• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013). Departemen Pendidkan Nasional menjelaskan dalam visinya bahwa kecerdasan mencakup cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual (Renstra Kemdiknas 2010-2014). Sedangkan kemandirian merupakan salah satu dari tugas perkembangan yang harus dicapai siswa.

Kondisi kemandirian siswa SMA dewasa ini (Sarlito Wirawan, 2003) cukup memprihatinkan. Umumnya siswa ragu dan tidak tahu kemana mereka harus melanjutkan studi. Banyak siswa yang belum dapat menentukan pilihan karier dan pendidikan di masa depan. Sejumlah siswa merasa yakin memilih jurusan bisnis yang dianggap favorit juga tidak memiliki alasan yang rasional. Mereka umumnya hanya ikut-ikutan berdasarkan trend yang terjadi di kalangan remaja. Salah satu penyebabnya adalah pengembangan kemandirian di sekolah maupun keluarga belum optimal. Belum ada iklim yang kondusif dalam membangun kemandirian siswa SMA. Sekolah dengan layanan yang dilakukan selama ini belum memberikan alternatif yang dapat dipilih dan diambil keputusan sebagai bentuk pengembangan kemandirian.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar lebih optimal. Sekolah dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan.

Realitas menunjukkan bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang beragam. Masing-masing memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Dengan mudah kita temukan bahwa kecepatan belajar, potensi belajar, serta minat peserta didik terhadap mata pelajaran tidak sama. Padahal peserta didik akan lebih sukses jika belajar sesuai dengan potensi dan minatnya. Dengan demikian diperlukan pola penyelenggaraan pendidikan yang dapat secara optimal melayani realitas tersebut.

Pola pembelajaran Sistem Kredit Semester (SKS) yang memberikan kebebasan peserta didik dalam memilih beban belajar dan mata pelajaran dipandang dapat melayani keragaman lebih luas dibanding dengan Sistem Paket. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran dan beban belajar sesuai dengan minat, potensi, dan kebutuhan. Dengan demikian kondisi belajar

(2)

pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Kebebasan memilih beban belajar dan mata pelajaran dapat mendorong kesadaran dan motivasi yang tinggi sehingga memungkinkan prestasi belajar tercapai lebih optimal.

Peraturan Menteri Pedidikan dan Kebuadayaan Nomor 81A (lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran) Tahun 2013 menjelaskan konsep dan strategi penerapan sistem kredit semester (SKS) di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Dalam lampiran tersebut dijelaskan tentang kebijakan, konsep, dan prinsip penyelenggaraan SKS di sekolah. Penjelasan lampiran pedoman tersebut masih bersifat umum sehingga sekolah masih banyak mengalami kendala, diantaranya dalam menentukan beban belajar, menyusun struktur kurikulum, menfasilitasi pilihan beban belajar dan mata pelajaran, serta menyusun jadwal pelajaran fleksibel dengan pola on/off untuk mata pelajaran tertentu. Di sisi lain sekolah belum mampu memfasiltasi keragaman peserta didik dalam hal kecepatan belajar sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan studi dalam waktu yang beragam. Oleh karena itu diperlukan penjelasan teknis lebih rinci yang dapat digunakan sekolah untuk melaksanakan SKS.

Sebagai respon atas temuan dan masukan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA perlu menyusun panduan teknis yang memuat mekanisme dan teknik pelaksanaan SKS di SMA.

B. Landasan

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemernitah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional;

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tentang Standar Penilaian Pendidikan;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tentang Implementasi Kurikulum.

C. Tujuan

Secara umum panduan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mekanisme pelaksanaan SKS di SMA. Secara khusus, panduan ini bertujuan:

1.

Memberikan penjelasan teknis persiapan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan SKS di SMA;

(3)

2.

Memberikan penjelasan tahapan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan SKS di SMA;

3.

Memberikan penjelasan model penilaian SKS di SMA; dan

4.

Mendorong kesiapan SMA untuk melaksanakan SKS sebagai layanan inovasi pendidikan untuk meningkatan mutu lulusan.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup naskah panduan SKS di SMA mencakup:

1.

mekanisme dan teknik persiapan penyelenggaran;

2.

strategi dan teknik pelaksanaan;

(4)

BAB II

PENGERTIAN DAN KONSEP

A. Sistem Kredit Semester

Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri. Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah kekayaan pengelolaan pembelajaran. Selama ini sistem pengelolaan pendidikan hanya menggunakan satu cara, yaitu Sistem Paket. Melalui penerapan SKS dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan program pendidikan lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

Penyelenggaraan SKS pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari amanat Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal tersebut mengamanatkan bahwa “Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak, antara lain: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; dan (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”.

B. Prinsip Penyelenggaraan

Penyelenggaraan SKS di SMA mengacu pada prinsip sebagai berikut.

1. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya;

2. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar;

3. Peserta didik didorong untuk memberdayakan diri sendiri dalam belajar secara mandiri;

4. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel; 5. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih kelompok peminatan, lintas minat,

(5)

6. Peserta didik dapat pindah ke sekolah lain yang sejenis dan telah menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru (transfer kredit);

7. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif;

8. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan; dan

9. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya.

C. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum

Beban belajar merupakan ukuran yang menunjukkan kuantitas yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mengikuti tugas-tugas pembelajaran dalam bentuk kegiatan tatap muka, kegiatan penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata pelajaran. Beban belajar menuntut konsekuensi siswa meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan kegiatan yang telah didesain dalam silabus mata pelajaran yang waktunya telah ditentukan. Beban belajar mata pelajaran dengan kredit besar menuntut lebih banyak perjuangan siswa dalam melakukan tugas pembelajaran. Beban belajar mata pelajaran dihitung untuk kegiatan tiap semester dan dinyatakan dalam sks.

Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik di SMA yaitu minimal 130 sks, yang dapat ditempuh paling cepat 2 tahun (4 semester) dan paling lama 5 tahun (10 semester). Komposisi beban belajar untuk peserta didik SMA terdiri atas kelompok A (wajib), Kelompok B (wajib), dan salah satu dari kelompok C (peminatan, lintas minat dan/atau pendalaman minat).

Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas 1 (satu) jam pembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur, dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri. Beban belajar sks untuk SMA ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka untuk SMA/MA berlangsung selama 45 menit.

Kegiatan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.

(6)

Kegiatan mandiri adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik.

Penetapan beban belajar terlebih dahulu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1: Penetapan Beban Belajar sks di SMA berdasarkan pada Sistem Paket

Kegiatan Sistem Paket SKS

Tatap muka 45 menit 45 menit

Penugasan terstruktur 60% x 45 menit = 27 menit

45 menit Kegiatan mandiri tidak

terstruktur 45 menit

Jumlah 72 menit 135 menit

Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan rumus sebagai berikut.

Berdasarkan uraian di atas, penetapan beban belajar berpedoman pada perhitungan kesetaraan pada Sistem Paket dan SKS, yaitu 1 sks setara dengan 1,88 – 2 jam pelajaran, oleh sebab itu beban belajar tiap mata pelajaran dapat dihitung seluruh mata pelajaran kelompok A, kelompok B, dan kelompok C dengan jumlah minimal 130 sks..

Struktur kurikulum memuat beban belajar dan mata pelajaran kelompok A, kelompok B, dan kelompok C. Berdasarkan kesetaraan SKS dan paket bahwa 1 sks setara dengan 1,88 – 2 jam pelajaran, maka beban belajar mata pelajaran pada struktur kurikulum tersaji sebagai berikut.

