• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP LINGKUNGAN 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP LINGKUNGAN 1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH

ILMU LINGKUNGAN

PENGARUH STAKEHOLDER TERHADAP LINGKUNGAN

ERNA D1A1 13 008

SOSIAL EKONOMI GENAP

JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HALU OLEO

(2)

KATA PENGANTAR Assalamualikum wr.wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dengan baik.

Tulisan ini disusun oleh penulis selain sebagai perbaikan nilai ujian tengah semester mata kuliah Ilmu Lingkungan juga sebagai salah satu cara agar mahasiswa lebih memahami materi Pengaruh Stakeholder Terhadap Lingkungan.

Dalam penyusunan tugas ini, penulis menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis harapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamualaikum wr.wb.

Kendari, 9 April 2016

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 latar belakang...1

1.2 rumusan masalah...2

1.3 tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1 Definisi Stakeholder...3

2.2 Lingkungan Hidup dan Peran Stakeholder...5

2.3 Pengaruh Stakeholder terhadap Lingkungan...8

BAB III PENUTUP...12

3.1 Kesimpulan...12

3.2 Saran...12

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan dalam kerangka melakukan berbagai perubahan yang bernilai positif. Munculnya suatu perubahan sangat berpotensi untuk menimbulkan berbagai konflik, sehingga diperlukan suatu perumusan pembangunan yang dilakukan secara matang, khususnya dalam pengelolaan lingkungan. Pembangunan ekonomi, sosial budaya, pendidikan, kesehatan dan pembangunan di bidang lainnya yang berhubungan dengan pembangunan fisik atau berwujud senantiasa berhubungan dengan lingkungan hidup yang rentan terhadap gangguan keseimbangan flora dan fauna, pencemaran air dan udara, degradasi lahan dan masalah lainnya. Dengan berbagai masalah yang ditimbulkan akibat pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dapat menyebabkan munculnya konflik.

(5)

Pengelolaan lingkungan yang berdasarkan konsep sustainable dan partisipatif multipihak tidak dapat berjalan dengan baik tanpa partisipasi dari seluruh stakeholder. Adapun yang dimaksud stakeholder dalam pengelolaan lingkungan yaitu individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap pengelolaan lingkungan baik di dalam suatu perusahaan maupun di tengah masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, dalam makalah ini penulis menyajikan pengaruh stakeholder terhadap lingkungan. Mengingat bahwa keadaan lingkungan dan pengelolaannya sangat dipengaruhi oleh kebijakan, aktivitas dan tanggungjawab seluruh stakeholder. Dengan demikian dapat diketahui pengaruh kebijakan atau UU yang ditetapkan dan dilaksanakan pemerintah terhadap lingkungan, pengaruh aktivitas pelaku usaha terhadap lingkungan dan kepedulian masyarakat melihat kondisi lingkungan sekarang ini.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, sebagai berikut ; 1) Apa yang dimaksud dengan stakeholder ?

2) Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup dan bagaimana peran stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup ?

3) Bagaimana pengaruh stakeholder terhadap lingkungan hidup?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini, yaitu ;

1) Untuk memahami konsep stakeholder.

2) Untuk memahami konsep lingkungan hidup dan peran stakeholder dalam pengelolaan lingkungan hidup.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Stakeholder

Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap perusahaan (Budimanta dkk, 2008).

Stakeholder is a group or an individual who can affect, or be affected by, the success or failure of an organization (Luk at all dalam Hadi, 2011). Stakeholder adalah semua pihak, internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengertian stakeholder dari buku "Rhenald Kasali Manajemen Public Relations halaman 63" sebagai berikut: "Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan.” Stakeholders bisa berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan. Penulis manajemen yang lain menyebutkan bahwa stakeholders terdiri atas berbagai kelompok penekan (pressure group) yang mesti di pertimbangkan perusahaan.

Dengan demikian, stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah, perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkungan internasional, lembaga diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya), lembaga pemerhati lingkungan, para pekerja perusahaan, kaum minoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya sangat mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.

