• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Prakiraan Kebutuhan Tulangan Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Prakiraan Kebutuhan Tulangan Pada"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PRAKIRAAN KEBUTUHAN TULANGAN

PADA BANGUNAN GEDUNG

Wulfram I. Ervianto

1

INTISARI

Dalam kegiatan perencanaan selalu melibatkan konsultan arsitektur, konstruktor, manajemen konstruksi, mekanikal elektrikal. Tiap pihak bekerja sesuai dengan keahliannya masing-masing pada saat yang telah direncanakan. Perencanaan bangunan diawali oleh kegiatan arsitektur dan diakhiri dengan pembuatan spesifikasi dan rencana anggaran biaya yang dikerjakan oleh konsultan manajemen konstruksi. Pada umumnya waktu yang tersedia untuk konsultan manajemen konstruksi sangat terbatas, bahkan sering kali tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik. Tulisan ini memaparkan pendekatan sederhana untuk memprakirakan kebutuhan tulangan pada elemen struktural bangunan gedung sesuai dengan elevasi bangunan. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa elemen struktural yang secara signifikan mempengaruhi perhitungan prakiraan kebutuhan tulangan adalah kolom dan balok, sedangkan plat lantai tidak secara signifikan

mempengaruhi. Sumbangan efektif berdasarkan model multiple causation relationship untuk balok

adalah 0.623 sedangkan kolom – 0.390. Sumbangan efektif berdasarkan model intervening

relationship untuk balok adalah 0.259 sedangkan kolom – 0.390.

Kata kunci : Estimasi, berat tulangan, elemen struktural, bangunan gedung.

ABSTRACT

The design process of a construction project always involves cooperation between several parties; architect, civil engineers, and mechanical and electrical consultants. Construction management produces specifications for the project and develops the budget. Each party is not involved in the project for equal lengths of time. Construction management has a limited time frame to develop the budget which constricts the effectiveness of their work. This research aims to define a formula, specifically to predict the amount of steel used to reinforce one cubic meter of concrete in the structure of a building. The formula shows that beam and columns used in building one the most significant factor. The floor has been found not to be significant when predicting construction budget. The multiple causation relationship model shows that the beam contributes 0,623 and the columns contributes -0,390. Meanwhile, the intervening relationship model shows that the beam contributes 0,259 and the columns contribute -0,390.

Key words : Estimate, steel, structural element, building

1

(2)

1. LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan ruang dari waktu ke waktu selalu bertambah seiring dengan beragamnya kegiatan para pelaku bisnis baik swasta maupun pemerintah. Bertambahnya bangunan bertujuan untuk mengakomodasi semua jenis kegiatan dalam dunia nyata berakibat semakin sempit lahan yang tersedia, oleh karenanya ketentuan dalam pembangunan bangunan diatur kembali agar dapat dicapai kondisi keseimbangan.

Alternatif pengembangan bangunan gedung tidak lagi ke arah horisontal namun mulai dilaksanakan pembangunan ke arah vertikal berupa gedung-gedung berlantai banyak. Fenomena ini banyak terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta dimana pusat bisnis dan pusat pemerintahan berada dalam satu kota. Gedung berlantai banyak menjadi ciri khas kota metropolitan di dunia.

Gejala-gejala yang timbul seperti tersebut diatas mengharuskan pihak penyedia jasa sebagai perancang dan pembangun dituntut berperan sesuai dengan bidangnya secara profesional dan berpedoman pada etika profesi. Kecepatan dan ketepatan dalam melakukan kegiatan profesi menjadi tolok ukur kemampuan dari setiap perusahaan pembangun.

Salah satu bagian kegiatan penyedia jasa, khususnya kontraktor adalah melakukan perhitungan estimasi biaya bangunan secara profesional pada sebuah proyek yang akan dilaksanakan. Kecepatan dan ketepatan dalam menginterpretasikan gambar dan memprakirakan resiko yang mungkin timbul dalam proses konstruksi harus dituangkan dalam perhitungan kuantitatif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Khusus pada bangunan gedung berlantai banyak sering timbul masalah dalam menghitung kebutuhan tulangan dalam setiap kubik beton, meskipun tidak terdapat kesulitan dalam melakukan perhitungan akan tetapi diperlukan waktu yang relatif lama untuk mendapatkannya. Hal ini diperoleh dengan melakukan perhitungan berdasarkan gambar rencana sebagai hasil dari seorang perancang. Namun kadang-kadang posisi estimator disudutkan oleh waktu yang tersedia sangat terbatas, mengingat profesi ini bekerja setelah disain diselesaikan oleh perancang. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas akan sangat membantu apabila terdapat sebuah model pendekatan untuk memprediksi kebutuhan tulangan setiap kubik beton pada setiap elemen struktural bangunan gedung (balok, kolom, plat lantai).