Tabel 2. Beban Belajar Mata Pelajaran Wajib

No Mata Pelajaran Jml Jam 2 semester/ Kelas Jml Total Jml sks X XI XII KELOMPOK A

1 Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti 6 6 6 18 9

2 Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 4 4 4 12 6 3 Bahasa Indonesia 8 8 8 24 12 4 Matematika 8 8 8 24 12 5 Sejarah Indonesia 4 4 4 12 6 6 Bahasa Ingris 4 4 4 12 6

pelajaran

jam

1,88

72

135

IP

(7)

No Mata Pelajaran Jml Jam 2 semester/ Kelas Jml Total Jml sks X XI XII KELOMPOK B

Seni Budaya (termasuk Mulok) 4 4 4 12 6

Prakarya dan Kewirausahaan

(termasuk Mulok) 4 4 4 12 6

Penjas Orkes (termasuk Mulok) 6 6 6 18 9

Seni Budaya (termasuk Mulok) 6 6 6 18 9

Jumlah beban belajar (sks) wajib A dan B 72

Tabel 3. Beban Belajar Mata Pelajaran Peminatan (Kelompok C)

No Mata Pelajaran Jml Jam 2 semester/ Kelas Jml Total Jml sks X XI XII KELOMPOK A 1 Matematika 6 8 8 22 11 2 Fisika 6 8 8 22 11 3 Kimia 6 8 8 22 11 4 Biologi 6 8 8 22 11 5 Lintas Minat 12 8 8 28 14

Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPA 58 KELOMPOK B 1 Sejarah 6 8 8 22 11 2 Ekonomi 6 8 8 22 11 3 Sosiologi 6 8 8 22 11 4 Geografi 6 8 8 22 11 5 Lintas Minat 12 8 8 28 14

Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPS 58 KELOMPOK C

1 Antropologi 6 8 8 22 11

2 Bahasa dan Sastra Indonesia 6 8 8 22 11

3 Bahasa dan Sastra Inggris 6 8 8 22 11

4 Bahasa Asing 6 8 8 22 11

5 Lintas Minat 12 8 8 28 14

(8)

D. Serial Mata Pelajaran

Serial mata pelajaran adalah pengaturan mata pelajaran yang semula harus ditempuh selama tiga tahun yang tersusun dalam enem semester ditata ulang menjadi hanya empat seri. Tujuannya adalah untuk mengakomodasi kecepatan belajar peserta didik yang beragam dan dapat menyelesaikan seluruh beban belajar dan mata pelajaran paling cepat dua tahun (4 semester). Oleh karena itu mata pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga maksimal terdiri atas empat seri.

E. Pembelajaran

Proses pembelajaran secara umum mengacu pada standar proses kurikulum 2013, yaitu diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan.

Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “ mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik dalam menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).

Secara khusus, pada SKS layanan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Pemilihan beban belajar

Dalam SKS peserta didik memilih beban belajar dan mata pelajaran pada setiap semester. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan beban belajar adalah sebagai berikut: a. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan

(9)

b. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh Pembimbing Akademik;

c. Pengambilan beban belajar (jumlah sks) pada semester 1 sesuai dengan prestasi yang dicapai pada satuan pendidikan sebelumnya atau hasil tes seleksi masuk dan/atau penempatan peserta didik baru;

d. Pengambilan beban belajar (jumlah sks) semester berikutnya ditentukan berdasarkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya; dan e. Peserta didik wajib menyelesaikan mata pelajaran yang tertuang dalam Struktur

Kurikulum mencakup mata pelajaran kelompok A (wajib), kelompok B (wajib, dan kelompok C (peminatan dan lintas minat/pendalaman minat)

2. Penjadwalan On/Off

Layanan SKS memungkinkan peserta didik memilih mata pelajaran pada semester tertentu serta tidak memilihnya pada semester lain. Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas dengan prinsip ”on and off”, yaitu suatu mata pelajaran bisa diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester.

4.

Peta Jalan (Roadmap) Pembelajaran

Penyajian mata pelajaran dengan penjadwalan On/Off berdampak pada distribusi guru yang tidak merata jika didasarkan pada pilihan peserta didik semata. Oleh karena itu perlu dibuat distribusi on/off mata pelajaran tiap semester yang disusun sedemikian rupa sehingga program pembelajaran normal enam semester. Distribusi dibuat dalam bentuk peta jalan (roadmap) untuk mengakomodasi kecepatan belajar peserta didik rata-rata (enam semester), dan lebih cepat (4 atau 5 semester). Penyusunan roadmap pembelajaran bertujuan untuk menyajikan pilihan on/off bagi peserta didik dan mengakomodasi beban mengajar 24 jam bagi guru.

F. Penilaian

Secara umum penilaian mengacu pada standar penilaian Kurikulum 2013, yaitu dilakukan dalam bentuk penilaian autentik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman dan jurnal. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Sedangkan penilaian keterampilan dilakukan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

(10)

Penilaian melalui tes tertulis dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulamgan akhir semester untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar (KD) dari kompetensi inti (KI) 3.

G. Indeks Prestasi

Indeks prestasi (IP) merupakan gabungan hasil penilaian kompetensi KD dari KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (Keterampilan) dari seluruh mata pelajaran yang diikuti tiap semester. Indeks prestasi menggunakan skala maksimal 4, jika dilakukan konversi maka dapat digunakan tabel berikut ini.

INTERVAL PREDIKAT INDEKS PRESTASI

3.66  x  4.00 A 4.00 3.33  x  3.66 A- 3.67 3.00  x  3.33 B+ 3.33 2.66  x  3.00 B 3.00 2.33  x  2.66 B- 2.66 2.00  x  2.33 C+ 2.33 1.66  x  2.00 C 2.00 1.33  x  1.66 C- 1.67 1.00  x  1.33 D+ 1.33 0.00  x  1.00 D 1.00

Penghitungan IP tiap semester merupakan rata-rata dari gabungan hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. i i i

B

xB

N

IP

(

)

Keterangan: IP : Indeks Prestasi

Ni : Nilai tiap mata pelajaran

(11)

H. Ketutasan Belajar

Ketuntasan belajar menunjukan tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik mengikuti pembelajaran yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peserta didik dinyatakan tuntas pada suatu mata pelajaran apabila memperoleh nilai Baik pada aspek sikap dan indeks prestasi minimal 2,66. .

Ketuntasan belajar secara keseluruhan pada akhir masa studi. Jika peserta didik menyelesaikan seluruh mata pelajaran (kelompok A, B, dan C) dengan beban belajar minimal 130 sks dan memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 2,66.

I. Remedial dan Semeser Pendek

Peserta didik yang belum tuntas pada KD tertentu berhak mengikuti remedial sehingga mencapai batas ketuntasan minimal. Remedial dilakukan sepanjang semester dengan cara melakukan perbaikan pembelajaran dan diikuti dengan penilaian yang relevan.

Peserta didik yang tidak tuntas sampai akhir semester dapat mengikuti kegiatan semester pendek setelah menerima laporan akhir semester sampai mencapai batas ketuntas minimal. Semester pendek dilakukan melalui pembelajaran untuk memperbaiki nilai pada mata pelajaran yang tidak tuntas dalam jangka waktu tertentu. Semester pendek dilakukan pada libur akhir semester menjelang semester baru, atau pada hari belajar setelah jadwal pelajaran selesai.

