• Tidak ada hasil yang ditemukan

AUDITING 1 3 24 2014 2 KELOMPOK 2 AUDITI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "AUDITING 1 3 24 2014 2 KELOMPOK 2 AUDITI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KELOMPOK 2 AUDITING

KELAS AKUNTANSI

KARYAWAN B 2011

AUDITING 1

(2)

1

TUJUAN, TANGGUNG JAWAB, DAN BAHAN BUKTI AUDIT

Tujuan Audit

Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal upah material, posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Dengan melihat tujuan audit spesifk tersebut, auditor akan dapat mengidentifkasikan bukti apa yang dapat dihimpun, dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.

Tujuan audit spesifk ditentukan berdasarkan asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor menggunakan asersi untuk (1) Membuat keputusan tentang penilaian risiko dengan mempertimbangkan tipe salah saji potensial yang mungkin terjadi, (2) Mennetukan prosedur audit yang cocok dengan asersi dan penilaian risiko.

Adapun asersi-asersi ini dapat diklasifkasikan sebagi berikut :

1. Keberdaaan atau keterjadian (existence or occurrence)

2. Kelengkapan (completeness)

3. Hak dan kewajiban (right and obligation)

4. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation)

5. Penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure)

(3)

2

apakah sistem akuntansi tersebut dapat menghasilkan catatan akuntansi yang valid.

Pekerjaan audit adalah pekerjaan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Auditor harus menghimpun evidential metter, dan tidak sekedar evident. Asersi dapat diklasifkasikan sebagi berikut:

A. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence), hal ini berhubungan dengan apakah aktiva atau utang suatu perusahaan benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang tercatat benar-benar terjadi selama periode tertentu.

B. Kelengkapan (completeness), hal ini berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun (rekening) yang semestinya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan.

C. Hak dan kewajiban (right and obligation), hal ini berhubungan dengan dua hal yaitu ; apakah aktiva yang tercantum dalam laporan keuangan benar-benar merupakan hak perusahaan pada tanggal tertentu, apakah hutang yang tercantum dalam laporan keuangan betul-betul merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu.

D. Penilaian atau pengalokasian (valiation or alloction), hal ini berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, utang, pendapatan, dan biaya yang sudah dimasukkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya.

(4)

3

Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan. Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.

1. Sistem Akuntansi.

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. Bukti Audit. Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional.

2. Pengendalian Intern.

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.

3. Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan.

Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.

TANGGUNG JAWAB DAN FUNGSI AUDITOR INDEPENDEN

(5)

4

memberikan pendapat, ia harus menyatakan apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

PERBEDAAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR INDEPENDEN DENGAN TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.

1. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi.

2. Auditor tidak bertangung jawab untukmerencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah sajiterdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan keuangan.

(6)

5

(termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi

4. Manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan. Transaksi entitas dan aktiva, utang, dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian langsung manajemen. Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

(7)

6

Persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain. Sebagai contoh, dalam hal pengamatan terhadap penghitungan fsik sediaan, auditor tidak bertindak sebagai seorang ahlipenilai, penaksir atau pengenal barang. Begitu pula, meskipun auditor mengetahui hukum komersial secara garis besar, ia tidak dapat bertindak dalam kapasitas sebagai seorang penasihat hukum dan ia semestinya menggantungkan diri pada nasihat dari penasihat hukum dalam semua hal yang berkaitan dengan hukum.

Dalam mengamati standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, auditor independen harus menggunakan pertimbangannya dalam menentukan prosedur audit yang diperlukan sesuai dengan keadaan, sebagai basis memadai bagi pendapatnya. Pertimbangannya harus merupakan pertimbangan berbasis informasi dari seorang profesional yang ahli.

TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI

(8)

7

PRINSIP-PRINSIP KODE ETIKA PERILAKU PROFESIONAL

Prinsip-prinsip aturan perilaku profesional mengandung 7 cakupan umum.

1. Suatu pernyataan dari maksud prinsip-prinsip tersebut.

Banyak dari kode etik AICPA yang dapat dilanggar tanpa harus melanggar hukum/peraturan. Alasan utama dari kode etik ini adalah menyemangati anggotanya untuk melatih disiplin diri di dalam/di luar hukum/peraturan.

