• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERILAKU DROP OUT KB DI DESA CARINGIN KABUPATEN PANDEGLANG BANTEN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Rery Kurniawati D.I1 Yayah Rokayah2 1,2

Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Banten e-mail: bundamanua@yahoo.com

Abstrak: Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Drop Out KB Di Desa Caringin Kabupaten Pandeglang Banten. Kesertaan pasangan usia subur dalam program KB belum sepenuhnya. Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011, Persentase peserta KB aktif sebesar 75,96%. Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan program KB adalah terdapat PUS yang drop out atau tidak aktif lagi menggunakan kontrasepsi. Di Desa Caringin diperoleh data dari sebanyak 411 PUS yang menjadi akseptor KB terdapat 60 PUS (14,7%) yang drop out. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan melihat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku drop out KB tersebut berdasarkan teori perilaku Green. Penelitian ini dirancang menggunakan desain kuantitatif. Besar Besar sampel ditentukan berdasarkan jumlah minimal sampel uji multivariat sejumlah 120 orang. Data dianalisis secara univariat, bivariat (chi square), dan multivariat (regresi logistik). Hasil penelitian

menunjukkan 76.7% responden adalah peserta KB aktif, dan 23.3% peserta drop out. Terdapat hubungan

yang signifikan atara umur, pendidikan, sikap, dan dukungan suami terhadap perilaku drop out KB. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku drop out KB berturut-turut adalah umur dengan OR=16.825, sikap dengan nilai OR=4.472 dan dukungan suami dengan nilai OR=2.764. Layanan kontrasepsi hendaknya meliputi program-program yang dapat meningkatkan keterlibatan suami ataupun mengikut sertakan suami di setiap kegiatan layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan.

Kata Kunci : WUS, KB, drop out.

Permasalahan kependudukan menjadi hambatan dalam program-program pembangunan di Indonesia. Jumlah penduduk yang besar merupakan beban yang besar dalam pembangunan baik dibidang kesehatan,

pendidikan, maupun ekonomi di Indonesia.

Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SKDI) 2012, laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,5%, jauh dari angka ideal yang semestinya di bawah 1%.

Laju pertumbuhan penduduk tersebut

menggambarkan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia masih tinggi dan harus dikendalikan. Salah satu upaya mengendalikan pertumbuhan

penduduk adalah dengan program keluarga

berencana. Dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992, dijelaskan Keluarga Berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

keluarga dan peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (BKKBN, 2012). Akan tetapi, yang kemudian menjadi permasalahan adalah kesertaan pasangan usia subur dalam program KB belum sepenuhnya. Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaan program KB adalah terdapat PUS yang drop out atau tidak aktif

lagi menggunakan kontrasepsi. KB kurangnya

dukungan dari keluarga, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan itu sendiri.Sebagaimana dalam teori perilaku Green dijelaskan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. Dalam kontek perilaku drop out KB, yang termasuk dalam faktor predisposisi antara lain adalah karakteristik demografi (umur, tingkat pendidikan, pendapatan, dan alasan drop out KB), pengetahuan tentang KB dan sikap terhadap KB. Selanjutnya yang termasuk dalam faktor pemungkin antara lain biaya, akses dan ketersediaan alat kontrasepsi. Dan termasuk dalam faktor penguat antara lain adalah dukungan keluarga, teman, dan tenaga kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku drop out KB di Desa Caringin Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang, Banten.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Pelaksanaan penelitian dirancang dengan metode analitik yaitu suatu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena itu terjadi. Dalam pendekatan kuantitatif antara lain

akan dianalisis mengenai hubungan antara

(2)

nilai, akses, dan dukungan terhadap perilaku drop out KB. Kemudian dilakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, baik antara variabel bebas dan variabel terikat sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat. Pendekatan waktu pengambilan data penelitian ini adalah cross sectional yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time approach).

Populasi penelitian adalah WUS di Desa

Caringin sebanyak 777 orang.Sampel yang

digunakan untuk pengambilan data kuantitatif adalah PUS yang terdaftar sebagai akseptor KB di Desa

Caringin pada tahun 2014 sejumlah 414

orang.Sampel penelitian kuantitatif diambil

menggunakan purposive sampling yaitu

pengambilan sampel sesuai kriteria yang ditentukan

dalam penelitian. Kriteria pemilihan sampel

penelitian adalah PUS yang bersedia menjadi responden dan terdaftar menjadi akseptor KB.