J. Kelulusan

Peserta didik dinyatakan lulus apabila:

1. Menyelesaikan beban belajar minimal 130 sks mencakup minimal 72 sks pada mata pelajaran kelompok A dan B, minimal 58 sks pada mata pelajaran kelompok C, serta memperoleh IPK minimal 2,66;

2. Memperoleh nilai baik pada penilaian sikap; 3. Lulus ujian sekolah (US); dan

4. Lulus ujian nasional (UN).

K. Moving Class

Pelaksanaan SKS sering dikaitkan dengan pelaksanaan pola belajar berbasis mata pelajaran di mana kelas didesain sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Akibat penerapan pola ini, peserta didik akan berpindah dari satu ruang kelas ke ruang kelas lain sesuai dengan jadwal mata pelajaran. Dengan kondisi siswa yang sering bergerak untuk berpindah ruangan, maka hal tersebut dikenal dengan sebutan moving classroom (Pindah Kelas).

(12)

mata pelajaran, peserta didik akan berpindah menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan.

Moving class bukan merupakan persyaratan mutlak bagi pelakasanaan SKS di SMA. Pola ini dapat mendorong kultur lebih kuat pada pelaksanaan SKS karena dipandang ada kesamaan karakter dimana peserta didik akan memilih mata pelajaran yang dimungkinkan berbeda dari teman seangkatannya. Perbedaan pilihan mata pelajaran tersebut memungkinkan pergerakan siswa dari satu kelas ke kelas lain.

Prinsip penyelenggaraan moving class di SMA sebagai berikut.

1. Pembagian dan pengelolaan ruang kelas berdasarkan mata pelajaran.

2. Pada pelaksanaannya bersinergi dengan keseluruhan sistem yang dilaksanakan Satuan Pendidikan.

3. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan mata pelajaran dengan memperhatikan ruang mata pelajaran.

4. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. 5. Pengelolaan kelas sesuai karakter mata pelajaran.

6. Ruang kelas ditandai dengan nama mata pelajaran, misalnya Bahasa Inggris 1, Bahasa Inggris 2, atau Kimia.

Moving class memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran lebih efektif.

2. Pendidik lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran dalam menggunakan berbagai metode seperti demonstrasi, penggunaan alat peraga, dan lain-lain.

3. Ruang kelas didesain sesuai dengan karakter mata pelajaran.

4. Ruang belajar membawa suasana khas sehingga peserta didik lebih fokus pada kompetensi yang dipelajari.

(13)

BAB III

STSRATEGI DAN IMPLEMENTASI

A. Persiapan Penyelenggaraan

Pelaksanaan atau penyelenggaraan SKS dilakukan secara bertahap dengan strategi phasing in/out dimulai tahun pertama. Sehingga penerapan SKS dimulai kelas X, sedangkan kelas XI dan XII menggunakan Sistem Paket. Pada tahun kedua, terdapat dua angkatan yang menerapkan SKS, dan pada tahun ketiga seluruh angkatan menerapkan SKS.

Pada tahap awal penyelenggaraan SKS, satuan pendidikan.

1. Menyusun KTSP yang memuat struktur kurikulum dengan Sistem Paket dan SKS yang telah ditandatangani Dinas Pendidikan Provinsi.

2. Menyusun perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP) SKS sesuai dengan serial mata pelajaran, minimal untuk tahun pertama.

3. Merancang jadwal mata pelajaran dan jadwal konsultasi Pembimbing Akademik (PA) dan Konselor/BK.

4. Mendapat izin tertulis dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi. Izin tersebut kemudian dilaporkan kepada Direktorat PSMA.

5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan orangtua.

Mekanisme persiapan disajikan pada skema berikut ini

Tahapan Deskripsi Kegiatan Out Put Kepala Sekolah Tim Pelaksana

Kurikulum Guru PA/BK

Persiapan o Sosialisasi internal oMembentuk Tim Pelaksana oMengajuka n ijin kepada Dinas Pendidikan o Membuat jadwal kegiatan oMembuat draft dokumen o Merancang sistem aplikasi pendukung o Merancang struktur kurikulum dan peta pembelajara n untuk 6 semester o Merevisi draft dokumen oMenyusun KI-KD serial mata pelajaran o Merancang Silabus dan RPP o Merancang program layanan oMerancang program konsultasi Dokumen KTSP dan Ijin Pelaksanaan

(14)

Tahapan Deskripsi Kegiatan Out Put Kepala Sekolah Tim Pelaksana

Kurikulum Guru PA/BK

Awal Pelaksanaan oSosialisasi eksternal kepada masyarakat o Menetapka n tugas guru, PA, dan BK kelas X oMenghimpu n dokumen perangkat pembelajara n dan penilaian oPembagian tugas guru/PA/BK o Menyusun peta pembelajara n enam semester o Menyusun jadwal pelajaran oMenyiapkan perangkat pembelajaran dan penilaian o Meningkatka n pemahaman pembelajaran SKS oMenyiapkan perangkat layanan dan konsultasi bimbingan o Dukungan warga sekolah dan publik o Kelengkapa n dokumen perangkat pembelajar an dan penilaian Pelaksanaan o Mengontrol dan mengevalua si pelaksanaa n o Memotivasi dan mengispiras i warga sekolah o Menjamin pelaksanaan pembelajara n dan penilaian o Menjamin penjadwalan dan pembagian tugas mengajar o o Melaksanaka n pembelajaran o Melakukan penilaian o Menganalisis hasil belajar o Melaksanaka n tindak lanjut hasil analisis o Melaporkan penilaian kompetensi peserta didik o Melaksanaka n layanan dan bimbingan o Menganalisis hasil layanan dan bimbingan o Menindak-lanjuti hasil analisis oMelaporkan hasil layanan dan bimbingan Efektifitas pelaksanaan

(15)

1. Permohonan Ijin Penyelenggaraan

Ijin pelaksanaan SKS diajukan kepada kepala Dinas Pendidikan Provinsi setelah dilakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kemudian mendapat rekomendasi. Untuk memperoleh verifikasi dan rekomendasi tersebut SMA pelaksana SKS perlu menyiapkan dokumen KTSP yang memuat struktur kurikulum ganda (paket dan SKS), roadmap pembelajaran, dan rancangan distribusi pembagian tugas mengajar guru.

Ijin pelaksanaan dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi setelah dilakukan validasi terhadap dokumen-dokumen tersebut.

2. Penyusunan Serial Mata Pelajaran

Penyusunan serial mata pelajaran merupakan bagian penting dalam menyiapkan KTSP yang tertuang pada struktur kurikulum dan beban belajar. Penyusunan serial mengacu pada kompetensi dasar dari KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan). Pada dua spek ini (pengetahuan dan keterampilan) memiliki gradasi bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan mental peserta didik. Dengan penyusunan serial, maka nomenklatur mata pelajaran dilengkapi dengan nomor seri, seperti Matematika 1, Matematika 2, dan seterusnya.

Penyusunan serial mata pelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

a. Jumlah seri maksimal adalah 4 (empat) agar dapat mengakomodasi kemungkinan peserta didik menyelesaikan pembelajaran selama empat semester;

b. Kompetensi inti disusun dengan gradasi bertahap sesuai Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013;

c. Pengurutan KD dari KI-3 dan KI-4 mengacu pada urutan KD sesuai Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013;

d. Beban belajar dinyatakan pada setiap seri mata pelajaran;

e. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai urutan serial, artinya dimulai dari seri 1, seri 2, dan seterusnya. Peserta didik yang mengambil mata pelajaran Bahasa Inggris 2 disyaratkan telah mengikuti mata pelajaran bahasa Inggris 1.