2. Tanggung jawab

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional CPA harus menggunakan pertimbangan profesional dan moral yang sensitif dalam semua aktiftasnya. Sebagaimana

disebutkan dalam bab I, CPA/akuntan publik melaksanakan suatu peran penting di masyarakat. Mereka bertanggung jawab, bekerja sama satu sama lain untuk mengembangkan metode akuntansi dan pelaporan, memelihara kepercayaan publik, dan melaksanakan tanggung jawab profesi bagi sendiri.

3. Kepentingan publik

CPA wajib memberikan pelayanannya bagi kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen serta profesionalisme. Salah satu tanda yang membedakan profesi adalah penerimaan tanggung jawabnya kepada publik. CPA diandalkan oleh banyak unsur masyarakat, termasuk klien, kreditor, pemerintah, pegawai, investor, dan komunitas bisnis serta keuangan. Kelompok ini mengandalkan obyektiftas dan integritas CPA untuk memelihara fungsi perdagangan yang tertib.

4. Integritas

(9)

8

kebutuhan memiliki integritas. Integritas menurut CPA bertindak jujur dan terus terang meskipun dihambat

kerahasiaan klien. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi. Integritas dapat mengakomodasi kesalahan akibat kurang berhati-hati dan perbedaan pendapat yang jujur, akan tetapi, integritas tidak dapat mengakomodasi kecurangan/pelanggaran prinsip.

5. Obyektiftas dan independensi

Seorang CPA harus mempertahankan obyektiftas dan bebas dari konfik kepentingan dalam melaksanakan tanggung jawab profesional. Seorang CPA dalam praktek publik harus

independent dalam kenyataan dan dalam penampilan ketika memberikan jasa auditing dan jasa atestasi lainnya. Prinsip obyektiftas menuntut seorang CPA untuk tidak memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konfik kepentingan.

Independensi menghindarkan diri dari hubungan yang bisa merusak obyektiftas seorang CPA dalam melakukan jasa atestasi.

6. Kemahiran

Seorang CPA harus melakukan standar teknis dan etis profesi, terus berjuang meningkatkan kompetensi mutu pelayanan, serta melaksanakan tanggung jawab profesional dengan sebaik- baiknya. Prinsip kemahiran (due care) menuntut CPA untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya. CPA akan memperoleh kompetensi melalui pendidikan dan pengalaman dimulai dengan menguasai ilmu yang disyaratkan bagi seorang CPA. Kompetensi juga menuntut CPA untuk terus belajar di sepanjang karirnya.

7. Lingkup dan sifat jasa

(10)

9

seperti itu konsisten dengan setiap prinsip perilaku profesional CPA.

ETIKA

Defnisi Etika secara garis besar etika dapat didefnisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-undang atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada pertimbangan seseorang.

Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:

1. Rasa tanggung jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.

2. Kepentingan publik, auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani

kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik, serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.

3. Integritas, yaitu mempertahankan dan memperluas keyakinan publik.

4. Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus

mempertahankan obyektivitas dan terbebas dari konfik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen.

5. Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika profesi dengan meningkatkan

kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan tanggung jawab dengan kemampuan terbaiknya.

(11)

10

profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang disediakannya.

Etika dalam Audit Dikaitkan dengan konsep Independensi

Dalam melaksanakan tugas audit, auditor dituntut untuk bersikap dan bertindak independen dan objektif. Independen berarti bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan ataupun tidak tergantung kepada pihak lain termasuk memberi penugasan. Objektif berarti sikap tidak memihak dalam mempertimbangkan fakta. Objektivitas lebih banyak ditentukan faktor dari dalam diri auditor, sedangkan independensi selain ditentukan faktor dari dalam diri auditor, juga banyak ditentukan oleh faktor dari luar diri auditor.

Independensi dalam audit mencakup independensi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan:

a. Independensi dalam perencanaan audit berarti bebas dari pengaruh manajemen dalam menerapkan prosedur audit, menentukan sasaran dan ruang lingkup audit.

b. Independensi dalam pelaksanaan berarti bebas dalam mengakses aktivitas yang akan diaudit.

c. Independensi pelaporan berarti bebas dari usaha untuk menghilangkan atau memengaruhi makna laporan serta bebas untuk mengungkapkan fakta.