(7)

1) Orang-orang yang akan dipengaruhi oleh usaha dan dapat mempengaruhi tapi yang tidak terlibat langsung dengan melakukan pekerjaan.

2) Di sektor swasta, orang-orang yang (atau mungkin) terpengaruh oleh tindakan yang diambil oleh sebuah organisasi atau kelompok. Contohnya adalah orang tua, anak-anak, pelanggan, pemilik, karyawan, rekan, mitra, kontraktor, pemasok, orang-orang yang terkait atau terletak di dekatnya. Setiap kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau yang dipengaruhi oleh pencapaian tujuan kelompok.

3) Seorang individu atau kelompok yang memiliki kepentingan dalam sebuah kelompok atau kesuksesan organisasi dalam memberikan hasil yang diharapkan dan dalam menjaga kelangsungan hidup kelompok atau produk organisasi dan atau jasa. Stakeholder pengaruh program, produk, dan jasa. 4) Setiap organisasi, badan pemerintah, atau individu yang memiliki saham

di atau mungkin dipengaruhi oleh pendekatan yang diberikan kepada regulasi lingkungan, pencegahan polusi, konservasi energi, dll

5) Seorang peserta dalam upaya mobilisasi masyarakat, yang mewakili

(8)

dan ditangkap per satuan luas dan waktu di daerah itu. Menurut Khanna (1999), daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity).

Dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu diidentifikasi siapa saja yang termaksud stakeholdernya untuk mengetahui peran, wewenang dan kepentingannya. Adapun stakeholders yang berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup dibagi kedalam tiga bagian, yaitu masyarakat, pemerintah dan dunia usaha (korporat).

1. Peran Pemerintah (DPRD dan Dewan Evaluasi Kota)

Secara umum, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota memiliki peran yang mengacu pada UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1997 (Pasal 10) kewajiban pemerintah adalah :

1) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup,

2) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup,

3) Mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,

4) Mengembangkan dan menerapkan kebijaksanaan nasional pengelolaan lingkungan hidup yang menjamin terpeliharanya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup,

5) Mengembangkan dan mengembangkan perangkat yang bersifat preemtif, preventif, dan proaktif dalam upaya pencegahan penurunan daya dukung dan daya tampung lingkunagn hidup,

(9)

7) Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup,

8) Menyediakan informasi lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada masyarakat, dan

9) Memberikan penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 6 tahun 2005, DPRD secara mendasar memiliki fungsi legislatif, anggaran dan pengawasan. DPRD memiliki wewenang untuk membentuk Perda dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam konteks pengelolaan lingkungan, pihak DPRD diharapkan dapat membuat berbagai regulasi yang dituangkan dalam bentuk Perda ataupun peraturan perundang-undangan dimana pembentukan peraturan tersebut berdasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang berbasis pada sustainibility dan partisipatif. Dengan penerapan prinsip tersebut pengelolaan lingkungan lebih mendapatkan dukungan dari berbagai pihak atau stakeholder dan konflik kepentingan dapat dihindari. Pengelolaan lingkungan yang berdasarkan sustainability dapat menjamin kerberlangsungan pelesatrian lingkungan alam baik hasil dan manfaatnya secara terus-menerus untuk dapat dinikmati generasi berikutnya.

Secara lebih spesifik, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota memiliki berbagai peran yang berada pada tataran kebijakan dan fasilitasi. Dalam hal ini DPRD dan Dewan Evaluasi Kota diharapkan dapat berperan sebagai :

1) Regulator dalam pembuat kebijakan-kebijakan yang menyangkut pengelolaan lingkungan hidup.