(16)

Contoh serial mata pelajaran dan beban belajar.

1

2

3

4

1

Pendidikan Agama dan Budi

Pekerti

3

3

3

9

2

Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan

2

2

2

6

3

Bahasa Indonesia

3

3

3

3

12

4

Matematika

3

3

3

3

12

5

Sejarah Indonesia

2

2

2

6

6

Bahasa Ingris

2

2

2

6

7

Seni Budaya

2

2

2

6

8

Prakarya dan Kewirausahaan

2

2

2

6

9

Penjas Orkes

2

2

2

3

9

72 Jumlah beban belajar (sks) kelompok A dan B (wajib)

NO

MATA PELAJARAN

JML sks

KELOMPOK A

KELOMPOK B

Seri ke ..

1

2

3

4

1

Matematika IPA

3

3

3

2

11

2

Fisika

3

3

3

2

11

3

Kimia

3

3

3

2

11

4

Biologi

3

3

3

2

11

5

Lintas Minat*

14

58

1

Sejarah

3

3

3

2

11

2

Ekonomi

3

3

3

2

11

3

Sosiologi

3

3

3

2

11

4

Geografi

3

3

3

2

11

5

Lintas Minat*

14

58

1

Antropologi

3

3

3

2

11

2

Bahasa dan Sastra

3

3

3

2

11

3

Bahasa dan Sastra Inggris

3

3

3

2

11

4

Bahasa Asing

3

3

3

2

11

5

Lintas Minat*

14

58

Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan Bahasa

NO

MATA PELAJARAN

JML

sks

KELOMPOK PEMINATAN IPA

KELOMPOK PEMINATAN IPS

Seri ke …

KELOMPOK PEMINATAN BAHASA

Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPA

Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPS

*) Beban belajar mata pelajaran lintas minat bergantung pada pilihan peserta didik dengan jumlah minimal 14 sks.

(17)

3. Pemetaan KD dan KI Serial Mata Pelajaran

Konsekuensi dari penyusunan serial mata pelajaran adalah memetakan KI dan KD yang semula tersusun atas tingkatan kelas X, XI, dan XII menjadi KI dan KD yang tersusun menjadi serial mata pelajaran. Penyusunan KI dan KD mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tingkat perkembangan fisik dan mental peserta didik; hierarki kompetensi inti dan kompetensi dasar; relevansi dan kontinuitas materi pelajaran dan antarmata pelajaran; dan kemudahan dalam keterpakaian.

Penyusunan KI dan KD serial mata pelajaran dilakukan dengan cara mengurutkan KD sesuai serial dan beban belajar (sks) setiap seri dengan mengacu pada kesetaraan. Satu sks setara dengan 1,88 – 2 jam pelajaran. Berikut ini contoh ilustrasi konversi serial mata pelajaran.

Tabel 8. Contoh Konversi Serial Mata Pelajaran

Mata Pelajaran Alokasi (JP) tiap Semester Serial MP (sks) Keterangan X XI XII 1 2 3 4 PPKn, Sejarah Indonesia, Seni Budaya, atau Bhasa Inggris 2, 2 2, 2 2, 2 2 2 2

o Seri 1 memuat KI-KD Kelas X oSeri 2 memuat KI-KD Kelas

XI

oSeri 3 memuat KI-KD Kelas XII

Bahasa Indonesia

atau Matematika 4, 4 4, 4 4, 4 3 3 3 3

o Seri 1 memuat KI-KD kelas X semester 1 dan sebagian semester 2

oSeri 2 memuat KI-KD dari sebagian semester 2 kelas X dan semester 1 kelas XI o Seri 3 memuat KI-KD kelas

XI semester 2 dan sebagian semester 1 Kelas XII o Seri 4 memuat sebagian

KI-KD kelas XII semester 1 dan KI-KD semester 2 Kelas XII

Fisika, Ekonomi, Bahasa Arab, atau Bahasa dan Sastra Indonesia

3, 3 4, 4 4, 4 3 3 3 2

o Seri 1 memuat KI-KD kelas X o Seri 2 dan 3 memuat KI-KD

dari semester 1 dan 2 kelas XI dan semester 1 kelas XII o Seri 4 memuat KI-KD

semester 2 kelas XII

Selanjutnya KI dan KD yang sudah tersusun dalam serial mata pelajaran dijadikan dokumen KTSP serta acuan dalam mengembangkan Silabus dan RPP. Contoh hasil rekonstruksi KI-KD serial mata pelajaran tersaji pada lampiran.

(18)

4. Penyusunan Roadmap Pembelajaran

Penyusunan roadmap pembelajaran bertujuan untuk menyajikan pilihan on/off bagi peserta didik dan mengakomodasi beban mengajar 24 jam bagi guru. Penyusunan roadmap

pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

a. Lakukan inventarisasi jumlah seluruh rombongan belajar kelas X yang diterima melalui PPDB, jumlah rombongan belajar tiap peminatan, dan jumlah rombongan kelas XI dan XII beserta penjurusan/peminatan yang ada.

b. Setiap peminatan dibagi dalam beberapa kelompok pilihan dengan jumlah relatif sama. Misalnya, SMA HARAPAN menerima 8 rombongan belajar kelas X, masing-masing terdiri dari 4 kelas peminatan MIA dan 4 kelas peminatan IIS. Dari kelompok MIA dibagi menjadi dua kelompok pilihan MIA yaitu pilihan 1 kelas A dan B, dan pilihan 2 kelas C dan D. Begitu pula pada peminatan IIS, masing-masing pilihan 3 kelas E dan F, dan pilihan 4 kelas G dan H.

c. Selanjutnya disusun peta jalan dalam tabel yang dilengkapi jumlah sks atau jam pelajaran untuk semester ganjil (1, 3, dan 5) dan semester genap (2, 4, dan 6). Dalam mengisi

On/Off mata pelajaran perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.

(1) Prioritas utama rancangan adalah untuk mata pelajaran yang diujikan pada UN. Mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa dengan seri terakhir paling lambat ada di semester 5. Hal ini dilakukan agar pada semester 6, peserta didik tidak lagi memiliki beban untuk mengikuti pembelajaran dan penilaian pada mata pelajaran tersebut melainkan lebih fokus pada persiapan UN. Maksudnya adalah semua mata pelajaran UN di semester 6 diberikan dalam bentuk pendalaman materi.

(2) Pengaturan dilakukan sedemikian rupa sehingga mata pelajaran on pada semester tertentu pada pilihan 1 dan 3 maka pada pilihan 2 dan 4 dirancang menjadi off dan sebaliknya.

(3) Penjumlahan jam pelajaran dan/atau sks setiap mata pelajaran digabungkan dengan kelas XI dan XII yang masih menggunakan sistem paket.

(4) Dalam praktiknya jumlah jam pelajaran atau sks semester ganjil dan genap tidak selalu sama. Oleh karena itu peta jalan akan bersifat fleksibel penggunaannya. d. Peta jalan ini juga menyediakan pilihan bagi peserta didik khusus yang dapat

menyelesaikan pembelajaran dalam jangka waktu 2 tahun (4 semester).