(12)

11

1. Terdapat hubungan istimewa antara auditor dengan auditi / aktivitas auditi.

2. Terjadi pembatasan ruang lingkup, sifat dan luas audit. 3. Tidak memiliki kemampuan untuk memahami aktivitas

yang akan diaudit sehingga dapat mempengaruhi sikap independensi, misalkan tidak memahami kejahatan dibidang komputer.

4. Auditor tidak dapat independen karena posisi auditor dalam organisasi auditi.

KODE ETIKA PROFESIONAL DALAM PROFESI AKUNTAN

Kode ini menjelma dalam kode etik profesional AKDA, ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk

dipertanggungjawabkan oleh CPA kepada publik.

1. CPA harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif.

2. CPA harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.

(13)

12

Dalam audit, bahan bukti merupakan informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai kriteria yang ditetapkan.

Perbandingan untuk membedakan bahan bukti:

• Tujuan penggunaan bahan bukti

• Sifat bahan bukti yang digunakan

• Pihak yang mengevaluasi bahan bukti.

• Kepastian dari kesimpulan berdasarkan bahan bukti

• Sifat kesimpulan

• Konsekuensi yang timbul akibat kesimpulan yang salah dari bahan bukti

Bahan Bukti Yang Menyimpulkan

Suatu bahan bukti dapat memberikan kesimpulan apabila :

1. Relevan, berkaitan terhadap tujuan pengujian auditor

2. Kompeten, menunjukkan tingkat dapat dipercayainya suatu bahan bukti

Kompetensi dapat diperbaiki dengan :

• Independensi penyedia data

• Efektiftas struktur pengendalian intern

• Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditor

• Kualifkasi orang yang menyediakan informasi

• Tingkat objektivitas

(14)

13

Bahan bukti yang digunakan oleh auditor dalam prosedur audit terdiri dari :

• Pemeriksaan fsik .

• Konfrmasi .

• Dokumentasi .

• Pengamatan .

• Tanya jawab dengan klien .

• Pelaksanaan Ulang (Reperformance) .

• Prosedur analitis .

Efektiftas struktur pengendalian intern klien mempunyai pengaruh yang besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Jenis bahan bukti tertentu jarang mencukupi sendirian untuk memberikan bahan bukti yang kompeten untuk memenuhi satu tujuan.

Prosedur Analitis

(15)

14

Alasan yang terpenting penggunaan prosedur analitis :

• Memahami bidang usaha klien.

• Penetapan kemampuan satuan usaha untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

• Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.

• Mengurangi pengujian audit yang terinci.

Jenis Prosedur Analistis

1. Membandingkan data klien dengan industri sejenis.

2. Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode sebelumnya

• Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.

• Membandingakan rincian total saldo dengan rincian serupa pada tahun sebelumnya.

• Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun sebelumnya.

3. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.

4. Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.

(16)

15

Bahan bukti adalah segala informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.”

Keputusan Bahan Bukti Audit

Keputusan utama yang dihadapi auditor terkait bahan bukti adalah menentukan jenis dan jumlah bahan bukti, agar memperoleh keyakinan memadai bahwa seluruh komponen laporan keuangan telah disajikan wajar, dan bahwa klien telah menerapkan pengendalian intern yang efektif.

4 hal yang harus diputuskan auditor terkait bahan bukti adalah:

1. Prosedur audit yang manakah yang akan ditempuh? (Prosedur Audit)

2. Berapa besar ukuran sampel yang akan diambil? (Ukuran sampel)

3. Pos/unsur mana yang akan dipilih dari populasi? (Unsur yang dipilih)

4. Kapan prosedur audit tersebut akan dilaksanakan?(Saat Pelaksanaan)

PERSUASIVITAS BAHAN BUKTI AUDIT

(Bahan bukti yang dapat menyimpulkan)

Persuasivitas bahan bukti dapat dilihat dari 2 sisi, yaitu:

Kompetensi Bahan Bukti. Mengacu kepada reliabilitas bahan bukti, sejauh mana bahan bukti tersebut dapat diyakini kebenarannya.

(17)

16

berasal dari sumber luar lebih dapat dipercaya daripada data yang berasal dari dalam perusahaan.

