d (
ρ
L/ σ)0.5... (6-17)4. Liquid Viscosity Number, NL
NL = 0.15726
µ
L (1/ρ
L σ3)0.25 ... (6-18)Keterangan :
vsL = kecepatan superficial cairan = ft/sec
vsg = kecepatan superficial gas = ft/sec
ρ
L = densitas cairan, lb/cuftρ
g = densitas gas, lbm/cuftσ = tegangan permukaan, dyne/cm
µ
L = viscositas cairan, cpUntuk menghubungkan keempat faktor parameter tak berdimensi diatas,
makan dapat dibuat sistem hubungan faktor hold-up, seperti pada gambar 6.3.
pengaruh viscositas cairan diperhitungkan dalam bentuk CNL yang ditentukan
berdasarkan hubungan antara CL dan CNL , seperti pada gambar 6.4.
Pendekatan-pendekatan diatas digunakan untuk mengetahui friksi yang
timbul pada aliran dua fasa dalam pipa vertikal, maka dapat pula diketahui selisih
tekanan berapa yang akan memberikan flow rate tertentu. Dengan demikian
produktivitas aliran fluida dua fasa dalam pipa vertikal diketahui.
Gambar 6.3. Korelasi Faktor Hold Up
Gambar 6.4.
Korelasi Faktor Viskositas 6.2.2.1.2. Metode Beggs & Brill
Pola aliran merupakan suatu parameter korelasi dan tidak menyatakan
horizontal. Pola-pola aliran yang dipertimbangkan dalam perhitungan ini, yaitu:
segregated, transisi, intermittent dan distributed. Parameter-parameter yang diperlukan untuk menentukan pola aliran adalah sebagai berikut:
gD
Batasan untuk tiap pola aliran adalah sebagai berikut:
Pola aliran segregated.
01
Pola aliran transition.
0
Pola aliran intermittent.
4
Pola aliran distributed.
4
terlihat pada tabel VI-1. Kemudian untuk mencari liquid hold-up pada pola aliran
transisi digunakan interpolasi dari liquid hold-up aliran segregated dengan aliran intermittent, dengan persamaan:
HL(transisi) = A HL(segregated) + B HL(intermittent) ... (6-26)
A =
2 3 3
L L
N
L FR
... (6-27)
B = 1 – A ... (6-28)
Tabel VI-1 Konstanta a, b dan c
POLA ALIRAN a b c
Segregated 0,98 0,4846 0,0868
Intermittent 0,845 0,5351 0,0173
Distributed 1,065 0,5824 0,0609
Harga liquid hold-up pada sudut kemiringan tertentu merupakan koreksi dari
harga pada pipa horizontal, yaitu:
L
0L H
H ... (6-29) Keterangan :
HL(θ) = liquid hold up pada sudut kemiringan sebesar θ
HL (0) = liquid hold up pada pipa alir horizontal Ψ = faktor koreksi terhadap kemiringan pipa alir
= 1 –C(sin(1.8 α) – 0.333 sin3(1.8 α)
θ = sudut kemiringan pipa sebenarnya terhadap bidang horizontal C = (1-λL) ln (d(λL)e (NFR)f (NFR)g
Tabel VI-2.
Konstanta untuk Menghitung Harga C
Pola Aliran d e f g
Segregated 0.011 -3.7680 3.5390 -1.6140
Intermittent 2.965 0.3050 -0.4473 0.0978
Distributed Tidak perlu dikoreksi karena C = 0
Harga C berdasarkan pola aliran :
Intermittent.
menggunakan diagram Moody untuk pipa halus, atau dengan menggunakan
persamaan berikut:
n s tp e f
f . ... (6-36) Harga fnadalah faktor gesekanno slip yang dapat ditentukan dari Moody’s
diagram untuk pipa alir halus (smooth pipe) ataupun dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Keterangan :
Kemudian dari persamaan 6-36 dapat dihitung rasio no slip friction factor
dua fasa yang kemudian persamaannya menjadi sebagai berikut:
s
Keterangan :
}
Persamaan (6-40) akan berharga tak terhingga pada interval 1 < y < 1.2 dan
untuk interval y tersebut fungsi S, ditentukan dengan persamaan :
2.2 1.2
ln
y
S ...(6-48) Gradien tekanan akibat gesekan menurut Beggs-Brill dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
d
Korelasi Beggs & Brill Original dilakukan pengembangan yang dikenal
dengan Begss & Brill Revised dengan perubahan:
1. Gelembung pada regim aliran diasumsikan adalah no slip hold up.
2. Friksi yang terjadi pada pipa standar diubah dengan friksi yang terjadi pada
fasa berdasarkan kecepatan aliran rata-rata.