Besar sampel ditentukan berdasarkan kriteria

minimal pengambilan sampel sebagaimana

dinyatakan oleh Sugiono (2011) bahwa besar sampel minimal untuk uji multivariate adalah 10 kali jumlah variabel penelitian. Dari jumlah PUS yang menjadi akseptor KB dengan kriteria inklusi tersebut diatas didapatkan sejumlah 120 PUS yang akan dijadikan sampel penelitian. Dalam penelitian ini jumlah variabel yang diuji adalah sebanyak 12 variabel.

Instrumen penelitian kuantitatif menggunakan

kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer. Pengumpulan data primer

dengan kuesioner diperoleh dengan cara

menanyakan langsung kepada PUS yang menjadi subyek penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan

tertutup mengenai KB. Dalam penyusunan

instrument dilakukan dengan memperhatikan kriteria informal penyusunan kuesioner. Oleh karena itu tidak dilakukan lagi uji validitas dan rebilitas instrument.

Analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis univariat untuk melihat frekuensi, ukuran tendensi

sentral, dan persentase, analisis bivariat

menggunakan Chi Square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik untuk melihat besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diteliti adalah umur, pendidikan, dan pendapatan. Responden dalam penelitian ini mempunyai rentang umur 21

tahun sampai dengan 45 tahun. Dalam pengolahan data, variabel umur dibedakan menjadi 2 kategori yaitu umur reproduktif sehat (21-35 tahun) dan umur reproduktif tidak sehat (>35 tahun). Sedangkan variabel tingkat pendidikan dibedakan dalam kategori pendidikan rendah yaitu responden yang berpendidikan SD dan SMP serta pendidikan tinggi yaitu responden yang berpendidikan SMU dan diploma/sarjana. Selanjutnya variabel pendapatan dibedakan dalam kategori rendah jika pendapatan kurang dari UMR Kabupaten Pandeglang yaitu Rp. 1.100.000 dan kategori tinggi jika ≥ Rp. 1.100.000.

Distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik Responden

Karakteristik Responden F % Umur

a. Umur reproduktif sehat b. Umur reproduktif tidak sehat Jumlah 73 47 120 60.8 39.2 100 Pendidikan a. Tinggi b. Rendah Jumlah 5 115 120 4.2 95.8 100 Pendapatan a. Tinggi b. Rendah Jumlah 24 96 120 20 80 100

Berdasarkan karakteristik responden pada tabel 1 diketahui kategori umur responden sebesar 60.8% adalah umur reproduksi sehat, pendidikannya sebagian besar 95.8% adalah kategori rendah, demikian juga pendapatan 80% dalam kategori rendah.

Secara teori masa reproduktif seorang perempuan paling optimal adalah antara usia 20 sampai dengan 35 tahun. Masa ini merupakan masa terbaik bagi perempuan untuk hamil, melahirkan, dan menyusui bayi. Oleh karena itu umur 20 sampai dengan 35 tahun dikategorikan umur reproduktif sehat. Akseptor KB tentu saja sebagian besar berada dalam rentang umur reproduktif sehat ini. Akan tetapi, beberapa perempuan masih mungkin hamil pada umur lebih dari 35 tahun karena masih mengalami haid dan aktif secara seksual. Walaupun prosentasenya sedikit akan tetapi ada akseptor KB yang umurnya lebih dari 35 tahun. Sebagaimana diketahui dari hasil penelitian 39.2% adalah akseptor KB dengan umur lebih dari 35 tahun.

Responden penelitian ini sebagian besar mempunyai kategori pendidikan dan pendapatan dengan kategori rendah. Pendidikan yang rendah pada umumnya

menyebabkan pendapatan yang rendah

pula.Kesempatan kerja maupun kemampuan

(3)

yang berpendidikan rendah. Ditambah lagi akseptor KB adalah perempuan yang secara sosial dan budaya mempunyai nilai ekonomis yang lebih rendah dari laki-laki. Disamping kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi terbatas, budaya patriarki juga menempatkan perempuan tidak mempunyai banyak kesempatan untuk bekerja dan mendapatkan penghasilan.

