• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meminimalisasi Resiko Kegiatan UKM Terhadap Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meminimalisasi Resiko Kegiatan UKM Terhadap Lingkungan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Upaya Meminimalisasi Resiko

Kegiatan UKM Terhadap Lingkungan

Pembaca yang budiman. Sejatinya kita semua sudah faham bahwa kegiatan yang dilakukan

oleh pelaksana UKM di lapangan tentunya punya resiko terhadap lingkungan dimana

kegiatan tersebut dilaksanakan ( tercantum dalam Bab 5 kriteria 5.1.5 ). Maka diperlukan

identifikasi oleh tim UKM puskesmas sebagai upaya langkah-langkah pencegahan atau

minimalisasi resiko pelaksanaan kegiatan tersebut.

Mari kita bahas contoh kegiatan apa saja yang mempunyai resiko terhadap lingkungan.

Sebelumnya dibawah ini 9 dampak resiko kegiatan di kapangan. Diantara resiko tersebut

adalah :

1.

Gangguan kondisi fisik

2.

Kebisingan

3.

Suhu

4.

Kelembaban

5.

Pencahayaan

6.

Cuaca

7.

Bahan beracun

8.

Limbah medis

9.

Sampah infeksius

Dari semua kegiatan tim UKM di puskesmas beberapa diantaranya yang memiliki resiko

terhadap lingkungan, misalnya kegiatan foging fokus, pertolongan persalinan, pemeriksaan

sputum TB Paru, abatisasi, Indoor Residual Spraying, imunisasi, Mass Fever Survey, Mass

Blood Survey, pemeriksaan spesimen sample HIV dan pemeriksaan sediaan filariasis.

Saya coba membahas secara keseluruhan dari elemen penilaian 5.1.5. Sebagai contoh kasus

saya ambil kegiatan foging fokus. Foging fokus adalah kegiatan dimana dilakukan

pengasapan secara fokus pada lokus atau lokasi tertentu guna membunuh nyamuk dewasa

yang di curigai masih berada di sekitar rumah kasus DBD dan berpotensi sebagai penular

DBD ke warga lain. Bahan aktif yang digunakan adalah insektisida. Bahan campuran

insektisida inilah yang menimbulkan resiko lingkungan pada saat pelaksanaan foging fokus.

Misalnya tertumpahnya sebagian insektisida di lapangan dan asap. Yuk kita bahas satu

persatu dalam elem penilaiannya:

1.

Hasil identifikasi resiko terhadap lingkungan dan masyarakat akibat

pelaksanaan kegiatan UKM

. Disini Penanggung jawab UKM dan tim melakukan

identifikasi. Kegiatan apa saja yang memiliki resiko tersebut. Sebagai contoh sudah

saya jelaskan diatas.

(2)

2.

Hasil analisis resiko

. Dari identifikasi tadi kemudian tim UKM menganalisis dampak

apa saja yang akan timbul dari kegiatan tersebut. Jadi dibuatkan matrik tabel saja. Di

analisis satu persatu sesuai dengan hasil identifikasi. Disini yang saya ambil contoh

adalah foging fokus. Jadi di bahas apa saja dampak yang terkait pelaksanaan foging

fokus, sasaran, luas area, siapa saja yang beresiko, resiko apa saja yang akan timbul

dan dampak paling buruknya apa saja. Dibuatkan matrik tabel.

3.

Rencana pencegaha dan minimalisasi resiko

. Dari hasil analisis selanjutnya di

buatkan lagi matrik rencana pencegahan. Sesuai contoh diatas berarti dibuatkan

rencana mengurangi dampak. Terkait foging fokus misalnya,

1.

Petugas menggunakan alat pelindung diri.

2.

Memberitahukan ke lokasi bahwa akan dilakukan foging fokus setengah jam sebelum

foging dilakukan.

3.

Meminta warga mengosongkan rumahnya. Termasuk orang tua renta dan bayi atau

orang sakit.

4.

Menutup makanan dan tempayan air.

5.

Memperhatikan arah angin.

6.

Mempersiapkan wadah pencampuran insektisida.

7.

Membawa alat pemadam kebakaran mini.

4.

