• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRESTASI AKADEMIK TERHADAP KEAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH PRESTASI AKADEMIK TERHADAP KEAK"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRESTASI AKADEMIK TERHADAP

KEAKTIFAN MAHASISWA DALAM BERORGANISASI

Diajukan untuk pemenuhan tugas mata kuliah Metode Penelitian Akuntansi

Kelas: B

Dosen Kelas: Gery Raphael Lusanjaya, S.E., M.T.

Disusun oleh:

Adimoelya Kurniawan 2013130034

Niko Yahya 2013130089

Visakha Viriya 2013130104

Lie Kris Santo 2013130132

Elisabeth Stela 2013130176

Ines Permata Lisan 2013130177

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan dan memenuhi

tugas Metode Penelitian Akuntansi dengan baik dan tepat waktu. Selama

pembuatan tugas, terima kasih pula kami ucapkan atas bimbingan Bapak Gery

Raphael Lusanjaya selaku dosen mata kuliah terkait yang telah memberikan saran,

masukan, serta bimbingan selama proses pengerjaan. Terakhir kami mengucapkan

terima kasih pula kepada semua pihak yang telah bekerjasama dalam proses

pengerjaan sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Semoga hasil yang kami buat dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya

oleh para pembaca dalam membantu menambah pengetahuan pembaca untuk

sanggup mengerti dan memahami pengaruh prestasi akademik terhadap keaktifan

mahasiswa dalam berorganisasi. Kami menjelaskan terkait permasalahan yang

mungkin muncul disertai dengan solusi atas permasalahan yang ada. Terakhir,

kami berharap penelitian ini dapat membantu memberikan sudut pandang yang

berbeda bagi para staff pengajar dan pengurus organisasi dalam upaya

meningkatkan tingkat partisipasi mahasiswa dalam berorganisasi di lingkungan

perkuliahan.

Tak ada gading yang tak retak, seperti peribahasa tersebut kami memohon

maaf apabila dalam pembuatan tugas ini, masih ada banyak kekurangan yang

kami miliki. Kami berharap adanya masukan yang membangun dari pembaca

untuk tercapainya penelitian yang lebih baik. Terima kasih.

Bandung, 10 Mei 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

COVER ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Prestasi Akademik ... 4

2.1.1 Pengertian Prestasi Akademik ... 4

2.1.2 Macam-macam Prestasi Akademik ... 5

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 5

2.2 Kegiatan Organisasi ... 14

2.2.1 Pengertian Organisasi ... 14

2.2.2 Ciri-ciri Organisasi ... 15

2.2.3 Unsur-unsur Organisasi ... 16

BAB 3 METODE PENELITIAN... 19

3.1 Operasionalisasi Data ... 19

3.2 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.3 Skala ... 25

3.4 Rating ... 25

3.5 Sampling ... 26

BAB 4 ANALISA GRAFIK ... 28

4.1 Hasil Grafik ... 28

4.2 Analisa Grafik ... 32

BAB 5 KESIMPULAN ... 36

(4)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecenderungan pola pikir mahasiswa untuk terus memacu diri

mendapatkan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang tinggi masih dipegang

oleh sebagian besar mahasiswa di Indonesia. Hal ini tidak sepenuhnya salah,

namun juga bukan merupakan suatu keharusan mutlak. Menurut Anies

Baswedan (Menteri Pendidikan Dasar & Menengah dan Kebudayaan

Republik Indonesia 2014-2019), IPK hanya penting untuk menarik datangnya

seleksi lowongan kerja. Jika diterima pun, mereka akan kalah oleh pekerja

lain yang memiliki jiwa kepemimpinan. Tanpa kemampuan kepemimpinan,

lulusan perguruan tinggi akan tumbang dan gila (Suara Pembaruan Daily, 18

Juli 2008). Pendapat senada juga dikemukakan Aditia Sudarto (Kompas, 19

Februari 2010). Menurut Aditia, keahlian teknis berdasarkan nilai akademis

hanya berpengaruh 10% saja untuk karier mereka lulus, sebaliknya karier

lebih mengutamakan soft skill.

Nilai atau prestasi akademis mahasiswa yang dalam kegiatan

perkuliahan tentu menjadi suatu bahan pertimbangan untuk menjadikan

mahasiswa terlibat aktif dalam kegiatan berorganisasi. Selama ini, mahasiswa

yang berfokus kuliah sering dicap sebagai mahasiswa kupu-kupu (kuliah

pulang-kuliah pulang). Stereotip ini identik dengan mahasiswa yang kurang

pergaulan, kutu buku, penyendiri, dan berorientasi akademis. Di lain sisi,

mahasiswa yang menjadi aktivis organisasi terkenal malas kuliah, IPK jeblok,

tidak suka belajar, dan lulus terlambat. Mahasiswa yang fokus pada prestasi

akademik akan mengklaim dirinya benar, karena tujuan mereka masuk ke

kampus adalah untuk belajar, sedangkan mahasiswa yang aktif organisasi

akan menganggap dirinya lebih baik karena di samping belajar mengenai

teori, mereka juga belajar bersosialisasi dan menerapkan ilmu yang dipelajari

dalam perkuliahan.

Berangkat dari permasalahan yang terjadi, yaitu adalah adanya pola

(5)

2

organisasi seharusnya tidak diletakkan pada posisi saling berhadapan,

keduanya berbeda namun bisa saling beriringan satu sama lain. Berdasarkan

latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian

mengenai “Pengaruh Prestasi Akademik terhadap Keaktifan Mahasiswa Dalam Berorganisasi”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat di

identifikasikan beberapa masalah yaitu:

1. Apakah ada hubungan antara prestasi akademik dengan keaktifan

mahasiswa dalam berorganisasi?