6.2.2.2. Metode Kehilangan Tekanan dalam Pipa Horizontal Persamaan yang digunakan dalam aliran horizontal yaitu:
dL
Komponen ketinggian pada aliran fluida dalam aliran horizontal tidak
digunakan karena tidak ada fluida yang terangkat ke atas. Secara matematis, sin θ
Jika komponen akselerasi diabaikan maka persamaan 6-51 akan menjadi:
d g
v f dL dP
c m m m 2
2
... (6-52)
Salah satu metode dalam perhitungan aliran fluida horizontal yaitu metode
Beggs-Brill. Metode ini memperhitungkan semua range laju alir dan ukuran pipa yang digunakan. Dan metode ini juga dapat digunakan pada aliran horizontal yang
mempunyai sudut tertentu. Korelasi lain yang dapat digunakan dalam perhitungan
aliran fluida horizontal adalah Duckler et al., Eaton et al., Flaningan dan Hybrid
Model.
6.2.2.2.1. Korelasi Beggs and Brill
Metode korelasi Beggs-Brill yang telah dibahas sebelumnya pada sub bab
6.2.2.1.2. dapat diaplikasikan pada perhitungan kehilangan tekanan untuk aliran horizontal. Dengan sudut kemiringan pipa sama dengan 0, tidak ada koeksi yang
diperlukan untuk horizontal holdup, Prediksi pola aliran horizontal ditunjukan pada
gambar 6.5.
6.2.2.2.2. Korelasi Duckler
Studi yang dilakukan Duckler terdiri dari dua bagian, yaitu :
1. Dengan anggapan tidak terjadi slip antara slip dan dianggap homogen
2. Dengan menganggap terjadi slip, tetapi perbandingan antara kecepatan
masing-masing fasa terhadap kecepatan rata-rata adalah konstan.
Korelasi Duckler I :
Duckler I ini dikembangkan berdasarkan anggapan bahwa aliran merupakan
aliran homogen dan tidak terjadi “slip” antar fasa. Hold up cairan tanpa slip, yL didefinisikan sebagai perbandingan antara laju aliran cairan volumetric terhadap laju fluida total volumetric atau sebagai perbandingan antara kecepatan cairan superficial dengan kecepatan superficial total. Korelasi ini merupakan korelasi yang sederhana, dimana tidak diperlukan peta pola aliran seperti perhitungan
tekanan fluida satu fasa.
Hold up aliran tanpa slip, L dihitung dengan persamaan. Sedangkan faktor gesekan
32
Kehilangan tekanan aliran dalam pipa horizontal sebagai akibat gesekan dihitung
dengan persamaan :
d
Keterangan :
Anggap P1 (up stream pressure) dan P2 sebagai (down stream pressure) untuk suatu
jarak x, dimana Pavg adalah tekanan rata-rata.
Pavg =
Sehingga akan didapat kehilangan total akibat gesekan :
a
Korelasi Duckler II :
Korelasi Duckler II ini disebut juga metode slip konstan dan merupakan korelasi yang paling banyak digunakan. Pada metode ini meskipun dengan
anggapan terjasdi slip, tetapi harga no-slip hold up tetap dihitung. Harga no-slip hold up ini digunakan untuk menentukan harga faktor gesekan dan hold up sebenarnya. Persamaan-persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :
tp
Keterangan :
Sementara besarnya kehilangan tekanan akibat gesekan dan akibat
percepatan dapat dihitung dengan persamaan berikut :
d
Sehingga kehilangan tekanan total adalah :
a
Flow Regime Korelasi Beggs-Brill 6.2.3. Analisa Nodal
Sistem sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktif
dengan separator dapat dibagi menjadi 6 komponen, seperti yang ditunjukan
gambar 6.4, yaitu:
b. Komponen komplesi
c. Komponen tubing
d. Komponen pipa salur
e. Komponen restriksi/jepitan
f. Komponen separator
Komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur yang akan
dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara
menvariasikan ukuran tubing, pipa salur jepitan dan tekanan kerja separator. Pengaruh kelakuan aliran fluida masing-masing komponen terhadap system sumur
secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan analisa system nodal.
Gambar 6.4. Sistem Sumur Produksi 6.2.4. Gathering System
Di lapangan sumur sembur alam dan sumur sembur buatan mengalirkan
fluida dengan laju yang berbeda, demikian juga dengan tekanan tiap-tiap sumur
yang dihubungkan denga satu pipa ke separator.
Klasifikasi dari gathering system adalah
1. Untuk sumur-sumur yang mempunyai kapasitas yang sangat besar, maka
setiap sumur akan mempunyai fasilitas pengukuran dan pemisahan
sendiri-sendiri. Untuk sumur yang mengandung paraffin, maka pemisahan gas akan
menyumbat pipa, untuk itu gas langsung dipisahkan di dekat kepala sumur,
demikian juga untuk sumur-sumur minyak yang jaraknya cukup jauh.
Penggunaan sistem ini secara ekonomi kurang menguntungkan.
