• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TRANSFORMASI KARAKTER PESERTA D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS TRANSFORMASI KARAKTER PESERTA D"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TRANSFORMASI KARAKTER

PESERTA DIDIK MELALUI KESTIMBAGAN PENGETAHUAN UMUM

DAN AGAMA

FADHILAH Banda Aceh 11 Juni 2015

Email :

ABSTRAK

Karakter atau watak adalah sifat batin yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang dimiliki manusia atau makhluk hidup lainnya. Identifikasi Pengetahuan (Knowledge), Keterampilan (Skill) dan Sikap (Attitude).

Kata Kunci:

Transformasi, Karakter,Indentifikasi.

I.PENDAHULUAN

Penguatan pendidikan moral (moral education) atau pendidikan karakter (character education) dalam konteks sekarang sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda di negara kita. Krisis tersebut antara lain berupa meningkatnya pergaulan bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak dan remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, oleh karena itu betapa pentingnya pendidikan karakter.

(2)

II. TRANS FORMASI KARAKTER

Pandangan tentang penciptaan karakter dalam buku Stephen R. Covey, dituliskan “ Taburlah gagasan, petiklah perbuatan, taburlah perbuatan, petiklah kebiasaan, taburlah kebiasaan, petiklah karakter, taburlah karakter petiklah nasib.” Ini berarti bahwa pembangunan karakter dimulai dari pembangunan pola pikir diikuti dengan pengambilan keputusan, kemudian tindakan atau perilaku yang dibiasakan sampai terbentuk karakter. Membangun karakter tidak cukup dengan hanya membaca buku saja atau bahkan pelatihan jangka pendek, namun dibutuhkan suatu mekanisme pelatihan dan perlakuan yang terarah dan tiada henti secara berkesinambungan.

Ariwibowo, menjelaskan bahwa proses transformasi karakter dimulai dari perubahan mind set diikuti dengan pengambilan keputusan, kemudian tindakan atau perilaku yang dibiasakan sampai terbentuk karakter. Mind set yang diikuti dengan pengambilan keputusan adalah berorintasi kepada keyakinan dan perubahan, yang dapat diawali dengan memiliki imajinasi, tujuan atau citacita, sehingga muncul keinginan untuk berubah, antusias, semangat, kreativitas, serta keberanian mengambil resiko dan upaya memaksimalkan peluang. Selanjutnya tindakan dan perilaku harus disertai dengan daya juang, persistensi dan disiplin, dan menjadikan sebagai pembiasaan dalam jangka waktu yang lama. Namun perlu diperhatikan bahwa realisasi pembiasaan memerlukan penundaan kepuasan, oleh Ariwibowo diistilahkan “ Proses keluar dari Comfort Zone untuk membangun Habit baru. Demikian pula dalam membangun disiplin dapat diterapkan konsep “ GEAR ”, yaitu :

G : Goal, Menetapkan Tujuan

E : Endure, Daya Juang

A : Action, Tidak menunda melakukan

R : Repetation, Lakukan berulang-ulang menjadi kebiasaan

(3)

kehidupan remaja: “ Mengapa sebagian anak bertumbuh dengan mudah, sementara yang lainnya bergumul, mengapa sebagian anak terlibat dalam aktivitas-aktivitas berbahaya, sementara yang lainnya menggunakan waktu mereka untuk berperan serta dalam masyarakat, mengapa sebagian remaja lolos dari situasi-situasi sulit, sementara yang lainnya terjebak .” Hasil survei mengungkapkan bahwa perbedaan antara para remaja bermasalah dengan mereka yang menjalani kehidupan yang sehat dan produktif, sangat dipengaruhi oleh keberadaan dari apa yang mereka sebut Aset-Aset Perkembangan dan didefnisikan sebagai Kepemilikan atau Sumber Daya. Semakin banyak aset yang dimiliki remaja menjadikan kehidupannya semakin baik dan semakin kecil kemungkinan mereka akan tersesat dan terlibat dalam masalah. Sumberdaya ini adalah aset dari diri seorang anak yang dapat digali berulang-ulang. Sumber daya tersebut menolong para remaja membuat keputusan-keputusan bijaksana, memilih jalan-jalan positip, dan bertumbuh menjadi kompeten, peduli dan bertanggung jawab. Kepemilikan atau sumber daya yang digali dari survei tersebut terdiri atas 40 aset. Sumber daya internal sebanyak 20 dan sumber daya eksternal juga sebanyak 20. Kumulatif 20 sumber daya internal merupakan sikap-sikap, nilai-nilai, dan kompetensi-kompetensi yang ada di dalam hati dan kepala setiap anak. Sumberdaya internal