2. Apakah alasan mahasiswa untuk tidak terlibat aktif dalam kegiatan

organisasi terkait dengan prestasi akademik?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penulisan ilmiah ini adalah

untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nilai akademis terhadap

keputusan mahasiswa untuk aktif dalam kegiatan organisasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah:

1. Manfaat Akademis

a. Dapat membantu peneliti untuk memperdalam materi yang diajarkan

selama perkuliahan, serta menerapkan teori kedalam penelitian nyata.

b. Dapat dijadikan acuan bagi peneliti lain untuk penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Dari penelitian yang ada, diharapkan pembaca dapat mengetahui

seberapa bersar pengaruh nilai akademis terhadap keaktifan

mahasiswa dalam berorganisasi.

b. Memberikan pemahaman bagi staff pengajar dan pengurus organisasi

dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi mahasiswa dalam

(6)

3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mahasiswa pada Universitas

Katolik Parahyangan, objek penelitian ini adalah keaktifan dalam

(7)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prestasi Akademik

2.1.1 Pengertian Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata

yaitu prestasi dan akademik, yang mana antara prestasi dan akademik

mempunyai arti yang berbeda pula. Prestasi berasal dari bahasa belanda

prestatie yang artinya hasil usaha. Prestasi adalah hasil yang dicapai,

dilakukan, dan dikerjakan oleh seseorang (Baiti, 2010). Prestasi setiap

orang tidak selalu sama di setiap bidang. Misalnya prestasi dalam

bidang kesenian, olahraga, sastra, kepemimpinan, ilmu pengetahuan,

teknologi, dan sebagainya. Sedangkan akademik merupakan segala hal

yang berkaitan dengan keilmuan.

Sawiji (2008) membagi prestasi menjadi dua, yaitu prestasi

akademik dan prestasi non akademik. Prestasi akademik menurut

Bloom merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi ranah

kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor yang merupakan ukuran

hasil keberhasilan siswa (Sugiyanto, 2007).

Chaplin (2001) mengatakan prestasi akademik dalam bidang

pendidikan akademik, merupakan satu tingkat khusus perolehan atau

hasil keahlian karya akademik yang dinilai oleh guru-guru, lewat tes

yang dibakukan, atau lewat kombinasi kedua hal tersebut. Menurut

Winkel (1996) prestasi akademik adalah proses belajar yang dialami

siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan,

pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi.

Prestasi akademik adalah istilah untuk menunjukkan suatu

pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan, karena suatu

usaha belajar telah dilakukan oleh seseorang secara optimal.

Suryabrata (1993) menjelaskan bahwa prestasi akademik adalah

(8)

5

bentuk kuantitatif (angka) yang khusus dipersiapkan untuk proses

evaluasi, misalnya nilai pelajaran, mata kuliah, nilai ujian dan lain

sebagainya.

2.1.2 Macam-macam Prestasi Akademik

Crow (1989) mengklasifikasikan prestasi akademik menjadi tiga

bagian, yaitu:

a. Kemampuan Bahasa

Semakin berkembangnya seseorang menuntut dia memiliki

penalaran yang lebih tinggi. Hal tersebut sangat bergantung pada

penggunaan bahasa. Menurut Judd (1938) bahasa adalah alat untuk

membangun dan membentuk hubungan yang memperluas

pengetahuan.

b. Kemampuan Matemetika

Menurut Wrightstone (1950) kemampuan berhitung mempunyai

fungsi yaitu menekankan berpikir dalam menghadapi situasi yang

memerlukan pegalaman-pengalaman yang berhubungan dengan

angka.

c. Kemampuan ilmu pengetahuan / sains

Dalam dunia dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah, literasi

sains menjadi suatu keharusan bagi setiap orang. Setiap orang perlu

menggunakan informasi ilmiah untuk melakukan pilihan yang

dihadapinya setiap hari. Melalui studi ilmu pengetahuan

bertambahlah pengetahuan siswa tentang dunia.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Menurut Sobur (2003) terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi prestasi akademik, yaitu:

1) Faktor Endogen

Merupakan faktor yang berasal dari individu itu sendiri atau

(9)

6 a. Fisik

Faktor fisik dikelompokkan menjadi beberapa kelompok antara

lain faktor kesehatan dan anak yang mengalami kebutuhan

khusus. Anak yang kurang sehat memiliki daya tangkap yang

kurang dalam belajar dibandingkan dengan anak yang sehat.

Pada anak yang mengalami kebutuhan khusus, misalnya

mengalami bisu, tuli dan menderita epilepsi menjadi hambatan

dalam perkembangan anak untuk berinteraksi terhadap

lingkungan dan menerima mata pelajaran, terutama pada anak

yang duduk di bangku sekolah dasar.

b. Psikis

Terdapat beberapa faktor psikis, yaitu:

1. Intelegensi atau Kemampuan

Anak yang memiliki intelegensi yang rendah mengalami

kesulitan dalam mengikuti pelajaran dan dapat tertinggal

dari teman-temannya yang lain. Karena anak ini

membutuhkan proses belajar yang lebih lambat dan

membutuhkan lebih banyak waktu untuk belajar.

Sebaliknya anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan

lebih mudah untuk menangkap dan memahami pelajaran,

lebih mudah untuk mengambil keputusan dan kreatif.

2. Perhatian atau minat

Bagi seorang anak, mempelajari sesuatu hal yang menarik

bagi dirinya akan lebih mudah untuk diterima dan

dipahami. Dalam hal minat, seseorang yang menaruh minat

pada suatu bidang akan mudah dalam mempelajari bidang

tersebut.

3. Bakat

Bakat adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang

dalam bidang tertentu. Misalnya anak yang memiliki bakat

dalam bidang studi matematika akan lebih mudah dalam

(10)

7

orang tua kurang memperhatikan bakat yang dimiliki anak,

sehingga orang tua memaksakan anak untuk masuk pada

keahlian atau bidang tertentu tanpa mengetahui bakat yang

dimiliki anak.

4. Motivasi

Faktor motivasi memiliki peranan dalam proses belajar.

Ketiadaan motivasi baik internal maupun eksternal akan

menyebabkan kurang semangatnya anak dalam melakukan

proses pembelajaran baik di sekolah maupun di rumah. Jika

orang tua atau guru memberikan motivasi kepada anak,

maka timbul dorongan pada diri anak untuk belajar dan

anak akan mengetahui manfaat belajar dan tujuan yang

hendak dicapai.

5. Kematangan

Kematangan adalah tingkat perkembangan yang dialami

oleh individu sehingga sudah berfungsi sebagaimana

mestinya. Dalam belajar, kematangan sangat menentukan.

Oleh karena itu setiap usaha belajar akan lebih berhasil bila

dilakukan bersamaan dengan tingkat kematangan individu.

6. Kepribadian

Kepribadian mempengaruhi keadaan anak dalam belajar.

Dalam proses pembentukan kepribadian, terdapat beberapa

fase yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangan

anak. Seorang anak yang belum mencapai fase tertentu akan

mengalami kesulitan jika orang tua menagajarkan sesuatu

yang belum sesuai dengan fase tersebut kepribadinnya.