2. Pengetahuan

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang Alat Kontrasepsi

Pengetahuan F %

Tinggi 51 42.5

Rendah 69 57.5

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan tentang alat kontrasepsi dalam kategori rendah sebesar 57.5% dan 42.5% dengan kategori tinggi.

Sebagaimana pendapatan, pengetahuan juga

berbanding lurus dengan tingkat pendidikan

seseorang. Pendidikan yang rendah sedikitnya menyebabkan kemampuan menyerap dan meretensi pengetahuan pun rendah. Pengetahuan tentang kontrasepsi umumnya didapat dari keluarga atau orang disekitarnya dari mulut ke mulut. Informasi tentang alat kontrasepsi dari petugas kesehatan pun sangat terbatas pada informasi yang sederhana dan praktis.

3. Sikap

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap Alat Kontrasepsi

Sikap responden F %

Tinggi 49 40.8

Rendah 71 59.2

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebesar 59.2% responden mempunyai sikap dengan kategori rendah dan 40.8% dengan kategori tinggi. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi suatu perilaku. Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap itu sudah terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan tingkah lakunya terhadap sesuatu.

Sikap yang utuh dipengaruhi oleh

pengetahuan, keyakinan dan emosi seseorang. Sebagai contoh seorang WUS yang memperoleh

penyuluhan mengenai kontrasepsi, maka

pengetahuan ini akan membawa WUS tersebut

untuk berpikir kearah perilaku penggunaan

kontrasepsi yang lebih baik. Dengan demikian WUS tersebut mempunyai sikap positif atau baik terhadap penggunaan kontrasepsi. Sikap yang rendah pada responden penelitian ini besar kemungkinan disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah. Oleh karena itu dalam membentuk sikap yang positif penting untuk terlebih dahulu

meningkatkan pendidikan dan pengetahuan

masyarakat.

4. Nilai

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Responden Terhadap Alat Kontrasepsi

Nilai responden F %

Tinggi 88 73.3

Rendah 32 26.7

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebesar 73.3% responden mempunyai nilai dengan kategori tinggi dan 26.7% dengan kategori rendah. Nilai adalah keyakinan atau penilaian seseorang terhadap

suatu hal didasari pada pengetahuan yang

dimilikinya. Dalam konteks penelitian ini nilai adalah keyakinan atau penilaian responden terhadap kontrasepsi baik positif maupun negatif. Nilai yang tinggi menunjukkan responden pada umumnya yakin bahwa kontrasepsi memberi kontribusi yang positif bagi kesehatan dan kehidupannya. Walaupun demikian nilai yang positif terhadap sesuatu belum tentu menyebabkan perilaku yang positif juga. Hal tersebut karena perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari dalam maupun dari luar diri seseorang.

5. Keterjangkauan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Keterjangkauan Pelayanan Kontrasepsi

Keterjangkauan responden F %

Tinggi 82 68.3

Rendah 38 31.7

(4)

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa sebagian

besar (68.3%) responden mempunyai

keterjangkauan yang tinggi terhadap pelayanan kontrasepsi dan 31.7% dengan kategori rendah. Keterjangkauan dalam teori yang dikemukakan oleh Green merupakan faktor pemungkin yaitu faktor yang mendahului perilaku yang memungkinkan sebuah perilaku terjadi. Termasuk dalam faktor ini adalah ketersediaan dan keterjangkauan sumberdaya serta kemampuan tenaga kesehatan. Dalam konteks

perilaku drop out KB maka sumberdaya yang

dimaksud dapat berupa sarana pelayanan

kontrasepsi, rumah sakit, klinik, dan sejenis yang

tersedia murah dan mudah dijangkau.

Keterjangkauan yang tinggi menunjukkan fasilitas pelayanan kontrasepsi yang banyak, jaraknya dekat atau mudah dijangkau, dan biaya yang dikeluarkan sedikit atau terjangkau. Keterjangkauan ini penting untuk meningkatkan layanan kontrasepsi yang optimal.