2) Mediator multi stakeholders, dimana berfungsi memfasilitasi stakeholders lain (masyarakat dan dunia usaha) dalam usaha melakukan pengelolaan lingkungan yang baik dan berkelanjutan 3) Sebagai mitra dari eksekutif dan legislatif untuk melakukan evaluasi

atas berbagai kebijakan pembangunan lingkungan di suatu daerah 4) Menyiapkan rekomendasi atas berbagai temuan masalah dan hasil

(10)

Selain hal tersebut, DPRD dan Dewan Evaluasi Kota juga harus berada pada koridor konsep environmental leadership dalam melaksanakan fungsi dan perannya. Dalam melaksanakan fungsi dan perannya DPRD dan Dewan Evaluasi Kota sebaiknya dapat membangun kesadaran kritis terhadap isu-isu lingkungan, memotivasi dan mengembangkan kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan aksi. Hal ini mengartikan sejauh mana orang mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang pentingnya menjaga lingkungan, agar lingkungan itu kondusif buat generasi selanjutnya sepanjang masa, ini terkait kepada tingkatan DPRD dan Dewan Evaluasi Kota adalah pada pengambil kebijakan, sehingga diharapkan segala regulasi yang dibentuk bersinergis dengan berbagai elemen stakeholders. Perlu juga menjadi perhatian bahwa untuk mewujudkan konsep environmental leadership, harus didukung oeh suatu sistem yang kondusif sehingga peningkatan kapasitas dapat dilakukan seiring dengan perbaikan sistem.

2. Peran Masyarakat

Setiap orang adalah bagian dari masyarakat dan masyarakat memiliki hak, kewajiban dan peran yang sama dalam pengelolaan lingkungan, tanpa terkecuali masyarakat desa, pelosok maupun kota, karena ruang lingkup lingkungan bukan hanya ditempat-tempat tertentu saja namun seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keberadaan masyarakat akan efektif sekali jika peranya dalam mengontrol pengelolaan lingkungan yang ada.

(11)

alam Indonesia haruslah dilihat sebagai upaya untuk memenuhi kepentingan mayoritas rakyat Indonesia; (2) bahwa pemerintah harus berperan aktif dalam pengaturan pengelolaan sumberdaya alam sebagai manifestasi penguasaan Negara terhadap sumberdaya alam; (3) bahwa rakyat dijamin haknya tidak saja untuk berperan serta dalam pengelolaan sumberdaya alam tetapi juga dalam melakukan kontrol terhadap pemerintah sebagai lembaga yang telah dimudahkan untuk

a. memberikan informasi yang terkait dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara benar, akurat, terbuka, dan tepat waktu;

b. menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup; dan

c. menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup dan/atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Setiap pelaku usaha hendaknya memenuhi kewajiban sebagaimana terdapat dalam pasal tersebut, terutama dalam memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga pemerintah juga terbantu dalam pengawasan lingkungan dan dapat mempredikisi sejauh mana kerusakan atau pencemaran lingkungan yang mungkin terjadi sehingga tidak merugikan banyak pihak.

2.3 Pengaruh Stakeholder terhadap Lingkungan

(12)

Salah satu pemanfaatan lahan akses terbuka ini untuk kegiatan pertambangan tanpa izin (PETI). Terdapat ribuan lokasi PETI dan melibatkan sekitar 2 juta penambang. Pada bulan September-Oktober 2015, KLHK telah melakukan verifikasi lapangan terhadap 302 lokasi. Dari hasil verifikasi ini diperoleh data:

a) Jenis tambang : emas (22%), sirtu (13%), pasir kuarsa (9%), batu, tanah dan timah masing 8%), pasir dan pasir urug masing 7%), batu gamping (6%), granit dan batu kuarsa (masing- (masing-masing 3%), serta lainnya (6%).

b) Verifikasi dilakukan di 31 propinsi, analisa data sementara 302 lokasi yang terdiri 225 PETI, 40 lokasi IUP, dan 8 lokasi IPR.

c) Peralatan tambang : mekanik (57%) dan manual (43%).

d) Metode penambangan : terbuka (76%), dalam/bawah tanah (15%) dan bawah air (9%).

e) Status tambang : dominan aktif (84%) dan tidak aktif (16%).

f) Status lahan : hutan konservasi (2%), hutan lindung (9%), hutan produksi (6%), tanah negara lainnya (31%) dan hak milik (52%). g) Mulai penambangan : sebelum 2010 (41%) dan periode 2010-2015

(59%).

h) Status penambang : penduduk setempat (62%) dan pendatang (38%). i) Tingkat kesejahteraan : meningkat (77%), tetap (21%) dna menurun

(2%).

j) Ketenaga-kerjaan : terdapat anak-anak (36 lokasi), lansia dan perempuan (53 lokasi).

k) Kecelakaan kerja : menimbulkan korban jiwa (23 lokasi) dan cacat (11 lokasi).

l) Jarak tambang dengan permukiman : kurang dari 0,5 km (53%). m) Konflik sosial : 84 lokasi.