2) Faktor Eksogen

Merupakan faktor yang berasal dari luar individu atau

lingkungan, meliputi:

a. Faktor Keluarga.

Keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi anak dan

(11)

8

anak karena keluarga merupakan tempat anak belajar dan

menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungannya

dengan interaksi sosial. Dalam hubungan dengan belajar, faktor

keluarga memiliki hubungan yang sangat penting. Keadaan

keluarga dapat menentukan berhasil atau tidaknya anak dalam

belajar dan juga kondisi atau suasana keluarga menentukan

bagaimana anak dalam belajar dan usaha yang dicapai oleh

anak. Faktor keluarga dapat dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:

1. Kondisi ekonomi keluarga

Keluarga yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang baik

menjadi salah satu penyebab kebutuhan anak tidak dapat

terpenuhi. Selain itu, faktor ekonomi membuat suasana

rumah menjadi kurang nyaman yang menyebabkan anak

malas untuk belajar. Tetapi terkadang masalah ekonomi

menjadi dorongan anak untuk berhasil.

2. Hubungan emosional orang tua dan anak

Hubungan emosional antara orang tua dan anak dapat

mempengaruhi terhadap keberhasilan anak dalam belajar.

Suasana rumah yang selalu ribut dalam pertengkaran dapat

mengakibatkan terganggunya konsentrasi anak dalam

belajar, sehingga anak tidak dapat belajar dengan baik.

Orang tua yang terlalu keras kepada anak dapat

menyebabkan jauhnya hubungan antara keduanya yang

dapat menghambat proses belajar anak.

3. Cara mendidik anak

Setiap keluarga memiliki caranya tersendiri dalam

mendidik anak. Ada keluarga yang mendidik anak secara

diktator militer, demokratis, pendapat anak diterima oleh

orang tua tetapi ada keluarga yang kurang perduli dengan

anggota keluarganya yang lain. Cara mendidik ini baik

secara langsung atau tidak dapat mempengaruhi belajar

(12)

9 b. Faktor Sekolah

Faktor lingkungan sekolah seperti guru dan kualitas hubungan

antara guru dan murid mempengaruhi semangat anak dalam

belajar. Pada faktor guru, guru yang menunjukkan sikap dan

perilaku yang rajin dapat mendorong anak untuk melakukan hal

yang sama. Selain itu juga cara mengajar guru seperti sikap dan

kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki,

bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan dapat

menentukan keberhasilan anak dalam belajar. Disisi lain,

hubungan antara guru dan murid juga dapat menentukan

keberhasilan dalam belajar. Seorang anak yang dekat dan

mengagumi guru akan lebih mudah untuk menangkap pelajaran

dan memahaminya.

c. Faktor Lingkungan Lain

Faktor lingkungan lain seperti kondisi keluarga, guru dan

fasilitas sekolah. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan

keluarga yang baik, bersekolah di sekolah yang memiliki guru

dan fasilitas pelajaran yang baik belum tentu menjamin anak

untuk dapat belajar dengan baik. Masih ada faktor lain yang

mempengaruhi hasil belajar anak di sekolah. Selain itu juga,

teman-teman anak di sekolah dan aktivitas yang dilakukan

anak dapat mempengaruhi kegiatan belajarnya. Aktivitas di

luar sekolah dapat membantu perkembangan anak akan tetapi

tidak semua aktivitas tersebut bisa membantu. Apabila anak

banyak menghabiskan waktu pada aktivitas di luar sekolah dan

diluar rumah, sementara anak kurang mampu dalam membagi

waktu belajar, dengan sendirinya aktivitas tersebut dapat

menghambat anak dalam belajar.

Menurut Hawadi 2001(dalam Fidelis. E. Waruwu, 2006)

terdiri atas dua faktor yang mempengaruhi prestasi akdemik,

yaitu faktor motivasi yang berasal dari luar diri anak baik dari

(13)

10

faktor motivasi yang berasal dari dalam diri anak. Motivasi

yang berasal dari luar diri anak, bukan keinginan atau kemauan

dari anak sendiri, sedangkan motivasi yang berasal dari dalam

diri anak adalah keinginan atau kemauan anak sendiri untuk

belajar agar dapat mencapai prestasi yang tinggi. Djamarah

(2002) menjelaskan kuat lemahnya motivasi belajar siswa

mempengaruhi keberhasilan belajar, motivasi belajar yang

berasal dari dalam diri diusahakan dengan cara memikirkan

masa depan yang penuh dengan tantangan dan harus dihadapi

untuk mencapai cita- cita. Tekad yang bulat dan selalu optimis

bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar.

Tinggi rendahnya prestasi akademik menurut Kartono

(dikutip oleh Tu’u 2004, dalam Fidelis. E. Waruwu, 2006) terdiri dari dari tujuh faktor, yaitu: (a) kecerdasan, (b) bakat,

(c) minat dan perhatian, (d) motif, (e) cara belajar, (f)

lingkungan keluarga, dan (g) sekolah.

a) Faktor pertama adalah faktor kecerdasan, dalam Macmillan Dictionary, kata intelligence (kecerdasan)

diartikan sebagai ability to learn from experience, to solve

problem rationally, and to modify behavior with changes

in environment, faculty of understanding and reasoning.

Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan

rasional untuk memahami, mengerti, memecahkan

problem, termasuk kemampuan mengatur perilaku

berhadapan dengan lingkungan yang berubah dan

kemampuan belajar dari pengalaman. Tinggi rendahnya

kecerdasan yang dimiliki oleh seorang siswa sangat

menentukan keberhasilannya mencapai prestasi belajar,

termasuk prestasi-prestasi lain sesuai dengan

macam-macam kecerdasan yang menonjol yang ada pada dirinya.