6. Dukungan Suami

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Dukungan Suami Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi

Dukungan suami F %

Tinggi 62 51.7

Rendah 58 48.3

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebesar 48.3% responden mempunyai dukungan suami dengan kategori rendah dan 51.7% dengan kategori tinggi. Dalam teori perilaku Green, dukungan suami merupakan faktor penguat yaitu faktor-faktor yang mengikuti perilaku yang memberikan pengaruh

berkelanjutan terhadap suatu perilaku dan

mempunyai kontribusi dalam menguatkan perilaku sehingga menjadi persisten dan berulang.

Dalam konteks perilaku drop out KB,

termasuk dalam faktor ini adalah pengaruh atau dukungan baik dari teman, keluarga, tokoh agama,

tokoh masyarakat, dan orang-orang yang

berhubungan dengan WUS misalnya petugas kesehatan. Dukungan suami dalam penelitian ini sebagian besar tinggi menunjukkan faktor penguat bagi responden untuk berperilaku positif dalam layanan keluarga berencana misalnya dengan tidak melakukan drop out KB.

7. Dukungan Tokoh Masyarakat

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Tokoh Masyarakat Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi

Dukungan tokoh masyarakat F %

Tinggi 34 28.3

Rendah 86 71.7

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa sebesar 71.72% responden mempunyai dukungan dari tokoh masyarakat dengan kategori rendah dan 28.3% dengan kategori tinggi. Sebagaimana dukungan suami tersebut diatas, dukungan tokoh masyarakat juga merupakan faktor penguat terjadinya perilaku positif terhadap keluarga berencana. Hasil penelitian diketahui dukungan tokoh masyarakat dirasakan rendah oleh responden. Hal tersebut menunjukkan tokoh masyarakat setempat belum sepenuhnya

memberikan dukungan dalam melaksanakan

program KB.

8. Dukungan Tokoh Agama

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Dukungan Tokoh Agama Terhadap Penggunaan

Alat Kontrasepsi

Dukungan tokoh agama F %

Tinggi 2 1.7

Rendah 118 98.3

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa sebesar 98.3% responden mempunyai dukungan dari tokoh agama dengan kategori rendah dan hanya 1.7% dengan kategori tinggi. Demikian halnya dukungan tokoh agama juga merupakan faktor penguat terjadinya perilaku positif terhadap keluarga berencana. Masyarakat Indonesia pada umumnya

bersifat agamis dan patuh pada pemimpin

keagamaan disamping pada pemimpin

pemerintahan. Oleh karena itu keberadaan tokoh agama ini berpengaruh juga pada perilaku seseorang. Dukungan yang rendah dari tokoh agama terhadap

perilaku berKB menunjukkan kurangnya

keterlibatan tokoh agama dalam urusan keluarga berencana ataupun karena faktor lain yang belum diketahui.

(5)

9.Dukungan Tenaga Kesehatan

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Dukungan Tenaga Kesehatan Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi

Dukungan tenaga kesehatan F %

Tinggi 42 35

Rendah 78 65

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa sebesar 65% responden mempunyai dukungan dari tenaga kesehatan dengan kategori rendah dan 35% dengan kategori tinggi. Dukungan tenaga kesehatan dalam konteks penelitian ini berupa saran atau tindakan yang diperoleh responden dari petugas kesehatan

berkaitan dengan penggunaan kontrasepsi.

Dukungan tenaga kesehatan yang rendah

berdasarkan hasil penelitian menunjukkan belum

optimalnya upaya tenaga kesehatan dalam

mendorong masyarakat untuk mengikuti program KB. Sebagaimana dukunga-dukungan dari pihak lain, dukungan tenaga kesehatan juga merupakan faktor penguat terhadap perilaku penggunaan kontrasepsi.

10. Perilaku Drop Out KB

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Drop Out KB

Perilaku akseptor F %

Aktif 92 76.7

Drop out 28 23.3

Jumlah 120 100

Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa sebesar 76.7% responden adalah peserta aktif keluarga berencana dan 23.3% adalah peserta yang drop out. Walaupun hasil penelitian menunjukkan peserta aktif lebih besar dibanding peserta drop out, akan tetapi perilaku drop out KB tetap merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Jika perilaku tersebut dilakukan oleh akseptor dalam usia reproduktif sehat dan bukan karena alasan

kesehatan/medis maka sangat penting untuk

mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh. Faktor yang berpengaruh secara signifikan harus dijadikan dasar dalam upaya peningkatan retensi kesertaan berKB.

Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan menggunakan uji chi square. Tabel-tabel berikut ini menyajikan hasil analisis bivariat antara variabel umur, pendidikan,

pendapatan, pengetahuan, sikap, nilai,

keterjangkauan, dukungan suami, dukungan tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama, dan dukungan tenaga kesehatan dengan variabel perilaku drop out keluarga berencana.

11. Hubungan antara Umur dengan Perilaku

drop out KB

Tabel 11. Hubungan Antara Umur dengan Perilaku drop out KB

Umur

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n % Reproduktif sehat 68 73.9 5 17.9 73 60.8 Reproduktif tidak sehat 24 26.1 23 82.1 47 39.2 Total 92 100 28 100 120 100 p=0.000

Berdasarkan tabel silang 11 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.000 dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan perilaku drop out KB.

Sebagaimana dikemukakan dalam teori umur dapat mempengaruhi cara berfikir dan berperilaku seseorang. Dengan bertambahnya umur seseorang

bertambah pula pengetahuan-pengetahuan,

pemahaman akan sesuatu, dan pemikiran-pemikiran yang lebih matang. Dalam konteks penelitian ini,

diketahui umur mempunyai pengaruh yang

signifikan dalam perilaku drop out KB. Perilaku drop out KB paling banyak adalah pada kelompok umur reproduksi tidak sehat sebesar 82.1%. Artinya perilaku akseptor tersebut terjadi karena berdasarkan pengetahuan dan pemahamannya secara umur sudah tidak memerlukan KB lagi.

12. Hubungan antara Pendidikan dengan Perilaku drop out KB

Tabel 12. Hubungan Antara Pendidikan dengan Perilaku drop out KB

Pendidika n

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % N % n %

Tinggi 2 2.2 3 10.7 5 4.2

Rendah 90 97.8 25 89.3 115 95.8 Total 92 100 28 100 120 100

p=0.048

Berdasarkan tabel silang 12 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.048 dapat diartikan bahwa ada hubungan

(6)

yang signifikan antara pendidikan dengan perilaku drop out KB.

Secara teori pendidikan berpengaruh pada cara berfikir, kemampuan menerima informasi, dan

pengambilan keputusan. Sebagaimana juga

dikemukakan oleh Green bahwa tingkat pendidikan merupakan struktur sosial yang menjadi faktor predisposisi terjadinya suatu perilaku. Semakin

tinggi pendidikan seseorang kecenderungan

melakukan perilaku yang semakin baik. Sesuai dengan hasil penelitian, perilaku drop out KB paling banyak adalah pada kategori pendidikan rendah sebesar 89.3%.

13. Hubungan antara Pendapatan dengan Perilaku drop out KB

Tabel 13. Hubungan Antara Pendapatan dengan Perilaku drop out KB

Pendapatan

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 19 26.1 5 17.9 24 20

Rendah 73 73.9 23 82.1 96 80

Total 92 100 28 100 120 100

p=0.746

Berdasarkan tabel silang 13 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.746 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan

perilaku drop out KB. Layanan kontrasepsi

disediakan secara cuma-cuma oleh pemerintah. Layanan tersebut dapat diperoleh baik di RS, Puskesmas, klinik kesehatan, maupun praktik mandiri. Oleh karenanya, akseptor tidak perlu lagi mengeluarkan biaya jika ingin mendapatkan layanan kontrasepsi.

14. Hubungan antara Pengetahuan dengan Perilaku drop out KB

Tabel 14. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Perilaku drop out KB

Pengetahuan

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 41 44.6 10 35.7 51 57.5

Rendah 51 55.4 18 64.3 69 42.5 Total 92 100 28 100 120 100

p=0.407

Berdasarkan tabel silang 14 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.407 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang alat kontrasepsi dengan perilaku drop out KB. Secara teori Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Meski hasil penelitian menunjukkan

pengetahuan tidak signifikan berhubungan perilaku drop out KB, akan tetapi pengetahuan yang benar dan lengkap mengenai kontrasepsi tetap harus diinformasikan ke masyarakat. Dalam konteks perilaku drop out KB di Desa Caringin bisa jadi faktor pengetahuan tidak signifikan karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh.

