• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PRODUKSI BERSIH

''STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN"

OLEH :

NAMA : JEFRIYADI GURUSINGA

NPM

: 141113015

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS TERAPAN

INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND

YOGYAKARTA

2015

(2)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang strategi pengelolaan lingkungan ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak hadi prasetyo suseno, ST., Msi. selaku Dosen mata kuliah Produksi Bersih IST AKPRIND yang telah memberikan tugas ini kepada saya.

saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai strategi pengelolaan lingkungan hidup. Kami juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 4 oktober 2015

Penyusun

(3)

BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR

1.1. LATAR BELAKANG

1.2. RUMUSAN MASALAH

1.4. MANFAAT

BAB II PENDAHULUAN

2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP

2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP

2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN LINGKUNGAN

2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG

2.4.2. END OF PIPE

2.4.3. PRODUKSI BERSIH

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.2. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

(4)

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya dalam kehidupannya manusia bergantung pada keadaan lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam. Sumber daya alam yang utama bagi manusia adalah udara, air, dan tanah. Udara sangat diperlukan oleh manusia untuk bernafas, air sangat diperlukan oleh manusia untuk keperluan hidup dan sebagai komponen terbesar dari tubuh manusia, dan tanah merupakan tempat manusia untuk melakukan berbagai kegiatan.

Air, udara, dan tanah sangat dibutuhkan dengan jumlah yang banyak dan dengan kualitas yang baik, dan semua itu dapat didapat jika lingkungan dalam kondisi yang baik. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik. Namun sayangnya di masa sekarang ini lingkungan tempat hidup telah mengalami kerusakan.

Mengapa lingkungan sekitar kita mengalami kerusakan? karena lingkungan hidup sekitar kita tidak dipelihara dengan baik sehingga lingkungan tercemar dan rusak, maka manusia tidak mampu menghindar dari dampak negatif yang ditimbulkannya. Pada akhirnya kehidupan umat manusia menjadi terancam. Ketika lingkungan telah mengalami kerusakan, manusia baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan.

Kita sadar bahwa apa yang dilakukan pada masa lalu adalah suatu kekeliruan yang besar. Lingkungan hidup di Indonesia yang rusak perlu ditangani dikarenakan adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu adanya masalah mengenai keadaan lingkungan hidup seperti degradasi yang terjadi di berbagai daerah. Secara garis besar komponen lingkungan dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok biotik, kelompok abiotik, dan kelompok kultur.

(5)

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup

2. Apa saja unsur-unsur lingkungan hidup

3. Apa saja faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup

4. apa saja strategi pengelolaan lingkungan hidup

1.3. TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian lingkungan hidup

2. Menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup

3. Menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup

4. menjelaskan strategi pengelolaan lingkungan hidup

1.4. MANFAAT

1. Dapat menjelaskan pengertian lingkungan hidup

2. Dapat menjelaskan unsur-unsur lingkungan hidup

3.Dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat merusak lingkungan hidup

4. Menjelaskan strategi pengelolaanj lingkungan hidup

5. Untuk memenuhi Tugas perkuliahan produksi bersih

BAB II

(6)

2.1. PENGERTIAN LINGKUNGAN HIDUP

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan fisik yang mencakup sumber daya alam yang mendukung pemenuhan keperluan hidup manusia. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

2.2. UNSUR-UNSUR LINGKUNGAN HIDUP

1.Unsur Hayati (Biotik) Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Saat berada di kebun, mak a lingkungan hayati didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.

2.Unsur Sosial Budaya (Kultur) Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.

3.Unsur Fisik (Abiotik) Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan

(7)

2.3. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN

LINGKUNGAN

Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaannya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan. Kerusakan ekosistem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna, tetapi juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir, dan erosi. Dalam lingkungan hidup di Indonesia, banyak terjadi permasalahan di sungai, laut, tanah dan hutan yaitu sebagai berikut:

1. Pencemaran sungai dan laut Sungai dan laut dapat tercemar karena kegiatan manusia seperti pembuangan limbah cair, pembuangan limbah logam, sampah, dll. Secara biologis, fisik, dan kimia, senyawa maupun unsur tersebut sulit bahkan tidak dapat diuraikan. Oleh karena itu semua hal tersebut dapat mencemari lingkungan.

2. Pencemaran Tanah Tanah dapat tercemar karena penggunaan pupuk dan bahan pestisida yang berlebihan. Pencemaran tanah terlihat dari tanah yang mengalami perubahan menjadi kering dan keras. Hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam yang sangat besar pada tanah. Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik karena pada umumnya sampah plastik tidak mengalami proses penguraian secara sempurna.