(3)

Data yang digunakan berupa gambar rencana yang akan, sedang atau telah dilaksanakan sebagai produk dari konsultan perancang yang berlokasi di Yogyakarta. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat digunakan untuk memprakirakan besarnya biaya yang dibutuhkan dalam proses penyusunan rencana anggaran biaya bangunan bagi estimator secara cepat.

2. ESENSI ESTIMASI

Estimasi merupakan proses utama dalam proyek konstruksi untuk menjawab pertanyaan

Berapa besar dana yang harus disediakan untuk sebuah bangunan ?. Pada umumnya kebutuhan dana yang dibutuhkan dalam proyek konstruksi relatif tidak sedikit, oleh karenanya apabila terjadi ketidaktepatan penyediaan dana akan berakibat kurang menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya, khususnya bagi pemilik proyek. Pengaruh ini akan dirasakan pula oleh konsultan dan kontraktor sebagai pihak eksekutor di lapangan. Estimasi merupakan dasar untuk membuat sistem pembiayaan dan penjadwalan pelaksanaan konstruksi serta merupakan peramalan kejadian proses pelaksanaan di kemudian hari dilanjutkan dengan memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut.

Kegiatan estimasi dilakukan dimulai dengan lebih dahulu mempelajari gambar rencana dan spesifikasi kemudian dihitung kebutuhan materialnya. Perhitungan kebutuhan material harus dilakukan secara teliti karena akan berpengaruh terhadap biaya. Estimator harus memahami proses konstruksi secara menyeluruh, termasuk jenis dan kebutuhan alat. Hal lain yang ikut memberikan kontribusi adalah : (a) produktivitas tenaga kerja, (b) ketersediaan material, (c) ketersediaan peralatan, (d) kondisi cuaca, (e) jenis kontrak, (f) masalah kualitas, (g) etika profesi, (h) sistem pengendalian, (i) kemampuan manajemen.

Estimator dituntut tidak hanya mampu melakukan kuantifikasi dari semua yang disajikan dalam gambar kerja dan spesifikasi, tetapi juga harus mampu mengantisipasi semua kegiatan konstruksi yang akan terjadi. Gambar kerja dan spesifikasi tidak dapat merepresentasikan metoda konstruksi dan seluruh proses yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, melainkan hanya menyatakan hasil akhir yang diharapkan dari proses konstruksi. Sebelum menentukan keputusannya seorang estimator harus menganalisis semua faktor yang berhubungan dengan proyek.

(4)

Sumber informasi terbaik untuk estimasi biaya adalah pengalaman perusahaan. Informasi mengenai jumlah material terpakai, tenaga kerja atau jam kerja yang dikeluarkan, jam peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan setiap pekerjaan dari proyek-proyek terdahulu akan sangat berguna.

3. PENYUSUNAN ANGGARAN BIAYA PROYEK

Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu tergantung dari siapa/pihak yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya, hasil estimasi ini disebut dengan OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan untuk kegiatan penawaran terhadap proyek konstruksi.

Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah sebagai berikut :melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu; melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di daerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja didatangkan dari luar daerah lokasi proyek; melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan analisa yang diyakini baik oleh si pembuat anggaran; melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan; membuat rekapitulasi.

4. KEJADIAN PROSES ESTIMASI

Dalam proses estimasi seringkali terjadi ketidaksesuaian dengan rencana yang telah dijadualkan terutama kedisiplinan waktu kerja yang dibutuhkan oleh masing-masing pihak yang terlibat dalam proses perancangan. Keterlibatan konsultan menjadi penentu selesainya proses. Dipihak konsultan sendiri dibutuhkan eksistensi dari berbagai disiplin ilmu, misalnya dari ilmu arsitektur, ilmu teknik sipil (konstruksi, manajemen konstruksi), ilmu teknik mesin, ilmu elektro dan lainnya.

(5)

5. KETIDAK SESUAIAN JADWAL

Pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan sebuah bangunan terdiri dari berbagai keahlian, dimana semua pihak tersebut harus mengorganisir dirinya sendiri untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Kedisiplinan terhadap tanggung jawab tugasnya masing-masing sangat diperlukan apabila kesuksesan kerja tim ingin dicapai.