Nasution (dikutip oleh Djamarah, 2002) menunjukkan

(14)

11

sekolah. Dijelaskan dari IQ, sekitar 25% hasil belajar di

sekolah dapat dijelaskan dari IQ, yaitu kecerdasan

sebagaimana diukur oleh tes inteligensi. Berdasarkan

informasi mengenai taraf kecerdasan dapat diperkirakan

bahwa anak-anak yang mempunyai IQ 90-100 umumnya

akan mampu menyelesaikan sekolah dasar tanpa banyak

kesukaran, sedangkan anak-anak yang mempunyai IQ

70-89 pada umumnya akan memerlukan bantuan-bantuan

khusus untuk dapat menyelesaikan sekolah dasar.

b) Faktor kedua adalah bakat, yaitu kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima

sebagai warisan genetis dari orang tua. Bakat seorang

siswa yang satu bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa

yang berbakat dalam bidang ilmu sosial dan ada siswa

yang berbakat dalam ilmu pasti. Seorang siswa yang

berbakat dalam bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi

tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya. Bakat- bakat

yang dimiliki siswa tersebut apabila diberi kesempatan

dikembangkan dalam pembelajaran, akan dapat mencapai

prestasi yang tinggi. Bakat adalah potensi atau kecakapan

dasar yang dibawa sejak lahir. Setiap individu mempunyai

bakat yang berbeda-beda. Siswa yang berbakat di bidang

musik, mungkin di bidang lain ketinggalan. Seorang yang

berbakat di bidang teknik, mungkin lemah di bidang olah

raga (Ahmadi & Supriyono, 1991).

c) Faktor ketiga adalah minat dan perhatian, minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian

adalah kemauan untuk mendengar dengan baik dan teliti

terhadap sesuatu. Perhatian akan meningkatkan seorang

siswa untuk menaruh minat pada satu pelajaran tertentu.

Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan

(15)

12

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran

akan menimbulkan kesulitan belajar. Slameto (dikutip

oleh Djamarah, 2002) mengatakan minat adalah suatu rasa

suka atau rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas.

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.

d) Faktor keempat adalah motivasi, yaitu dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motivasi selalu

mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan

seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam

hal belajar, kalau siswa mempunyai motivasi yang baik

dan kuat, siswa akan memperbesar usaha dan kegiatannya

mencapai prestasi yang tinggi. Motivasi sebagai faktor

inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari,

mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat

menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan,

sehingga semakin besar motivasi akan semakin besar

kesuksesan belajarnya. Seorang yang besar motivasinya

akan giat berusaha, tampak gigih tidak mau menyerah,

giat membaca buku-buku untuk meningkatkan

prestasinya. Sebaliknya mereka yang motivasinya lemah,

tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya

tidak tertuju pada pelajaran, dan sering meninggalkan

pelajaran akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar

(Ahmadi & Supriyono, 1991). Menurut Christantie dan

Hartanti (1997) mengatakan bahwa motivasi erat sekali

hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar

merupakan tujuan yang akan dicapai. Dalam mencapai

tujuan disadari atau tidak, perlu suatu tindakan. Penyebab

dari tindakan itu adalah motivasi itu sendiri sebagai daya

penggerak atau pendorongnya. Silvermann mengatakan

(16)

13

seorang anak di kelasnya terdapat hubungan yang positif.

Semakin tinggi motif berprestasi anak, semakin tinggi

pula prestasinya di kelas (dikutip oleh Christantie &

Hartanti, 1997).

e) Faktor kelima adalah cara belajar, keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar siswa. Cara

belajar yang efisien memungkinkan siswa mencapai

prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar

yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien sebagai

berikut: (1) berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar,

(2) mempelajari kembali bahan yang telah diterima, (3)

membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang

dipelajari, dan berusaha menguasainya dengan

sebaikbaiknya, (4) mencoba menyelesaikan dan melatih

mengerjakan soal-soal.

f) Faktor keenam adalah lingkungan keluarga, orang tua dan adik-kakak siswa adalah orang yang paling dekat

dengan dirinya. Keluarga merupakan salah satu potensi

yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi

siswa. Orang tua seharusnya mendorong, memberi

semangat, membimbing, dan memberi teladan yang baik

kepada anaknya. Selain itu, perlu suasana hubungan dan

komunikasi yang lancar antara orang tua dengan anak-

anaknya. Suasana keluarga yang ramai atau gaduh, tidak

mungkin membuat anak dapat belajar dengan baik. Anak

akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga

mengalami kesukaran untuk belajar. Demikian juga

suasana rumah yang selalu tegang, ada perselisihan di

antara anggota keluarga, akan menyebabkan anak tidak

tahan, dan akhirnya anak lebih sering keluar rumah

bermain bersama temantemannya, sehingga prestasi

(17)

14

g) Faktor ketujuh adalah sekolah, yaitu lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi

belajar siswa. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan

yang terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik

bagi penanaman nilai-nilai etik, moral, mental, spiritual,

disiplin, dan ilmu pengetahuan. Bila sekolah berhasil

menciptakan suasana kondusif bagi pembelajaran,

hubungan dan komunikasi per orang di sekolah berjalan

baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana

penunjang cukup memadai, siswa tertib disiplin.

2.2 Kegiatan Organisasi

2.2.1 Pengertian Organisasi

Organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar,

terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus-menerus guna

mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama (Robbins dan Judge, 2008:5).

Organisasi adalah suatu wadah yang dibentuk untuk mencapai tujuan

bersama secara efektif (Wibowo, 2007:1). 3) Organisasi adalah suatu sistem

perserikatan formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang

yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu.

Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja (Hasibuan, 2004:120).

Berdasarkan definisi tersebut dapat diketahui beberapa elemen dasar yang

menjadi ciri organisasi yaitu:

a. Kumpulan orang

b. Suatu wadah

c. Terstruktur

d. Tujuan bersama

Berdasarkan ciri tersebut dapat dirumuskan definisi organisasi yaitu

suatu wadah yang terdiri dari kumpulan orang yang terikat dengan

hubungan-hubungan formal dalam rangkaian terstruktur untuk mencapai tujuan bersama

(18)

15

2.2.2 Ciri-ciri Organisasi

Apabila kita memperhatikan penjelasan di atas tentang pengertian

organisasi maka dapatlah di katakan bahwa setiap bentuk organisasi

akan mempunyai unsur-unsur tertentu, yang antara lain sebagai berikut:

1. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama

Organisasi adalah merupakan merupakan suatu wadah atau tempat

dimana orang-orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan

yang telah ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi

orang-orang unutk melaksanakan suatu kerjasama, sebab setiap

orang tidak mengetahui bagaiman cara bekerjasama tersebut akan

dilaksankan. Pengertian tempat disini dalam arti yang konkrit, tetapi

dalam arti yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat sini

adalah dalam arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan

kerjasama beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam

pengertian umum, maka organisasi dapat berubah wadah

sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu misalnya

organisasi buruh, organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan

sebagainya.