3. Pencemaran Hutan Hutan juga bisa mengalami kerusakan apabila pemanfaatannya tidak dilakukan dengan baik. Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat

diperbaharui. Salah satu contoh pencemaran atau kerusakan hutan adalah adanya penebangan secara liar. Jika kegiatan tersebut dilakukan dalam jangka panjang maka dapat mengakibatkan gundulnya hutan.

2.4. STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

2.4.1. PENDEKATAN KAPASITAS DAYA DUKUNG

Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan daya dukung

(8)

kelangsungan hidup. Besarnya kapasitas tersebut di suatu tempat dipengaruhi oleh keadaan dan karakteristik sumber daya yang ada di hamparan ruang yang bersangkutan. Kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya akan menjadi faktor pembatas dalam penentuan pemanfaatan ruang yang sesuai.

Daya dukung lingkungan hidup terbagi menjadi 2 (dua) komponen, yaitu kapasitas penyediaan (supportive capacity) dan kapasitas tampung limbah (assimilative capacity). Dalam pedoman ini, telaahan daya dukung lingkungan hidup terbatas pada kapasitas penyediaan sumber daya alam, terutama berkaitan dengan kemampuan lahan serta ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air dalam suatu ruang/wilayah. Oleh karena kapasitas sumber daya alam tergantung pada kemampuan, ketersediaan, dan kebutuhan akan lahan dan air, penentuan daya dukung lingkungan hidup dalam pedoman ini dilakukan berdasarkan 3 (tiga) pendekatan, yaitu:

a) Kemampuan lahan untuk alokasi pemanfaatan ruang.

b) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan lahan.

c) Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan air.

Agar pemanfaatan ruang di suatu wilayah sesuai dengan kapasitas lingkungan hidup dan sumber daya, alokasi pemanfaatan ruang harus mengindahkan kemampuan lahan. Perbandingan antara ketersediaan dan kebutuhan akan lahan dan air di suatu wilayah menentukan keadaan surplus atau defisit dari lahan dan air untuk mendukung kegiatan pemanfaatan ruang. Hasil penentuan daya dukung lingkungan hidup dijadikan acuan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah. Mengingat daya dukung lingkungan hidup tidak dapat dibatasi berdasarkan batas wilayah administratif, penerapan rencana tata ruang harus memperhatikan aspek keterkaitan ekologis, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan ruang, serta dalam pengelolaannya memperhatikan kerja sama antar daerah.

Status daya dukung lahan diperoleh dari pembandingan antara ketersediaan lahan (SL) dan kebutuhan lahan (DL).Penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan

membandingkan ketersediaan dan kebutuhan lahan.

A. Bila SL > DL , daya dukung lahan dinyatakan surplus.

(9)

Di dalam Ketentuan Umum UU RI no 23 tahun 1997 Pasal 1 Ayat 6 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Konsep tentang daya dukung sebenarnya berasal dari pengelolaan hewan ternak dan satwa liar. Daya dukung itu menunjukkan kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan yang dinyatakan dalam jumlah ekorpersatuan luas lahan.

2.4.2. END OF PIPE

Pengolahan limbah (end-of-pipe) pada prinsipnya adalah proses perubahan dari satu jenis fasa ke fasa yang lain. Misalnya pada pengolahan limbah cair industri, kandungan pencemar dalam limbah umumnya diupayakan agar mengendap, sehingga cairan yang keluar dari sistem pengolahan limbah sudah berkurang kandungan pencemarannya. Namun

masalahnya tidak selesai begitu saja. Endapan hasil olahan tersebut pada dasarnya adalah limbah cair yang lebih kental (konsentrasi pencemarnya lebih tinggi) yang berbentuk lumpur. Lumpur ini umumnya akan dikurangi kadar airnya sehingga menghasilkan suatu padatan, yang masih mengandung pencemar dengan konsentrasi tinggi. Dalam hal ini terjadi proses perubahan dari fasa cair ke fasa padat.

Contoh lain yang lebih menarik adalah pembakaran (inceneration) limbah

padat/sampah. Pembakaran tersebut akan mengubah limbah padat menjadi limbah gas dan partikulat yang akan dilepaskan ke udara sekitar. Dengan kata lain, proses insenerasi ini akan menimbulkan permasalahan pencemaran udara, umumnya scrubber. Scrubber ini akan menyemprotkan air sehingga gas dan partikulat akan melarut. Larutan, yang mengandung pencemar ini, kemudian ditampung untuk kemudian diolah dan diperlakukan sebagai limbah cair.