(4)

14. Kompetensi kultural

20. Pandangan positif terhadap masa depan pribadi

Dua puluh aset berikutnya adalah aset-aset eksternal. Ini adalah hal-hal dalam lingkungan seorang remaja (rumah, sekolah, dan komunitas) yang mendukung, menopang, dan memampukannya, menentukan batasan-batasan dan harapan-harapan, dan menggunakan waktunya secara konstruktif. Aset-aset eksternal tersebut adalah:

Harapan-Harapan dan Batasan-Batasan 26. Pengaruh positif teman sebaya

Dukungan

27. Dukungan keluarga

28. Komunikasi keluarga yang positif 29. Hubungan dengan orang dewasa lain 30. Lingkungan yang peduli

31. Iklim sekolah yang peduli

32. Keterlibatan orang tua dalam urusan sekolah

Penguat

33. Komunitas yang menghargai remaja 34. Remaja sebagai sumber daya

(5)

III. KESIMIBAGAN PENGETAHUAN

Kata “akhlak mulia” berasal dari bahasa Arab, yaitu Akhlaqul yang berarti akhlak dan karimah yang berarti mulia.Jadi Akhlaqul karimah ialah akhlak mulia dan budi pekerti. Secara luas akhlak mulia adalah budi pekerti yang dicerminkan seseorang (Pendidikan Agama Islam: iv-2007 ).

Sikap yang menyimpang dari akhlak mulia sering terjadi, baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari.Biasanya kita merasa sikap kita sudah benar dan menerapkan akhlak mulia. Namun, tanpa kita sadari ternyata sikap kita terhadap orang lain itu tidak

menerapkan akhlak mulia. Dampaknya tidak hanya pada kita, tetapi juga pada orang lain. Kurangnya pengarahan tentang akhlak mulia menjadi faktor utama penyebab generasi muda tidak menerapkan akhlak mulia dalam kehidupannya sehari-hari.Memang sulit menyadari bahwa kita tidak menerapkan akhlak mulia.Namun, orang yang ada di sekeliling kita merasakan bahwa kita tidak bersikap baik pada mereka. Hal ini, juga menyebabkan hidup kita menjadi tidak nyaman dan damai. Karena setiap orang yang telah kamu perlakukan tidak baik akan selalu menghindari darimu dan kemungkinan memiliki perasaan dendam padamu. Karena sikapmu yang tidak baik padanya.

Akhlak mulia merupakan salah satu nilai luhur.Nilai luhur perlu ditanamkan sejak dini dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai juga merupakan alat solidaritas yang

mendorong kita untuk bekerja sama dan mengarahkan kita untuk berpikir positif. Nilai adalah gambaran yang mengenai apa yang di inginkan, yang pantas, yang berharga, dan yang mempengaruhi orang yang memiliki nilai itu (Robert M.Z. Lawang: 47-2006).

1. Akhlak Mulia Untuk Berpikir Positif

(6)

menghindari perselisihan.Tetapi kebanyakan orang langsung tersulut emosi, jika di perlakukan tidak baik.

Biasanya orang yang suka berbuat baik berarti dia telah mengerti apa itu akhlak mulia. Berbuat baik adalah menanam tanaman yang berbuah manis yang suatu saat akan

dinikmati hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya kita memperbanyak berbuat baik pada sesama.Misalnya kamu membantu temanmu yang memerlukan bantuanmu. Lalu kamu tiba-tiba mendapat kesulitan, kemudian dia akan membantumu. Sebuah kebaikan akan dibalas dengan kebaikan. Hal yang positif sama dengan hal yang bermanfaat. Kamu yang telah menolong temanmu, berarti kamu telah melakukan hal yang bermanfaat.siapakah tidak ingin meendapatkan bantuan saat mendapat kesulitan? Kamu akan sangat mudah mendapatkan batuan dari orang lain, jika kamu membantu orang lain terlebih dahulu. Tetapi kebanyakan orang mengharapkan bantuan dari pada ingin membantu.