15. Hubungan antara Sikap dengan Perilaku

drop out KB

Tabel 15. Hubungan Antara Sikap dengan Perilaku drop out KB

Sikap

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 42 45.7 7 25 49 40.8 Rendah 50 54.3 21 75 71 59.2

Total 92 100 28 100 120 100

p=0.052

Berdasarkan tabel silang 15 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.052 dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku drop out KB.

Sikap merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari, bila sikap sudah terbentuk dalam diri seseorang selanjutnya akan ikut menentukan perilakunya terhadap sesuatu. Dalam konteks penelitian ini, akseptor yang mempunyai sikap baik atau tinggi terhadap kontrasepsi tidak akan melakukan perilaku drop out KB. Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan perilaku drop out KB paling banyak adalah pada kategori sikap rendah sebesar 75%.

(7)

16. Hubungan antara Nilai dengan Perilaku

Drop out KB

Tabel 16. Hubungan Antara Nilai dengan Perilaku Drop out KB

Nilai

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % N % n %

Tinggi 69 75 19 67.9 88 73.3 Rendah 23 25 9 32.1 32 26.7 Total 92 100 28 100 120 100

p=0.454

Berdasarkan tabel silang 16 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.454 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai dengan perilaku drop out KB. Meski secara statistik tidak berhubungan, akan tetapi nilai perlu mendapat perhatian mengingat jika akseptor sudah mempunyai nilai yang baik terhadap layanan kontrasepsi maka perilakunya pun akan baik.

17. Hubungan antara Keterjangkauan dengan Perilaku Drop out KB

Tabel 17. Hubungan Antara Keterjangkauan dengan Perilaku Drop out KB

Keterjangkauan

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 65 70.7 17 60.7 82 68.3

Rendah 27 29.3 11 39.3 38 31.7

Total 92 100 28 100 120 100

p=0.322

Berdasarkan tabel silang 17 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.322 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keterjangkauan dengan perilaku drop out KB. Meski secara teori yang dikemukakan oleh Green keterjangkauan merupakan faktor pemungkin dilakukannya suatu perilaku. Akan tetapi dalam konteks penelitian ini, keterjangkauan bukan faktor yang mempunyai pengaruh yang signifikan.

18. Hubungan antara Dukungan Suami dengan Perilaku Drop out KB

Tabel 18. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Perilaku Drop out KB

Dukungan suami

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 54 58.7 8 28.6 62 51.7

Rendah 38 41.3 20 71.4 58 48.3

Total 92 100 28 100 120 100

p=0.005

Berdasarkan tabel silang 18 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.005 dapat diartikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan perilaku drop out KB. Pada bagian analisis univariat

telah dikemukakan bahwa dukungan suami

merupakan penguat terjadinya suatu perilaku. Hasil penelitian ini menunjukkan keterjangkauan dan pengetahuan yang tinggi saja tidak cukup signifikan

mempengaruhi perilaku drop out KB. Faktor

dukungan suami yang signifikan mengindikasikan masih melekatnya budaya patriarki mempengaruhi perilaku masyarakat Desa Caringin khususnya dan masyarakat di Indonesia pada umumnya dalam berKB.

Yang terjadi di masyarakat, informasi mengenai KB lebih banyak diberikan pada para ibu/istri sedangkan ketika mengambil keputusan untuk berKB suami sangat terlibat dan memegang peranan kunci. Hal ini menjadi pertimbangan bahwa suami harus lebih dilibatkan dalam kegiatan layanan kontrasepsi. Sehingga dukungan yang diberikan bersifat positif. Sebagaimana hasil penelitian yang menunjukkan perilaku drop out KB paling banyak adalah pada kategori dukungan suami rendah sebesar 71.4%.

19. Hubungan antara Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Drop out KB

Tabel 19. Hubungan Antara Dukungan Tokoh Masyarakat dengan Perilaku Drop out KB

Dukungan tokoh masyarakat

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 25 27.2 9 32.1 34 28.3 Rendah 67 72.8 19 67.9 86 71.7 Total 92 100 28 100 120 100

(8)

Berdasarkan tabel silang 19 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.609 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tokoh masyarakat dengan perilaku drop out KB.