(10)

Dari sisi ekonomi, pengolahan limbah juga kurang menguntungkan. Untuk membangun suatu sistem pengolahan limbah yang baik, diperlukan biaya investasi yang besar. Pada kasus industri kecil dan menengah, sering terjadi biaya pembangunan instalasi lebih mahal dari investasi untuk industri itu sendiri. Di sisi lain, pada saat pengoperasian sistem pengolahan, diperlukan biaya yang cukup besar. Pembelian bahan kimia, listrik, air bersih, dan operator adalah beban yang harus ditanggung oleh perusahaan. Celakanya, biaya-biaya ini pada dasarnya adalah waste , karena tidak memberikan nilai tambah kepada efisiensi dan produktivitas perusahaan. Permasalahan menjadi bertambah rumit karena pada saat ini di Indonesia sangat sulit ditemukan pengolahan limbah yang mampu memberikan hasil yang memuaskan dan mampu mencapai baku mutu secara konsisten yang semakin lama akan semakin ketat.

Konsep end-of-pipe treatment

Konsep end-of-pipe treatment menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan limbah. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan permasalahan lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus berlangsung. Hal ini disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini menimbulkan banyak kendala. Masalah utama yang dihadapi adalah peraturan perundangan, masih rendahnya compliance atau pentaatan dan penegakan hukum, masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat kesadaran.

Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.

2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media yang sama.

(11)

4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum. Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan.

Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini sehingga konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka strategi pengelolaan lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi terbentuknya limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara hemat biaya serta memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial.

2.4.3. PRODUKSI BERSIH

Di era globalisasi seperti sekarang ini pertumbuhan indusri pada berbagai sekala menjadi suatu tren di berbagai negara mulai dari industri makanan, hingga indstri kimia. Keberadaan industry dalam berbagai sekala dan jenis ditujukan sebagai solusi dalam mengatasi persoaalan ekonomi pada masing-masing Negara.

Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk mengatasi pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada pengolahan limbah sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Namun metoda pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada “Produksi Bersih”. Produksi bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan. (Suhartini, 2008)

Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya dari keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil

(12)

Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan

lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan pengolahan limbah secara konvensional adalah :

• Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.

• Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.

• Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.

• Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.

• Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.

• Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah, belum mencakup upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )

Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi Bersih juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13

A. Teknik Penerapan Teknologi Bersih

Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.Perubahan bahan Baku

(13)

b.Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari komtaminan dalam proses.

2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping

a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan, kebocoran dan tercecer.

b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan penanganan, habisnya waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.

c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air) dan koordinasi pengelolaan limbah.

d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah B3.

e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat kerusakan.

3. Penggunaan Kembali

a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.

b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah sebagai produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.

4. Perubahan Teknologi

a.Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan meningkatkan efesiensi.

b.Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan mengurangi jumlah limbah.

5. Perubahan Produk

a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu digunakan oleh konsumen.

b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.

(14)

B. Prinsip-prinsip Produksi Bersih

• Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih

dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek baru atau pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang berlangsung.

• Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-kepentingan yang terkait.

• Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat.

• Perbaikan berlanjut.

C. Konsep Penerapan Produksi Bersih

Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:

1. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.

2.Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk (product life cycle) dari pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.

3. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi dan konsumsi.

4. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya lingkungan dan konsumsi sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.

D. Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih

(15)

2. Program daur ulang,

3. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.

Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi (preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:

1. Eliminasi

Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)

Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa perubahan penting terhadap proses.

3. Daur Ulang

Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-strategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin dilakukan harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.

4. Pengendalian Pencemaran

Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya limbah.

5. Pengolahan dan Pembuangan

(16)

6. Remediasi

Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.

E. Esensi dasar dari produksi bersih

• Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.

• Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.

• Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan kegiatan yaitu pada pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses produksi dan desain produk.

• Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan sains dan teknologi

• Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di pasar lokal maupun internasional.

• Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.

• Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri, pemerintah, pertanian, energi, transportasi, para konsumen.

Pada dasarnya, fokus dari teknik Produksi Bersih adalah tentang “bagaimana mengurangi limbah dari sumbernya”. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan teknik pengurangan limbah ini adalah:

a.Manajemen inventaris

• Pengendalian inventaris

• Pengendalian bahan

b. Modifikasi proses produksi

(17)

• Perubahan bahan

• Modifikasi peralatan proses

c. Pengurangan volume

• Pemilahan sumber

• Pengentalan

d. Recovery

• Recovery on – site (di lokasi)

• Recovery off – site (diluar lokasi)

F. Aspek-Aspek Dalam Pelaksanaan Produksi Bersih

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya pelaksanaan Produksi Bersih adalah:

1. Proses

Mencakup upaya konservasi bahan baku dan energi, menghindari pemakaian bahan berbahaya dan beracun, mengurangi jumlah dan toksisitas semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum meninggalkan proses.