Dengana acuan peta jalan yang dibuat, peserta didik diperbolehkan mengambil beban belajar dan mata pelajaran dengan prioritas pada mata pelajaran non UN.

(19)

5. Pemberdayaan PA dan BK

Pembimbing Akademik (PA) dan Bimbingan Konseling (BK) merupakan tenaga pendidik yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan SKS. PA dan BK melayani konsultasi peserta didik dalam rangka mendorong optimalisasi potensi dan prestasi belajar di sekolah. PA adalah guru yang diberi tugas untuk membimbing perkembangan prestasi akademik peserta didik sampai akhir masa studinya. PA membimbing peserta didik maksimal 20 orang dengan tugas sebagai berikut:

a. Memantau dan melakukan analisis terhadap data potensi, kebutuhan, minat, dan prestasi yang diperoleh dari Konselor/BK, serta memberikan rekomendasi konstruktif selama mengikuti pendidikan di sekolah agar potensi akademik peserta didik berkembang secara maksimal;

b. Membimbing siswa pada saat pengisian kartu rencana studi (KRS), pemilihan jurusan, pembagian laporan capaian kompetensi (LCK), dan/ atau melaksanakan konsultasi akademik;

c. Mengelola hasil penilaian akhlak mulia dan kepribadian berdasarkan hasil penilaian dari guru mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan dan masukan guru mata pelajaran lainnya;

d. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, Konselor/BK, dan guru mata pelajaran.

Konselor/BK adalah pendidik profesional yang bertugas memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan formal; Konselor/BK memberikan bimbingan dan konsultasi pada peserta didik (konseli) agar mampu mengembangkan potensi dan mandiri dalam mengambil keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Dalam pelaksanaan SKS, Konselor/BK membimbing siswa dengan jumlah minimal 150 orang selama masa studi dengan tugas sebagai berikut:

a. Memantau, menghimpun dan mendokumentasi data, serta melakukan analisis potensi, kebutuhan, minat, dan prestasi peserta didik;

b. Memantau, mendeteksi, dan memberikan rekomendasi konstruktif agar peserta didik mampu mencapai tugas perkembangannya melalui kegiatan pengembangan diri di sekolah termasuk peserta didik yang membutuhkan layanan khusus;

c. Memberikan bimbingan siswa pada saat kegiatan layanan dan kosultasi kelompok sesuai jadwal layanan, serta layanan individu sesuai dengan kebutuhan peserta didik; dan d. Melaporkan hasil penilaian kegiatan pengembangan diri tiap semester;

(20)

6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Tahapan persiapan yang perlu dilakukan penyesuian adalah perangkat pembelajaran, yaitu Silabus, Program Semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyesuaian diperlukan karena paradigma tahunan yang biasanya dilakukan pada sistem paket harus disesuaikan dengan paradigma semesteran pada SKS.

a. Silabus yang semula dirancang untuk kelas X, XI, dan XII perlu direkonstruksi sesuai dengan serial mata pelajaran. Rekonstruksi silabus dilakukan dengan cara memotong dan/atau menggabungkan kompetensi dan materi pokok sesuai dengan hasil pemetaan KD-KI yang disusun pada serial mata pelajaran.

b. Program semester dirancang untuk satu semester dan dapat digunakan pada semester ganjil atau genap. Dengan demikian pada SKS tidak diperlukan program tahunan, karena acuan program pembelajaran adalah semesteran.

Penghitungan alokasi waktu pada program semester mengacu pada ketentuan sebagai berikut.

(1) Satu semester sekurang-kurangnya terdiri dari 18 minggu dengan rincian 16 minggu efektif pembelajaran dan 2 minggu untuk kegiatan UTS dan UAS.

(2) UTS dilaksanakan pada minggu ke 9 dan UAS dilaksanakan pada minggu ke 18. (3) Alokasi waktu satu semester disesuaikan dengan beban belajar, yaitu untuk setiap sks

setara dengan 2 jam pelajaran (JP). Perhatikan tabel berikut ini. Beban Belajar Alokasi per Minggu Alokasi per Semester

1 sks 2 JP 32 JP

2 sks 4 JP 64 JP

3 sks 6 JP 96 JP

4 sks 8 JP 128 JP

(4) Kelebihan alokasi yang tersedia sesuai dengan kalender akademik dijadikan sebagai alokasi cadangan.

c. Secara umum mekasisme, prosedur, dan teknik penyusunan RPP mengacu pada ketentuan Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum 2013. Namun demikian RPP perlu direvisi dan disesuaikan dengan alokasi waktu sesuai dengan program semester. Revisi yang diperlukan antara lain adalah:

(1) Alokasi waktu pertemuan sesuai dengan jadwal pelajaran;

(2) Perlu dilengkapi dengan kegiatan penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri;

(3) Disarankan bahwa untuk mata pelajaran dengan beban 2 sks dirancang satu minggu untuk satu pertemuan @ 4 JP.

(21)

7. Persiapan Sarana Pendukung

Pelaksanaan SKS di SMA memerlukan sarana pendukung sebagai upaya memaksimalkan pencapaian peningkatan mutu layanan. Sarana pendukung yang sebaiknya disiapkan antara lain:

a. Program aplikasi untuk sistem administrasi penilaian. Beberapa hal yang mendorong pentingnya program aplikasi ini antara lain:

(1) Dalam kelas paralel terjadi perbedaan beban belajar dan mata pelajaran dalam tiap semester;

(2) Membantu tugas PA dan BK dalam mengontrol dan membimbing pseserta didik melalui data yang tersimpan dalam program tersebut;

(3) Memudahkan data penilaian untuk mencetak laporan akhir semester dan laporan kumulatif setiap akhir semester;

(4) Jika dimungkinkan dapat difasilitasi pengisian KRS (kartu rencana studi) digital melalui website sekolah.

b. Bahan ajar mandiri yang dikembangkan sesuai dengan serial mata pelajaran termasuk yang tersedia dalam bentuk digital dan mudah diakses. Hal ini untuk mendorong kemandirian belajar peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajarnya.

c. Fasilitas dan waktu belajar yang fleksibel yang memberi layanan belajar lebih luas bagi peserta didik tertentu dengan kemampuan dan semangat belajar yang tinggi.

(22)

B. Pelaksanaan

Setelah memperoleh ijin pelaksanaan dari Dinas Pendidikan Provisni dan melaksankan sosialisasi kepada masyarakat, pelaksanaan SKS dimulai dari kelas X untuk tahun pertama. Peserta didik yang diterima melalui kegiatan PPDB (penerimaan peserta didik baru) sudah diklasifikasi sesuai dengan daya tampung peminatan di sekolah tersebut. Selanjutnya sesuai dengan roadmap

pembelajaran yang sudah disusun maka perlu dilakukan beberapa tahapan langkah sebagai berikut.

1. Penugasan Guru Mata Pelajaran

Penugasan guru mata pelajaran di kelas X perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. a. Memiliki kemampuan terbaik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi

pembelajaran. Dengan demikian pada tahun ke dua, guru yang ditugaskan dapat menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah ada dengan perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan.

b. Memiliki persiapan terbaik sebagai pembimbing, pembina, dan pemberi motivasi kepada peserta didik.

c. Memiliki budaya belajar terbaik untuk terus berkembang dan integratis terbaik dalam menjalankan tugas.