Proses perencanaan diawali oleh kerja dari seorang arsitek, dimana fungsi utamanya adalah mengakomodasi semua kepentingan pemilik proyek kedalam disain bangunan. Tahap ini sangat menentukan dalam proses perancangan bangunan, konsep awal dari bentuk, fungsi dan style bangunan ditentukan dalam kegiatan ini. Banyak cara dapat digunakan seorang arsitek untuk menjaring semua aspirasi dari pemilik proyek, mulai dari pengisian data kebutuhan ruang, aktifitas yang akan dilakukan sampai dengan proses wawancara dapat dilakukan apabila dibutuhkan. Penuangan semua kebutuhan ruang bagi pemilik proyek ke dalam perancangan bangunan dilakukan secara bertahap.

Kerja seorang konstruktor segera dimulai setelah hasil perancangan selesai dikerjakan. Berdasarkan gambar-gambar yang telah dibuat oleh arsitek, profesi konstruktor mulai berperan dalam menentukan struktur bangunan tersebut. Dimulai dengan menetapkan besarnya beban rencana sesuai dengan fungsi bangunan. Besarnya beban rencana berbeda-beda tergantung peruntukannya, misalnya saja untuk bangunan untuk kegiatan perkantoran akan berbeda dengan bengunan untuk kegiatan perkuliahan atau untuk perpustakaan. Pedoman penggunaan beban rencana ini mengacu pada peraturan yang berlaku di Indonesia.

Profesi lain yang dapat melaksanakan tugasnya setelah disain selesai adalah konsultan mekanikal dan elektrikal, konsultan plumbing dan konsultan lainnya yang secara simultan dapat bekerja bersamaan. Tentu saja harus dilakukan koordinasi antar profesi yang terlibat didalamnya.

(6)

melaksanakan perhitungan secara detil. Bagi pembuat Rencana Anggaran Biaya (RAB) terkadang dibutuhkan pendekatan perkiraan untuk menentukan secara cepat dan akurat terhadap hal-hal yang mungkin dapat diestimasi berdasarkan pengalaman.

6. METODOLOGI PENELITIAN

Kegiatan pada tahap awal dari penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data dari sebuah proyek konstruksi yang akan, sedang atau telah dikerjakan khususnya elemen struktural bangunan. Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menghitung kebutuhan tulangan setiap m3 beton dari elemen struktural bangunan gedung yang didasarkan pada gambar disain yang merupakan hasil perhitungan konstruktor. Elemen struktural yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah balok, kolom dan plat.

Hitungan dilakukan pada semua jenis balok, kolom dan plat pada setiap lantai bangunan kemudian dihitung nilai rata-rata dari setiap elemen tersebut, nilai ini yang nantinya akan digunakan sebagai data masukan dalam analisis selanjutnya.

7. DATA PENELITIAN

Gambar 1 : Rata-rata elevasi bangunan

LA N TA I D A S A R ( E LE V A S I + 0 ) LA N TA I 1, ( E LE V A S I + 3.65 ) LA N TA I 2, ( E LE V A S I + 7.3 ) LA N TA I 3, ( E LE V A S I + 10.95 ) LA N TA I 4, ( E LE V A S I + 14.6 ) LA N TA I 5, ( E LE V A S I + 18.25 ) 3.65

3.65 3.65

(7)

Proyek yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah proyek yang secara umum mempunyai karakteristik yang sama, misalnya saja fungsi bangunannya. Sebagian besar dari data proyek digunakan untuk kegiatan perkuliahan, sekolah dan perkantoran, hal ini didasarkan pada karakteristik beban rencana yang tidak jauh berbeda. Kondisi yang ideal seharusnya semua data yang digunakan adalah bangunan sejenis dengan beban rencana yang sama besar. Proyek yang digunakan dalam penelitian ini seperti dalam tabel 1.

Nilai rata-rata elevasi setiap lantai dari proyek 3,65 m. Angka ini selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk melakukan analisis.