(13)

mengakibatkan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia dapat diancam pidana penjara atau denda. Di beberapa daerah kegiatan PETI telah menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan, konflik sosial dan bahkan korban jiwa. Untuk mendorong “pejabat yang berwenang” melakukan pengawasan, dari data verifikasi lapangan KLHK membangun basis data dan Sistem Informasi Lahan Akses Terbuka (SILAT). Dengan sistem informasi ini diharapkan pemerintah daerah atau stakeholder lainnya dapat memberikan input mengenai lokasi PETI atau kejadian pencemaran dan kerusakan lingkungan akibat kegiatan pertambangan.

Untuk keperluan penanganan kegiatan PETI ini, dilaksanakan melalui implementasi Nawacita ke-4 “memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya” dan Nawacita ke-7 “mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik”. Dalam konteks keadilan untuk usaha dan/atau kegiatan di sektor pertambangan, khususnya bagi kegiatan pertambangan yang dilaksanakan oleh masyarakat, perlunya pembinaan dan fasilitasi dari pemerintah dan pemerintah daerah sebagai wujud kehadiran Negara. KLHK bersama-sama dengan kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, pelaku usaha dan lembaga swadaya masyarakat membangun komitmen bersama melalui Deklarasi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan. Melalui deklarasi ini diharapkan melalui isu pencemaran dan kerusakan lingkungan yang merupakan kewenangan bersama antara pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota dapat memperkuat kembali kondisi paska penetapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dimana kewenangan di bidang energi dan sumber daya mineral menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah provinsi.

(14)

proses penjaringan tersebut selanjutnya dapat dirumuskan ruang lingkup aksi yang meliputi:

a) Penyusunan Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan. b) Tata kelola terhadap pencemaran dan kerusakan lingkungan yang

sedang terjadi.

c) Pemulihan lahan akses terbuka yang rusak dan/atau cemar berat. d) Kerangka hukum, pengembangan peraturan dan kebijakan. e) Pelembagaan dan peningkatan kemampuan SDM.

(15)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Fatuki, 2014. Stakeholders dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

http://ahmadindrafatuki.blogspot.co.id Diakses tanggal 10 April 2016.

Harianto, 2013. Identifikasi Dampak Negatif dari Masalah Kependudukan dan Lingkungan Hidup. http://dharianto97.blogspot.co.id Diakses tanggal 10 April 2016.

Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2015. Deklarasi Pengendalian Pencemaran

dan Kerusakan Lingkungan Akibat Pertambangan.

http://www.menlh.go.id Diakses tanggal 11 April 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkuliahan ini dibahas mengenai pengelolaan lingkungan belajar yang meliputi: pentingnya penyediaan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak; konsep pengelolaan

Dalam perkuliahan ini dibahas mengenai pengelolaan lingkungan belajar yang meliputi: pentingnya penyediaan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak usia dini; konsep

Sebagai salah satu instansi yang bertugas dan berwenang dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup, Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Barat juga

Hasil dari penelitian ini salah satunya adalah lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja dan budaya organisasi, lingkungan kerja

Agar perusahaan mampu bersaing dalam lingkungan global, diperlukan strategi yang tepat agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Salah satunya adalah dengan

Penurunan produktivitas disebabkan salah satunya keadaan lingkungan kerja yakni perlengkapan kerja yang diberikan perusahaan masih kurang lengkap, selain itu terkadang

Adapun konsep umum yang dipakai untuk mengukur kepuasan terhadap pelanggan, yaitu salah satunya dengan melihat apakah nasabah akan membeli ulang produk atau jasa

Lingkungan masyarakat merupakan situasi atau kondisi interaksi sosial yang nantinya akan membentuk watak dan karakteristik dari semua anggota masyarakat, salah satunya etika