Penugasan guru mata pelajaran pada tahap awal menjadi langkah strategis dan faktor yang kuat pengaruhnya pada keberhasilan pelaksanaan SKS.

2. Penyusunan Jadwal Mata Pelajaran

Jadwal mata pelajaan di tahun pertama memuat dua pola, yaitu pola homogen dan pola on/off. Pola homogen berlaku untuk kelas XI dan XII dengan mata pelajaran muncul di semua kelas. Sedangkan pola on/off berlaku untuk kelas X di mana sebagian mata pelajaran on atau off di kelas tertentu sesuai dengan roadmap pembelajaran yang telah disusun.

Jadwal mata pelajaran kelas XI dan XII umumnya berlaku untuk satu tahun, sedangkan untuk kelas X hanya berlaku untuk satu semester. Jadwal kelas X di semester dua dan seterusnya mengikuti on/off pada roadmap pembelajaran dengan penyesuaian tambahan kelas/ mata pelajaran tertentu sebagai konsekuensi pengisian KRS. Mata pelajaran tambahan muncul karena peserta didik dengan IPK tertentu dapat mengambil beban belajar lebih dari 24 sks.

3. Pelaksanaan Layanan Konsultasi PA dan BK

Pembimbing Akademik dan BK memberikan layanan bimbingan sesuai dengan tugas dan fungsinya serta bekerjasama untuk melayani peserta didik sampai lulus. PA bertugas membimbing maksimal 20 orang peserta didik sedangkan BK membimbing 150 orang peserta didik. Dengan demikian satu orang PA berpartner dengan 8 orang PA membimbing peserta didik sampai lulus.

(23)

Layanan konsultasi PA dan BK dirancang dalam bentuk individu dan/ atau kelompok. Layanan individu disesuaikan dengan kebutuhuan peserta didik, sedangkan layanan kelompok dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun dalam jadwal konsultasi/ layanan.

Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan layanan, PA dan BK harus mengisi jurnal kegiatan layanan. Contoh jadwal kegiatan dan jurnal layanan PA dan BK tersaji pada lampiran.

4. Pelaksanaan UTS dan UAS

UTS dan UAS dilaksanakan dalam jadwal semester yang tetap, yaitu UTS pada minggu ke 9 dan UAS pada minggu ke 18.

Pada tahun pertama penyusunan jadwal UTS dan UAS memiliki dua pola, yaitu pola homogen bagi kelas XI dan XII dan pola on/off bagi kelas X. Bagi peserta didik kelas Xi dan XII harus mengikuti semua mata pelajaran yang tercantum dalam jadwal UTS/UAS setiap hari. Sedangkan peserta didik kelas X akan mengikuti mata pelajaran yang diikuti sesuai beban mata pelajaran yang diambil pada semester tersebut. Dengan demikian peserta didik kelas X dimungkinkan mengalami pergeseran ruang pada mata pelajaran atau hari tertentu. Sekolah pelaksana SKS dapat mendesain pengaturan bahwa instrument UTS/UAS disusun dalam bentuk pilihan ganda (PG) untuk memudahkan rekapitulasi data hasil. Begitu pula teknik pelaksanaan melalui media internet (papperles test) pada waktu dan hari tertentu dengan jaminan keautentikan yang terkotrol dengan baik. Dengan demikian dapat segera dianalisis hasilnya dan ditindaklanjuti untuk pertimbangan penilaian, perbaikan, dan penyempurnaan.

Contoh jadwal UTS/UAS tersaji pada lampiran.

5. Penyusunan Laporan Capaian Kompetensi

Laporan Capaian Kompetensi di akhir semester mengacu pada Surat Edaran Dirjen Pendidikan Menengah Nomor 717 Tahun 2013 dengan tambahan lembaran khusus, memuat indeks prestasi semester dan/ atau indeks prestasi kumulatif.

Laporan Capaian Kompetensi diharapkan memenuhi minimal dua kriteria, yaitu representatif

(menggambarkan karakter penilaian autentik pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai kurikulum 2013) dan user frendly (kemudahan pengguna dalam memanfaatkannya). Oleh karena itu selain tersaji nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara rinci dan terpisah dibolehkan untuk menyajikan nilai kesatuan kedua aspek tersebut dalam satu nilai indeks prestasi.

(24)

Berikut ini contoh lembaran khusus pada laporan hasil belajar pada SMA pelaksana SKS No Mata Pelajaran sks (B) Pengetahuan Keterampilan N Sikap MP B x N

Nilai Pred Nilai Pred

1. Pendidikan Agama

dan Budi Pekerti 1 3 4,00 A 3,66 A- 3,83 SB 11,49

2. PPKn 1 2 3,00 B 2,66 B- 2,83 C 5,66 3. Bahasa Indonesia 2 3 2,66 B- 2,66 B- 2,66 B 10,64 4. Matematika 2 3 4,00 A 3,66 A- 3,83 SB 15,32 5. Fisika 2 3 3,33 B+ 2,33 C+ 2,83 B 5,66 Dan seterusnya ... ... ... ... ... ... ... ... Jumlah 24 81,84

Indeks Prestasi (IP) Semester = , = ,

Indeks Prestasi (IP) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) digunakan sebagai salah satu acuan yang digunakan peserta didik untuk mengikuti/memilih beban mata pelajaran di semester 2 dan seterusnya.

(1) IP < 2.66 dapat mengambil maksimal 24 sks. (2) IP 2.66 – 3.32 dapat mengambil maksimal 28 sks. (3) IP 3.33 – 3.65 dapat mengambil maksimal 32 sks. (4) IP > 3.65 dapat mengambil maksimal 36 sks. Nilai kompetensi sikap paling rendah B.

(25)

6. Pelaksanaan Kegiatan Semester Pendek

Kegiatan semester pendek (SP) mulai dilaksanakan setelah pembagian rapor semester. Kegiatan semester pendek diberikan kepada peserta didik yang belum lulus untuk memperbaiki nilai mencapai batas minimal ketuntasan/kelulusan.

Kegiatan semester pendek dapat dilaksanakan pada libur akhir semester, hari sabtu (bagi sekolah dengan 5 hari belajar), atau pada sore hari setelah jadwal pelajaran selesai. Kegiatan ini dikoordinasi oleh bagian kurikulum dengan jadwal kegiatan serta guru-guru yang diberi tugas. Proses pelaksanaan semester pendek dilakukan dengan langkah sebagai berikut. a. PA mengidentifikasi peserta didik bimbingannya yang harus mengikuti semester pendek

dan melaporkan kepada wakil bidang akademik;

b. Peserta didik mendaftar keikutsertaan pada kegiatan semester pendek;

c. Bagian kurikulum merekap dan merekomendasikan mata pelajaran yang akan dijadwalkan serta jumlah peserta didik yang mendaftar;

d. Dari rekap pendaftar kegiatan semester pendek, bagian kurikulum mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan guru untuk melaksanakan kegiatan;

e. Merekomendasikan guru yang akan ditugaskan;

f. Kepala sekolah menugaskan guru yang mengajar semester pendek;

g. Bagian kurikulum mengotrol dan melaporkan hasil semester pendek. Laporan hasil semester pendek juga diberikan kepada PA yang terkait. Laporan ke PA merupakan bagian penting untuk secara bersama memantau kemajuan hasil belajar pseserta didik; h. Pada akhir semester, hasil penilaian semester pendek akan merevisi mata pelajaran yang

tidak lulus pada semester sebelumnya. 7. Pelaksanaan Rapat Akhir Semester

Rapat akhir semester merupakan kegiatan rutin untuk mengevaluasi hasil belajar dan pelaksanaan SKS. Kegiatan ini mirip seperti rapat akhir tahun bagi sekolah paket yang membahas keberhasilan dan hambatan selama satu tahun, termasuk masalah kenaikan kelas. Sekolah pelaksana SKS perlu melakukan rapat akhir semester yang membahas masalah kelulusan peserta didik pada tiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler dan tidak lagi membahas masalah kenaikan kelas.