Tabel 1 : Data umum proyek

DATA ELEVASI RATA-RATA ANTAR

LANTAI JUMLAH TINGKAT

Proyek 1 3.7 m 5

Proyek 2 3.8 m 3

Proyek 3 3.5 m 3

Proyek 4 3.7 m 3

Proyek 5 3.8 m 3

Proyek 6 3.4 m 2

Proyek 7 3.6 m 2

Proyek 8 3.5 m 3

Proyek 9 3.4 m 4

Proyek 10 3.6 m 3

Proyek 11 3.7 m 3

Proyek 12 3.7 m 2

Proyek 13 3.8 m 4

Proyek 14 3.65 m 3

Proyek 15 3.6 m 3

Proyek 16 3.7 m 4

Proyek 17 3.6 m 4

Proyek 18 3.6 m 3

Proyek 19 3.8 m 3

Proyek 20 3.75 m 5

(8)

8. ELEMEN STRUKTURAL BALOK

Pendataan jenis balok dalam setiap lantai bangunan gedung dilakukan pada awal pengumpulan data, karakteristik yang dibedakan antara lain dimensi balok, bentang balok, mutu beton, jenis baja tulangan yang digunakan. Keberbedaan ini tidak menimbulkan masalah karena perhitungan akhir yang diharapkan adalah berat tulangan yang dibutuhkan setiap 1 m3 beton.

Umumnya setiap jenis balok mempunyai dimensi yang berbeda tetapi mutu baja dan beton biasanya sama. Hal ini untuk memudahkan proses pelaksanaan dilapangan. Dalam perhitungan kebutuhan panjang tulangan diberikan toleransi berkisar antara 5% s/d 10% untuk keperluan potong bengkok. Dalam penelitian ini digunakan toleransi 5% yang berdasarkan pengalaman dari pelaksana konstruksi angka ini sudah cukup memberikan keamanan. Dengan cara yang sama dilakukan perhitungan untuk lantai-lantai berikutnya sampai semua elemen struktural balok diperoleh kebutuhan tulangannya. Dari 20 proyek yang digunakan sebagai obyek penelitian diperoleh data yang bervariasi dari berbagai ketinggian bangunan atau jumlah tingkatnya. Nilai rata-rata kebutuhan tulangan selanjutnya ditampilkan dalam tabel 2, termasuk juga elevasi dalam setiap tingkatnya. Data ini kemudian diolah secara statistik untuk memprediksi kebutuhan tulangan pada elevasi yang diinginkan.

Tabel 2 : Rata-rata berat tulangan elemen balok

Posisi Elevasi (m) Berat tulangan elemen balok (kg/m3)

Lantai Dasar 0,00 224,94

Lantai 1 3,65 233,75

Lantai 2 7,30 235,82

Lantai 3 10,95 239,63

Lantai 4 14,60 246,43

Lantai 5 18,25 250,34

Data yang diperoleh dalam model struktur kemudian digunakan sebagai masukan dalam analisis regresi linier sederhana dan dalam perhitungannya digunakan SPSS. Hasil yang diperoleh seperti dalam tabel 3 dan tabel 4. Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut, : Y = 221,6 + 1,322 X1, dengan Y adalah berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m3 beton; X1 adalah elevasi yang diprediksikan (dalam meter).

(9)

berguna manakala seorang estimator diminta menghitung secara cepat prakiraan kebutuhan tulangan khususnya untuk elemen struktural balok apabila hitungan struktur secara detil belum diperoleh. ditahan oleh kolom adalah gaya aksial. Dimensi kolom dari lantai kelantai dapat berubah sesuai dengan besarnya gaya aksial yang bekerja. Semakin tinggi posisi dari sebuah kolom semakin kecil gaya yang bekerja sebaliknya semakin dibawah posisi dari kolom semakin besar gaya yang dipikulnya (akumulasi dari beban-beban diatasnya). Tidak jarang pula seorang perancang memanfaatkan hal ini, tentunya juga harus mempertimbangkan aspek estetika dan kemudahan dalam membangunnya.

Dari duapuluh proyek sebagai obyek data penelitian dihasilkan rata-rata kebutuhan tulangan untuk lantai dasar adalah 306,48 kg/m3; lantai satu 305.10 kg/m3; lantai dua 296.13 kg/m3; lantai tiga 294.28 kg/m3; lantai empat 292.96 kg/m3; lantai lima 286.94 kg/m3.

(10)

Tabel 5 : Rata-rata berat tulangan elemen kolom

Posisi Elevasi (m) Berat tulangan Kolom (kg/m3)

Lantai Dasar 0,00 306,48

Data yang diperoleh dalam model struktur kemudian digunakan sebagai masukan dalam analisis regresi linier sederhana dan dalam perhitungannya digunakan SPSS. Hasil yang diperoleh seperti dalam tabel 6 dan tabel 7. Persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut, : Y = 310.625 – 1.073 X1, dengan Y adalah berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m3 beton; X1 adalah elevasi yang diprediksikan (dalam meter).