2. Produk

Menitik beratkan pada upaya pengurangan dampak pada keseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.

3. Jasa

Menitik beratkan pada upaya penggunaan proses 3R (Reduce, Re-use dan Recycle) diseluruh kegiatannya, mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan akhir.

(18)

G. Peluang Penerapan Produksi Bersih

1.Memberi keuntungan ekonomi, sebab didalam Produksi Bersih terdapat strategi

pencegahan pencemaran pada sumbernya (source reduction dan inprocess recycling) yaitu pencegahan terbentuknya limbah secara dini dengan demikian dapat mengurangi biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk pengolahan dan pembuangan limbah atau upaya perbaikan lingkungan.

2. Mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan.

3. Memelihara dan memperkuat pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang melalui konservasi sumber daya, bahan baku dan energi.

4. Mendorong pengembangan teknologi baru yang lebih efisien dan akrab lingkungan

5. Mendukung prinsip `environmental equity' dalam rangka pembangunan berkelanjutan.

6. Mencegah atau memperlambat terjadinya proses degradasi lingkungan dan pemanfaatan sumberdaya alam.

7. Memelihara ekosistem lingkungan.

8. Memperkuat daya saing produk dipasar intemasional.

(19)

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Unsur-unsur lingkungan hidup meliputi unsur hayati (biotik), unsur sosial budaya (kultur), dan unsur fisik (abiotik). Kerusakan lingkungan akibat peristiwa alam: letusan gunung berapi, kerusakan akibat gempa gumi, kerusakan akibat siklon (topan), musim kemarau, erosi dan abrasi. Kerusakan lingkungan akibat ulah manusia: penebangan hutan secara liar, bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan, penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman, dan pembuangan sampah di sembarang tempat. Semua manusia harus ikut serta dalam upaya melestarikan lingkungan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup. Dengan melestarikan lingkungan berarti kita telah menyelamatkan beribu bahkan berjuta juta nyawa. Karena banyak nyawa yang melayang itu banyak disebabkan adanya kerusakan lingkungan.

Upaya pemerintah untuk mengatasi kerusakan lingkungan yaitu dengan menyusun, menerbitkan, dan memberlakukan Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang berkaitan dengan lingkungan, membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, serta mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Strategi pengelolaan lingkungan hidup itu dibagi menjadi 3 yaitu

1. pendekatan kapasitas daya dukung

2. pengelolaan pada limbah yang terbentuk / end of pipe

3. produksi bersih

(20)

lingkungan, contohnya seperti produksi bersih yang menerapkan 3R, yaitu, Recycle, Reuse, dan yang terakhir adalah Reduce

3.2. SARAN

Dengan disusunnya makalah ini saya mengharapkan pembaca dapat mengetahui dan memahami strategi pengelolaan lingkungan hidup serta dapat memberikan kritik dan

sarannya agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.

(21)

www.blogspot/IGN Wahyu Dwi Payana/kapasitas-daya-dukung

www.Asdep Standtek, KLH/pengelolaan_lingkungan_hidup

Referensi

Dokumen terkait

yang diterapkan saat ini berdasarkan hasil evaluasi kurikulum yang dilakukan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk). Atas dasar itu, Pemerintah Republik Indonesia

Lingkungan sekolah (guru dan siswa) memiliki peran yang kuat dalam membentuk karakter anak (Kristiawan, 2015).. Penyelenggaraan pendidikan karakter menjadi satu hal

Uterus menerima suplai darah dari arteri uterina mediana, uteri utero ovarica dan suatu percabangan dari pudenda interna (Partodiharjo, 1987). Efek yang muncul dari

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul “Analisis

Untuk mengetahui Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan karya karya seni limbah kertas pada guru seni budaya SD se Kecamatan Pleret Bantul.. Untuk melatih

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan di lapangan baik melalui wawancara dan observasi serta angket yang diterima maka hipotesis yang diajukan dalam

Wewenang untuk memberi arahan ini dimiliki oleh ITLOS dengan mengacu pada Pasal 290 UNCLOS, yang mengatur bahwa apabila gugatan diajukan kepada court atau

Principal component analysis (PCA) was used as a tool in grouping DN parents, SD and progenies of crossing based on characters including firmness, total soluble solid