Beberapa masalah yang diagendakan dalam rapat akhir semester antara lain:

a. Hasil belajar satu semester mencakup keberhasilan dan ketuntasan peserta didik dalam mata pelajaran;

b. Rekapitulasi peserta didik yang akan dilayani melalui kegiatan semeser pendek;

c. Mekanisme dan prosedur pengisian KRS sesuai dengan roadmap pembelajaran dan penyesuaian terhadap hasil pengisian KRS;

(26)

f. Perencanaan kegiatan semester pendek.

8. Pelaksanaan Ujian Sekolah

Ujian sekolah sebagai salah satu bentuk ujian tingkat kompetensi (UTK) dilaksanakan secara bertahap ketika sejumlah peserta didik telah menyelesaikan seri terakhir. Misalnya pada akhir semester 3, 4, dan/atau 5.

Mekanisme pelaksanaan ujian sekolah (US) meliputi langkah sebagai berikut.

a. PA dan BK memantau pencapaian hasil peserta didik yang menjadi bimbingannya. Kemudian merekapitulasi peserta didik yang telah menyelesaikan seri terakhir mata pelajaran.

b. Bagian kurikulum melaporkan peserta didik dan mata pelajaran yang siap untuk diujikan dalam ujian sekolah untuk diusulkan segera dibuka jadwal US.

c. Bagian kurikulum menjadwalkan kegiatan US pada mata pelajaran tertentu. d. Peserta didik mendaftar keikutsertaan pada US kepada bagian kurikulum. e. Kepala sekolah menetapkan penulis soal, panitia, dan pengawa US.

f. Hasil ujian sekolah diumumkan kepada peserta didik dan PA/BK dan disimpan sebagai dokumen hasil US untuk data kolektif nilai sekolah (NS) pada penilaian akhir kelulusan. g. Peserta didik yang belum lulus US dapat mengikuti kembali pada jadwal US berikutnya.

9. Penyiapan Dokumen Pendukung Peserta Didik

Pada akhir pembelajaran peserta didik dari SMA pelaksana SKS sering membutuhkan beberapa dokumen pendukung sebagai bukti autentik. Hal ini diperlukan ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, mutasi ke sekolah lain, mendaftar beasiswa dan atau kebutuhan lainnya. Dokumen pendukung diperlukan karena dokumen rapor yang tidak persis sama seperti rapor SMA sistem paket.

Dokumen pendukung yang diperlukan antara lain adalah pedoman konversi mata pelajaran paket dan seri (SKS), dokumen penjelasan rapor, dan dokumen penjelasan singkat rasional pelaksanaan SKS di sekolah.

Beberapa fungsi dokumen pendukung antara lain:

a. Pedoman dalam mengisi nilai semeser 1, 2, 3, 4, dan 5 pada saat pendaftaran peserta UN. b. Pedoman pengisian PDSS (pangkalan data siswa dan sekolah) untuk input SNMPTN. c. Pendukung verifikasi pada saat lapor diri bagi peserta didik yang diterima melalui

SNMPTN.

d. Pendukung penjelasan bagi peserta didik yang diterima melalui jalur beasiswa, pindah (mutasi), dan lainnya jika diperlukan.

(27)

C. Evaluasi dan Tindak Lanjut 1. Pengorganisasian

Evaluasi dilakukan secara meyeluruh baik sekolah sebagai institusi maupun guru sebagai individu pelaksana program. Secara institusional, SMA pelaksana SKS dapat melakukan evaluasi diri dengan instrumen tertentu dalam pengawasan Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Provinsi.

Secara individual, guru mata pelajaran yang mengajar di tahun pertama pelaksanaan SKS dapat melaksanakan evaluasi keterlaksanaan dan evaluasi hasil menggunakan instrumen evaluasi yang dikembangkan seperti contoh instrumen pada lampiran. Hasil evaluasi berguna untuk memotret keberhasilan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan untuk dijadikan pertimbangan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Informasi tersebut bermanfaat bagi sekolah penyelenggara dalam menyempurnakan program yang dilakukan pada periode berikutnya.

Secara institusional sekolah melaksanakan evaluasi keterlaksanaan dan hasil penyelenggaraan SKS menggunakan instrumen yang dikembangkan dengan bimbingan dan pengawasan dinas pendidikan. Hasil evaluasi ini bermanfaat untuk penyempurnaan dan dukungan dari pemerintah melakukan perbaikan dan penyempurnaan.

2. Evaluasi Keterlaksanaan

Evaluasi pelaksanaan SKS meliputi evaluasi kinerja satuan pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap akhir semester, meliputi: tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan; pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler; hasil belajar peserta didik; hasil evaluasi dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Evaluasi terhadap kurikulum meliputi:

a. Struktur beban belajar dan struktur kurikulum setiap program, b. Serial mata pelajaran,

c. Susunan SK dan KD sesuai dengan serial mata pelajaran, d. Peraturan akademik,

e. Mekanisme pemilihan beban belajar, f. Mekanisme penjurusan,

g. Menentukan pembimbing akademik,

(28)

a.

tingkat relevansi pendidikan terhadap visi, misi, dan tujuan;

b.

tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh satuan pendidikan;

c.

tingkat efisiensi dan produktivitas satuan pendidikan;

d.

tingkat daya saing satuan pendidikan pada tingkat daerah, nasional, regional, dan global.

3. Evaluasi Hasil

a. Evaluasi hasil dilakukan melalui analisis hasil belajar peserta didik dalam bentuk hasil tiap mata pelajaran dan perubahan perilaku. Setiap mata pelajaran memilki data hasil belajar pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Evaluasi dilakukan setiap semester hingga hasil akhir UTK, UMTK, UN, dan kelanjutan peserta didik di perguruan tinggi.

b. Evaluasi terhadap prilaku dilakukan melalui survey dan pengamatan pada aspek kemandirian, motivasi, dan kepuasan terhadap layanan pembelajaran dan penilaian. c. Hasil evaluasi menjadi data pendukung bagi penguatan mutu pendidikan melalui

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Anthono J. Nitco, (1996). Educational Assessment of Students. Ohio: Prentice Hall.

Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.

James A, Athanasou (2002). A Teacher’s Guide to Assessment. Sydney: Social Science Press.

Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 pegganti Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, 2013

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang

Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang

Standar Isi, Jakarta, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses, Jakarta, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang

Standar Penilaian, Jakarta, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang

Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA, Jakarta, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang

Implementasi Kurikulum, Jakarta, 2013.

Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-Bacon. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Fokus Media.

Wirawan, Sarlito (2001), Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan Anak Malas Belajar, Artikel dalam website pribadi www.sarlito_wirawan.com.

(30)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

I. Contoh Kartu Rencana Studi

KARTU RENCANA STUDI

Nama Siswa : ... Semester : ...

NIS : ... Pilihan/Alt : ...

Pembimbing Akademik: ...