Persamaan regresi tersebut diatas dapat dimanfaatkan untuk memprakirakan berat tulangan pada ketinggian tertentu dari sebuah bangunan gedung, tentunya karakteristik bangunan yang diperuntukkan kegiatan kuliah, kantor, sekolah. Hal ini akan sangat berguna manakala seorang estimator diminta menghitung secara cepat prakiraan kebutuhan tulangan khususnya untuk elemen struktural balok apabila hitungan struktur secara detil belum diperoleh. Kejadian tidak tersedianya gambar detil secara tepat waktu ini sering terjadi manakala pihak perancang sebelumnya belum menyelesaikan tugasnya.

(11)

10. ELEMEN STRUKTURAL PLAT

Elemen struktur yang menahan beban langsung sebagai akibat dari beban penghunian adalah plat lantai. Dominasi beban yang harus ditahan plat lantai adalah lentur. Tebal dari plat lantai ini bervariasi sangat tergantung dari beban rencananya. Rata-rata tebal plat lantai adalah 15 cm. Struktur plat lantai ini hanya terpengaruh oleh pembebanan diatasnya, tidak seperti pada kolom dimana bebannya terakumulasi di kolom paling dasar.

Data dari plat lantai ini tidak dapat dihitung nilai regresinya mengingat transformasi beban yang dibebankan pada plat lantai ini tidak tergantung dari elemen struktural lainnya. Pembebanan pada plat lantai ini besifat bebas dan tidak terpengaruh dari elemen struktural lainnya. Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut : Y = 80.267 + 0.09706 X1, dengan Y adalah berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m

3

beton; X1 adalah elevasi yang diprediksikan (dalam meter). Secara statistik menyatakan bahwa regresi yang dihasilkan tidak signifikan (seperti pada tabel 9 dan 10), artinya bahwa persamaan regresi tersebut tidak dapat digunakan untuk memprakirakan kebutuhan tulangan pada elevasi bangunan tertentu. Pernyataan statistik ini sangat beralasan karena pada saat perencana menentukan dimensi dan jumlah tulangan plat lantai tidak hanya berdasarkan beban yang nantinya bekerja di atas plat lantai tersebut. Ketinggian bangunan tidak mempengaruhi proses disain dari plat lantai.

Tabel 8 : Rata-rata berat tulangan elemen plat

(12)

Tabel 10 :

Coefficients

11. SUMBANGAN EFEKTIF ELEMEN STRUKTURAL

Dalam membuat model sumbangan efektif variabel bebas (kolom, balok dan plat) terhadap variabel terikat (elevasi bangunan) harus dibentuk model yang sesuai dengan data lapangan. Dengan menggunakan pemodelan hubungan yang terjadi, maka dapat dianalisis sumbangan efektif setiap variabel bebas (elevasi balok, kolom dan plat lantai) terhadap variabel terikat (kebutuhan tulangan setiap 1 m3 beton). Untuk mendapatkan model yang sesuai digunakan teknik “analisis jalur” (path analysis).

Dari hasil persamaan regresi dapat disimpulkan bahwa dari ketiga elemen struktural bangunan yang secara signifikan dapat digunakan adalah balok dan kolom. Sehingga dengan sendirinya plat lantai tidak perlu dimasukkan dalam “analisis jalur”.

Model hubungan yang mungkin terjadi adalah : hubungan dalam konteks penyebab berganda (multiple causation relationship) seperti gambar 2 dan hubungan dengan perantara (intervening relationship) seperti gambar 4.

12. POLA HUBUNGAN DALAM KONTEKS PENYEBAB BERGANDA

(13)

Hubungan antara balok dan kolom diasumsikan tidak diketahui atau tidak dapat ditentukan secara pasti. Persamaan yang menunjukkan hubungan tersebut adalah : Kebutuhan tulangan = b1 Balok + b2 Kolom + a, dengan ketentuan : b1 adalah koefisien beta antara balok dengan kebutuhan tulangan; b2 adalah koefisien beta antara kolom dengan kebutuhan tulangan; a adalah koefisien korelasi.