20. Hubungan antara Dukungan Tokoh Agama dengan Perilaku drop out KB

Tabel 20. Hubungan Antara Dukungan Tokoh Agama dengan Perilaku drop out KB

Dukungan tokoh agama

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 1 1.1 1 3.6 2 1.7 Rendah 91 98.9 27 96.4 118 98.3

Total 92 100 28 100 120 100

p=0.369

Berdasarkan tabel silang 20 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.369 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tokoh agama dengan perilaku drop out KB.

21. Hubungan antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku drop out KB

Tabel 21. Hubungan Antara Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Perilaku drop out KB

Dukungan tenaga kesehatan

Perilaku Responden

Total Aktif Drop out

n % n % n %

Tinggi 32 34.8 10 35.7 42 35 Rendah 60 65.2 18 64.3 78 65 Total 92 100 28 100 120 100

p=0.928

Berdasarkan tabel 21 diketahui bahwa nilai p pada analisis bivariat dengan uji chi square adalah 0.928 dapat diartikan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan dengan perilaku drop out KB.

Baik dukungan tokoh masyarakat, dukungan tokoh agama, maupun dukungan tenaga kesehatan ketiganya tidak signifikan mempengaruhi perilaku akseptor. Bukan berarti ketiga faktor ini dapat diabaikan begitu saja karena tanpa dukungan-dukungan tersebut pelaksanaan program KB juga tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam konteks penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan

dukungan yang signifikan mempengaruhi perilaku drop out KB hanyalah dukungan suami.

Analisis Multivariat

Analisis multivariat dilakukan untuk

mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Variabel yang dianalisis secara regresi adalah variabel bebas yang secara bivariate mempunyai hubungan dengan nilai p≤0.25. Oleh karena itu dari 11 variabel bebas hanya 4 yang dimasukkan dalam model regresi logistik. Variabel yang masuk kedalam model regresi adalah umur, pendidikan, sikap, dan dukungan suami.Selanjutnya dilakukan analisis regresi logistik dengan metode Enter. Hasil pemodelan regresi yang baik ditujukan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perilaku drop out KB. Berikut ini adalah pemodelan akhir hasil analisis regresi logistik:

Tabel 22. Pemodelan Akhir Hasil Analisis Regresi Logistik

Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada tabel 22 diketahui terdapat tiga variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku

drop out KB yaitu variabel umur dengan nilai

p=0.000, sikap dengan nilai p=0.018, dan dukungan suami dengan nilai p=0.077. Dari tabel juga diketahui secara berturut-turut variabel yang mempunyai nilai OR paling besar yaitu umur OR=16.825, sikap dengan nilai OR=4.472 dan dukungan suami dengan nilai OR= 2.764.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang paling berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku drop out KB adalah umur

(p=0.000). Dengan nilai OR=16.825, dapat diartikan bahwa orang yang mempunyai umur dalam rentang reproduktif sehat berpeluang 16 kali lebih besar untuk tidak melakukan perilaku drop out KB, setelah dikontrol oleh variabel sikap dan dukungan suami. B S.E. Wal d d f Si g.

Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Kat_umur 2.82 3 .607 21.5 95 1 .0 00 16.825 5.116 55.340 Kat_pendi dikan -1.23 6 1.21 3 1.03 8 1 .3 08 .291 .027 3.132 Kat_sikap 1.49 8 .635 5.57 2 1 .0 18 4.472 1.289 15.511 Duk_suam i 1.01 7 .575 3.12 8 1 .0 77 2.764 .896 8.527 Constant -.949 .477 3.94 7 1 .0 47 .387

a. Variable(s) entered on step 1: Kat_umur, Kat_pendidikan, Kat_sikap, Duk_suami.