2. Proses kerjasama sedikitnya antar dua orang

Suatu organisasi, selain merupakan tempat kerjasama juga

merupaka proses kerjasama sedikitnya antar dua orang. Dalam

praktik, jika kerjasama tersebut dilakukan dengan banyak orang,

maka organisasi itu disusun harus lebih sempurna dengan kata lain

proses kerjasama dilakukan dalam suatu organisasi mempunyai

kemungkinan untuk dilaksanakan dengan lebih baik, hal ini berarti

tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat

sementara, dimana hubungan antar kerja ama antara pihak-pihak

bersangkutan kurang dapat diatur dengan sebaik-baiknya.

3. Jelas tugas kedudukannya masing-masing

Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan

masing-masing orang atau pihak hubungan satu dengan yang lain akan

(19)

16

dan sebagainya akan dapat dihindarkan. Dengan kata lain tanpa

orang yang baik mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya

dan bagaimana hubungan antara yang satu dengan yang lain.

4. Ada tujuan tertentu

Betapa pentingnya kemampuan mengorganir bagi seorang manajer.

Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik akan

cenderung lebih baik hasilnya daripada perencanaan yang baik

tetapi organisasi tidak baik.

2.2.3 Unsur-unsur Organisasi

Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada

kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak

berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau saling berhubungan

sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun unsur-unsur

organisasi secara terperinci adalah:

1. Man

Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau

ketatalembagaan sering disebut dengan istilah pegawai atau

personil. Pegawai atau personil terdiri dari semua anggota atau

warga organisasi, yang menurut fungsi dan tingkatannya terdiri dari

unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan tertinggi

dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan

kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja

(nonmanagement/workers). Semua itu secara bersama-sama

merupakan kekuatan manusiawi (man power) organisasi.

2. Kerjasama

Kerjasama merupakan suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu

perbuatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk mencapai

tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau semua warga

yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi

administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama

(20)

17 3. Tujuan Bersama

Tujuan merupakan arah atau sasaran yang dicapai. Tujuan

menggambarkan tentang apa yang akan dicapai atau yang

diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus

dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus

dicapai melalui prosedur, program, pola (network), kebijakan

(policy), strategi, anggaran (budgeting), dan peraturan-peraturan

(regulation) yang telah ditetapkan.

4. Peralatan (Equipment)

Unsur yang keempat adalah peralatan atau equipment yang terdiri

dari semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang

modal lainnya (tanah, gedung/bangunan/kantor).

5. Lingkungan (Environment)

Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan

teknologi. Termasuk dalam unsur lingkungan, antara lain:

a. Kondisi atau situasi yang secara langsung maupun secara tidak

langsung berpengaruh terhadap daya gerak kehidupan

organisasi, karena kondisi atau situasi akan selalu mengalami

perubahan.

b. Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah

komunikasi dan transportasi yang harus dilakukan oleh

organisasi.

c. Wilayah operasi yang dijadikan sasaran kegiatan organisasi.

Wilayah operasi dibedakan menjadi: a) Wilayah kegiatan, yang

menyangkut jenis kegiatan atau macam kegiatan apa saja yang

boleh dilakukan sesuai dengan tujuan organisasi b) Wilayah

jangkauan, atau wilayah geografis atau wilayah teritorial,

menyangkut wilayah atau daerah operasi organisasi. c) Wilayah

personil, menyangkut semua pihak (orang-orang, badan-badan)

yang mempunyai hubungan dan kepentingan dengan organisasi.

d) Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua

(21)

18

kebijakan yang harus dilakukan dalam batas-batas tertentu yang

tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main yang telah

ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

6. Kekayaan Alam

Yang termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim,

udara, air, cuaca (geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora

(22)

19

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Operasionalisasi Data

Variabel Independen : Prestasi Akademik Mahasiswa

Variabel Dependen : Keaktifan Mahasiswa dalam Berorganisasi

Hipotesis : Ada pengaruh prestasi akademik mahasiswa terhadap

keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi

Variabel Dimensi Elemen Indikator

Prestasi akademik

Lomba akademik 1. Tidak pernah ikut

(23)

20

Dalam penelitian ini, tim peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data. Kuesioner dilakukan melalui aplikasi google form yang

dapat diakses langsung oleh para responden. Kuesioner adalah suatu teknik

pengumpulan informasi yang memungkinkan analis mempelajari sikap-sikap,

(24)

21

organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem

yang sudah ada.

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang

lain dengan maksud agar orang yang diberikan tersebut bersedia memberikan

respon sesuai dengan permintaan pengguna. Selanjutnya angket menurut

Suharsimi Arikunto, dapat dibedakan menjadi:

1. Kuesioner terbuka yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden dapat memberikan isian sesuai

dengan kehendak dan keadaannya. Angket terbuka dipergunakan apabila

peneliti belum dapat memperkirakan atau menduga kemungkinan

alternatif jawaban yang ada pada responden.

2. Kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk

sedemikian rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang

(V) pada kolom atau tempat yang sesuai.

3. Kuesioner campuran yaitu gabungan antara kuesioner terbuka dengan

kuesioner tertutup.

Kuesioner sebagai alat pengumpul data mempunyai beberapa

keuntungan. Menurut Suharsimi Arikunto keuntungan menggunakan

kuesioner antara lain:

1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

2. Dapat diberikan secara serempak kepada banyak responden.

3. Dijawab oleh responden menurut kecepatan masing-masing dan menurut

waktu senggang responden.

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak

malu-malu menjawab.