2. Akhlak Mulia Jadikan Kita Berwawasan Tinggi

Adanya keseimbangan ilmu pengetahuan dan akhlak mulia menjadikan kita memiliki wawasan. Wawasan itu sendiri adalah cara pandang dan sikap kita terhadap diri sendiri dan lingkungan. Wawasan juga merupakan cara keseharian seseorang dalam kehidupan

bersosial. Misalnya sopan santun terhadap orang yang lebih tua dan tidak bersikap kasar kepada siapa pun.

Jika cara kita salah dalam bersosial, terkadang berdampak buruk pada kita. Biasanya dampaknya tidak hanya terlihat jelas, bisa saja terjadi perlahan dan tidak kita

sadari.Namun, akibatnya fatal bagi kita.Misalnya, kamu sering berkata kasar pada temanmu.Kamu tidak menyadari temanmu berusaha menjauh darimu.Karena tidak tahan dengan sikapmu padanya.Setiap orang yang ada disekitarmu pasti tidak ingin kamu berkata kasar padanya.Tidak ada orang yang tidak marah jika kamu berkata kasar padanya.

(7)

generasi muda.Akhlak mulia tidak bisa dipisahkan dari wawasan, keduanya telah menjadia satu kesatuan yang erat.

IV. PROSES IDENTIFIKASI PENGETAHUAN

Pada umumnya kata jenius dipakai untuk menyebut kelompok orang yang mencapai skore 130 ke atas dalam tes kecerdasan (tes IQ).Menurut Thomas Amstrong dalam bukunya Awakening Genius in The Classroom menyatakan arti jenius tersebut tidak tepat lagi digunakan.Kini sudah banyak diyakini orang bahwa IQ bukanlah penentu utama keberhasilan seseorang. Pengaruh EQ, dan SQ kini dipercayai lebih penting dalam menentukan keberhasilan seseorang.

Sedangkan kata jenius berasal dari bahasa Yunani dan bahasa Latin yang berarti

memperanakkan, dilahirkan atau dijadikan.Kata ini juga diartikan meriah, memeriahkan, riang gembira dan membantu pertumbuhan.Dalam pandangan pendidikan kata jenius berarti

"melahirkan kegembiraan dalam belajar". Kejeniusan anak akan muncul bila ia mengalami kegembiraan dalam belajar, mengalami kegembiraan dengan kemajuan dan pertumbuhan yang mereka alami. Inilah arti jenius menurut pandangan Thomas Amstrong yang dikatakannya lebih mendekati teori-teori kecerdasan yang berkembang pada masa sekarang.

Dan di Indonesia menurut Amril Muhammad, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penyelenggara, Pengembang, dan Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa (Asosiasi CB/BI), mengatakan, dari penelitian yang dilakukan, terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah yang memiliki kualifikasi cerdas istimewa atau jenius. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, ada 52,9 juta anak usia sekolah. Artinya, terdapat sekitar 1,05 juta anak cerdas/berbakat istimewa di Indonesia. Akan tetapi, jumlah siswa cerdas/berbakat istimewa yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 4.510 orang. Artinya, baru sekitar 0,43 persen siswa cerdas/berbakat istimewa yang terlayani. Namun, layanan pendidikan yang didapatkan anak-anak cerdas istimewa ini belum mampu memunculkan keunggulan mereka. Terdapat pertanyaaan menarik dalam benak saya, sebenarnya factor apa yang menjadikan seorang anak dapat lahir dengan kemampuan otak yang jenius? Yang tentunya kalau boleh memilih setiap orang tua akan mengharapkan anaknya jenius dari pada anak yang memiliki kemampuan otak standar atau malah di bawah

(8)

keluarganyalah yang menghancurkan kejeniusan anak tersebut. Ada empat pengaruh negatif keluarga yang dapat merusak kejeniusan anak,diantaranya:

1. Kelainan emosi.

Terjadi bila orang tua memiliki watak temperamental, mudah marah, meledak-ledak, tidak mampu menguasai emosinya. Dalam keluarga seperti ini seluruh vitalitas seorang anak akan hancur karena hardikan, bentakan, hinaan dan caci maki yang terjadi secara beruntun. Rasa ingin tahu dihukum atau diacuhkan dan kegembiraan dihimpit oleh selimut tebal kemurungan. Bila hidup dalam lingkungan ini anak tidak akan mempunyai kesempatan untuk

mengeksplorasi, melakukan kesalahan, menemukan berbagai gagasan dan melakukan banyak hal lain yang biasa dilakukan orang jenius. Dalam keluarga dimana kegelisahan melayang-layang di atas rumah laksana awan gelap yang menggayut, anak-anak akan kehilangan sifat jenaka mereka.