3. Efektiftas Pengendalian Intern. Bahan bukti yang diperoleh dari suatu perusahaan yang memiliki pengendalian intern yang efektif lebih dapat diandalkan daripada jika pengendalian intern lemah

4. Pemahaman langsung yang diperoleh auditor. Informasi yang diperoleh langsung sendiri oleh auditor lebih dapat diandalkan daripada jika informasi tersebut berasal dari orang lain

5. Kualifkasi orang yang menyediakan informasi. Informasi dari orang yang memiliki kualifkasi lebih dapat dipercaya daripada informasi yang berasal dari orang yang tidak memiliki kualifkasi.

6. Tingkat Obyektiftas. Bahan bukti obyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari luar/ekstern perusahaan, seperti konfrmasi, faktur pembelian dll. Bahan bukti subyektif adalah bahan bukti yang bersumber dari intern perusahaan, seperti salinan faktur penjualan, ayat-ayat jurnal, dll.

7. Ketepatan Waktu. Ketepatan waktu ini mengacu, baik kepada kapan bahan bukti tersebut dikumpulkan, dan periode akuntansi yang dicakup oleh audit.

Kecukupan Bahan Bukti. Mengacu kepada jumlah bahan bukti yang dikumpulkan, berapa besar ukuran sampel yang akan diambil.

2 faktor yang mempengaruhi keputusan ukuran sampel adalah:

1. Ekspektasi auditor akan kemungkinan salah saji material

(18)

17

berwujud. Umumnya yang diuji adalah persediaan, kas, surat-surat wesel, dll.

Konfrmasi. Yaitu penerimaan tanggapan dari pihak ketiga yang independen mengenai akurasi informasi sebagaimana yang dimaksud oleh auditor. Contoh: konfrmasi atas piutang usaha, hutang usaha, dll.

Dokumentasi. Yaitu pemeriksaan terhadap catatan-catatan yang dibuat oleh klien. Biasanya disebut vouching.

Prosedur Analitis. Yaitu evaluasi informasi keuangan dengan cara mempelajari hubungan logis antara data keuangan dengan data non keuanagan, meliputi rasio dan perbandingan antara jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.

Tanya jawab dengan klien. Mendapatkan informasi dengan cara mengajuan pertanyaan baik secara lisan maupun tertulis kepada klien/pegawai klien.

Reperformance/Pelaksanaan Ulang/Uji hitung. Auditor menguji perhitungan yang dilakukan klien. Misalnya menghitung kembali penjumlahan ke bawah, menghitung kembali perkalian antara harga jual per unit dengan kuantitas barang yang terjual, dll.

(19)

18

Sebelumnya saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT, Orang Tua, Dosen, dan Teman-teman kelompok saya sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Saya sebagai Ketua Kelompok sangat mengharapkan kritik dan saran membangun dari pembaca agar kedepannya saya bisa

1 A. RENDY SANDRA MAMOLA 434.334.032.011.044 KELOMPOKKETUA

2 GILANG GUMILANG ANGGOTA

3 SENDHY ADHITYA FEBRIANI ANGGOTA

4 SUSAN ANDRIANI ANGGOTA

10 DEVI AYU NURTA ANGGOTA

11 TEGUH ANGGOTA

12 MULYO ANGGOTA

13 YOGI PRATAMA ANGGOTA

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini gaya belajar yang dimaksudkan adalah kecendrungan masing masing individu untuk menggunakan perangsang atau alat indra tertentu untuk menyerap

Metode pengamanan datanya menggunakan enkripsi, yaitu dengan mengaburkan tampilan input data pada layar ( screen saver ) untuk menghindari penggunaan tugas dan wewenangnya oleh

Kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik semakin menurun karena pasien tidak hanya menghadapi masalah kesehatannya tetapi juga masalah terapi yang akan

Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh staff Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dari bahan baku kualitas rendah dengan proses yang efektif, mengetahui efektifitas proses pembuatan biodiesel

Beban belajar merupakan ukuran yang menunjukkan kuantitas yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mengikuti tugas-tugas pembelajaran dalam bentuk kegiatan

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat perolehan margin pembiayaan dengan akad murabahah pada Bank Syariah X;

32 2 Febrina Mahliza Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi pembiayaan untuk usaha mikro agribisnis sektor perdagangan Usia, jenis kelamin, tanggungan