5. Dapat dibuat berstandar, sehingga dapat diberikan pada semua

(25)

22

Kuesioner yang dibuat oleh tim peneliti:

Pengaruh Prestasi Akademik Terhadap Keaktifan Mahasiswa Dalam Berorganisasi

Kuesioner ini dibagikan untuk penelitian pengaruh prestasi akademik terhadap

keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi di Universitas Katolik Parahyangan,

Bandung

* Wajib

1. Jenis Kelamin? *

o Laki-laki

o Perempuan

2. IPK terakhir? *

o IPK <2

o IPK 2,1-2,5

o IPK 2,5-3

o IPK>3

3. Apakah anda pernah mengikuti lomba akademik dalam perkuliahan?

o Tidak Pernah

o Pernah ikut sebanyak 1-5 kali

o Pernah ikut sebanyak lebih dari 5 kali

4. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan semacam tutoring dan menjadi pengajar tutor/pemberi materi?

o Tidak Pernah

(26)

23

o Pernah, mengajar lebih dari 1 mata kuliah

5. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan akademis selama kuliah?

o Tidak pernah dapat

o Pernah dapat sebanyak 1 kali

o Pernah dapat sebanyak lebih dari 1 kali

6. Apakah anda pernah mengikuti kepanitiaan dalam organisasi di bawah PM Unpar? *

o Iya

o Tidak

7. Jika iya, organisasi pada tingkat lembaga apa yang diikuti?

o Legislatif & Yudikatif (MPM)

o Eksekutif (LKM,HMPS,UKM)

8. Bagaimana tingkat partisipasi anda dalam organisasi tersebut? (Pilihan majemuk)

o Pengurus tetap

o Anggota

o Simpatisan

9. Seberapa sering anda mengikuti program kerja yang ada dalam organisasi di bawah PM Unpar?

o Tidak pernah mengikuti

o Mengikuti 1-5 program kerja

(27)

24

10. Seberapa sering anda mengikuti leadership program?

o Tidak pernah mengikuti

o Mengikuti 1 program

o Mengikuti lebih dari 1 program

11. Apakah menurut anda nilai akademis mempengaruhi keikut-sertaan anda untuk aktif di banyak kegiatan non-akademis? *

o Iya

o Tidak

12. Jika iya, bagaimana bentuk pengaruhnya menurut anda? (Pilihan majemuk)

o Lebih baik fokus belajar untuk meningkatkan nilai akademis

daripada mengikuti kegiatan organisasi (ijo)

o Mempertahankan nilai yang sudah baik dengan tidak terlalu

ikut serta dalam kegiatan organisasi (biru)

o Tidak ikut kegiatan orgaisasi karena nilai akademis akan turun

karena kegiatan organisasi membuat tidak bisa fokus belajar

(merah)

(28)

25

3.3 Skala

Tim peneliti menggunakan jenis-jenis skala:

 Skala nominal:

Skala nominal merupakan skala yang paling lemah diantara jenis skala

yang lain karena tidak ada hubungan jarak dan tidak ada asal mula hitungan,

serta mengabaikan segala informasi mengenai berbagai tingkatan dari ciri-ciri

yang diukurnya. Selain itu, skala nominal hanya dapat digunakan untuk

mengelompokkan data menurut kategorinya. Jarak antar data dalam skala

nominal tidak saling berhubungan.

Skala nominal bersifat mutually exclusive dan collectively

exhaustive. Mutually exclusive atau saling meniadakan. Sedangkan collectively

exhaustive yaitu tidak ada kategori yang lain kecuali dinyatakan dalam skala

nominal. Mutually exclusive terletak pada pertanyaan nomor 1, sedangkan

collective exhaustive terletak pada pertanyaan nomor 7 dan 8.

 Skala interval (Pertanyaan nomor 2)

Skala interval adalah skala pengukuran yang mempunyai selisih sama

antara satu pengukuran dengan pengukuran yang lain, tetapi tidak memiliki

nilai nol mutlak. Skala interval memberikan ciri angka kepada objek yang

mempunyai skala nominal dan ordinal, dilengkapi dengan jarak yang sama

pada urutan objeknya. Skala interval bisa dikatakan tingkatan skala ini berada

diatas skala ordinal dan nominal. Ciri penting dari skala ini: datanya bisa

ditambahkan, dikurangi, digandakan, dan dibagi tanpa mempengaruhi jarak

relatif skor-skornya. Selanjutnya skala ini tidak mempunyai nilai nol mutlak

sehingga tidak dapat diinterpretasikan secara penuh besarnya skor dari rasio

tertentu. Pada skala pengukuran interval, rasio antara dua interval sembarang

tidak tergantung pada nilai nol dan unit pengukuran.

3.4 Rating

Dari kuesioner yang telah dibuat oleh tim peneliti, jenis rating yang

(29)

26

Dichotomus scale/yes or no questions (Pertanyaan nomor 6 dan 11)

Skala dikotomi adalah skala yang menawarkan dua pilihan

jawaban yang harus dipilih salah satunya.

Category scale (Pertanyaan nomor 3,4,5,9, dan10)

Skala kategori adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap

yang berisi beberapa alternative ketegori pendapat yang memungkinkan

bagi responden untuk memberikan alternatif penilaian.

 Skala Multiple Choice Multiple Response (Pertanyaan nomor 12)

Skala ini digunakan ketika tim peneliti menyediakan banyak pilihan dan

responden bebas memilih satu, dua, beberapa atau semua pilihan.

3.5 Sampling

Sampling adalah proses menentukan jumlah yang tepat dari elemen yang

benar dari populasi, sehingga hasil studi karakteristik dalam sample dapat kita

generalisasikan ke karakteristik elemen dalam populasi. Langkah-langkah

sampling yang dilakukan untuk mencari tahu pengaruh prestasi akademik

mahasiswa terhadap keaktifan berorganisasi, yaitu :

1. Menentukan Populasi

Untuk mencari tahu hal diatas, tim peneliti menentukan mahasiswa

Universitas Katolik Parahyangan sebagai target populasi.

2. Menentukan Sample Frame

Sample frame merupakan perwujudan nyata dari semua elemen dalam

populasi yang akan kita ambil untuk sample. Dalam penelitian ini daftar

mahasiswa aktif di Universitas Katolik Parahyangan merupakan sample frame

tim peneliti.

3. Determining Sample Design

Dalam menentukan sampling design tim peneliti menggunakan

nonprobability sample, convenience sampling. Nonprobability sampling

(30)

27

terpilih sebagai sample. Sedangkan convenience sampling sendiri memiliki

arti pengumpulan informasi dari anggota populasi yang dapat tersedia dengan

mudah. Untuk penelitian ini, dapat dikatakan sebagai nonprobability sample

karena tim peneliti hanya akan mengirim kuesioner kepada individu dan grup

melalui aplikasi “LINE”. Tentunya orang-orang yang tidak masuk dalam

kontak “LINE” tim peneliti ataupun tidak berada pada satu group dengan tim peneliti tidak akan mendapat kesempatan mengisi kuesioner. Selain itu, dapat

dikatakan juga sebagai convenience sampling, data pengisian kuesioner mudah

didapat karena hanya perlu untuk mengirimkan kuesioner secara acak ke

kontak “LINE” tim peneliti.