Rencana upaya pencegahan resiko dan minimalisasi resiko dengan bukti

pelaksanaan.

ini dapat dituangkan dalam rapat internal puskesmas atau rapat lintas

sektor terkait. Dituangkan dalam notulen rapat. Kalau terkait foging bisa juga

dilakukan dibuat ceklist apa saja yang telah dilakukan dan di tandatangani oleh RT

atau kepala desa setempat. Berikut juga dokumentasi foto.

5.

Hasil evaluasi terhadap upaya pencegahan dan minimalisasi resiko.

setelah

pelaksanaannya di evaluasi kembali apakah masih ada dampak yang menggangu atau

sudah berkurang.

6.

Bukti pelaporan dan tindaklanjut

. Dibuatkan laporan saja sesuai dengan apa yang

sudah dilaksanakan.

Dari uraian diatas saya hanya membahas salah satu saja kegiatan UKM dilapangan beserta

resiko nya terhadap lingkungan. Untuk kegiatan lainnya mungkin bisa disesuaikan dengan

mengacu pada contoh yang sudah saya buat.

Pembahasan BAB 4.1 Kebutuhan Akan

Upaya Kesehatan Masyarakat Di Analisis

by mputrakusuma on October 15, 2016

(3)

sudah membahas berbagai cara konvensional terapan yang dapat digunakan untuk

memenuhi elemen penilaian tersebut. Sebagai tambahan secara garis besar beberapa

instrumen yang dapat di gunakan untuk identifikasi tersebut diantara nya adalah :

1. Wawancara. Tim UKM puskesmas dapat mewawancari sasaran sesuai dengan kebutuhan. Tentunya quisionernya sudah di siapkan terlebih dahulu sehingga memudahkan pada saat wawancara. Mengingat sasaran mungkin tidak memiliki banyak waktu.

2. Pengamatan. Mengamati apa sebetulnya kebutuhan dari masyarakat itu sendiri. Contoh, jam buka puskesmas pukul 8:00 WIB tetapi calon pasien sudah berkumpul pada pukul 7:30 WIB. Ini dapat di tarik kesimpulan bahwa sebetulnya masyarakat ingin puskesmas buka jam pelayanan lebih pagi.

3. Angket. Dengan menyebarkan angket dengan metode pertanyaan yang sudah dibuatkan oleh tim puskesmas.

4. Fokus diskusi. Meluangkan waktu untuk sambil berdiskusi dengan masyarakat pada acara-acara tertentu. Dengan membawa pesan spesial tentang apa yang mereka inginkan dari puskesmas.

5. Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan. pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata.

Yuk kita bahas satu persatu bagaimana menyelesaikan elemen penilaian 1 – 7 yang ada pada

Bab 4.1.

>4.1.1.1

Dilakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat

dan individu yang merupakan sasaran kegiatan.

Berikut ini cara menyelesaikannya :

puskesmas melakukan berbagai kegiatan guna mengidentifikasi kebutuhan dan harapan

masyarakat seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Ingat pada telusurnya bahwa kegiatan

ini harus dilakukan karena yang di nilai adalah proses melakukan identifkasinya. Nanti yang

akan di tanya adalah kepala puskesmas, PJ UKM, tokoh masyarakat dan masyarakat itu

sendiri.

Dokumen :

Sebelum melakukan kegiatan identifikasi tersebut hendaknya di buatkan

SOP nya dan ini yang menjadi dokumen penilaian.

>4.1.1.2

Identifikasi kebutuhan masyarakat dan harapan masyarakat, kelompok masyarakat

dan individu yang merupakan sasaran kegiatan dilengkapi dengan kerangka acuan, metode

dan instrumen, cara analisis yang di susun oleh PJ UKM.

Dokumen :

ada 3 dokumen yang

harus disiapkan.

Kerangka acuan. Buat kerangka acuan dengan format yang benar. Buat sedetail mungkin apa yang nanti akan dikerjakan.

Metode. Dengan metode apa yang nanti akan dikerjakan. Kalau metodenya angket maka siapkan dokumen angkatnya, bila metode wawancara maka siapkan dokumen wawancaranya.

Instrumen analisis. ini adalah cara untuk melakukan analisisnya. Dokumennya adalah hasil dari metode yang dikerjakan. Bisa berupa rekapan hasil wawancara.

(4)

> 4.1.1.3

Hasil identifikasi di catat dan di analisis sebagai masukan untuk penyusunan

kegiatan.

Dokumen :

rekapitulasi hasil identifikasi tadi yang sudah di buatkan matrik/tabel.