Mata Pelajaran dan Beban Belajar:

No Mata Pelajaran Beban Belajar

(sks) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

No. Mata Pelajaran Tambahan (pilihan)* 1.

2. 3.

JUMLAH

*)dipilih dari mata pelajaran di semester atau seri berikutnya

Jakarta, 20 Desember 2012

Mengetahui Peserta Didik

Pembimbing Akademik

(31)

II. Roadmap Pembelajaran

Kelompok Wajib 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6

Kelompok A

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 9 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 Matematika 12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 Sejarah Indonesia 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 6 Bahasa Inggris 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Kelompok B 1 Seni Budaya 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

2 Prakarya dan Kewirausahaan 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

3 Penjasorkes 9 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3

Matematika dan Ilmu Alam

1 Matematika 11 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 Biologi 11 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 Fisika 11 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 4 Kimia 11 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 Ilmu-ilmu Sosial 1 Geografi 11 3 3 3 2 2 Sejarah 11 3 3 3 2 3 Sosiologi 11 3 3 3 2 4 Ekonomi 11 3 3 3 2 14 1 sejarah 2 Geografi 3 3 3 Ekonomi 3 3 3 3 4 Sosiologi 3

5 Bahasa dan Sastra Inggris 3 3 3 3 3 3 3 2

6 Bahasa Asing (Mandarin/Arab) 3 3 3 3 3

22 23 24 24 24 14 22 23 24 24 24 14 32 34 34 31 22 23 24 23 24 14

Kelompok Peminatan ( C)

Pendalaman Minat atau Lintas Minat

Jumlah sks tiap-tiap Semester =

Mata Pelajaran Jml

sks

Program Peminatan dan Semester Matematika dan Ilmu Alam

Ilmu-ilmu Sosial (A,B) Alternatif 1 (ABC) Alternatif 2 (DEF) Alternatif 4 (CI)

(32)

©2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 32

(33)

IV. Contoh KI-KD Serial Mata Pelajaran

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR MATA PELAJARAN FISIKA

SMA NEGERI 78 JAKARTA

FISIKA 1 (3 sks)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik fenomena gerak, fluida, kalor dan optik

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah

lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli

lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

3. Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian, dan aturan angka penting)

3.2 Menerapkan prinsip penjumlahan vektor (dengan pendekatan geometri)

3.3 Menganalisis besaran-besaran fisis pada gerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan

3.4 Menganalisis hubungan antara gaya, massa, dan gerakan benda pada gerak lurus

3.5 Menganalisis besaran fisis pada gerak melingkar dengan laju konstan dan penerapannya dalam teknologi

3.6 Menganalisis sifat elastisitas bahan dalam kehidupan sehari hari

3.7 Menerapkan hukum-hukum pada fluida statik dalam kehidupan sehari-hari

3.8 Menganalisis pengaruh kalor dan perpindahan kalor pada kehidupan sehari-hari

3.9 Menganalisis cara kerja alat optik menggunakan sifat pencerminan dan pembiasan cahaya oleh cermin dan lensa

(34)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 4. Mengolah, menalar, dan

menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk suatu penyelidikan ilmiah

4.2 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menentukan resultan vektor

4.3 Menyajikan data dan grafik hasil percobaan untuk

menyelidiki sifat gerak benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan gerak lurus dengan percepatan konstan

4.4 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki hubungan gaya, massa, dan percepatan dalam gerak lurus

4.5 Menyajikan ide/gagasan terkait gerak melingkar (misalnya pada hubungan roda-roda)

4.6 Mengolah dan menganalisis hasil percobaan tentang sifat elastisitas suatu bahan

4.7 Merencanakan dan melaksanakan percobaan yang

memanfaatkan sifat-sifat fluida untuk mempermudah suatu pekerjaan

4.8 Merencanakan dan melaksanakan percobaan untuk menyelidiki karakteristik termal suatu bahan, terutama kapasitas dan konduktivitas kalor

4.9 Menyajikan ide/rancangan sebuah alat optik dengan menerapkan prinsip pemantulan dan pembiasan pada cermin dan lensa

FISIKA 2 (3 sks)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya

1.2 Menyadari kebesaran Tuhan yang mengatur karakteristik benda titik dan benda tegar, fluida, gas dan gejala gelombang

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah

lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli

lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi

2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan

(35)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR 3. Memahami, menerapkan, dan

menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.1 Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor

3.2 Mengevaluasi pemikiran dirinya terhadap keteraturan gerak planet dalam tatasurya berdasarkan hukum-hukum Newton 3.3 Menganalisis konsep energi, usaha, hubungan usaha dan

perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyelesaikan permasalahan gerak dalam kejadian sehari-hari

3.4 Menganalisis hubungan antara gaya dan gerak getaran 3.5 Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum

kekekalan momentum dalam kehidupan sehari-hari 3.6 Menerapkan konsep torsi, momen inersia, titik berat, dan

momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari

3.7 Menerapkan prinsip fluida dinamik dalam teknologi 3.8 Memahami teori kinetik gas dalam menjelaskan

karakteristik gas pada ruang tertutup.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.1 Mengolah dan menganalisis data hasil percobaan gerak parabola dan gerak melingkar

4.2 Menyajikan data dan informasi tentang satelit buatan yang mengorbit bumi dan dampak yang ditimbulkannya

4.3 Memecahkan masalah dengan menggunakan metode ilmiah terkait dengan konsep gaya, dan kekekalan energi

4.4 Merencanakan dan melaksanakan percobaan getaran harmonis pada ayunan bandul dan getaran pegas

4.5 Memodifikasi roket sederhana dengan menerapkan hukum kekekalan momentum

4.6 Merencanakan dan melaksanakan percobaan titik berat dan keseimbangan benda tegar

4.7 Memodifikasi ide/gagasan proyek sederhana yang menerapkan prinsip dinamika fluida

Gambar

Tabel 1: Penetapan Beban Belajar sks di SMA berdasarkan pada Sistem Paket
Tabel 3. Beban Belajar Mata Pelajaran Peminatan (Kelompok C)
Tabel 8. Contoh Konversi Serial Mata Pelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Produk ini memiliki risiko investasi tidak terkecuali kehilangan seluruh modal dan risiko nilai tukar mata uang asing apabila berinvestasi dalam produk obligasi dalam mata uang

Mode operasi clutch dapat dibagi dalam dua tipe : torsi maksimal digunakan pada system setelah mulai secara penuh (sebagai contoh, pada mesin bubut, dimana work mulai

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbedaan Mutu Perilaku Merokok

Secara keseluruhan visi tersebut mengandung pengertian bahwa dalam jangka waktu lima tahun kedepan, dapat terwujud kota Semarang yang memiliki sarana prasarana kota berskala

Perairan Muara Upang yang terletak di Banyuasin, Sumatera Selatan diduga sebagai daerah asuhan bagi meroplankton untuk dijadikan plasma nutfah sumberdaya perikanan

Perbaikan atau redesain dilakukan pada aspek: task, organisasi kerja dan lingkungan fisik kerja di SKBB, agar tercipta kondisi kerja yang efektif, nyaman, aman, sehat,

kabayan dan berbisik  &gt; !dah akang mah iya-iya sa0a biar saya yang ngat!r.  &gt; !dah akang mah iya-iya sa0a biar saya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi nonverbal pada mahasiswi bercadar di lingkungan kampus UIN Ar- Raniry, hambatan-hambatan yang