4. Determining sample size

Dalam penelitian ini, tim peneliti tidak menentukan secara spesifik target

sample yang akan diambil. Sample size bergantung kepada jumlah total dari

kuesioner yang disebar.

5. Executing the Sample Process

Setelah keempat langkah tersebut dilakukan, langkah terakhir yang

(31)

28

BAB 4

ANALISA GRAFIK

4.1 Hasil Grafik

1. Jenis Kelamin?

2. IPK terakhir?

0 5 10 15 20 25 30

IPK < 2 IPK 2 - 2.5 IPK 2.5 - 3 IPK >3

P E R E M P U A N L A K I - L A K I

33

(32)

29

3. Apakah anda pernah mengikuti lomba akademik dalam perkuliahan?

4. Apakah anda pernah mengikuti kegiatan semacam tutoring dan menjadi

pengajar tutor/pemberi materi?

T I D A K P E R N A H

P E R N A H I K U T S E B A N Y A K 1 - 5

K A L I

P E R N A H I K U T S E B A N Y A K L E B I H D A R I 5

K A L I

A B S T A I N

49

5

2 2

Tidak pernah Pernah, mengajar 1 mata kuliah

Pernah, mengajar lebih dari 1 mata

kuliah

Abstain

42

11

(33)

30

5. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan akademis selama kuliah?

6. Apakah anda pernah mengikuti kepanitiaan dalam organisasi di bawah PM

Unpar? *

7. Jika iya, organisasi pada tingkat lembaga apa yang diikuti?

T I D A K P E R N A H D A P A T P E R N A H D A P A T S E B A N Y A K 1 K A L I P E R N A H D A P A T S E B A N Y A K L E B I H D A R I

1 K A L I

49 6

3

83% 17%

Iya

Tidak

16%

63% 7%

14%

Legislatif (LKM))

Eksekutif (HMPS&UKM)

Yudikatif(MPM)

(34)

31

8. Bagaimana tingkat partisipasi anda dalam organisasi tersebut? (Pilihan

majemuk)

9. Seberapa sering anda mengikuti program kerja yang ada dalam organisasi di

bawah PM Unpar?

Mengikuti 1-5 program kerja 19 kali

Mengikuti lebih dari 5 program kerja 29 kali

10. Seberapa sering anda mengikuti leadership program?

P E N G U R U S T E T A P

A N G G O T A S I M P A T I S A N

17

21

14

0 5 10 15 20

Tidak pernah mengikuti

Mengikuti 1 program

Mengikuti lebih dari 1 leadership

(35)

32

11. Apakah menurut anda nilai akademis mempengaruhi keikut-sertaan anda

untuk aktif di banyak kegiatan non-akademis? *

Ya 17

Tidak 41

12. Jika iya, bagaimana pengaruhnya menurut anda? (Pilihan majemuk)

4.2 Analisa Grafik

Dari hasil kuesioner di atas dapat dianalisis sebagai berikut:

 Jenis kelamin dari responden yang mengisi adalah kebanyakan perempuan yaitu sebanyak 57% dari 100%

 Dari responden yang mengisi, kebanyakan memiliki IPK di atas 3 yaitu

sebanyak 52% dari 100%

 Kebanyakan responden belum pernah mengikuti lomba akademik yaitu

sebanyak 84% dari 100%

 Kebanyakan responden tidak pernah mengajar mata kuliah dalam kegiatan

tutoring yaitu sebanyak 72% dari 100%

Mempertahankan nilai yang sudah baik dengan tidak terlalu ikut serta dalam kegiatan organisasi

Tidak ikut kegiatan orgaisasi karena nilai akademis akan turun karena kegiatan organisasi membuat tidak bisa fokus belajar

(36)

33

 Kebanyakan responden belum pernah mendapat penghargan di bidang

akademis yaitu sebanyak 84% dari 100%

 Kebanyakan responden pernah mengikuti kegiatan di bawah PM Unpar yaitu sebanyak 83%

 Kebanyakan tingkat lembaga yang diikuti responden adalah tingkat

eksekutif yaitu HMPS dan UKM yaitu sebanyak 63% dari 100%

 Jumlah responden yang menjadi anggota hampir sama dan sama-sama

banyak dengan yang menjadi pengurus tetap dibandingkan simpatisan,

yaitu yang menjadi anggota sebanyak 40% dan yang menjadi pengurus

tetap adalah 32% dan simpatisan sebanyak 28% dari 100%

 Kebanyakan responden mengikuti lebih dari 5 program kerja yaitu

sebanyak 60% dari 100%

 Kebanyakan responden pernah mengikuti setidaknya 1 leadership program

yaitu sebanyak 38%, yang tidak pernah mengikuti sebesar 33% dan yang

pernah mengikuti sebanyak lebih dari 1 kali adalah 19%.

 Kebanyakan responden menjawab nilai akademis tidak mempengaruhi

keikutsertaannya untuk aktif dalam kegiatan organisasi yaitu sebanyak

71% dari 100%.

 Kebanyakan responden menjawab lebih fokus belajar untuk meningkatkan

nilai daripada mengikuti kegiatan organisasi sebagai bentuk pengaruh nilai

akademis terhadap keaktifan dalam berorganisasi, yaitu sebanyak 51% dari

100%. Tetapi hal ini tidak terlalu berpengaruh karena jumlah responden

yang memilih pertanyaan ini hanya jumlah minor dari keseluruhan.

Dari penjabaran di atas kami dapat menarik kesimpulan bahwa nilai akademis

tidak mempengaruhi keikut-sertaan responden untuk ikut aktif dalam kegiatan

organisasi. Kami menyebar kuesioner ke mahasiswa program studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan yang difasilitasi oleh aplikasi

google form dan didapatkan responden sebanyak 58 orang. Kami telah berusaha

untuk menyebarkan kuesioner secara merata kepada mahasiswa tanpa melihat

apakah mahasiwa tersebut aktif atau tidak. Setelah kami menjabarkan dan

merumuskan hasilnya, kami mendapat bahwa kebanyakan responden berpendapat

(37)

34

aktif dalam kegiatan organisasi. Hal ini dibuktikan dengan kebanyakan responden

masih memiliki IPK yang tergolong bagus yaitu lebih dari 3, dan terbanyak kedua

adalah yang berkisar di antara 2.5 – 3. Selain itu hasil kuesioner menunjukkan

bahwa kebanyakan responden (sebanyak 84% dari keseluruhan) ikut terlibat

dalam kegiatan di bawah PM Unpar. Walaupun untuk hasil dari mengikuti lomba

akademik, mengajar tutor, dan mendapatkan penghargaan di bidang akademis

untuk kebanyakan responden adalah lebih mengarah ke negatif, namun kami dapat

memaklumi hasil tersebut dan tetap konsisten dengan kesimpulan karena kami

mengetahui bahwa di program studi akuntansi, tim lomba dibentuk oleh dosen dan

umumnya yang boleh mengikuti lomba adalah yang berasal dari tim lomba

tersebut, yang terdiri hanya dari beberapa mahasiswa yang berkompeten. Hal ini

tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak mahasiswa yang tetap pintar

dan berkompeten namun memang tidak pernah ditunjuk untuk masuk tim lomba.