Saran masukan sasaran sudah di bahas satu persatu dan di label. Serta sudah ada draft rencana

kegiatan UKM terkait hasil identifikasi tersebut.

>4.1.1.4

kegiatan tersebut di tetapkan oleh kepala puskesmas bersama dengan PJ UKM

puskesmas dengan mengacu pada pedoman hasil analisis kebutuhan dan harapan masyarakat,

kelompok masyarakat dan individu sebagai sasaran kegiatan UKM.

Dokumen :

daftar

kegiatan kerja UKM puskesmas di tetapkan oleh kepala puskesmas. Ini bisa dibuat dalam

bentuk matrik dan di tandatangani oleh kepala puskesmas.

> 4.1.1.5

Kegiatan-kegiatan tersebut di komunikasikan kepada masyarakat, kelompok

masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran.

Dokumen :

kegiatan yang sudah di

tetapkan tadi di informasikan kepada sasaran. Bisa melalui surat resmi ke desa atau LSM atau

sasaran ( lampirkan bukti expedisi suratnya dan tanda terima suratnya bila dilakukan via surat

). Bisa juga dilakukan pada rapat-rapat tingkat desa atau kecamatan ( lampirkan notulen rapat

nya yang menyebutkan kalau puskesmas menyampaikan hal tersebut pada forum-forum itu ).

>4.1.1.6

kegiatan-kegiatan tersebut di komunikasikan dan di koordinasikan kepada lintas

sektor terkait sesuai dengan pedoman pelaksanaan kegiatan UKM.

Dokumen :

membuat

SOP koordinasi dan komunikasi lintas sektor dan lintas program

.

>4.1.1.7

kegiatan kegiatan tersebut disusun dalam rencana kegiatan untuk tiap UKM

puskesmas.

Dokumen :

penetapan oleh kepala puskesmas tentang kegiatan untuk tiap UKM

puskesmas. Bisa dalam bentuk matrik dan tabel di tandatangani oleh kepala puskesmas.

Cara Strategis Identifikasi Kebutuhan Dan

Harapan Masyarakat

by mputrakusuma on September 5, 2016

Cara Strategis Identifikasi Kebutuhan Dan Harapan

Masyarakat

Dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh puskesmas terutama dalam kegiatan UKM

( Usaha Kesehatan Masyarakat ) tentunya mengacu pada panduan atau pedoman yang sudah

ada pada masing – masing program UKM sesuai dengan kebijakan program tersebut.

(5)

Kegiatan yang dilakukan yang objeknya masyarakat atau pelanggan guna memacu peran

serta masyarakat. Disamping mengacu pada pedoman yang sudah ada. Puskesmas tentunya

harus berinovasi untuk mendapatkan masukan yang lebih rasional untuk menciptakan

kegiatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran program –

programnya.

Pada instrumen penilaian akreditasi puskesmas hal diatas tertuang dalam BAB IV standar 4.1

kriteria 4.1.1 dan elemen penilaian 1 sampai 7.

Dalam hal menampung masukan, harapan dan kebutuhan masyarakat hendaknya puskesmas

menggunakan berbagai metode aspiratif untuk mengkompilasinya. Berikut beberapa metode

strategis untuk mengatasi hal tersebut :

1. Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap desa pada wilayah kerja puskesmas tersebut.

2. Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat kecamatan dimana setiap kepala desa berkumpul pada acara tersebut. 3. Memanfaatkan temu kader kesehatan.

4. Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat ( dengan membuat SOP ).

5. Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan metode terbuka atau metode tertutup dengan sudah kita siapkan

pertanyaannya ).

6. Temu pamong dan tokoh masyarakat dalam acara adat juga dapat di manfaatkan dengan meminta waktu khusus.

7. Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam masyarakat.

Hasil identifikasi tersebut di catat dan di rangkum serta di analisis sesuai dengan kapasitas

dan kemampuan puskesmas.

Semakin banyak puskesmas menampung aspirasi masyarakat maka semakin dapat mendekati

harapan dan kebutuhan masyarakat. Puskesmas dapat mengidentifikasi secara rasional dan

mengkomparasinya dengan anggaran dan pedoman yang sudah ada. Tentunya tidak semua

kebutuhan masyarakat dapat di penuhi oleh puskesmas, skala prioritas menjadi tolak ukur

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut.