2. Kemiskinan.

Keluarga miskin kurang mampu memberikan lingkungan pembelajaran yang merangsang tumbuhnya kejeniusan anak.Kehadiran orang tua yang tidak berpendidikan dan berwawasan luas dalam keluaraga miskin mengakibatkan anak-anak dalam keluarga tersebut tidak

menerima berbagai rangsangan intelektual secara verbal.Selain itu perawatan kehamilan yang buruk dan kekurangan gizi pada masa kanak-kanak dapat merusak otak anak pada awal kehidupan mereka, sehingga membatasi potensi mereka untuk mengembangkan

kejeniusannya.Namun harus diingat kemiskinan bukan kesalahan mereka sendiri, kemiskinan sering terjadi karena adanya ketidakadilan politik dan ekonomi.

3. Gaya hidup instan.

Terjadi dalam keluarga yang secara financial mapan, orang tua super sibuk, tidak ada cukup waktu bagi anak-anak mereka.Kalaupun mereka mempunyai waktu akhirnya mereka

memfokuskan diri pada kehidupan pembelajaran anak dan seringkali para orang tua ini berpikir untuk mendapatkan jalan pintas.Mereka seringkali menekan anak-anak mereka untuk

(9)

dijalani oleh anak sehingga mereka kehilangan waktu untuk bermain, bergembira. Meski dari luar mereka nampak seperti anak berprestasi tinggi, seluruh kejenakaan, rasa ingin tahu, kegembiraan, kreatifitasnya sudah dihancurkan.

4. Ideologi yang kaku.

Beberapa keluarga membesarkan anak-anak dalam suatu lingkungan ketakutan dan kebencian terhadap mereka yang tidak memiliki sistem kepercayaan yang sama. Yang menjadi

permasalahan bukan merupakan inti dari sistem kepercayaan tersebut tetapi bagaimana anak-anak diajar untuk takut terhadap cara berpikir yang berbeda dengan kepercayaan mereka dan untuk membenci orang-orang yang berbeda dengan cara berpikir mereka. Dalam iklim seperti itu rasa ingin tahu anak untuk mengenali cara lain untuk mendapatkan pengetahuan dan prilaku menjadi terhenti, kepekaan mereka terhadap perbedaan menjadi tumpul dan sifat fleksibel mereka hilang.

V. KESIMPULAN

keseimbangan antara ilmu pengetahuan dan akhlak mulia adalah agar kita dapat berpikir positif dan memikirkan akibat timbal balik dari kurangnya pengarahan tentang akhlak mulia pada generasi muda. Selain itu, pengarahan tentang keseimbangan ilmu pengetahuan dan akhlak mulia pada generasi muda tidak hanya di sekolah saja, tetapi juga oleh kedua orang tua.

DAFTAR PUSTAKA

http://guluadi.blogspot.com/2011/06/problematika-anak-jenius-di-indonesia.html http://basirsoft.blogspot.com/2011/04/transformasi-karakter.html

Referensi

Dokumen terkait

(3) Dalam hal pada hari terakhir penyampaian laporan dan/atau koreksi Laporan KPPK beserta dokumen pendukung, Laporan KPPK yang telah melalui Prosedur Atestasi, informasi

[r]

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia

ƒ Diagenesis ketiga terjadi dalam lingkungan fresh water phreatic, yang ditandai oleh pelarutan butiran, matriks dan semen yang membentuk porositas vuggy dan moldic; pelarutan

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami penurunan yang ekstrim pada tahun 2017, sehingga mendapatkan predikat CCC dengan skor sebesar 35,36 yang menunjukkan

[r]

Secara Keseluruhan Bukti Langsung, Empati, Kehandalan, Daya Tanggap, dan Kepastian terhadap Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Swasta di Bandung berada pada kategori

Skripsi dengan judul “ Model Penelusuran Banjir Pada Sungai Dengkeng dengan Menggunakan Metode Gabungan O’Donnel dan Muskingum-Cunge serta Metode Muskingum