Untuk hal tutoring, memang tidak banyak mahasiswa yang ditawari sebagai

pengajar dan yang bersukarela untuk mengajar, namun sama dengan hal lomba,

tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak mahasiswa yang memiliki nilai

akademis tinggi dan berkompeten.

Untuk kegiatan organisasi, kebanyakan responden ikut terlibat dalam tingkat

lembaga eksekutif yaitu HMPS dan UKM, yang dimana menurut kami bahwa

HMPSA (Himpunan Mahasiswa Program Studi Akuntansi) dan UKM di Unpar

memiliki segudang kegiatan yang tentunya cukup menyita waktu mahasiswa.

Namun untuk hasil tingkat partisipasi, dapat dikatakan bahwa untuk anggota dan

pengurus tetap sama-sama memiliki porsi yang besar. Tentu untuk tingkat

partisipasi pengurus tetap memiliki jadwal kegiatan yang lebih penuh dan menyita

waktu dari pada anggota, namun dengan menjadi anggota sudah menandakan

bahwa mahasiwa mau ikut terlibat dalam organisasi. Untuk program kerja yang

diikuti, kebanyakan responden pernah mengikuti lebih dari 5 program kerja yang

di mana 1 program kerja sudah cukup menyita waktu. Dan untuk leadership

program, kebanyakan responden telat mengikuti setidaknya 1 leadership

program. Kesimpulan kami semakin diperkuat dengan pertanyaan nomor 11 yaitu

pendapat responden mengenai apakah nilai akademis mempengaruhi

(38)

35

keseluruhan) menjawab tidak. Hal itu berarti bahwa nilai akademis yang sudah

baik pun tidak akan mempengaruhi mahasiwa untuk ikut aktif dalam organisasi,

yang tentunya mahasiswa sudah mengetahui trade off yang disebabkan dengan

aktif dalam organisasi, di mana mahasiswa harus membagi waktunya dengan

benar dan tetap memprioritaskan kuliah. Selain itu, keikut-sertaan yang aktif

dalam kegiatan organisasi juga dapat menambah nilai yang tidak didapatkan di

perkuliahan untuk masing-masing individu yang berbentuk pengalaman. Oleh

karena itu, selain nilai akademis, mahasiswa tetap berniat untuk terlibat dalam

organisasi walaupun ada trade off yang dihadapi dan untuk lebih memperkaya diri

dengan mendapatkan nilai-nilai yang tidak diajarkan dalam sisi akademis. Itulah

(39)

36

BAB 5

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang sudah tim peneliti dapat dan analisa, tim peneliti

dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara prestasi akademik dan

keaktifan mahasiswa dalam berorganisasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil

kuesioner yang telah dikumpulkan oleh tim peneliti. Hasil kuesioner menunjukkan

bahwa sebagian besar responden tidak setuju bahwa prestasi akademik

mempengaruhi keaktifan mahasiswa untuk ikut berorganisasi.

Untuk alasan mahasiswa tidak ikut terlibat dalam organisasi karena pengaruh

dari akademis, tim peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa yang cenderung

hanya fokus pada akademis merupakan mahasiswa yang tidak peduli dengan

nilai-nilai yang akan didapatkan di luar akademis. Mereka akan cenderung fokus

dengan nilai yang tinggi tanpa berusaha untuk mengembangkan nilai-nilai

non-akademis individu. Namun dari hasil kuesioner yang didapatkan, kebanyakan

responden cenderung menyatakan bahwa nilai akademis tidak mempengaruhi

keaktifan dalam berorganisasi. Hal itu yang membuat tim peneliti menyimpulkan

bahwa mahasiswa aktif yang tidak terpengaruh oleh nilai akademik dan masih

memiliki nilai akademik yang cukup bagus merupakan mahasiswa yang dapat

memahami peran mahasiswanya dengan baik dan dapat membagi waktu dengan

(40)

37

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan. (2000). Meraih nilai akademik maksimal. (On-Line),

http://www.pend-tinggi.com/nilai098+akademik/html

Abu Ahmadi & Widodo Supriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka

Cipta.

Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Muhibbin Syah. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

W.S. Winkel. (2009). Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi

http://kbbi.web.id/organisasi. Diakses: Senin, 22 April 2014

Wasty Soemanto. (2003). Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Singgih Santoso. (2002). SPSS versi 10: Mengelola Data dan Statistik Secara

Profesional. Elex media komputindo, Jakarta.

Nana Sudjana. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Referensi

Dokumen terkait

Karena apabila walaupun menurut para dokter yang merawat si pasien bahwa keadaan pasien sudah tidak memungkinkan untuk dapat survive dan status DNR diperlukan, tetapi

For X -valued vector functions the Dinculeanu integral with respect to a σ -additive scalar measure on P (see Note 1) is the same as the Bochner integral and hence the

Pola asuh merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan masalah gizi seperti stunting karena balita masih tergantung terhadap pola asuh yang diterapkan keluarga

Realising the remarkably important role of waqf in social and economic development, many Muslim countries have given special attention to the development of the waqf properties

Seluruh dosen dan staff Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana, terimakasih segala bantuan yang diberikan selama penulis melaksanakan studi di

Bersama ini kami lampirkan data pendukung Surat Penetapan Pemenang Pengadaan yang menjadi satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan sebagai dasar acuan Pejabat Pengadaan

[r]

Dengan nilai OR=16.825, dapat diartikan bahwa orang yang mempunyai umur dalam rentang reproduktif sehat berpeluang 16 kali lebih besar untuk tidak melakukan perilaku