Setelah rangkuman hasil identifikasi kebutuhan masyarakat tersebut di analisis oleh tim

puskesmas dan di dapati prioritas kegiatannya selanjutnya kepala puskesmas menetapkan

kegiatan tersebut dalam rencana kerja puskesmas yang nantinya akan di sinkronkan dengan

anggaran puskesmas baik itu bersumber dari APBD maupun dari sumber lain seperti BOK

dan CSR.

Langkah selanjutnya adalah puskesmas menginformasikan kegiatan – kegiatan tersebut ke

masyarakatnya berikut jadwal kegiatan, sasaran, waktu pelaksanaan dan implikasi dari

kegiatan tersebut.

(6)

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya

Kesehatan Masyarakat

by mputrakusuma on September 17, 2016

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau

pengenalan hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah

ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu

dan penemuan baru.

Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak

sekali kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang

fungsinya sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang,

kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan

sebelumnya.

Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan

implementasi pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di

bawah ini 3 contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling

sederhana dapat dilaksanakan oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air bersih pada suatu desa ).

2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan. Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk

pengadaan jamban bagi masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga. 3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa

dilakukan di indoor dan outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit menular dan tidak menular.

(7)

Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan

kedepan. Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan

punya daya ungkit untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan, terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.

3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.

4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai keseriusan pelaksanaan program tersebut. 5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan

ide-ide perbaikan, sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna menyelesaikan masalah yang ada.

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya

Kesehatan Masyarakat

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau

pengenalan hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah

ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu

dan penemuan baru.

Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak

sekali kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang

fungsinya sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang,

kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan

sebelumnya.

Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan

implementasi pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di

bawah ini 3 contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling

sederhana dapat dilaksanakan oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Konsep kerja nya adalah

(8)

puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air bersih pada suatu desa ).

2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan. Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk

pengadaan jamban bagi masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga. 3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa

dilakukan di indoor dan outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit menular dan tidak menular.

Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan

kedepan. Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan

punya daya ungkit untuk masyarakat.

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan, terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.

3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.

4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai keseriusan pelaksanaan program tersebut. 5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan

ide-ide perbaikan, sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna menyelesaikan masalah yang ada.

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya

Kesehatan Masyarakat

(9)

by mputrakusuma on September 17, 2016

3 Contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Inovasi adalah pemasukan atau

pengenalan hal-hal baru, pembaharuan, penemuan baru yang berbeda dari yang sudah

ada atau yang sudah dikenal sebelumnya. Kata kuncinya adalah hal yang baru, pembaharu

dan penemuan baru.

Didalam kegiatan puskesmas yang berorientasi kesehatan masyarakat sebetulnya banyak

sekali kegiatan yang bisa di katakan sebagai kegiatan pembaharu. Kegiatan inovatif yang

fungsinya sebagai penunjang kegiatan pokok yang sudah ada. Disamping sebagai penunjang,

kegiatan ini juga dapat dijadikan sebagai tolak ukur kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan

sebelumnya.

Dalam konteks akreditasi puskesmas tentunya diperlukan sebuah ide, konsep dan

implementasi pembaharu sebagai wujud dari aktualisasi sikap pembaharu dan inovatif. Di

bawah ini 3 contoh Inovasi Kegiatan Dalam Upaya Kesehatan Masyarakat yang paling

sederhana dapat dilaksanakan oleh tim UKM Puskesmas.

1. Survey berkala dengan instrument quisioner. Konsep ini telah di ujicoba oleh puskesmas Kelapa kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Konsep kerja nya adalah puskesmas membuat quisioner yang pertanyaanya dapat menjawab beberapa masalah kesehatan di masyarakat ( misalnya, angka konsumsi zat gizi besi pada ibu hamil, angka bebas jentik di tiap rumah, persentase penggunaan jamban sehat serta akses air bersih pada suatu desa ).