2. Well centre gathering system. Pada sistem ini beberapa sumur disatukan dalam satu gathering system dan baru dipisahkan fluidanya.
3. Common line gathering system. Pada sistem ini beberapa sumur produsi disatukan dalam satu flowline dimana produksi minyak, gas dan air diukur
pada interval-interval tertentu oleh portable well tester yang dipasang dekat
well side.
6.2.6. Simulator Pipesim
Sistem jaringan produksi pada lapangan IB dilakukan dengan menggunakan
software komersil yaitu pipesim. Pipesim adalah suatu simu;ator produksi yang dapat digunakan dalam analisa hal-hal sebagai berikut:
a. Analisa pipeline & facilities,
b. Analisa well performance
c. Analisa jaringan (networking)
d. Production optimation
7. DATA YANG DIPERLUKAN
Tabel VII-1.
Data-data Yang Diperlukan Untuk Perencanaan Simulasi Data Produksi dan Reservoir
Ps dan Pwf
Pb
Laju produksi total (Ql)
Laju produksi minyak (Qo)
Water Cut (WC)
GLR, GOR dan WOR formasi
Temperatur Permukaan
Temperatur reservoir
SG oil
SG gas
API Gravity
SG air formasi
Faktor volume formasi minyak
Komposisi fluida reservoir
Data Pipa dan Jaringan
Jenis pipa
Diameter pipa
Panjang pipa
Ukuran choke
Data Komplesi
Pwh
Kedalaman Sumur
ID & OD Tubing
ID & OD Casing
Panjang Tubing
Letak Perforasi (MD & TVD)
8. TIME SHEET
NO DISKRIPSI MINGGU
I II III IV V VI
1
Studi Literatur dan
Lapangan
2 Pengumpulan Data 3 Pengolahan Data
4 Analisa Hasil Skenario
5 Penyusunan Laporan
9. RENCANA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
RINGKASAN
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Maksud dan Tujuan
1.4. Batasan Masalah
1.5. Metodologi
1.6. Hasil yang Diharapkan
1.7. Sistematika Penulisan
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN
2.1. Sejarah Dan Letak Geografis Lapangan IB
2.2. Keadaan Geologi Regional
2.3. Perkembangan Produksi
2.4. Data Sumur Produksi dan pipeline Lapangan IB
BAB III. TEORI DASAR
3.1. Aliran Fluida dalam Media Berpori
3.1.1. Productivity Index
3.1.2. Grafik Inflow Performance Relationship (IPR)
3.1.3. Pembuatan Kurva IPR
3.2. Aliran Fluida dalam Pipa
3.2.1. Persamaan Dasar Aliran Fluida dalam Pipa
3.2.2. Kehilangan Tekanan dalam Pipa produksi
3.2.2.1. Korelasi Aliran Fluida Multifasa dalam Pipa
3.2.2.2. Metode Kehilangan Tekanan pada Pipa Horizontal
3.3. Analisa Nodal
3.4. Gathering System
3.5. Simulator Pipesim
3.5.1. Analisa Pipeline & Facilities
3.5.3. Analisa Jaringan (Networking)
3.5.4. Production Optimization
3.5.5. Persiapan Data Lapangan
3.5.5.1. Data Reservoir dan Sumur
3.5.5.2. Data Pipa dan Jaringan
3.5.6. Pembuatan Model pada Pipesim
3.5.6.1. Pemilihan Fluida
3.5.6.2. Pemilihan Korelasi Fluida
3.5.6.3. Pembuatan Model Single Branch
3.5.6.4. Pembuatan Model Network
BAB IV. SKENARIO PRODUKSI LAPANGAN IB DENGAN
MENGGUNAKAN SIMULATOR PIPESIM
4.1. Simulator Pipesim
4.2. Persiapan Data Lapangan
4.2.1. Data Reservoir
4.2.2. Data Sumur
4.2.3. Data Produksi
4.2.4. Data Pipa
4.3. Pembuatan Model (Existing)
4.3.1. Pemilihan Fluida
4.3.2. Pemilihan Korelasi Fluida
4.3.3. Pembuatan Model Single Branch
4.3.4. Pembuatan Model Network
4.4. Pembuatan Skenario Optimasi
BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
10. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
Beggs Dale, H., “Production Optimization Using Nodal Analysis”, Oil and Gas
Consultants International, Inc.,Tulsa, 1978.
Economides, M.J., Hill, H.D., Economides, C.E., “Petroleum Production System”,
PTR Prentice Hall, Englewood Clift, New Jersey, 1994.
Anas Puji Santoso, Ir. MT. 1998, “Teknik Produksi I”, Jurusan Teknik
Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta.
Sukarno, Pudjo., Leksono M., 1990, “Aliran Fluida Multifasa Dalam Pipa”
Jansen, J. D., Currie, “Modelling and Optimization of Oil and Gas Production”,
Baker Huges INTEQ Training Course, The Netherlands, 2004