(9)

Selanjutnya dihitung persamaan regresi untuk mengetahui besarnya probabilitas terjadinya variabel dependen. Diketahui pada tabel diatas nilai α=0.949 dan dari variabel umur nilai β=2.823, sikap nilai β=1.498, dan dukungan suami nilai β=1.017 serta nilai konstanta 2.7. Nilai-nilai tersebut dimasukkan kedalam persamaan regresi sebagai berikut:

P (x) = _________________1__________________ 1+e–{α+β1(umur)+β2(sikap)+β3(dukungan

suami)}

Dengan asumsi bahwa P(x) adalah probabilitas terjadinya perilaku drop out KB. Setelah nilai-nilai tersebut diatas dimasukkan dalam persamaan regresi, diperoleh hasil sebesar 0.38 (38%). Hasil ini menunjukkan bahwa apabila ketiga variabel secara bersama-sama dalam kategori baik (umur reproduksi sehat, sikap tinggi, dan dukungan suami tinggi), maka probabilitas untuk tidak melakukan drop out

KB adalah sebesar 38%, sedangkan 62%

dipengaruhi oleh variabel lainnya.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

a. Karakteristik subjek penelitian yaitu sebagian besar umur reproduksi sehat, serta pendidikan dan pendapatan sebagian besar kategori rendah

DAFTAR PUSTAKA

BPS. BKKBN. Kemenkes. Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta. 2012. UU Nomor 10 Tahun 1992 Tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera.

Kemenkes. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2012. Diunduh tanggal 25 Juni 2013. Diakses di www.depkes.go.id.

BKKBN. 75 Persen Unmet Need KB Penyebab

Kematian Ibu. Diunduh tanggal 25 Juni 2013. Diakses di www.bkkbn.go.id.

Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan

IlmuPerilaku.PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2007. b. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur,

pendidikan, sikap, dan dukungan suami terhadap perilaku drop out KB.

c. Faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku

drop out KB berturut-turut adalah umur, sikap

dan dukungan suami.

SARAN

Beberapa saran berikut ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pihak terkait untuk meningkatkan layanan kontrasepsi di masyarakat pada umumnya dan di Desa Caringin khususnya.

a. Bagi Dinas Kesehatan: dalam menyusun

kebijakan berkaitan dengan layanan kontrasepsi hendaknya meliputi program-program yang dapat

meningkatkan keterlibatan suami ataupun

mengikutsertakan suami di setiap kegiatan layanan kontrasepsi di fasilitas kesehatan.

b. Bagi Bidan: meningkatkan pemahaman akseptor yang benar dan mendalam tentang kontrasepsi. c. Melalui penyuluhan maupun konseling sehingga

sikap yang positif terhadap kontrasepsi semakin tinggi.

d. Bagi peneliti selanjutnya: berdasarkan hasil penelitian masih terdapat kontribusi sebesar 62% dari faktor lain yang dapat mempengaruhi

perilaku drop out KB, oleh karena itu penelitian

selanjutnya dapat dilakukan untuk

mengidentifikasi faktor-faktor tersebut.

Green LW. Health Promotion Planning An

Educational and Environmental Approach. Mayfield Publishing Company. USA. 2000.

Notoatmodjo, Soekidjo.Metodologi Penelitian

Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2010. Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan Tindakan. Refika Aditama. 2012.

Dahlan, Muhahad Sopiudin. Statistik Untuk

Kedokteran dan Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.10.2011

(10)

Gambar

Tabel 1. Distribusi Frekwensi Karakteristik  Responden
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Dukungan Tokoh  Masyarakat Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Drop Out KB
Tabel 18. Hubungan Antara Dukungan Suami  dengan Perilaku Drop out KB
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) LKS yang dikembangkan adalah LKS eksperimen

Formulasi dari struktur aktiva adalah sebagai berikut: Struktur aktiva :  Aktiva Total Tetap  Aktiva Total (Syamsudin 2001:9) Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang

masyarakat sehari – hari, tetapi masyarakat belum mengetahui apa itu online shop, Untuk itu penulis ingin membuat usaha penjualan produk menggunakan aplikasi online shop agar

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mendeskripsikan pemanfaatan MAPAUD Nyanyian, 2) Mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap program MAPAUD Nyanyian. Pene- litian ini

Desktop di Indonesia ditandai dengan hadirnya Desktop di Indonesia ditandai dengan hadirnya sistem operasi 3D OS yang dikembangkan oleh sistem operasi 3D OS yang dikembangkan oleh

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Tugas Ahkir Skripsi yang berjudul Hak dan

Dengan cara kerja jemuran listrik otomatis diatas, dengan daya yang kecil yang disurvaykan pada beberapa populasi atau masyarakat yang berbeda, diharapkan

Primarily Products are used to provide additional skin objects, content types, or tools, but they can also be used to customize a Plone site entirely from file-system-based code..