2. Arisan jamban. Ini merupakan salah satu aksi dari tindaklanjut hasil survey yang dilakukan. Dari survey diatas bisa saja muncul ide-ide yang baru untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan. Dalam konteks arisan jamban objeknya adalah rumah masyarakat. Persentase rumah dari hasil survey tersebut yang belum memiliki jamban masih sedikit dan akan berpengaruh pada timbulnya penyakit Diare. Maka inisiatif untuk

pengadaan jamban bagi masyarakat di telurkan. Salah satu kegiatannya adalah arisan jamban. Menghimpun semua sumber daya masyarakat untuk gotong royong bahu membahu memenuhi jamban keluarga. 3. Kelas edukatif Penyakit Menular dan Tidak Manular. Ini bisa

dilakukan di indoor dan outdoor. Tergantung situasi dan kondisi masing-masing puskesmas. Sebagai contoh Puskesmas Sekar Biru Kecamatan Parit 3 Kabupaten Bangka Barat Propinsi Kep. Bangka Belitung memulai kegiatan ini pada hari jumat pada saat pasien antri menunggu dilakukan pemeriksaan pada ruang tunggu poli umum. Dilakukan secara berkala dan bervariasi materinya pada tiap-tiap sesi. Manfaatnya jelas, menambah pemahaman masyarakat tentang penyakit menular dan tidak menular.

Tentunya dari ke tiga contoh kegiatan diatas butuh dievaluasi kegiatannya guna perbaikan

kedepan. Berikut beberapa langkah agar kegiatan inovatif tersebut tetap berkelanjutan dan

punya daya ungkit untuk masyarakat.

(10)

1. Konsep yang jelas. Buatlah konsep yang mumpuni. Jelas, terukur, dapat dilakukan, terdokumentasi, objek yang jelas, manfaat yang di dapat

dipertanggungjawabkan.

2. Dukungan dana. Ini penting, tidak dapat dilakukan bila tanpa dana. Sumbernya dapa diambil dari dana BOK, dana APBD program maupun CSR yang sesuai dengan ketentuan.

3. Tim yang solid. Dengan tim yang solid akan memudahkan dalam pengerjaanya. Pembagian tugas yang jelas, jadwal yang tepat serta dukungan moril.

4. Konsisten. Konsisten diperlukan guna berkelanjutan. Tidak pula hanya sebentar ibarat parasetamol penurun panas. Konsistensi menjadi motivasi bagi masyarakat dalam menilai keseriusan pelaksanaan program tersebut. 5. Evaluasi. Jangan lupa di evaluasi setiap kegiatan yang dilakukan. Ajukan

ide-ide perbaikan, sampaikan semua kendala. Bahas di semua level puskesmas dan ambil kebijakan strategis guna menyelesaikan masalah yang ada.

7 Cara Sederhana Agar Kegiatan UKM

Berjalan Maksimal

by mputrakusuma on September 10, 2016

7 Cara Sederhana Agar Kegiatan Ukm Berjalan Maksimal

Dalam melaksanakan kegiatan di puskesmas tentunya kita memperhatikan kebutuhan dan

harapan masyarakat, kelompok masyarakat maupun individu yang menjadi sasaran kegiatan

UKM puskesmas. Melihat tujuan mulia diatas tentunya kerjasama tim di puskesmas sangat

diperlukan menimbang semua sektor terkait di dalam elemen-elemen pokok kegiatan

puskesmas.

Konsultasi dan arahan serta bimbingan dari pimpinan puskesmas menjadi penting karena ini

adalah bagian dari motivasi pimpinan kepada pelaksana yang nantinya akan melaksanakan

kegiatan tersebut di lapangan. Apapun kegiatan itu perencanaan adalah satu tolak ukur

keberhasilan.

Berikut 7 cara sederhana menurut Saya agar kegiatan UKM dapat berjalan secara maksimal

dilapangan :

1. Mengiventarisir semua kegiataan yang masuk dalam pokja UKM. Dalam perannya pokja UKM terbagi dalam 2 bagian ( permenkes 75 tahun 2014 ). Ada yang esensial dan pengembangan. Sebaiknya inventarisir dahulu kegiatan yang esensial barulah yang pengembangan. Diantaranya yang esensial adalah Promkes, Kesling, KAI dan IKB, Gizi, Pencegahan dan pengendalian penyakit dan UKM pengembangan : upaya yang sifatnya inovatif dan / bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan sesuai prioritas masalah pelayanan dan potensi sumber daya di wilayah kerjanya.