Gambar 3 : Hasil analisis model multiple causation relationship

Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa pola hubungan antara balok dan kolom mempengaruhi kebutuhan tulangan dihasilkan persamaan sebagai berikut :

Kebutuhan tulangan = 0.623 Balok – 0.390 Kolom + 0.934

Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif balok terhadap kebutuhan tulangan adalah 0.623 sedangkan untuk kolom besarnya adalah – 0.390 (semakin tinggi kolom maka kebutuhan tulangan akan semakin kecil)

13. POLA HUBUNGAN DENGAN PERANTARA

Gambar 4 : Pola intervening relationship BALOK

KEBUTUHAN TULANGAN

KOLOM

b1

b2 a

BALOK

KEBUTUHAN TULANGAN

KOLOM

0.623

(14)

Hubungan antara balok dan kolom diasumsikan diketahui atau dapat ditentukan secara pasti. Persamaan yang menunjukkan hubungan tersebut adalah :

Kebutuhan tulangan = b1 Balok + b2 Kolom + a, Kolom = b3 balok,

dengan ketentuan : b1 adalah koefisien beta antara balok dengan kebutuhan tulangan; b2 adalah koefisien beta antara kolom dengan kebutuhan tulangan; b3 adalah koefisien beta antara balok dan kolom; a adalah koefisien korelasi.

Gambar 5: Hasil analisis model intervening relationship

Untuk menentukan sumbangan efektif balok terhadap kebutuhan tulangan maka diperhitungkan pengaruh hubungan langsung dan tidak langsung yang terjadi. Hubungan langsung antara balok dengan kebutuhan tulangan adalah 0.623, sedangkan hubungan tidak langsung antara balok dengan kebutuhan tulangan yang melalui kolom adalah 0.934 dikalikan dengan – 0.390 = - 0.364. Sehingga total sumbangan efektif variabel balok terhadap kebutuhan tulangan adalah 0.623 – 0.364 = 0.259. Sedangkan sumbangan efektif variabel kolom terhadap kebutuhan tulangan tetap sebesar – 0.390.

14. KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

Persamaan regresi yang diperoleh antara balok dengan elevasi bangunan adalah sebagai berikut : Y = 221,6 + 1,322 X1, dengan Y adalah kebutuhan berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m3 beton; X1 adalah elevasi bangunan yang diprediksikan (dalam meter).

Persamaan regresi yang diperoleh antara kolom dengan elevasi bangunan adalah sebagai berikut : Y = 310.625 – 1.073 X1, dengan Y adalah kebutuhan berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m3 beton; X1 adalah elevasi bangunan yang diprediksikan (dalam meter).

BALOK

KEBUTUHAN TULANGAN

KOLOM

0.623

(15)

Persamaan regresi yang diperoleh antara plat lantai dengan elevasi bangunan adalah sebagai berikut : Y = 80.267 + 0.09706 X1, dengan Y adalah kebutuhan berat tulangan (dalam kg) setiap 1 m3 beton; X1 adalah elevasi bangunan yang diprediksikan (dalam meter).

DAFTAR PUSTAKA

1. Ervianto W.I., 2003, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit ANDI, Yogyakarta 2. Schuette D., Liska R.W.,1994, Building Construction Estimating” McGraw Hill,

Inc.

3. Usman H., 1995, Pengantar Statistik, Bumi Aksara, Jakarta.

Gambar

Gambar 1 : Rata-rata elevasi bangunan
Tabel 1 : Data umum proyek
Tabel 2 : Rata-rata berat tulangan elemen balok
Tabel 3 : Anova
+6

Referensi

Dokumen terkait

Apakah uji fitopreventif dengan pemberian infus daun kitolod ( Laurentia longiflora ) dapat mencegah perubahan histopatologi pada lensa mata tikus yang mengalami

Untuk pengembangan korelasi sederhana ini, metodologi yang digunakan adalah dengan menerapkan metode desain eksperimen yaitu desain full factorial design dengan 3 level untuk

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan serta mendapat membimbing selama

Masukan yang diperoleh dari ahli materi dan media digunakan untuk mendapatkan desain sementara yang selanjutnya produk media modul akan diuji lapangan (ujicoba

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian

Dengan integrasi LDAP sebagai otentikasi user untuk klien OwnCloud dan monitoring performansi server menggunakan Nagios dapat disimpulkan bahwa hasil yang dicapai pada

Abstract: The differences of increasing students’ achievement in learning English through out cooperative learning at junior high school SMPN satu atap bumijaya