(11)

2. Membagi habis tugas yang ada sesuai dengan kapasitas dan kemampuan pengelola program. Tidak ada satu orang pelaksana pun dalam pokja UKM yang tidak kebagaian tugas dalam menyelesaikan kegiatan UKM. Semua staf mendapat tugas yang sesuai dengan program dan kapasitas tanggung jawabnya. Ini memang sedikit sulit menimbang di beberapa puskesmas masih kekurangan SDM. Tetapi setidaknya bisa mensiasati dengan frekuensi waktu dan jadwal kegiatan yang berimbang. 3. Membuat jadwal kegiatan sesuai dengan agenda dalam rencana

kegiatan induk puskemas. Jadwal kegiatan menjadi penting mengingat kelompok sasaran kita adalah masyarakat dengan beragam aktifitas. Penjadwalan disesuaikan dengan sasaran yang ada. Misal, untuk sasaran ibu-ibu bisa dilakukan pada sore hari seperti kelas ibu hamil. Untuk

sasaran penyuluhan bisa dilaksanakan pada malam hari ( seperti yang dilakukan di Puskesmas Kelapa Kabupaten Bangka Barat ). Pola

penjadwalan ini juga tentunya di buat serinci mungkin sampai pada tempat dan siapa PJ nya.

4. Informasikan ke masyarakat ( bukti sosialisasi ). Setelah jadwal dibuat lalu sampaikan jadwal tersebut kepada sasaran yang akan dituju berikut dengan kontak person PJ UKM nya. Karena bila terjadi perubahan jadwal akan dengan mudah mengkonfirmasi nya. Teknis informasi jadwal ini bisa melalui surat kemudian sarankan di tempel pada papan

pengumuman desa atau kantor desa setempat. Gunakan sistem informasi radio untuk disiarkan secara berkala.

5. Laksanakan kegiatan sesuai arahan program. Dalam pelaksanaan kegiatan apapun tentunya ada kerangka acuan dan SOP nya. Maka kerjakan sesuai dengan petunjuknya. Pun bila dilapangan terjadi hal-hal diluar panduan sebaiknya di kondisikan semaksimal mungkin sesuai jalur. Catat semua kendala dalam pelaksanaan guna dibahas dalam evaluasi kegiatan.

6. Rekap semua bukti pelaksanaan pokja UKM ( dokumentasikan ). Setelah kegiatan berjalan. Dokumentasikan semuanya secara menyeluruh. Seperti bila ada pertemuan hendaknya dilengkapi dengan surat undangan ( siapkan pula bukti tanda terima undangan ), daftar hadir, notulen rapat, jadwal agenda tentatif dan foto-foto kegiatan. Ini sebagai bukti otentik guna memenuhi elemen penilaian yang ada.

7. Evaluasi pelaksanaannya. Tahap akhir pelaksanaan kegiatan adalah evaluasi. Sebetulnya evaluasi masih masuk dalam rangkaian kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dari kegiatan pokoknya. Bahas semua kendala yang timbul dan langsung temukan solusi efektifnya guna perbaikan pelaksanaan kegiatan yang akan datang.

Demikianlah cara sederhana dan sistematis agar pelaksanaan kegiatan UKM dapat berjalan

semaksimal mungkin. Memang paparan ini sepertinya mudah tetapi dalam aplikasinya

tentunya mengalami kendala. Setidaknya sudah menjadi tolak ukur yang sistematis, tersusun

dan terarah guna efektifitas kegiatan UKM.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian dari sisi kualitas pesan dalam iklan layanan masyarakat adalah bagaimana iklan tersebut memberikan kontribusi positif dalam membangun paradigm yang sama

4.3.14 Pernyataan Informan tentang Pemberian Obat Kepada Penduduk yang Tidak Hadir dalam Pelaksanaan POMP Filariasis ...83 4.3.15 Pernyataan Informan tentang Pencatatan

Dari hasil yang diperoleh diatas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan yang dihasilkan individu, maka individu tersebut menjadi lebih

Kapolres berharap, dengan adanya pengenalan menggunakan helm yang benar, nanti sepulang dari Polres Kebumen, murid murid, mau mengingatkan kepada orang tua di rumah agar anaknya

Para Dosen, Asisten Dosen, Karyawan/Karyawati Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Antasari Banjarmasin, yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan serta

Berenang bisa menjadi latihan yang baik untuk pasien dengan diabetes, tetapi jika mereka berenang secara teratur penggunaan petroleum jelly pada kaki dan jari kaki

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan ,ada kecenderungan untuk